You are on page 1of 10

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD Dr.

MURJANI SAMPIT

LATAR BELAKANG Di RSUD Dr. Soebandi Jember, jumlah penderita colic abdomen yang dirawat pada periode januari 2001 sampai januari 2002 sebanyak 71 kasus. Di RSUD Dr. Murjani Sampit pada tahun 2005, tercatat 36 kasus colic abdomen dengan angka kematian 1 orang. Sedangkan pada tahun 2006, terdapat 59 kasus colic abdomen dengan angka kematian juga 1 orang. Ditinjau dari peningkatan angka kasus yang segnifikan dari tahun 2005 dan 2006 (meningkat 64 % dari kasus tahun 2005), ditambah lagi dengan angka kematian yang menetap pada kedua tahun tersebut Penulis mengangap perlu untuk mengangkat karya tulis tentang asuhan keperawatan klien dengan colic abdomen. PENGERTIAN

Oleh : AHMAD NOOR NIM : 022001D04002

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR AKADEMI KEPERAWATAN SAMPIT 2007

Colik Abdomen adalah nyeri abdomen akibat rangsang mekanik (seperti Regangan spasme) atau kimiawi (seperti inplamasi iskemia). (Soeparman, 2001). Colik Abdomen adalah nyeri hebat yang terjadi akibat spasme periodik pada organ abdomen (Hinchliff, 1999). Colik Abdomen adalah nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 1998).

ETIOLOGI Colik abdomen memiliki menyebab yang tidak menyeluruh yaitu : a. Bakteri : Shinggela SP b. Virus : Cytomegalo virus c. Makanan d. Obat-obatan penambah darah e. Ostruksi/pasase lumen organ abdomen a. b. c. d. e. f.

MANIFESTASI KLINIS Nyeri abdomen yang hebat Sering muntah Mual Demam Pusing Nyeri ulu hati (Soeparman, 2001) PATOFISIOLOGI ( Bagan 1)

KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang terdapat pada klien Colik Abdomen antara lain penyakit pulmonal, phenomia, pleritis, infark miokardinal, nyeri epigastrial, nyeri tekan dan spasme, porfirin, lesi pada spina dan panggul hiperestesia. (Smeltzer, 2001). PEMERIKSAAN LABORATORIUM a. Jumlah Darah lengkap dan diferensial : Menemukan adanya anemia leukopenia limfositosis, trombosis darah menunjukkan kurang normal. b. Elektrolit : Ketidakseimbangan termasuk penurunan kalium, natrium dan klorida. c. Fungsi tiroid : Kadar tiroksin (T4) biasanya normal namun sirkulasi kadar tridotironin (T3) mungkin rendah. d. Fungsi hipofisis : Respon Tyroid Stimulating Hormon terdapat Tyroid Releasing Factor e. Metabolisme kortisol : Dapat meningkat f. Estrogen : Menurun g. DST : Tahan dexamethasone menunjukkan penekanan kortisol. h. Kimia lain : Serum Glutamat Oksalo-asetat Transferase meningkat

PENATALAKSANAAN a. Medis : Cairan infus, anti spasmodik, anti kolinergik, obat anti diare, obat anti nyeri abdomen, vitamin dan mineral tergantung kebutuhan b. Keperawatan : Menganjurkan klien untuk melakukan personal hygiene (kebersihan diri), mengkaji tingkat nyeri klien, mengkaji tingkat frekuensi dan konsistensi BAB setiap hari, memberi dorongan untuk memperbanyak minuman air hangat kuku.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD Dr. MURJANI SAMPIT

PENGKAJIAN Pengkajian tgl 30 Juli 2007. Nama An. Y, 4 tahun, laki-laki, Jl. Pipit 1 no: 102 Prumnas Pembina Sampit, Kristen, Dayak/Indonesia. Keluhan Utama saat masuk rumah sakit adalah klien mengatakan sakit pada perut dan panas. Keluhan yang pertama kali dirasakan adalah panas pada hari pertama diberi obat dari dokter umum, panas turun bila diberi obat. Pada hari ketiga berobat ke dokter spesialis anak, panas turun bila minum obat, dan mendadak panas tinggi. Ibu klien mengatakan anaknya kesakitan pada perut. Nyeri tekan pada abdomen dengan skala nyeri 3 (0-5). Klien tampak meringis kesakitan. Ibu klien juga mengatakan badan anaknya panas. Pada saat pengkajian suhu tubuh klien. Badan teraba hangat, panas turun bila diminum obat dan kembali panas 4-6 jam kemudian, keadaan umum klien tampak lemah, klien tampak gelisah. Pemeriksaan fisik : kesadaran composmentis, nadi 132 x/m, suhu 39 o C, pernapasan 32 x/m.

