You are on page 1of 11

Abstrak Pasar tradisional dan pasar modern merupakan jenis pasar yang ada di sekitar kita, tetapi semakin

majunya jaman keberadaan pasar tradisional pun mulai tergusur dengan menjamurnya pasar modern. Untuk melindungi keberadaan pasar tradisional itu pemerintah kabupaten Bantul mengeluarkan kebijakan dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul, antara lain untuk melindungi dan menjaga keseimbangan pertumbuhan toko modern/minimarket dan pasar tradisional. Dalam Perbup ini yang diizinkan berdiri di Bantul adalah minimarket/toko modern. Sedangkan untuk mall, super mall atau plaza, tidak boleh berdiri. Dalam Perbup juga disebutkan bahwa pendirian toko modern berbentuk waralaba (minimarket) harus memenuhi ketentuan, yaitu minimal berjarak 2,5 km dengan pasar tradisional. Sedangkan jarak antartoko modern/minimarket berstatus waralaba minimal 1 km. maka tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.(1) untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Komputer. (2) untuk mengetahui alasan Pemerintah kabupaten Bantul membuat kebijakan tersebut. (3) untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi jika ada pasar modern.

Kata kunci : pasar, kebijakan.

BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. di dalam pasar terdapat tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang atau jasa yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak sekali terdapat pasar, baik itu pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional sudah ada sejak zaman penjajahan sedangkan pasar modern mulai ada sekitar akhir tahun 80-an. Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan barang-barang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar. Saat ini pengaruh keberadaan pasar modern sangat kuat sehingga selalu terjadi prokontra antara para pelaku bisnis di pasar tradisional, pasar modern dan pemerintah. Disaat hampir semua pemerintah daerah berlomba-lomba mengeluarkan perijinan pembangunan mall dan pusat perbelanjaan lainnya, situasi berbeda dengan yang dialami pemerintah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini pemerintah daerah kabupaten Bantul dengan tegas menolak mengeluarkan perijinan kepada investor untuk pembangunan mall ataupun toko-toko modern lainnya. Kebijakan ini diambil sebagai komitmen yang kuat bagi pemkab untuk melindungi pasar-pasar tradisional dan toko-toko tradisional agar tidak tergeser dengan keberadaan pasar modern, termasuk mall atau sejenisnya. kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_publik) Dari latar belakang dan landasan teori di atas, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.(1) Apa alasan Pemerintah Kabupaten Bantul mengambil kebijakan tidak memberikan izin pembangunan mall. Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.(1) untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Komputer. (2) untuk mengetahui alasan Pemerintah kabupaten Bantul membuat kebijakan tersebut. (3) untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi jika ada pasar modern.

BAB II PEMBAHASAN II.A. Pengertian Kebijakan public menurut para ahli. Thomas R. Dye (1981) Kebijakan publik adalah apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Pengertian yang diberikan Thomas R. Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Selain itu, kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian. Easton (1969) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Anderson (1975) Kebijakan publik adalah kebijakan kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; 3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa. Dye (1978) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai Whatever governments choose to do or not to do., yaitu segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dye juga memaknai kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan. Kebijakan publik tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan hanya merupakan keinginan atau pejabat pemerintah saja. Di samping itu, sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.

David Easton Mendefinisikan public policy sebagai : The authoritative allocation of value for the whole society, but it turns out that only theg overnment can authoritatively act on the whole society, and everything the government choosed do or not to do result in the allocation of values. Maksudnya, public policy tidak hanya berupa apa yang dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga apa yang tidak dikerjakan oleh pemerintah karena keduanya sama-sama membutuhkan alasan-alasan yang harus dipertanggungjawabkan. Chief J.O. Udoji (1981) Mendefinisikan kebijaksanaan publik sebagai An sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large. Maksudnya ialah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat. Jonnes (1977) Memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit. Edward Kebijakan publik didefinisikan sebagai What governments say and do, or do not do. It is the goals or purposes of governments programs. Maksudnya, apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah termasuk kebijakan publik. Merujuk pada definisi di atas, kebijakan publik tampil sebagai sasaran atau tujuan program-program. Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik itu dapat diterapkan secara jelas dalam peraturan perundang-undangan dalam bentuk pidato-pidato pejabat teras pemerintah ataupun berupa program-program dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Chandler dan Plano (1988) Kebijakan publik ialah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Woll (1966) kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah tersebut yaitu: 1) adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik

untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat; 2) adanya output kebijakan, di mana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat; 3) adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. II.B. Pengertian Pasar Wikipedia mendefinisikan pasar secara umum sebagai sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli. Dengan demikian, pasar terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1. Pasar Tradisional Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Sinaga, 2008). Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan seharisehari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia).

