You are on page 1of 42

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penyakit Leukemia ditemukan pada abad 19. Leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang menjadi momok bagi banyak orang. Kanker adalah sekelompok penyakit yang saling berkaitan satu sama lain. Semua jenis kanker bermula dari kelainan sel, kemudian menyerang darah dan jaringan. Secara normal, sel akan tumbuh dan memisah menjadi sel baru ketika tubuh membutuhkannya. Ketika sel menua, maka sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikan tempatnya. Kadang-kadang urutan proses ini berlangsung menyimpang. Sel-sel baru tumbuh dan berkembang biak ketika tubuh tidak membutuhkannya. Sel-sel yang telah tua juga tidak mati seperti seharusnya terjadi. Leukemia bermula dari kelainan seperti ini, yaitu kelainan sel darah putih. Sel darah putih yang abnormal ini kemudian disebut dengan sel kanker. Pada awalnya, sel kanker ini masih dapat berfungsi hampir mendekati normal. Namun, lama kelamaan sel kanker menjadi berkembang sangat banyak sehingga mendesak dan mengganggu fungsi sel darah yang lain. Pada awal penemuannya, penampakan kelainan sel darah putih (leukosit) tampak homogen. Namun, dengan berkembangnya teknologi kedokteran di bidang patologi dan sitologi, kelainan sel darah putih mulai tampak heterogen dengan rentang gejala yang bervariasi, mulai dari kronis hingga akut. I.2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui: a. Definisi dan etiologi dari leukimia b. Patogenesis dari leukimia c. Penatalaksanaan untuk pasien leukimia d. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh leukimia serta prognosisnya e. Asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia

BAB II TINJAUAN MEDIS

II.1 Definisi Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ) Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar: a. Perjalanan penyakit Akut Leukemia akut ini merupakan kelainan sel darah yang sangat abnormal. Sel kanker ini sudah hampir tidak dapat berfungsi normal. Jumlah sel kanker berkembang dalam jumlah besar dengan sangat cepat. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Kronis Leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama. Terkadang, penderita tidak merasakan gejala apa-apa. Kondisinya memburuk dalam waktu lama.

b. Tipe sel predominan yang terlibat Leulemia limfositik Jenis ini terjadi ketika leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid. Leukemia mielositik Jenis ini terjadi ketika leukemia mempengaruhi sel myeloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil. c. Jumlah leukosit dalam darah Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat sel-sel abnormal Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal d. Prevalensi empat tipe utama
Leukemia limfositik akut (LLA)

merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
Leukemia mielositik akut (LMA)

lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
Leukemia limfositik kronis (LLK)

sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
Leukemia mielositik kronis (LMK)

sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

Sediaan sumsum tulang dengan pewarnaan Wright. Sediaan menujukkan leukemia limfoblastik akut prekurisr

II.2 Etiologi Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab leukemia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu memiliki peluang lebih besar terinfeksi Leukemia. Faktor resiko tersebut adalah : a. Paparan radiasi yang sangat tinggi. Faktor resiko ini terjadi ketika ledakan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima (pasca Perang Dunia II) dan ketika terjadi tragedi Chernobyl pada tahun 1986. Meski hanya resiko rendah, perawatan kesehatan yang menggunakan radiasi seperti rontgen atau sinar X juga meningkatkan resiko infeksi Leukemia, b. Bekerja dengan bahan kimia berbahaya, seperti benzena dan formaldehid secara terus menerus. c. Kemoterapi. Beberapa bahan yang digunakan untuk kemoterapi secara terus menerus dapat mencetuskan Leukemia beberapa tahun kemudian. d. Down Syndrome dan beberapa penyakit kelainan genetik lain dapat memicu leukemia dikarenakan kelainan kromosom. e. Infeksi virus Human T-Cell Leukemia Virus-I (HTLV-I). Virus ini menyebabkan timbulnya salah satu tipe Leukemia langka, yaitu Chronic Lymphocytic Leukemia atau T-Cell Leukemia. Namun, virus ini tidak menular sesama manusia. f. Myelodiplastic Syndrome, suatu penyakit kelainan darah, dapat mencetuskan Myeloid Leukemia akut pada penderitanya.

Penelitian terdahulu menganggap medan elektromagnet sebagai salah satu faktor resiko pencetus kanker. Medan elektromagnet merupakan salah satu bentuk radiasi ringan yang terdapat di sekitar menara kabel, alat komunikasi, atau alat elektronik. Namun, bukti menunjukkan bahwa medan elektromagnet tidak terlalu dominan mencetuskan leukemia. Secara singkat dapat diuraikan factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu: a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia Lhymphoma Virus/ HLTV). b. Radiasi c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol. d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot. e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177) II.3 Patofisiologi Dimulai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pemebntuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pemebentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Adanya faktor predisposisi seperti, genetik, radiasi, obat-obat imunosupresif dan kardiogenik seperti diethylstilbestrol meninkatkan prevalensi terjadinya leukimia. Leikimia terjadi karena sumsum tulang gagal dalam membentuk sel darah yang normal menyebabkan transformasi maligna sel darah dan terjadi aknker pada sumsum tulang dan gangguan sistim platelat pembentuk sel darah. Sel leukosit yang terus diproduksi abnormal/muda dapat mengganggu kerja sel darah lainya, Akibatnya terjadi penurunan produksi eritrosit dalam darah dan gangguan fungsi pembekuan darah. Sel-sel lekosit yang terbentuk merupakan sel imatur/muda sehingga fungsi sel melemah akibat gangguan pada sistim retikuloendotelial sehingga fungsi

leukosit sebagai pertahanan tubuh mengalami penurunan mengakibatkan tubuh sangat rentan terhadap infeksi. Banyaknya sel abnormal yang dihasilkan menyebabkan sel-sel tersebut banyak ditemukan pada aliran darah sehingga menyebabkan pergantian sel-sel yang normal oleh yang abnormal sehingga terjadi infiltrasi ke berbagai organ seperti pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. Umumnya penderita leukimia mengalami gangguan metabolisme pengaruh dari penyerapan sari-sari makanan dalam darah yang abnormal dan fungsi hati yang mengalami gangguan sehingga metabolisme tubuh tidak tuntas yang selanjutnya menimbulkan rasa mual dan muntah berkepanjangan dan terjadinya anoreksia yang berlanjut. Sehingga pada anak dengan leukimia sering mengalami gangguan nutrisi atau malnutrisi karena akibat dari funsi metabolisme tubuh yang tidak sempurna. Komplikasi lebih lanjut mengarah pada gangguan SSP karena perjalanan panjang sel-sel abnormal tersebut yang akan menginfiltrasi sel-sel otak maupun dari infeksi yang terjadi telah sampai pada otak.