Laboratorium tgl 30 Juli 2007 : Hemoglobin 11,1 gr%, Hematokrit 31,9 %, Lekosit 7,2 x 103/UL, Trombosit 345, Widal : O (-), H (1/80), A (1/80) dan B (1/80). Terapi : infus D5 NS 14 tetes/menit, Gitas 1/3 ampul/8 jam via intra vena, Ranitidin 25 mg/12 jam via intra vena, Gestamag syrup 3 x 1 cth. Pembahasan : Bila dibandingkan dengan pengkajian pada klien dengan Colic Abdomen menurut Doenges (1999), hanya ada beberapa data pengkajian yang terdapat pada An. Y. Pada pengkajian aktivitas dan istirahat dikemukakan sering menguap dan keluhan terganggu tidur karena nyeri. Tetapi pada An. Y tidak ada kedua keluhan tersebut. Pada pengkajian sirkulasi menurut Doenges (1999), dikemukakan takikardia, peningkatan asam lambung, turgor buruk kering. Sedangkan pada An. Y hanya didapatkan data takikardia saja. Pada pengkajian eleminasi menurut Doenges (1999), dikemukakan adanya diare, tetapi pada An. Y tidak terdapat diare. Pada pengkajian makanan dan cairan menurut Doenges (1999), dikemukakan anoreksia, mual dan muntah, penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot kelemahan, tonus otot buruk dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat. Sedangkan pada An. Y tidak didapatkan data-data tersebut. Pada pengkajian hygiene menurut Doenges (1999), dikemukakan, rambut kotor dan badan kotor dan ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Sedangkan pada pengkajian An. Y didapatkan data sebaliknya yaitu rambut bersih dan kulit bersih, serumen dalam batas

minimal. Pada pengkajian nyeri/kenyamanan menurut Doenges (1999), dikemukakan, nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kwadran kanan bawah. Sedangkan pada pengkajian An. Y memang terdapat nyeri tekan abdomen, tetapi tanpa kram pada kwadran kanan bawah abdomen. Menurut Doenges (1999), pada hasil laboratorium dapat ditemukan peningkatan Hemoglobin, Hematokrit dan Leukosit, tetapi pada An. Y tidak ditemukan. Selain itu juga Doenges (1999), juga mengemukakan beberapa pemeriksaan lain selain darah lengkap yaitu analisa dan kultur tinja, elektrolit, Ureum/kreatinin, berat jenis plasma dan analisa gas darah. Hasil pemeriksaan ini tidak dapat dibedakan dengan hasil laboratorium pada An. Y karena pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak dilakukan. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan Colic Abdomen adalah 1. Nyeri akut b/d spasme otot organ abdomen. 2. Hypertermi b/d proses infeksi pada pencernaan 3. (Risiko) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya pemasukan. 4. Kurang perawatan diri b/d ketidakmampuan melakukan personal hygiene. 5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi dan kebutuhan belajar tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Sedangkan diagnosa yang muncul pada An. Y adalah : 1. Nyeri akut b/d spasme otot organ abdomen d/d ibu klien mengatakan bahwa anaknya kesakitan di daerah perut, KU lemah, klien tampak meringis kesakitan, nyeri tekan pada abdomen, skala nyeri 3 (0-5), suhu 39 o C, nadi 132 x/m, pernapasan 32 x/m. 2. Hypertermi b/d adanya proses infeksi pada pencernaan d/d ibu klien mengatakan bahwa badan anak nya panas, klien tampak lemah, suhu 39 o C, nadi 132 x/m, pernapasan 32 x/m. 3. Kurangnya pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi tentang penyakit d/d ibu klien mengatakan bahwa ia kurang mengerti apa penyakit anak nya, ibu klien bertanya kepada perawat tentang penyakit anaknya. Pembahasan : Bila dibandingkan diagnosa keperawatan menurut Doenges (1999) dengan yang terdapat pada An. Y, ada tiga kesamaan diagnosa keperawatan yaitu : nyeri akut, hypertermi dan kurang pengetahuan. Sedangkan pada diagnosa kurang perawatan diri dan (risiko) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tidak diangkat pada An. Y karena tidak ada data-data yang menunjang untuk pengangkatan diagnosa-diagnosa tersebut. Ini dibuktikan dengan data-data rambut bersih, kulit bersih, serumen dalam batas minimal serta klien

mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan rumah sakit. PERENCANAAN Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan spasme otot organ abdomen, ada satu rencana keperawatan menurut Doenges (1999) yang tidak direncanakan yaitu anjurkan klien untuk tidak memakan makanan yang pedas. Hal ini dikarenakan pada pengkajian riwayat nutrisi didapatkan data bahwa klien tidak menyukai makanan yang pedas dan klien hanya makan makanan yang disediakan rumah sakit. Pada diagnosa keperawatan hypertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada pencernaan, hampir semua perencanaan yang dikemukakan oleh Doenges (1999) direncanakan oleh Penulis, kecuali pantau suhu lingkungan. Intervensi tersebut tidak dapat direncanakan dikarenakan pada ruang perawatan tidak terdapat alat pengukur suhu lingkungan/ruangan. Pada diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, hampir semua perencanaan yang dikemukakan oleh Doenges (1999) direncanakan oleh Penulis, kecuali kaji ulang frekuensi, dosis, kemungkinan efek samping obat. Intervensi tersebut tidak direncanakan karena pada saat pengkajian tidak dapat ditemukan datadata tentang penggunaan obat-obatan sebelum sakit. Sedangkan pada intervensi jelaskan prosedur perawatan dan pengobatan klien Penulis memasukkan intervensi

tersebut ke dalam rencana penkes. Pada diagnosa ini penulis juga menambahkan intervensi anjurkan ibu klien untuk menghindari laksatif atau obat pencahar karena dapat mengiritasi saluran cerna. Hal ini direncanakan untuk menghindari kambuhnya colic berulang. PELAKSANAAN Pelaksanaan intervensi keperawatan pada An. Y dilakukan selama tiga hari dari tanggal 31 Juli 2007 s/d 1 Agustus 2007. Pada pelaksanaan intervensi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan spasme otot organ abdomen, semua intervensi yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun yang menjadi faktor pendukung terlaksananya intervensi diagnosa ini adalah klien mampu menuruti anjuran perawat, tingginya partisipasi keluarga dalam membantu pelaksanaan tindakan keperawatan seperti mengompres hangat pada daerah nyeri. Pada pelaksanaan intervensi diagnosa keperawatan hypertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada pencernaan, semua intervensi yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun yang menjadi faktor pendukung terlaksananya intervensi diagnosa ini adalah tersedianya peralatan yang diperlukan untuk melakukan tindakan keperawatan di ruang perawatan, klien mampu menuruti anjuran perawat seperti anjuran minum banyak dan tingginya partisipasi keluarga dalam membantu pelaksanaan

tindakan keperawatan seperti mengompres hangat pada daerah kepala. Pada pelaksanaan intervensi diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, semua intervensi yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun yang menjadi faktor pendukung terlaksananya intervensi diagnosa ini adalah pendidikan orang tua klien memadai (Diploma I), tingginya tingkat pemahaman keluarga serta situasi ruangan yang tenang pada saat dilakukan penkes. EVALUASI semua tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada setiap diagnosa semuanya dapat tercapai sesuai kriteria waktu yang ditetapkan. Hal ini dibuktikan dengan data-data ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak mengeluh kesakitan pada daerah perut , keadaan umum baik, klien tampak tenang, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, skala nyeri 0 (0-5), suhu axcilla 36 derajat celsius, ibu klien mengatakan bahwa badan anaknya sudah tak panas lagi, suhu 36 derajat celsius, mokosa bibir lembab, klien tampak tenang, ibu klien mengatakan bahwa dia sudah mengerti tentang penyakit anaknya sehingga ibu klien mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan kepadanya. Setelah perawatan tiga hari klien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat. Pencapaian tujuan ini didukung oleh beberapa faktor yaitu penetapan kriteria tujuan yang realistis sehingga dapat
Dari

menyesuaikan dengan kebutuhan perawatan klien, perencanaan intervensi yang disesuaikan dengan keadaan klien dan ruang perawatan, tersedianya peralatan untuk melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, tingginya partisipasi klien dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, serta yang tak kalah pentingnya adalah profesionalisme perawat ruangan yang sangat membantu perawatan terutama pada shift sore dan malam.