2. Pasar Modern Pasar Modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008). Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan : Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta atau Koperasi yang dalam bentuknya berupa Mal, Supermarket, Departement Store, dan Shopping Centre dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan

berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatip kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam bar code, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang- barang yang dijual, selain bahan makanan seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, Hypermart, Supermarket, dan Minimarket (Wikipedia). II.C. Alasan Pemerintah Kabupaten Bantul tidak memberikan izin mendirikan mall. Penolakan atas berdirinya mall ini secara resmi mulai diberlakukan menjelang akhir jabatan Bupati Idham Samawi, yaitu dikeluarkannya Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul, yang dikeluarkan pada tanggal 30 Januari 2010. Latar belakang mengapa dan bagaimana itu terjadi bermula ketika Pak Idham (panggilan akrabnya) terpilih sebagai bupati dan mulai aktif sejak tahun 2000. Beliau langsung menggebrak melalui berbagai langkah nyata untuk membenahi persoalan dalam lingkup kabupaten yang menjadi wilayah tugasnya. Program-program dan kebijakannya yang pro rakyat digulirkan untuk menjawab masalah sekaligus menghadapi tantangan untuk mengembangkan Bantul ke depan. AWAL KEPEMIMPINAN IDHAM SAMAWI Blusukan yang sudah biasa dilakukan sejak kepemimpinannya yaitu menyambangi warganya hingga ke pelosok desa dan membuahkan kesimpulan bahwa beberapa waktu sebelum beliau menjabat pelayanan publik di Bantul ditengarai sangat minim. Berdasarkan data yang sempat beliau peroleh mengindikasikan bahwa krisis kepercayaan di era pemerintahan daerah sebelumnya cukup memprihatinkan, boleh dibilang berada di titik rendah. Kondisi ini tentunya berdampak negatif yaitu citra pemerintah daerah di mata rakyat semakin menurun.Menyadari situasi demikian, Pak Idham Samawi segera tanggap, beliau bersikap untuk segera memulihkannya. Dibukalah kran keterbukaan seluas-luasnya. Bupati membuka openhouse, interaktif di media massa, dan membuka diri non-stop 24 jam. Hal ini dilakukan untuk menyerap aspirasi warga sebagai bahan untuk menyusun kebijakan yang akan diputuskan kemudian. Di samping itu, bupati juga memerintahkan kepada semua pejabat di jajaran Pemkab Bantul bersikap sama. Ditegaskan pula oleh beliau bahwa para pejabat bukanlah penguasa, tetapi sebagai pelayan rakyat, sedangkan dirinya akan menjadi kepala pelayanan, bertanggung jawab atas segala pelayanan yang dibutuhkan rakyat.Langkah awal yang masih tercatat dalam amatan penulis, bahwa pengembangan daerah (Bantul) dimulai dari pembenahan prasarana transportasi. Jalanan di wilayah Kabupaten Bantul yang tadinya rusak berlubang seolah disulap dalam waktu relatif singkat menjadi mulus, layak dilewati dan nyaman.Pembenahan infrastruktur transportasi ini kemudian menggugah pengembangan sektor-sektor lain. Mobilitas penduduk ke luar dan masuk Kabupaten Bantul mulai meningkat dan berjalan lancar, bahkan kerjasama kewirausahaan antardaerah mulai terjalin dan

