You are on page 1of 17

Tantangan, Kendala, dan Peluang (SWOT) Koperasi

Tantangan bagi koperasi adalah meningkatkan daya saing shg meningkatkan pangsa pasar, dan mengidentifikasikan produknya di pasar dalam dan luar negeri Kendala yang dihadapi: rendahnya kualitas SDM, kurang berkembangnya kewirausahaan, lemahnya daya inovasi dan kreativitas, serta rendahnya disiplin, tidak adanya etos kerja, dan profesionalisme. Juga adanya kendala seperti terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, informasi, pasar produk, lokasi usaha, jaringan kerja, dan kemitraan serta rendahnya partisipasi anggota dalam kegiatan usaha koperasi. Permasalahan yang dihadapi koperasi diringkas sebagai berikut:
Masalah Pemasaran, yang terfokus pada 3 hal yaitu: (1) persaingan pasar dan produk, (2) akses terhadap informasi pasar, dan (3) kelembagan pendukung koperasi. Masalah Kemitraan, Masalah SDM, terutama yang terkait dengan struktur organisasi dan pembagian kerja, tenaga kerja, dan kemampuan manajerial koperasi. Masalah Keuangan, Masalah penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan,

Keunggulan yang dimiliki organisasi koperasi antara lain:

Untuk mencapai skala nasional anggotanya semua produsen dapat mengatur volume produksi bersama dengan melaksanakan oreintasi konsumen Biaya transaksi bisa dikoordinasi antar fungsi sehingga bisa ditekan serendah-rendahnya Dalam hal posisi koperasi di pasar, secara bersama dengan para anggota bisa diadakan kesepakatan, agar harga jual produk koperasi tetap menarik bagi konsumen dengan melaksanakan orientasi pesaing. Koperasi mempunyai dua pasar yaitu internal market, yakni anggota-anggotanya yg merupakan captive market (pasar yang dapat dikuasai) shg setidaknya kepastian sebagian penyaluran produksi koperasi telah terjamin pasarnya. Yang kedua external market adalah pasar yang ditujukan kepada selain anggota atau umum.

Peluang yang ada di antaranya adalah:

Pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan terbukanya peluang usaha baru. Kemauan politik kuat dari pemerintah, berkembangnya tuntutan masyarakat, serta komitmen sistem ekonomi kerakyatan berbasis mekanisme pasar. Semakin luasnya basis pemberdayaan koperasi. Kewenangan lebih besar kepada Pemerintah Daerah untuk memberdayakan koperasi dan PKM. Pemulihan ekonomi meningkatkan daya beli dan keanekaragaman pola permintaan masyarakat. Jumlah penduduk yang besar memberikan peluang pasar yang besar pula. Semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang tersedia di pasar tenaga kerja dan sumber daya alam yang beraneka ragam. Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pesatnya kerjasama ekonomi antar negara-negara di dunia seperti ASEAN dan APEC. Meningkatnya kepedulian lembaga donor internasional dan lembaga swadaya masyarakat terhadap pemberdayaan koperasi dan PKM.

Prospek Pengembangan Koperasi

Perkembangan ekonomi wilayah dimungkinkan semakin meningkatkan captive market maupun external market. pemerintah maupun Provinsi Jawa Timur tetap memiliki political will yang kuat dengan semakin memperluas basis pemberdayaan koperasi. prospek tersebut sulit dimanfaatkan secara optimal oleh sebagian besar koperasi di , tanpa diikuti oleh upaya-upaya yang serius untuk pembenahan tata kelolanya. Lembaga strategis ini secara kuantitas cukup banyak tetapi tidak seiring dengan kualitas sebagaimana diharapkan. Dibutuhkan langkah yang benar-benar terpadu agar menyentuh langsung masalah yang dihadapi. Langkahlangkah tersebut misalnya:
Pemberian bantuan modal bergulir dengan pola tanggung renteng atau melalui lembaga penjaminan kredit (LPK); Pengembangan koperasi dan PKM berbasis produksi dan; Pengembangan kemitraan lembaga penyangga dalam bentuk pemberian modal usaha untuk membeli hasil produksi dengan prinsip saling menguntungkan

Produk dan Jasa Koperasi

Produk dan/atau jasa potensial koperasi & UKM memilki karakteristik: (a) luwes/flexible sesuai kebutuhan dan keinginan (needs and wants) serta kepentingan (interest) dari para anggotanya; (b) service oriented; (c) kompetitif terhadap produk dan jasa subtitusi - transaksinya terjangkau oleh kebanyakan anggota dan masyarakat; serta (d) tersedia secara kontinyu setiap saat. Komoditas (produk dan/atau jasa), khususnya koperasi dan UKM, memiliki keunggulan apabila memenuhi kriteria: (1) Menggunakan bahan baku lokal, (2) Sesuai dengan potensi dan kondisi daerah, (3) Memiliki pasar yang luas, (4) Mampu menyerap tenaga kerja relatif banyak, (5) Merupakan sumber pendapatan masyarakat, (6) Volume produksi relatif besar dan kontinyu, (7) Merupakan ciri khas daerah, (8) Memiliki daya saing yang tinggi, (9) Memiliki nilai tambah yang tinggi, serta (10) Dapat memacu perkembangan komoditas yang lain.