KESIMPULAN Colik Abdomen adalah nyeri abdomen yang terjadi akibat spasme periodik pada organ abdomen yang disebabkan oleh rangsang mekanik (seperti regangan spasme) atau kimiawi (seperti inplamasi iskemia) dan hambatan pasase dalam organ abdomen (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Colik abdomen memiliki menyebab yang tidak menyeluruh yaitu bakteri (Shinggela SP), virus (Cytomegalo virus), makanan, obat-obatan penambah darah, ostruksi/pasase lumen organ abdomen. Gejalagejala umum colic abdomen adalah nyeri abdomen yang hebat, sering muntah, mual, demam, pusing dan nyeri ulu hati. Bila dibandingkan dengan pengkajian pada klien dengan colic abdomen menurut Doenges (1999), hanya ada beberapa data pengkajian yang terdapat pada An. Y, yaitu nyeri tekan abdomen, demam dan takikardia. Pada An. Y tidak ditemukan. peningkatan Hemoglobin, Hematokrit dan Leukosit, seperti yang dikemukakan oleh Doenges (1999). Diagnosa keperawatan pada klien dengan colic abdomen menurut Doenges (1999), adalah nyeri akut berhubungan dengan spasme otot organ abdomen, hypertermi berhubungan dengan proses infeksi pada pencernaan, (Risiko) Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya pemasukan, kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan personal hygiene dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan kebutuhan belajar tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan. Sedangkan pada An. Y, diagnosa yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan spasme otot organ abdomen, hypertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada pencernaan, kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit. Tidak terangkatnya diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan kurang perawatan diri disebabkan oleh tidak ada datadata yang menunjang untuk pengangkatan diagnosa tersebut. Pada An. Y, hampir semua rencana keperawatan menurut oleh Doenges (1999) pada setiap diagnosa keperawatan dapat direncanakan Penulis, kecuali pemantauan suhu ruangan dikarenakan tidak ada pengukur suhu ruangan di dalam ruang perawatan. Disamping itu pula penulis juga menambahkan intervensi selain yang dikemukakan oleh Doenges (1999) pada diagnosa kurang pengetahuan yaitu anjurkan untuk menghindari laksatif atau obat pencahar karena dapat mengiritasi saluran cerna. Hal ini direncanakan untuk menghindari kambuhnya colic berulang. Pada An. Y, pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini didukung oleh

beberapa faktor yaitu klien mampu menuruti anjuran perawat, tingginya partisipasi keluarga dalam membantu pelaksanaan tindakan keperawatan, pendidikan orang tua klien memadai (Diploma I) sehingga memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap penjelasan, dan situasi ruangan yang tenang pada saat dilakukan penkes. Dari semua tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan pada setiap diagnosa semuanya dapat tercapai sesuai kriteria waktu yang ditetapkan. Hal ini didukung oleh beberapa faktor yaitu penetapan kriteria tujuan yang realistis sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan perawatan klien, perencanaan intervensi yang disesuaikan dengan keadaan klien dan ruang perawatan, tersedianya peralatan untuk melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, tingginya partisipasi klien dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, serta yang tak kalah pentingnya adalah profesionalisme perawat ruangan yang sangat membantu perawatan terutama pada shift sore dan malam. SARAN 1. Bagi perawat Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif sehingga mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan, meningkatkan pengetahuan dan wawasan sehingga klien yang dilayani dapat teratasi masalah kesehatannya

dan mencegah terjadinya komplikasi serta membatasi kecacatan. 2. Bagi Rumah Sakit Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat menyediakan peralatan yang lebih lengkap seperti pengukur suhu ruangan, sehingga dapat menunjang dalam penyusunan rencana keperawatan dan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Bagi Rumah Sakit hendaknya memiliki standar asuhan keperawatan pada setiap penyakit atau masalah kesehatan yang lazim ada, terutama pada Ruang Perawatan Anak RSUD Dr. Murjani Sampit agar melengkapi Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang telah disusun dengan penyakit-penyakit yang biasanya terjadi pada anak, khususnya penyakit Colic Abdomen, sehingga setiap asuhan keperawatan yang dilakukan dapat mengacu pada standar tersebut. Dengan demikian mutu pelayanan dapat ditingkatkan. 3. Bagi Institusi Pendidikan a. Diharapkan menjadi pelopor dalam memperkenalkan ilmu keperawatan sehingga dikenal oleh masyarakat, khususnya penyakit Colic Abdomen. b. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswamahasiswi tentang penyakit dan perawatan, diharapkan pihak Institusi dapat menyediakan dan lebih melengkapi buku-buku yang termasuk

didalamnya tentang penyakit Colic Abdomen sehingga mempermudah para mahasiswa dalam mencari bahan bacaan dalam menyusun laporan.

SEKIAN TERIMA KASIH

You might also like