sejak itulah mulai bertumbuh aktivitas perekonomian, mulai industri berskala kecil dan menengah hingga menghasilkan komoditas ekspor. Pak Idham yang baru menjabat waktu itu, memahami bahwa sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian warga sehari-hari. Sektor pertanian (berdasar sensus tahun 2000) yang arealnya mencapai 16.596 hektar lahan sawah dan 28.671 hektar lahan kering ini ternyata paling banyak memberikan pemasukan bagi kas daerah. Itu sebabnya dapat dikatakan sektor ini merupakan kontributor terbesar bagi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bantul. Di kabupaten yang berjarak 10 km selatan Kota Yogyakarta yang memiliki 17 kecamatan, ditemui sentra-sentra industri. Industri rumahan yang banyak dikenal yaitu geplak, penganan kecil berbahan kelapa dan gula pasir. Di daerah ini juga ditemui industri kerajinan gerabah di Kasongan, kerajinan kulit di Manding, topeng kayu di Pendowoharjo dan kerajinan bambu di Muntuk. Didapati pula industri kerajinan batik di Imogiri dan Srandakan, kerajinan perak dan imitasi di Banguntapan, keris di Girirejo, kerajinan serat gelas di Karangjambe, Banguntapan. Potensi lain yang dimiliki Kabupaten Bantul adalah di sektor pariwisata. Obyek wisata yang terkenal di antaranya Pantai Parangtritis, makam raja-raja di Imogiri. Pantai wisata lainnya yaitu Samas, Pandansimo (menyusul Kwaru dan Pantai Baru yang berlokasi sederet ke arah timur Pandansimo). Sektor pariwisata tersebut juga meliputi perdagangan, hotel dan restoran yang telah menyumbang kontribusi 16,22 persen pada tahun 1999. Semua potensi yang dimiliki tersebut sebagai peluang, bahkan pemerintah kabupaten di bawah kepemimpinan Pak Idham sangat serius menangani pengembangannya. Bersamaan pula digencarkan upaya peningkatan sumberdaya manusia, di samping pemberdayaan pelaku usaha melaui pelatihan dan dana stimulan, juga dilakukan pelayanan publik seperti di bidang pendidikan dan kesehatan bagi warga Bantul. Tidak hanya itu, kegiatan sosial budaya yang ada di Bantul tak luput dari perhatiannya. Event-event seni budaya difasilitasi dan didukung keberadaan serta dimotivasi agar berkembang. Dibangunnya Pasar Seni Gabusan (PSG) telah menjadikan wadah kreativitas warga setempat, bahkan di lokasi ini setiap tahun diadakan Bantul Expo sebagai ajang promosi bagi potensi produkproduk asli Bantul terutama dari berbagai sentra kerajinan yang ada. Bantul Expo juga dimaksudkan sebagai jembatan bertemunya pengrajin dan buyer sehingga diharapkan dapat meningkatkan transaksi berupa jumlah omset dan penjualan. KEBIJAKAN IMPLEMENTATIF Kebijakan yang diambil Bupati Bantul dan diikuti seluruh Satuan Perangkat Pemerintah Daerah (SKPD) ternyata bukan hanya di atas kertas. Pak Idham yang punya latar belakang wirausaha namun merakyat - mengharapkan proses perubahan berjalan relatif cepat, tidak menerapkan birokrasi kaku, penuh dengan tetek bengek-nya sehingga sering menyebabkan pelayanan tidak optimal.Menurutnya, warga (rakyat) itu tidak butuh ceramah panjang lebar dengan janji muluk-muluk tanpa bukti. Mereka yang menderita sakit namun tergolong tidak mampu harus segera dibantu, diselesaikan sakitnya. Begitu halnya mereka yang termasuk keluarga miskin, anak-anaknya tidak bisa sekolah perlu diperhatikan dan jika memerlukan biaya bisa langsung datang ke rumah dinas. Apa yang dikatakan Pak Idham itu benar adanya. Tinjauan langsung penulis dkk ke lokasi rumah dinas bupati siang itu ternyata sudah terlihat antrean di sana. Warga Bantul yang tergolong tidak