Pathway

Faktor predisposisi

Faktor genetik Radiasi Obat-obat imunosupresif dan kardiogenik seperti diethylstilbestrol. Faktor herediter Kelainan kromosom

proliferasio patologis sel hemopoetik muda

prolioferasi abnormal dari selsel leukosit

transformasi maligna dari selsel pemebntuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.

Ggg sistem saraf pusat

Depresi sumsum tulang

kanker pada alat pembentuk darah (sumsum tulang)

Kegagalan sumsum tulang

Gangguan Sistem retikuloendotelial

infiltrasi organ

Ggg.metabolisme . anorexia

sel blast imatur

penurunan lekosit

infiltrasi pada ekstra medular

produksi eritrosit dan platelet terganggu

gangguan sistem pertahanan tubuh

Ggg. faktor pembekuan Ptechiae, memar tanpa sebab trombositipenia .

pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.

Berat badan menurun

Tubuh mudah terinfeksi. anemia leukopenia

Mal nutrisi

II.4. Tanda dan Gejala Kira-kira 66% anak dengan LLA mempunyai gejala dan tanda penyakitnya kurang. dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala pertama biasanya nonspesifik dan meliputi anoreksia, iritabel, dan letargi. Mungkin ada riwayat infeksi virus atau eksantem dan penderita seperti tidak. mengalami kesembuhan sempurna. Kegagalan sumsum tulang yang progresif sehingga timbul anemia, perdarahan (trombositopenia), dan demam (neutropenia, keganasan) gambaran ini biasanya mendorong pemeriksaan ke arah diagnosis. Pada pemeriksaan inisial, umumnya penderita, dan lebih kurang 50% menunjukkan petekie atau perdarahan mukosa. Sekitar 25% demam, yang mungkin disebabkan oleh suatu sebab spesifik seperti infeksi saluran napas atau otitis media. Limfadenopati biasanya nyata dan splenomegali (biasanya kurang dari 6 cm di bawah arkus kosta) dijumpai pada lebih kurang 66%. Hepatomegali kurang lazim. Kira-kira 25% ada nyeri tulang yang nyata dan artralgia yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia pada tulang perikondrial atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang akibat sel leukemia. Jarang, ada gejala kenaikan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala dan muntah, yang menunjukkan keterlibatan selaput otak. Anak dengan LLA sel-T umumnya dari kelompok umur lebih tua dan lelaki lebih banyak; 66% menunjukkan massa mediastinum anterior, suatu gambaran yang sangat berkaitan dengan subtipe leukemia (Tabel 449-1). LMA khas menunjukkan tanda dan gejala yang berkaitan dengan kegagalan sumsum tulang. LMA harus dipertimbangkan dalam evaluasi setiap penderita dengan pucat, demam, infeksi, atau perdarahan. Nyeri tulang kurang sering dibanding dengan pada LLA. Hepatosplenomegali sering; limfadenopati mungkin ada. Hipertrofi gingiva atau pembengkakan kelenjar parotis jarang tetapi merupakan temuan yang sugestif. Massa lokal dari sel leukemia (kloroma), mungkin timbul di tempat manapun, tetapi daerah retro-orbital dan epidural paling sering. Kloroma dapat mendahului infiltrasi sel leukemia sumsum tulang. Hitung darah biasanya abnormal; anemia dan trombositopenia sering mencolok. Hitung leukosit mungkin tinggi, rendah, atau normal. Blas leukemia mungkin nyata pada preparat apus darah.

LMA mungkin timbul pada anak yang mula-mula hanya menunjukkan anemia, leukopeni, atau trombositopenia saja. Keadaan ini, yang lebih sering terjadi pada dewasa, khas disebut sindrom mielodisplasia. Gambaran khasnya meliputi kelainan morfologi sel darah dan sumsum tulang dan adanya sel blas di sumsum tulang. Perjalanan alamiah sindrom mielodisplasia pada anak tidak begitu jelas, tetapi sebagian besar kasus berkembang menjadi LMA. Seperti LMA sekunder, sindrom mielodisplasia dapat timbul pada anak yang mendapat terapi keganasan sebelumnya. Awitan gejala biasanya tidak nyata, dan diagnosis sering ditegakkan bila pemeriksaan darah dilakukan atas alasan lain. Penderita mungkin datang dengan splenomegali (yang dapat masif) atau dengan gejala hipermetabolisme, termasuk kehilangan berat badan, anoreksia, dan keringat malam. Gejala leukostasis, seperti gangguan penglihatan atau priapismus, jarang terjadi. Secara singkat manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia antara lain : a. Pilek tidak sembuh-sembuh b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi c. Demam dan anorexia d. Berat badan menurun e. Ptechiae, memar tanpa sebab f. Nyeri pada tulang dan persendian g. Nyeri abdomen h. Lumphedenopathy i. Hepatosplenomegaly j. Abnormal WBC

II.5. Pengobatan Prosedur pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). Terapi LLA masa kini didasarkan atas bukti risikolinis; tidak ada definisi kelompok risiko universal. Pada umumnya, penderita dengan risiko baku atau rata-rata untuk relaps adalah antara umur 1 tahun dan 10 tahun, mempunyai jumlah leukosit 100.000/mm3, tidak ada bukti adanya massa mediastinum atau leukemia SSS, dan mempunyai immunofenotipe sel-progenitor-B. Adanya translokasi kromosom spesifik tertentu harus disingkirkan. Rencana terapi untuk penderita risiko baku meliputi pemberian kemoterapi induksi sampai sumsum tulang tidak lagi memperlihatkan sel-sel leukemia yang dapat dikenali secara morfologis, kemudian terapi profilaksis pada SSS, dan terapi lanjutan. Suatu kombinasi prednison, vinkristin (Oncovin), dan asparaginase akan menghasilkan remisi pada kira-kira 98% dari anak dengan LLA risiko-standar, khas dalam 4. minggu. Kurang dari 5% penderita memerlukan 2 minggu terapi induksi lagi. Terapi lanjutan sistemik, biasanya terdiri dari antimetabolit metotreksat (MTX) dan 6-merkaptopurin (Purinetol), harus diberikan selama 2,53 tahun. Tanpa terapi profilaksis, SSS merupakan tempat awal relaps pada lebih dari 50% penderita. Sel leukemia biasanya ditemukan di selaput otak pada saat diagnosis, walaupun sel-sel itu tidak dapat dilihat pada cairan serebrospinal. Sel-