Produk Koperasi Eksisting

Hampir semua koperasi memiliki unit usaha simpan pinjam (90,72%) dan sekitar 73,92% pendapatan koperasi berasal dari pendapatan bunga dari usaha simpan pinjam Komposisi unit usaha koperasi itu kurang sesuai atau tidak sinkron/match dengan karakteristik perekonomian yang didominasi kaster-klaster UKM industri kecil kerajinan, mebel dan logam serta industri lainnya cenderung menjadi lembaga usaha yang bersifat introvert dalam arti lebih banyak bergerak untuk kalangan sendiri

Mismatch ditandai dengan:

Rendahnya partisipasi anggota koperasi yakni hanya Rp. 138.969,- per bulan. Rendahnya simpanan anggota koperasi sebesar ratarata sebesar Rp. 372.554,-. Efisiensi usaha yang rendah yang dicerminkan dari tingkat perputaran aktiva sebesar 0,516 x padahal standar secara nasional adalah 1,3 x.

Tingkat kemampulabaan yang rendah yakni sekitar 7,91% dibandingkan dengan tingkat bunga bebas risiko sekitar 12% p.a.
Kurang optimal mewujudkan skala ekonomis, karena kendala internal maupun eksternal yang harus dihadapi. Citra koperasi yang melekat adalah bahwa lembaga ini merupakan lembaga usaha yang kecil dan aksesnya sangat terbatas serta banyak bergantung pada program Pemerintah .

Kinerja Mikro dan Makro

Secara mikro:
Kinerja koperasi tidak optimal seperti terlihat dari indikator efisiensi dan efektifitas yang diuraikan di muka, Tingkat kesehatan koperasi secara keseluruhan kurang baik dimana koperasi dengan katagori sehat adalah 46 unit (17,63%) kurang sehat 21,58% dan koperasi tidak sehat 60,79%, dan Kemampuan koperasi tergolong rendah.

Secara makro:
Koperasi kurang memiliki backward dan foward linkages di lingkungan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai klaster industri kecil menengah. Multiplier effects yang ditimbulkan dari eksistensi koperasi juga rendah. Backward linkage yang rendah, kurangnya kemampuan koperasi memasok bahan baku yang klaster untuk memanfaatkan potensi dan kondisi daerah, terutama bahan baku lokal agar memperbesar dan menjaga kontinyuitas volume produksi klaster yang menjadi ciri khas . Forward linkage yang tidak optimal (introvert) yang menghalangi mencapai pasar yang luas, daya serap tenaga kerja hanya 7,02%, nilai tambah (added value) yang tinggi, menjadi sumber pendapatan masyarakat, serta memacu perkembangan komoditas lain terutama pada klaster-klaster industri kecil dan menengah.

Backward & Forward Linkage

Kurangnya peran koperasi dalam perekonomian , sebenarnya disebabkan sector koperasi sendiri masih terlalu lemah atau kurang dipercaya, atau sector lain telah berkembang terlebih dahulu sehingga secara ekonomis-rasional memang harus diserahkan kepada sector lain diluar koperasi. Dalam hal ini masyarakat dan pemerintah sendiri memang lebih percaya kepada sector lain dari pada sector koperasi yang dinilai belum siap. Disamping itu masih berlakunya anggapan diamana diantara sebagian masyarakat yang menganggap seolah-olah koperasi adalah suatu badan social.

Produk dan Jasa Potensial

Simpan pinjam dengan sistem konvensional Leasing / Sewaguna Serba Usaha / Dagang Produksi mebel dan pengolahan kayu Produksi kerajinan dan asesoris Produksi makanan dan minuman Produksi bordir Lembaga Penjamin Kredit Business Development Service (BDS) Provider Produk-produk Syariah Koperasi Syariah

Sasaran Pengembangan Koperasi


A. Sasaran Kualitatif
Berkembangnya kemitraan usaha yang lebih luas Berkembangnya lembaga keuangan masyarakat termasuk jaringan pembiayaan antara LKM, LKM dengan Perlembagaan Meningkatnya kontribusi Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menumbuhkembangkan Koperasi dan UKM sebagai suatu kebutuhan dalam memperbaiki pendapatan anggota dan masyarakat Meningkatnya lembaga keuangan KSP/USP yang dapat memberikan pelayanan kepada anggota/masyarakat yang melaksanakan usaha ekonomi produktif sebagai modal kerja dengan prosedur yang mudah dan murah Meningkatnya koperasi yang berkualitas dan tumbuhnya jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakat yang tercermin dari bertumbuhnya wira usaha baru.

B. Sasaran Kuantitatif

Koperasi Berkualitas dan Penumbuhan Wirausaha Baru

Terima Kasih

You might also like