mampu, cukup menunjukkan surat keterangan dari RT dan Dukuh/Kelurahan masing-masing. Di rumah dinas bupati sudah disiapkan sekretaris, setiap saat bekerja melayani warga yang betul-betul tidak mampu dan memerlukan bantuan, termasuk bantuan dana. DAMPAK KEBIJAKAN Tiga tahun sejak awal pemerintahan Pak Idham kemajuan di wilayah Bantul mulai nampak. Geliat perekonomian mulai tumbuh ditandai gairah warganya yang terus berkiprah menjalani masing-masing aktivitas serta dinamikanya. Ekonomi kerakyatan yang menjadi komitmen dan difasilitasi pemerintah daerah ini semakin menambah kepercayaan warganya. Dampak positif dari kebijakan tersebut telah mendorong segala potensi yang dimiliki Bantul menjadi tumbuh berkembang, semakin berdaya sehingga kesuksesan yang telah diraih ini menuai prestasi seperti mendapatkan penghargaan di berbagai bidang. Media-media lokal ternyata ikut ambil bagian dalam meliput dan menyebarkan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bantul. Peristiwa ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, dan pembangunan daerah mendapat porsi pemberitaan utama. Sejalan hal tersebut, stabilitas sosial politik dan keamanan di daerah terbangun, ini ditandai minimnya ditemui protes atau demonstrasi yang ditujukan kepada pemerintah daerah setempat. Dalam suasana kondusif demikian, barang tentu langkah untuk mengembangkan Bantul tidak banyak terhalang kendala, karena setiap kendala telah mampu dikendalikan atau dimanenej oleh para pengambil kebijakan. Di dalam suasana pembenahan lima tahun pertama Bantul yang kian melaju, Pak Idham kembali terpilih menjadi bupati untuk periode kedua (2005 2010) dengan kemenangan telak sekitar 83 persen meraih suara pemilih se kabupaten Bantul. Sebuah perolehan angka yang cukup fantastis dibanding pemilihan kepala daerah lain di negeri ini. Itu semua merupakan dampak positif atas kebijakan yang berpihak rakyat, dan rakyat pun tergugah, mendukung, merasa memiliki dan berpartisipasi aktif untuk memajukan daerahnya. PENOLAKAN PERIJINAN MALL Seiring kemajuan yang telah diraih Bantul, ibarat gadis ndeso yang sudah berdandan, bersolek dan semakin nampak cantik menawan maka banyak pelaku bisnis mulai melirik Bantul. Persisnya, tiga hari sebelum terjadi peristiwa gempa tektonik 2006, sejumlah investor mendatangi Pak Idham untuk memohon perizinan hendak mendirikan mall. Permohonan tersebut ternyata langsung ditolak lantaran pak Idham tetap berkomitmen untuk memberdayakan rakyatnya. Pemkab Bantul tidak memberikan izin pendirian mall. Karena sebagian besar warga Bantul menggantungkan hidupnya pada pasar tradisional. Saya mengetahui betul bagaimana kehidupan masyarakat Bantul yang mata pencahariannya berdagang di pasar-pasar tradisional". Tercatat data terakhir menyebutkan bahwa di wilayah Bantul sudah berdiri sebanyak 95 unit toko modern/minimarket lokal dan 21 unit berjejaring nasional. Jika keberadaan toko modern/minimarket ini tidak segera diatur maka usaha kecil lambat laun akan bangkrut, koperasi serta pasar tradisional yang berada di sekitarnya akan sepi peminat dan kemudian bisa mati.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul, antara lain untuk melindungi dan menjaga keseimbangan pertumbuhan toko modern/minimarket dan pasar tradisional. Dalam Perbup ini yang diizinkan berdiri di Bantul adalah minimarket/toko modern. Sedangkan untuk mall, super mall atau plaza, tidak boleh berdiri di Bantul, tegas Pak Idham. Dalam Perbup juga disebutkan bahwa pendirian toko modern berbentuk waralaba (minimarket) harus memenuhi ketentuan, yaitu minimal berjarak 2,5 km dengan pasar tradisional. Sedangkan jarak antartoko modern/minimarket berstatus waralaba minimal 1 km. Walaupun sekarang Pak Idham sudah tidak menjabat sebagai bupati, tetapi hingga kini perizinan pendirian mall, super mall, plaza tidak pula pernah dikeluarkan oleh pihak pemerintah daerah untuk beroperasi di wilayah Kabupaten Bantul. Berkait hal itu, untuk menumbuhkan sektor perdagangan berbasis pedagang tradisional yang sebagian besar melakukan kegiatan di pasar-pasar tradisional serta untuk memberikan perlindungan kepada pengusaha kecil dan pedagang tradisional yang merupakan mayoritas pengusaha di Kabupaten Bantul, maka telah dikeluarkan Surat Edaran Bupati Bantul No. 503/5085, tertanggal 3 Desember 2010, tentang Penundaan Pemberian Izin Pendirian Minimarket, Swalayan dan sejenisnya. Dengan telah dikeluarkannya surat edaran tersebut, maka Dinas Perizinan Kabupaten Bantul tidak lagi menerima permohonan izin toko modern maupun pasar modern seperti mall, super mall maupun plaza.