10

sel ini bertahan hidup dari kemoterapi sistemik karena penetrasi sawar darah-otak obat jelek. Iradiasi kranium mencega leukmia SSS tersembunyi pada kebanyakan penderita tetapi menyebabkan efek lambat neuropsikologik, terutama pada anak kecil. Karena itu, penderita risiko-standar khas hanya diberi kemoterapi intratekal saja untuk mencegah keterlibatan SSS klinis. Kebanyakan penderita dengan LLA sel-T mengalami relaps dalam 3-4 tahun jika diterapi dengan regimen risiko standar. Dengan regimen obat ganda yang lebih intensif, 50% penderita atau lebih mengalami remisi jangka-panjang. Ada dikembangkan suatu terapi sasaran yang dimaksudkan untuk mengeksploitasi sifat unik dari sel-T leukemia. Suatu contoh dari pendekatan ini adalah antibodi monoklonal terhadap anti gen permukaan sel-T yang dikonjugasikan pada imunotoksin. Kompleks antibodi-imunotoksin akan menempel pada limfoblas-T, mengalami endositosis, dan membunuh sel. Kasus sel-B dengan morfologi L3 dan ekspresi imunoglobulin permukaan dulu mempunyai prognosis buruk. Penderita demikian paling baik diterapi dengan regimen pendek (3 bulan) tetapi intensif yang dikembangkan untuk limfoma sel B. Dengan pendekatan ini, angka kesembuhan membaik secara dramatis dari 20% satu dekade yang lalu menjadi 50% atau lebih. Sumsum tulang adalah tempat relaps paling umum, meskipun hampir semua bagian tubuh dapat dipengaruhi. Di banyak pusat, sumsum tulang diperiksa secara berkala untuk memastikan remisi yang berkelanjutan. Apabila terdeteksi relaps sumsum tulang, terapi ulang intensif yang meliputi obat-obat yang tidak digunakan sebelumnya dapat mencapai kesembuhan 15-20% dari penderita, terutama yang pernah mngalami remisi lama (18 bulan). Untuk penderita yang mengalami relaps sumsum tulang, kemoterapi intensif diikuti CS dari donor sekandung yang cocok memberi kesempatan sembuh yang lebih besar. Transplantasi dari bukan keluarga yang cocok atau keluarga yang tidak cocok atau autolog merupakan pilihan untuk penderita yang tidak memiliki donor sekandung yang histokompatibel (lihat Bab 448.2). Sisi relaps ekstramedular yang paling penting adalah SSS dan testis. Manifestasi awal yang umum dari leukemia SSS disebabkan oleh kenaikan tekanan intrakranial dan meliputi muntah-muntah, nyeri kepala, edema papil, dan

11

letargi. Meningitis kimiawi sekunder akibat terapi intratekal dapat menimbulkan gejala yang sama dan harus dipertimbangkan. Kejang dan kelumpuhan saraf kranial tersendiri dapat terjadi pada leukemia SSS atau efek samping vinkristin. Keterlibatan hipotalamus jarang tetapi harus dicurigai bila ada kenaikan berat badan berlebihan atau gangguan perilaku. Pada kebanyakan kasus, tekanan cairan. serebrospinal meningkat, dan cairan menunjukkan pleositosis karena sel leukemia. Jika jumlah normal, sel leukemia mungkin dapat dijumpai pada preparat apus cairan srebrospinal setelah sentrifugasi. Penderita dengan relaps SSS harus diberi kemoterapi tratekal tiap minggu selama 4-6 minggu sampai limfoblas menghilang dari cairan serebrospinal. Dosis harus disesuaikan dengan umur karena volume cairan serebrospinal tidak sebanding dengan luas permukaan badan. Iradium kranium merupakan. satusatunya cara yang, dapat melenyapkan leukemia SSS jelas dan harus diberikan setelah terapi tratekal. Terapi sistemik harus lebih intensif karena penderita ini mempunyai risiko.tinggi untuk kemudian relaps sumsum tulang. Akhimya, terapi SSS profilaksis harus diulangi pada setiap penderita yang mengalami relaps di sumsum tulang atau lokasi ekstramedular manapun. Relaps testikular biasanya menyebabkan pembengkakan tidak nyeri pada satu atau kedua testis. Penderita sering tidak menyadari kelainan tersebut, karena itu perlu sekali perhatian pada ukuran testis pada waktu diagnosis dan pemantauan. Diagnosis dipastikan dengan biopsi. Terapi harus meliputi iradiasi gonad. Karena relaps testis biasanya mengisyaratkan adanya relaps sumsum tulang mengancam, maka terapi yang sistemik harus lebih diperkuat bagi penderita yang masih dalam terapi atau diulang lagi bagi penderita yang relaps setelah terapi. Seperti ditekankan di atas, terapi yang terarah ke SSS bagus juga diulang. Terapi LMA telah semakin baik tetapi tetap tidak memuaskan. Antara 7080% penderita mencapai remisi setelah terapi dengan regimen kemoterapi yang meliputi antrasiklin (daunomisin, idarubisin) dan sitarabin. Perawatan suportif optimal penting untuk membantu penderita agar cukup waktu untuk berespons terhadap terapi karena kebanyakan penderita yang tidak responsif meninggal akibat infeksi atau toksisitas oleh kemoterapi. Remisi mungkin terjadi dalam 2-3

