Professional Documents
Culture Documents
2009). Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Sanjaya, 2006). Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap menutup pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan baik (Nana S., 1989).
A. Problem Base Instruction (PBI) 1. Pengertian
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut
dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah (Arends et al., 2001). Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga Pembelajaran berdasarkan Masalah, yang mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan massalah secara sistematis dan logis. Pembelajaran ini biasanya menenkankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2006).
2. Karakteristik
Terdapat tiga ciri utama dari problem base instruction atau pembelajaran berbasis masalah ini, antara lain yaitu:
a. problem base instruction atau pembelajaran berbasis masalah merupakan
rangkaian aktivitaspembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem base
instruction atau pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak akan mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berpikir iliah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas (Sanjaya, 2006). Problem base instruction atau pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan:
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir
rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara obyektif.
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
belajanya.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari
dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara toeri dan kenyataan) (Sanjaya, 2006).
3. Tahapan-Tahapan Pembelajaran
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk pembelajaran ini. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah pembelajaran, yaitu:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
Amerumuskan rekomendasi pemecahan masalah, menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah dalam pembelajaran ini, yakni:
a.
Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang megandung isu konflik
Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi.
Meakukan evaluasi, baik evauasi proses yang membahas keseluruhan kegiatan pelaksanaan, maupun evaluasi hasil, yang menjeaskan tentang akibat dari strategi yang diterapkan.
Sesuai dengan tujuan problem base instruction atau pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa tahapan yang telah dikemuukakan oleh para ahli, maka secara umum dapat dilakukan dengan langkahlangkah:
a. Menyadari masalah
Pada tahapan ini, guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan olh manusia atau lingkungan sosial. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan ang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar maupun kelompok kecil bahkan individual.
b. Merumuskan masalah
Rumusan maslah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-daa apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah siswa daapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan hipotesis
Pembelajaran ini termasuk berpikir ilmiah. Sebagai perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif. Sehigga langkah ini tidak dapat ditinggalkan. Kemampuan siswa yang diharapkan adalah siswa dapat menentukan sebab-akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
d. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir yang empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berpikir ilmiah bukanlah proses berpikir imajinasi, tetapi berdasarkan pengalaman. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adaaha kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilam sehingga mudah dipahami.
e. Menguji hipotesis
Berdasarkan dat yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana ynag diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapan adalah
kecakapan siswa yang mampu menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
f.
Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan yang diharapkan dalam tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang aka terjadi, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada stiap pilihan.
4. Keunggulan dan kelemahan a. Keunggulan Pemecahan maslah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
kemampuan
siswa
untuk
berpikir
kritis
dan
kesempatan
pada
siswa
untuk
mengaplikasikan
bahwa masalah yag dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
Keberhasilan dalam pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
B. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian
Salah satu metode yang banyak diadsorbsikan untuk menujang pendekatan pembelajaran learner centeren dan yang memberdayakan pemelajar adalah metode Problem Based Learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah ,biasanya masalah memiliki konteks masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, melaporkan solusi dari masalah (M. Taufiq, 2009). Menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson, Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi pembelajaran/belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari (M. Taufiq, 2009).
Menurut rumusan dari Dutch (1994), PBL merupakan metode intrukstional yang menantang mahasiswa agar belajar untuk belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pembelajaran yang sesuai (M. Taufiq, 2009).
2. Karakteristik PBL
PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah secara sosial yang bermakna personal bagi siswa, serta pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban atau solusi competing.
Fokus interdisipliner
PBL dapat dipusatkan pada subjek mata pelajaran tertentu (sains, matematika, sejarah), tetapi masalah yang akan diinvestigasi dipilih yang memberikan solusi dari berbagai macam subjek mata pelajaran.
Investigasi autentik
PBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autenik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil.
Produksi Artefak dan exhibit
Artefak dan exhibit digunakan untuk merepresentasikan solusi mereka, dan hasil tersebut didemostrasikan kepada orang lain. Artefak dan exhibit merupaka alternatif pengganti makalah wajib dan ujian tradisional.
Kolaborasi
Siswa bekerja bersama siswa-siswa lain. Bekerja bersama memberikan motivasi untuk keterlibatan berkelanjutan pada tugas-tugas yang lebih
kompleks, meningkatkan kesempatan melakukan penyidikan dan dialog bersama, dan mengembangkan berbagai keterampilan sosial (Arends.2008).