BAB III PENUTUP III.A. Kesimpulan Pasar tradisional dan pasar modern merupakan jenis pasar yang ada di sekitar kita, tetapi semakin majunya jaman keberadaan pasar tradisional pun mulai tergusur dengan menjamurnya pasar modern. Jika keberadaan toko modern/minimarket ini tidak segera diatur maka usaha kecil lambat laun akan bangkrut, koperasi serta pasar tradisional yang berada di sekitarnya akan sepi peminat dan kemudian bisa mati. Untuk melindungi keberadaan pasar tradisional itu, satu-satunya kabupaten yang berani menolak dengan tidak member ijin investor untuk membangun mall itu adalah kabupaten Bantul dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul, antara lain untuk melindungi dan menjaga keseimbangan pertumbuhan toko modern/minimarket dan pasar tradisional. Dalam Perbup ini yang diizinkan berdiri di Bantul adalah minimarket/toko modern. Sedangkan untuk mall, super mall atau plaza, tidak boleh berdiri di Bantul. Dalam Perbup juga disebutkan bahwa pendirian toko modern berbentuk waralaba (minimarket) harus memenuhi ketentuan, yaitu minimal berjarak 2,5 km dengan pasar tradisional. Sedangkan jarak antartoko modern/minimarket berstatus waralaba minimal 1 km. Kebijakan tentang menolak atas berdirinya mall ini secara resmi mulai diberlakukan menjelang akhir jabatan Bupati Idham Samawi. Berkait hal itu, untuk menumbuhkan sektor perdagangan berbasis pedagang tradisional yang sebagian besar melakukan kegiatan di pasar-pasar tradisional serta untuk memberikan perlindungan kepada pengusaha kecil dan pedagang tradisional yang merupakan mayoritas pengusaha di Kabupaten Bantul, maka telah dikeluarkan Surat Edaran Bupati Bantul No. 503/5085, tertanggal 3 Desember 2010, tentang Penundaan Pemberian Izin Pendirian Minimarket, Swalayan dan sejenisnya. Dengan telah dikeluarkannya surat edaran tersebut, maka Dinas Perizinan Kabupaten Bantul tidak lagi menerima permohonan izin toko modern maupun pasar modern seperti mall, super mall maupun plaza.

III.B. Saran 1. Kebijakan dengan mengeluarkan peraturan dengan tidak menijinkan investor untuk membangun mall di kabupaten Bantul merupakan kebijakan yang baik untuk melindungi pasar tradisional, untuk itu pemerintah kabupaten Bantul juga harus memperbaiki pasarpasar tradisional supaya terlihat lebih indah, aman, nyaman bagi pengunjung dan tidak kalah dengan pasar modern.

DAFTAR PUSTAKA http://afrizalwszaini.wordpress.com/2012/01/13/defenisi-kebijakan-publik-menurut-pakar/ di akses pada tanggal 29mei 2013 pukul 14.35WIB http://regional.kompasiana.com/2013/06/07/kabupaten-bantul-menolak-izin-pendirian-mall562912.html di akses pada tanggal 29 mei 2013 pukul 15.05WIB http://www.selaluonline.com/detail-8696-bupati-bantul-bersikukuh-tolak-pembanguan-mal-.html di akses pada tanggal 29 mei 2013 pukul 15.30WIB http://royfensianipar.blogspot.com/2013/05/kriteria-kebijakan-pembangunan-pasar.html diakses pada tanggal 30 mei 2013 pukul 16.02WIB https://id-id.facebook.com/LembagaKajianPolitikMasyarakat?filter=1 diakses pada tanggal 31 mei 2013 pukul 19.55WIB

You might also like