12

minggu setelah terapi dimulai tetapi juga memerlukan 8-12 minggu atau lebih lama dan memerlukan beberapa rangkaian kemoterapi. Penderita yang tidak berespons terhadap terapi induksi allogenik. Pendarahan akibat aktivasi patologik faktor penjendalan dan/atau fibrinolisis merupakan masalah tersendiri pada leukemia promielositik Akut, tetapi pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi DIC, harus juga dikerjakan untuk variasi LMA yang lain. Transfusi trombosit dan plasma baru segar merupakan keharusan untuk penderita dengan DIC; kebutuhan heparin atau terapi antifibrinolitik kurang pasti. Asam retinoa sebagai awal terapi untuk leukemia promielositik dapat mengurangi risiko perdarahan tetapi tidak kuratif. Namun, kemoterapi obat ganda untuk induksi remisi dan konsolidasi mungkin kuratif untuk kebanyakan penderita. Sekali penderita mencapai remisi, terapi lanjutan optima belum ditentukan. Pilihan dapat meliputi CST autolog atau allogeneik atau kemoterapi intensif; tidak satu pun dari pendekatan ini telah menunjukkan keuntungan ketahanan hidup mutlak. CST allogeneik selama remisi pertama terbatas pada penderita yang mempunyai donor sekandung. Kemoterapi intratekal perlu untuk mencegah relaps SSS. Kemoterapi intratekal biasanya dapat membersihkan sel leukemia dari cairan serebrospinal pada penderita yang menunjukkan leukemia SSS pada waktu diagnosis (~ 10% kasus) atau yang mengalami relaps SSS, tetapi radiasi SSS mungkin diperlukan untuk melenyapkan leukemia secara permanen. Karena sindrom mielodisplasia cenderung berkembang menjadi leukemia, penderita biasanya diterapi dengan protokol LMA. Jika penderita relatif tidak bergejala, terapi mungkin ditunda sampai gejala berkembang. Induksi remisi kurang berhasil pada sindrom mielodisplasia dibanding dengan LMA. Oleh sebab resistensi terhadap terapi ini dan pertimbangan lain, CST allogeneik sering merupakan terapi pilihan. Atas alasan sama, CST allogeneik dianjurkan untuk penderita dengan JCML. Bila donor yang cocok-genotip antigen histokom patibilitas (HLA) tidak ada, donor yang relatif cocok sebagian atau donor yang tidak ada hubungan yang cocok dapat dipertimbangkan. merupakan calon untuk transplantasi

13

Pada fase kronis, leukositosis dan gejala dapat dikendalikan dengan kemoterapi busulfan. (Myleran) atau hidroksiurea, tetapi kromosom Philadelphia tidak ditekan. Disamping untuk mengendalikan leukositosis, interferon- juga menekan kromosom Philadelphia secara sempurna, pada kira-kira 20% kasus, dan tampaknya memperpanjang fase kronis. Namun, satu-satunya terapi kuratif pada waktu ini adalah CST allogeneik. Angka ketahanan hidup jangka-panjang penderita anak yang menerima alograf dari saudara kandung identik-HLA pada fase kronis awal sekitar 80%. Ini merupakan terapi pilihan jika terdapat donor yang cocok. Bila donor adalah angota keluarga cocok sebagian atau donor yang tidak ada hubungan yang cocok, mortalitas terkait-cangkok lebih tinggi, dan angka ketahanan hidup (survival) sekitar 50-60%. Krisis blas limfoid biasanya dapat dibalikkan menjadi fase kronis dengan terapi baku LLA, sedangkan krisis mieloid umumnya refrakter terhadap kemoterapi LMA baku; median ketahanan hidup hanya 3-4 bulan. Jika CST ditunda sampai krisis blas terjadi, maka ketahanan hidup hanya 16-20%. Pada umumnya terapi yang diberikan pada penderita Leukemia adalah : a. Kemoterapi Dapat diberikan melalui mulut, kateter yang dipasang di antara dada dan leher, injeksi intravena, atau bahkan injeksi langsung ke cairan serebrospinal (cairan yang berada di luar pembuluh darah utama otak). Hal ini dilakukan jika injeksi intravena tidak dapat menjangkau cairan serebrospinal karena terhambat dinding pembuluh darah otak. Penderita menjalani kemoterapi dalam siklus tertentu, misalnya dalam periode penyembuhan dan periode pemulihan. Kemoterapi dapat dilakukan dengan opname atau rawat jalan di rumah. b. Radiasi Terapi ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Radiasi dapat dilakukan dengan mesin langsung pada organ yang diserang, misalnya pada pembuluh darah otak atau ke seluruh tubuh. c. Transplantasi sel induk (stem cell) Metode ini ditempuh dengan pengobatan berdosis tinggi dan radiasi yang bertujuan untuk membunuh sel kanker dan sel normal yang diproduksi di sumsum tulang. Setelah semua sel induk hilang, maka sumsum tulang

14

ditransplantasikan melalui sebuah pipa di pembuluh darah vena yang menembus ke tulang belakang di leher atau dada penderita. Perawatan dan pengobatan kanker seringkali menimbulkan efek samping yang spesifik sesuai dengan tipe terapinya dan tingkat keparahan kanker yang diderita. Umumnya, perawatan kanker memang selalu menimbulkan efek samping dikarenakan banyak jaringan yang mati karena pengobatan. Sebagai tambahan, penderita kanker juga perlu mendapatkan perawatan untuk mengatasi rasa sakit yang ditimbulkan akibat pengobatan dan juga konsultasi emosi selama menjalani perawatan. Perawatan ini disebut dengan perawatan paliatif dan support care.

15

II.7. Prognosis Banyak gambaran klinis telah dipakai sebagai indikator prognosis, tetapi kehilangan arti karena keberhasilan terapi. Misalnya, imunofenotip penting dalam mengarahkan terapi ke arah risiko, tetapi arti prognostiknya telah lenyap berkat regimen terapi kontemporer. Karena itu, terapi merupakan faktor prognostik tunggal yang paling penting. Hitung leukosit awal mempunyai hubungan linier terbalik dengan kemungkinan sembuh. Umur pada waktu diagnosis juga merupakan peramal yang dapat dipercaya (reliabel). Penderita berumur lebih dari 10 tahun dan yang kurang dari 12 bulan jauh lebih buruk dibanding anak dan, kelompok umur pertengahan (intermediate). Beberapa kelainan kromosom mempengaruhi hasil terapi. Hiperploidi lebih dari 50 kromosom berkaitan dengan hasil terapi baik dan memberi respons terhadap terapi berbasis antimetabolit. Dua translokasi kromosom-t(9;22). atau kromosom Philadelphia,. Dan t(4; 11)mempunyai prognosis buruk. Beberapa.peneliti menganjurkan CST selama remisi inisial pada penderita dengan translokasi tersebut. LLA progenitor sel-B dengan t(l; 19) mempunyai prognosis kurang baik dibanding kasus lain dengan imunofenotip ini; hanya 60% dari penderita akan remisi setelah 5 tahun jika tidak mendapat terapi sangat intensif. Dengan terapi agresif, 40-50% penderita yang mencapai remisi akan hidup lama (30-40% angka kesembuhan keseluruhan). Penderita yang.mengalami relaps setelah mendapat kemoterapi atau transplantasi autolog dapat diterapi dengan CST allogeneik sebagai terapi penyelamatan. Beberapa subtipe morfologi atau genetik LMA mempunyai prognosis yang lebih baik.