3. Perbedaan PBL dengan Metode Lain
Tabel Perbedaan PBL dengan Metode Lain Metode Belajar Ceramah Kasus atau studi kasus Deskripsi Informasi dipersentasiakan dan didiskusikan oleh pendidik dan pemelajar Pembahasan kasus biasanya di akhir perkuliahan dan selalu disertai dengan pembahasan dikelas tentang materi (dan sumber-sumbernya) atau konsep terkait dan pertanyaan diberikan pada pemelajar. Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pemelajar mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pemelajar sendiri
PBL
Tujuan dari PBL adalah membentuk siswa yang terampil berpikir, terampil dalam menyelesaikan masalah, memiliki keterampilan intelektual, dan mandiri. Berikut ini penjabaran singkat dari tujuan-tujan PBL:
Keterampilan berpikir disini merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi mereupakan suatu proses berpikir secara simbolik dari berbagai objek dan kejadian riil dengan menggunakan representasi simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensisal dari masalah tersebut, solusi yang ditawarkan dari berpikir tingkat tinggi tidak hanya satu solusi.
Keterampilan intelektual menuntut siswa untuk berkolaborasi untuk memecahkan suatu masalah, mendorong observasi dan dialog dengan pihak lain, serta merepresentasikan berbagai fenomena dunia nyata berdasar eksperimen mereka.
Belajar mandiri
PBL mencetak siswa yang mandiri, dibimbing oleh guru-guru yang selalu menyemangati dan memberikan reward. Reward diberikan untuk siswa yang mengajukan pertanyaan, dan mencari sendiri solusi dari berbagai masalah riil, sehingga mencetak siswa yang mandiri (Arends.2008).
5. Sintaksis PBL
Pada tahap awal ini guru membahas tujuan pembelajaran, menjelaskan materi kemudian guru memberikan masalah. Masalah yang diberikan menarik dan akurat sehingga siswa tertarik untuk melakukan penyelidikan.
b. Mengorganisasikan Siswa Untuk Meneliti
Tim-tim studi dalam PBL tidak diharuskan heterogen, tim-tim ini bisa sesuai dengan kelompok bermain siswa. Selanjutnya guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan masalahnya.
c. Membantu Investigasi Mandiri Dan Kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusi.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefakartefak yang tepat, (seperti laporan, rekaman video, dan model-model) yang membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan (Arends.2008)
6. Manfaat PBL
Mengapa bisa lebih ingat dan paham kedua hal mini ada kaitanya.kalo pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya,maka kita akan lebih ingat pemahaman juga begitu.dengan konteks yang dekat,dan sekaligus melakukan deep learning maka pemelajar akan lebih memahami materi.
b. Meningkatkan Fokus pada Pengetahuan yang Relevan
PBL yang baik akan mencoba menutupi kesenjangan pada dunia pendidikan kita, bahwa yang diajarkan dikelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi didunia praktik.dengan kemampuan pendidikan membagun masalah yang syarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa merasakan lebih baik konteks koprasinya dilapangan.
c. Mendorong untuk Berfikir
Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan,kritis refleksi, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi.
d. Membangun Kerja Tim Kepemimpinan dan Ketrampilan Sosial
Karena dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil,maka PBL yang baik dapat mendorong terjadinya kecakapan pengembangan kerja tim dan kerja sosial.
e. Membangun Kecakapan Belajar (Life-Long Learning Skills) f.
Memotivasi Pemelajar Dengan PBL kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri pemelajar, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan (M. Taufiq, 2009)
7. Keunggulan PBL
Sesuai namanya, keungulan PBL terletak pada perancangan masalahnya. Masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendididik dalam proses PBL yang baik,memiliki ciri khas, seperti berikut:
a. Punya keaslian seperti di dunia kerja. b. Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. c. Membangun pemikiran yang meta koknitif dan konstruktif. d. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. e. Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang seharusnya menjadi sasaran mata
Peranan guru dalam PBL adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi serta dialog. Hal yang terpenting guru menyediakan scaffolding atau kerangka pendukungyang meningkatkan inquiry (penyelidikan) dan pertumbuhan intelektual. Esensinya PBL melibatkan presentasi situasi-situasi yang authentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan siswa (Arends.2008).