16

BAB III Asuhan Keperawatan III.1 Pengkajian Pengkajian merupakan tahapan pertama dari proses keperawatan yang meliputi pengumpulan data, mengatur dan memvalidasi data. Pengkajian harus sudah dilakukan sebelum diagnosa keperawatan dibuat. Pengkajian adalah bagian dari setiap aktifitas perawat yang dilakukan untuk dan bersama klien (Atkinson dan Murray, 1990) Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994) Identitas pasien Pengkajian Identitas pasien berisi data demografik faktual tentang klien. Data tersebut dapat berupa nama anak/orang tua, umur, alamat, nomor telepon, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, agama, kewarganegaraan dan tipe asuransi yang di tanggung serta data klien masuk RS. a. Umur. Pengkajian umur klien adalah untuk mengetahui usia anak terkait insidensi terjadinya leukimia pada anak, misalnya pada Leukemia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun dan Leukemia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukemia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Anak dengan LLA sel-T umumnya dari kelompok umur lebih tua dan lelaki lebih banyak; 66% menunjukkan massa mediastinum anterior, suatu gambaran yang sangat berkaitan dengan subtipe leukemia.

b. Pendidikan orang tua

17

Tingkat pendidikan menentukan seberapa jauh pengetahuan orang tua terhadap kesehatan mangingat kecenderungan pada msyarakat dengan pendidikan rendah kepedulian terhadap kesehatan maupun dalam mencari pertolongan kesehatan. c. Pekerjaan orang tua Pekerjaan orang tua menentukan kedekatan terhadap anak. Pada orng tua dengan karir yang padat makan hubungan antara anak dan orang tua sedikit mengalami jarak yang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap masalah anak. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Keluhan yang diraskan paling utama yang membuat klien merasa tidak nyaman yang menjadi alasan utama individu mencari bantuan profesional kesehatan. Dapat diperoleh langsung dari pasien jika mampu, dan bisa dari keluarga. Keluhan tergantung dari perasaan subjektifitas klien saat masalah dirasakan. Misalnya: Ibu dengan bingung mengungkapkan keadaan anaknya yang semakin melemah dan badanya demam serta pilek yang tidak sembuh-sembuh. b. Riwayat kesehatan dahulu Dalam pengkajian riwayat dahulu yang perlu dikaji adalah masalah kesehatan klien yang terjadi sebelumnya yang mungkin berkaitan dengan masalah yang dialami klien saat ini, seperti: pengobatan kanker sebelumnya. Mungkin ada riwayat infeksi virus atau eksantem dan penderita seperti tidak mengalami kesembuhan sempurna. Kegagalan sumsum tulang yang progresif sehingga timbul anemia, perdarahan (trombositopenia), dan demam (neutropenia, keganasan), gambaran ini biasanya mendorong pemeriksaan ke arah diagnosis. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.

18

Leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama. Terkadang, penderita tidak merasakan gejala apa-apa. Kondisinya memburuk dalam waktu lama. c. Riwayat kesehatan sekarang 1. Keluhan-keluhan yang dirasakan 2. Ada tidaknya penyakit penyerta yang diderita sat ini d. Riwayat kesehatan keluarga Pengkajian riwayat keluarga adalah meliputi semua masalah kesehatan yang pernah dialami keluarga terutama sang ibu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya riwayat penyakit yang diwariskan secara genetic, yang mempengaruhi kesehatan klien saat ini. Misalnya: adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot), Hemofili, Hipertensi, DM, Riwayat penyakit menular dalam keluarga, dll. Pemeriksaan fisisk Pengkajian umum pada leukemia meliputi : 1. Keadaan umum: 25% demam karena infeksi saluran nafas atau otitis media, jarang terjadi kenaikan TIK 2. Sirkulasi: terjadi perdarahan mukosa dan meningkat pada LMA 3. Neurosensori: mudah terstimulasi oleh rangsangan, kejang dan

kelumpuhan syaraf 4. Kepala: mata pucat, mulut terjadi hipertrofi ginggiva, pembengkakan kelenjar parotis, massa leukemia sering didaerah retro orbital dan epidural 5. Muskuloskeletal: letargi (kelemahan), 25% mengalami nyeri tulang dan artralgia (jarang pada LMA) 6. Kulit: iritabel, petecki (perdarahan mukosa),

19

7. Dada: hepatosplenomegali <6cm dibawah arkus aorta dan LMA lebih sering terjadi 8. Abdomen: nyeri abdomen, limfadenopati, 9. GI: hipermetabolisme, anoreksia, BB menurun dan keringat padamalam hari 10. Genetalia: pembesaran testis (relaps testikular biasanya menyebabkan pembengkakan tidak nyeri pada satu atau kedua testis), jarang terjadi priaspismus Pengkajian fokus 1. Kaji adanya tanda-tanda anemia : a. Pucat b. kelelahan c. Kelemahan d. Sesak e. sakit kepala f. muntah g. anoreksia h. Nafas cepat 2. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia a. Demam b. stomatitis

20

c. gejala infeksi pernafasan atas d. infeksi perkemihan e. infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus 3. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : a. Perdarahan membran mukosa ptechiae b. Purpura c. pembentukan hematoma 4. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola : a. Limfadenopati b. Hepatomegali c. Splenomegali 5. Kaji adanya pembesaran testis 6. Kaji adanya : 1. Hematuria 2. Hipertensi 3. Gagal ginjal 4. Inflamasi disekitar rektal 5. Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17)

21

Pengkajian Kebutuhan Nanda 1. Health promotion Pengetahuan/kesadaran untuk hidup sehat atau berfungsi normal dan strategis untuk kontrol utama dan meningkatkan kualitas (hidup sehat) atau normalitas fungsi. a. kesadaran kesehatan (pengenalan dari fungsi normal dan kesejahteraan) 1) Persepsi klien terhadap sakitnya 2) Pengetahuan klien terhadap penyakitnya b. managemen kesehatan (pengidentifikasian, pengontrolan, penampilan dan pembagian aktivitas untuk tujuan kesehatan dan kesejahteraan) 1) Usaha pencarian pengobatan 2) Penatalaksanaan klien terhadap penyakitnya 2. Nutrisi Kegiatan/aktivitas-aktivitas pengambilan, perpaduan/penerimaan dan

penggunaan nutrisi dalam tujuan untuk pemenuhan kebutuhan jaringan, perbaikan jaringan dan produksi energi. a. Ingesti.(asupan makanan/nutrisi-nutrisi ke tubuh). 1) Kaji intake nutrisi sebelum di RS 2) Kaji pola makan (berapa kali sehari) 3) Kaji porsi makan b. Digesti (aktivitas kimia dan fisika dalam mencukupi kebutuhan makan ke dalam suatu substansi yang dapat diserap dan dipadukan). 1) Kaji kemampuan menelan 2) Kaji adanya gangguan di gigi dan mulut 3) Kaji kemampuan mengunyah c. penyerapan (usaha dalam mengambil nutrisi melalui jaringan tubuh). 1) Kaji gangguan saluran cerna d. Metabolisme (proses kimia dan fisika yang terjadi pada kehidupan organ-organ dan untuk penggunaan dan pengembangan protoplasma, produksi kotoran dan energi, dengan pelepasan energi bagi seluruh proses vital).

22

1) Kaji kemampuan dalam sekresi e. hydrasi (pengambilan dan penyerapan cairan dan elektrolit). 1) Kaji intake cairan (dalam sekali minum berapa liter) 2) Kaji jenis makanan 3. Eliminasi Sekresi dan eksresi produksi kotoran dari tubuh a. sistem urinari (proses sekresi dan eksresi urine). 1) Kaji pola BAK (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak) b. sistem gastrointestinal (eksresi dan pengeluaran produksi kotoran dari abdomen) 1) Kaji pola BAB (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak) c. sistem pulmonary (pembersihan sisa-sisa/produksi metabolic, sekresi dan material asing dari paru-paru atau bronchus). 1) Kaji adanya batuk 2) Berapa jumlah produksi sputum 4. Aktivitas/istirahat Produksi, konservasi, pengeluaran atau balance sumber energi a. tidur/istirahat (tidur, berbaring, ketenangan, tidak beraktivitas) 1) Kaji pola tidur Frekuensi Lama tidur Kapan waktu tidur Bisa tidur nyenyak Ada sesak atau tidak

b. Aktivitas/olahraga (mobilitas tubuh, mengerjakan pekerjaan atau penampilan tindakan kadang/tidak selalu bertentangan dengan ketahanan) 1) Frekuensi olah raga 2) Kemampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari 3) Aktivitas yang masih bisa dilakukan selama kondisi sakit 4) Kaji apakah sesak mengganggu aktivitas klien

23

c. keseimbangan energi (suatu keadaan dinamis dari keharmonisan antara pemasukan dan pengeluaran dari sumber-sumber) 1) Kaji tenaga yang digunakan ketika tidur dan aktivitas d. respon kardiovascular/kardiopulmoner (mekanisme kardiopulmoner yang mensuport aktivitas/istirahat). e. Kaji kemampuan dalam beraktivitas f. Kaji adanya kelelahan ketika beraktivitas g. Kaji TTV sebelum dan sesudah beraktivitas h. Apakah aktivitas yang dilakukan menimbulkan sesak 5 : persepsi/kognisi Proses sistem informasi manusia tentang perhatian, orientasi, sensasi, persepsi dan komunikasi a. perhatian (kesiapan mental untuk mengerti /mengamati) b. orientasi (kesadaran akan waktu, tempat dan orang) c. sensori/persepsi (penerimaan informasi melalui indra perabaan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran dan kinesthesia dan pengertian dari suatu data sensasi berupa penamaan, asosiasi atau pemahaman) d. kognitif (penggunaan memori, belajar, berpikir memecahkan masalah, wawasan, kapasitas intelektual dan bahasa) e. komunikasi (mengirim dan menerima verbal dan non verbal informasi)

6 : persepsi diri Kesadaran tentang diri sendiri a. konsep diri (Persepsi tentang diri secara total). 1) Kondisi klien tentang diri setelah sakit b. harga diri ( pengkajian dari suatu/salah satu yang berharga, kepentingan dan keberhasilan) 1) Pengaruh sakit yang diderita terhadap harga diri klien c. citra tubuh (gambaran mental terhadap dirinya sendiri) 1) 2) Bagian tubuh klien yang paling tidak disukai Pandangan klien terhadap tubuhnya

24

7 : peran hubungan Keuntungan dan kerugian berhubungan/berasumsi antara orang/group dan berarti oleh yang mana hubungan ini terwujud. a. Peran pemberi perawatan (perhatian tiap-tiap orang di masyarakat diharapkan dapat menyediakan suatu perawatan kusus) b. hubungan keluarga( sekumpulan dari suatu masyarakat yang secara biologis berhubungan ) c. penampilan peran (kualitas setiap fungsi pola perilaku yang diharapkan dimasyarakat). 8 : seksualitas Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi a. identitas seksual (keadaan spesifik seseorang yang menghargai seksualitas / gender b. fungsi sexual (kapasitras/kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas sexual) c. reproduksi (setiap proses yang mana menghasilkan individu baru). 9 : koping/toleransi terhadap stress Kemampuan untuk menyelesaikan masalah terhadap peristiwa hidup/proses hidup a. respon post trauma (reaksi yang terjadi setelah trauma fisik dan psikologis) b. respon koping (proses mengelola stress lingkungan) respon fungsi saraf dan otak) 10 : prinsip hidup Prinsip-prinsip mendasar, mencakup, pemikiran dan tingkah laku tentang tindakan, kebiasaan atau adat yang tampak nyata atau mempunyai nilai yang dalam a. nilai (identifikasi dan rangking) b. kepercayaan (pendapat-pendapat, harapan-harapan atau penilaian dari suatu tindakan, ragam atau institusi yang tampak sebenarnya) c. neurobehavioral stress (respon tingkah laku sebagai wujud refleksi dari

25

c. nilai/kepercayaan/kesesuaian diri (penyelesaian atau keseimbangan yang tercapai antara nilai, kepercayaan dan aksi). 11 : keselamatan/perlindungan Kebebasan dari bahaya, perlukaan total, kerusakan sistem imun, menjaga dari suatu kehilangan, perlindungan dari kesehatan dan keselamatan. a. infeksi (respon host sehubungan dengan invasi patogen) b. cedera fisik (kesakitan jasmani/luka) c. kekerasan (penggunaan kekuatan berlebihan atau tenaga menyebabkan suatu perlukaan atau kerusakan). d. bahaya lingkungan ( sumber-sumber bahaya disekitarnya). e. proses bertahan (proses dimana tubuh melindungi dirinya dari bukan dirinya) f. pengaturan suhu (proses fisiologi dalam pengaturan suhu dan energi dalam tubuh untuk tujuan perlindungan dari organisme) 12 : kenyamanan Perasaan mental, psikis, kebutuhan sosial atau kenyamanan. a. kenyamanan fisik (rasa nyaman atau ketentraman) b. kenyamanann lingkungan (rasa nyaman di suatu lingkungan) c. kenyamanan sosial (rasa nyaman dalam suatu situasi sosial) 13 : pertumbuhan dan perkembangan Sesuai usia, pertumbuhan dalam dimensi fisik, sistem organ atau pencapaian perkembangan yang berarti. a. pertumbuhan (peningkatan dimensi fisik atau kematangan sistem organ) b. pencapaian (kekurangan pencapaian, kehilangan perkembangan yang berarti). Analisa Data

III.2 Diagnosa Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu,

26

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat (Wong,D.L, 2004 :331) Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah: NO 1 2 3 DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau 4 5 6 7 8 9 10 11 stomatitis Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak

III.3 Perencanaan Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.

27

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004 ) N O 1 DIAGNOSA Tujuan Resiko dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh berhubungan mengalami gejala infeksi Perencanaan Keperawatan Intervensi a) Pantau teliti b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus c) Anjurkan rumah sakit semua untuk teknik pengunjung dan staff menggunakan baik d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya seperti penusukan masalah gigi f) Inspeksi mukosa Bersihkan dengan baik g) Berikan periode membran mulut. mulut f) rongga mulut adalah medium untuk organisme g) menambah energi yang baik pertumbuhan infeksi tempat jarum, d) untuk kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi e) untuk intervensi dini penanganan infeksi mencegah suhu dengan gejalaRasional a) untuk mendeteksi

infeksi Tujuan : Anak tidak

kemungkinan infeksi b) untuk meminimalkan terpaparnya anak c) untuk meminimalkan pajanan organisme pada infektif

dari sumber infeksi

mencuci tangan dengan

ulserasi mukosa, dan

28

istirahat gangguan

tanpa

untuk

penyembuhan

dan regenerasi seluler h) untuk pertahanan tubuh i) diberikan profilaktik mengobati mendukung alami sebagai atau infeksi

h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia i) Berikan sesuai antibiotik ketentuan

Resiko kekurangan volume

tinggi Tidak cairan cairan Pasien dan

terjadi

a) Berikan awal b) Berikan secara waktu c) Kaji dan

antiemetik sebelum antiemetik teratur pada program anak

khusus a) untuk mencegah mual dan muntah b) untuk mencegah

kekurangan volume tidak mual muntah

dimulainya kemoterapi episode berulang

berhubungan muntah

dengan mual dan mengalami

kemoterapi respon c) karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil d) Hindari makanan memberikan yang d) bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah e) karena jumlah kecil biasanya ditoleransi f) untuk mempertahankan hidrasi a) jelaskan hilangnya langsung dari dan muntah bahwa nafsu mual serta terhadap anti emetik

beraroma menyengat e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering f) Berikan intravena 3 Perubahan nutrisi pasien kurang yang berhubungan kebutuhan tubuh mendapat cairan sesuai

ketentuan a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

dari nutrisi yang adekuat

makan adalah akibat

29

dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, samping kemoterapi atau dan stomatitis efek b) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat rencanakan memperbaiki ditoleransi, unmtuk kualitas

kemoterapi b) untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

gizi pada saat selera makan anak meningkat c) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas d) Izinkan anak untuk d) untuk mendorong agar anak mau makan e) karena jumlah yang kecil ditoleransi baik kebutuhan metabolik ditingkatkan juga cairan menghilangkan produk sisa, suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat f) Timbang BB, ukur TB f) membantu dalam begitu untuk jaringan biasanya dengan terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient c) untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

30

dan ketebalan lipatan kulit trisep

mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal a) informasi memberikan data dasar untuk atau mengevaluasi kebutuhan keefektifan intervensi

Nyeri berhubungan dengan fisiologis leukemia

yang pasien mengalami

tidak nyeri

a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

efek atau nyeri menurun dari sampai tingkat yang dapat diterima anak

b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena c) Evaluasi penghilang dengan efektifitas nyeri derajat

b) untuk meminimalkan rasa tidak aman

c) untuk dosis.

menentukan Waktu

kebutuhan perubahan pemberian atau obat

kesadaran dan sedasi d) Lakukan teknik d) sebagai tambahan e) untuk mencegah analgetik

pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat e) Berikan obat-obat anti 5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia terjadi peningkatan toleransi aktifitas nyeri secara teratur a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi aktifitas sehari-hari b) Berikan tenang lingkungan dan perlu dala

kambuhnya nyeri a) menentukan derajat dan ketidakmampuan efek

b) menghemat untuk aktifitas

energi dan

31

istirahat gangguan

tanpa

regenerasi seluler atau penyambungan jaringan c) mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi d) memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri a) karena area ini cenderung mengalami ulserasi b) untuk sirkulasi mencegah pada kulit merangsang dan tekanan

c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi aktifitas diinginkan dibutuhkan d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan 6 Kerusakan integritas berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas c) Mandikan dengan air hangat ringan d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker dan sabun pasien kulit mempertahankan integritas kulit ambulasi a) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal b) Ubah sering posisi dengan pada yang atau

c) mempertahankan kebersihan mengiritasi kulit d) efek kemerahan atau kulit terjadi kering dalam dan area pruritus, ulserasi dapat radiasi pada beberapa agen kemoterap tanpa

e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kering f) Dorong masukan kalori kulit yang

e) membantu mencegah friksi atau trauma kulit f) untuk mencegah

keseimbangan

32

protein yang adekuat g) Pilih longgar diatas teradiasi pakaian dan area yang lembut yang

nitrogen yang negatif g) untuk meminimalkan iritasi tambahan

Perubahan

pasien

tidak

a) Inspeksi oral

mulut

setiap

a) untuk

mendapatkan

membran mukosa mengalami mulut : stomatitis mukositis oral yang berhubungan dengan samping kemoterapi efek agen

hari untuk adanya ulkus b) Hindari mengukur suhu oral c) Gunakan berbulu aplikator dibalut kasa d) Berikan mulut dengan normal yang cairan atau pencucian sering salin tanpa sikat gigi lembut, berujung

tindakan yang segera b) untuk mencegah

trauma mukosa c) untuk trauma menghindari

kapas, atau jari yang d) untuk menuingkatkan penyembuhan

larutan bikarbonat e) Gunakan pelembab bibir e) untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah (fisura) pecah-

33

f) Hindari larutan anak kecil

penggunaan lidokain pada

f) karena bila digunakan pada muntah aspirasi dan faring, dapat refleks yang dapat menekan

mengakibatkan resiko menyebabkan kejang g) Berikan diet cair, lembut dan lunak h) Inspeksi hari i) Dorong masukan cairan dengan sedotan j) Hindari penggunaa swab gliserin, peroksida magnesia hidrogen dan susu j) dapat dapat gigi, mengiritasi membusukkan memperlambat jaringan yang luka dan menggunakan mulut setiap g) agar makanan yang masuk ditoleransi anak h) untuk i) untuk mendeteksi membantu kemungkinan infeksi melewati area nyeri dapat

penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mukosa k) untuk mencegah atau k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan l) Berikan analgetik a) Gunakan semua tindakan mencegah untuk perdarahan mengatasi mukositis l) untuk mengendalikan nyeri 8 Resiko yang berhubungan terhadap klien tidak a) karena perdarahan kondisi mengeringkan

cedera/perdarahan menunjukkan buktibukti perdarahan

memperberat anemia

anak dengan adanya

khususnya pada daerah

34

dengan penurunan jumlah trombosit

ekimosis b) Cegah ulserasi oral dan rektal c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut e) Laporkan setiap tandatanda (tekanan cepat, dan pucat) f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol a) untuk penyesuaian terhadap rambut b) arena hilangnya membantu rambut perdarahan hidung a) Dorong anak untuk memilih koping wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok b) Berikan penutup kepala yang adekuat angin selama atau c) untuk menyamarkan pemajanan pada sinar matahari, dingin c) Anjurkan untuk menjaga perlindungan rambut f) karena trombosit g) untuk perdarahan mencegah aspirin mempengaruhi fungsi perdarahan darah d) untuk perdarahan e) untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan mencegah b) karena kulit yang luka cenderung berdarah c) untuk perdarahan mencegah untuk

menurun, denyut nadi

Gangguan tubuh berhubungan dengan atau cepat penampilan

citra pasien atau keluarga menunjukkan perilaku

engembangkan kerontokan

alopesia positif perubahan pada

35

agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga mungkin 6 bulan warna dan atau

kebotakan parsial

d) untuk anak terhadap

menyiapkan dan keluarga perubahan rambut

penampilan baru e) untuk

teksturnya agak berbeda e) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya topi, 10 Perubahan proses pasien atau keluarga keluarga berhubungan dengan yang menderita menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik terapi tata wig, rias, skarf, dan

meningkatkan

penampilan

pakaian yang menarik a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak b) Jadwalkan waktu agar keluarga berkumpul gangguan dari staff c) Bantu merencanakan membantu menjalani yang normal d) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan keluarga masa anak kehidupan dapat tanpa

a) untuk

meminimalkan yang

kekhawatiran tidak perlu b) untuk komunikasi ekspresi perasaan c) untuk

mendorong dan

mempunyai anak atau leukemia

meningkatkan anak

perkembangan yang optimal

depan, khususnya dalam

d) memberikan kesempatan keluarga secara realistis pada untuk

menghadapi rasa takut

36

hidup e) Diskusikan keluarga mereka anak bersama bagaimana memberitahu tentang hasil e) untuk mempertahankan komunikasi terbuka dan jujur yang

tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan tambahan f) Hindari menjelaskan yang tidak untuk hal-hal sesuai terapi f) untuk mencegah rasa bertambahnya

khawatiran keluarga

dengan kenyataan yang 11 .Antisipasi berduka berhubungan potensial kehilangan anak pasien atau keluarga menerima mengatasi kematian anak dan ada a) Kaji tahapan berduka terhadap keluarga anak dan a) pengetahuan proses memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat lebih menghadapi kondisinya b) Berikan kontak yang b) untuk hubungan percaya mendorong komunikasi c) Bantu merencanakan perawatan anak, keluarga c) untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan menetapkan saling yang konsisten pada keluarga membantu efektif pasien dan keluarga tentang berduka

dengan perasaan kemungkinan

37

terutama terminal d) Fasilitasi

pada anak

tahap untuk melalui d) memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialam

mengespresikan perasaannya bermain

3.4 Implementasi Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331). 3.5 evaluasi Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah : 1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi 2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas 3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan. 4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

38

5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman 6. Masukan nutrisi adekuat 7. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman. 8. Kulit tetap bersih dan utuh 9. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik 10. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak. 11. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan Leukimia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari leukemia. Akan tetapi banyak faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu faktor genetik, radiasi, obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik, faktor herediter, ataupun kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. Secara singkat manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia yaitu pilek tidak sembuh-sembuh, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam dan anorexia, berat badan menurun, ptechiae, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang, persendian, nyeri abdomen, lumphedenopathy, hepatosplenomegaly dan abnormal WBC.

40

IV.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini kami sadar masih banyak sekali kekurangan. Kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk kami dalam pembuatan makalah kami berikutnya.

Daftar Pustaka Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2. Jakarta Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4. Jakarta: EGC.

41

42

You might also like