You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

BAB VI UJIMOLEKUL HAYATI

DISUSUN OLEH: A. Kurnia Jaka Octavian NIM : 01 302 1111 001 ProgramStudi : Kimia

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2012

Hari, tanggal : Senin, 17 Juni 2012 Dosen : Ismail Hendra, S.Si

Asisten Dosen : Purnamasari

PERCOBAAN V UJI MOLEKUL HAYATI I. LATAR BELAKANG


Bidang karbohidrat yang sangat luasitu dapat disederhanakan melalui pengelompokkan ke dalam tiga golongan monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Semua monosakarida dan disakarida serta beberapa polisakarida larut dalan air tetapi tidak larut dalam pelarut organic. Tabel 1. Beberapa Karbohidrat yang umum No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Karbohidrat Glukosa Fruktosa Galaktosa Manosa Xilosa Maltosa Sukrosa Laktosa Pati ( amilosa dan amilopektin) Glikogen Selulosa Imsulin Xilan Kelas MonoMonoMonoMonoMonoDiDiDiPoliPoliPoliPoliPoliSirup Jagung Gula, Tebu, Bit Susu Biji-bijian, Umbiumbian Hati, Otot Sel kayu Kapas Dahlia, Jerami, Tongkol, Jagung Sumber Madu Madu Monosakarida Hasil Hidrolisis Glukosa Fruktosa, glukosa Glukosa, galaktosa Glukosa Glukosa Glukosa Fruktosa Xilosa

Seperti kebanyakan alcohol, karbohidrat menjalani reaksi dehidrasi dengan asam sulfat pekat. Pentosa menghasilkan fultural, sedangkan ketoheksosa dan

adoheksosa menghasilkan metil fultural. Ini merupakan dasar dari uji molisch, yaitu uji umum untuk karbohidrat. Produk-produk dehidrasi dari karboidrat bereaksi dengan -naftol memberikan senyawa berwarna. Semua monosakarida dan disakarida mereduksi bahan pengoksidasi lemah seperti dalam reagen Fehling. Karbohidrat ini disebut gula pereduksi. Agar

berfungsi sebagai gula pereduksi hemiasetal yang dapat membukamenjadi aldehida. Istilah lipid digunakan untuk suatu kelompok bahan-bahan hayati yang tidak mempunyai sifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut dalampelarut organic. Komponen lain yang termasuk lipid adalah lemak dan minyakmerupakan lipid dalam keadaan fisis cair pada suhu kamar. Kelarutan protein di dalam suatu larutan sangat di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu, pH, suhu, kekuatan ionic, dan konstanta dielektrik pelarutnya. Suatu protein pada ummnya mengandung sejumlah asam-asam amino yang bermuatan positif (basa) dan dan asam-asam amino yang bermuatan negative (asam). Tergantung pada pH larutan dan banyaknya asam amino basa atau asa, maka jumlah gugus bermuatan positif dan negative itu bisa sama atau tidak sama. Pada pH tertentu gugus bemuatan positif suatu protein dapat sama dengan yangbermuatan negative, sehingga protein tersbut menjadi netral. pH tersebut di kenal sebagai pH isolistrik. Pada pH isolistrik umunya protein sangat mudah diendapkan.

II.

TUJUAN Mahasiswa dapa mengenali sifat fisis dan kimia molekul, karbohidrat, protein dan lemak. Memahami hubungan reaksi karbohidrat dengan strukturnya.

III. PROSEDUR PEKERJAAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, thermometer, kaki tiga, dan Bunsen.

3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, amilum, madu, reagen molisch,

air suling, Fehling A dan Fehling B, eter, alcohol, minyak kelapa dan minyak hewani, mentega dan madu. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Uji Karbohidrat

3.3.1.1 Uji Molisch Menyediakan 5 tabung reaksi yang bersih. Mengisi tabung 1 sampai dengan tabung 5 dengan 2 mL larutan glukosa 2%, dan 2 mL larutan fruktosa 2%, 2 mL larutan gula tebu (sukrosa) 2 %, 2 mL 2 mL larutan Kanji (amilum) 2% dan 2 mL madu ( 50% madu dalam air), kemudian menambahkan 2 tetes reagen Molisch (10% -naftol dalam etanol) kedalam masing-masing tabung.

Menuangkan 2 mL

pekat kedalam masing-masing tabung

melalui dinding tabung, sehingga terbentuk suatu lapisan dalam tabung (lakukan dalam lemari asam) dengan hati-hati. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 3.3.1.2 Uji Fehling Mengambil satu tabung reaksi dan mengisinya dengan 4mL air suling, Menambahkan 1 mL larutan Fehling A dan 1 mL Fehling B kedalam tabung reaksi. Mengisi tabung 1 sampai tabung 3 secara berurutan dengan 2mL larutan glukosa 10%, 2mL larutan sukrosa 10%, dan 2 mL larutan amilum 2 % kemudian memanaskan ketiga tabung reaksi dalam pemanas air, suhu sekitar 60%, selama 10 menit. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 3.3.2 Uji Kelarutan Lipid Memasukkan 2 mL pelarut ke dalam tabung reaksi yang bersih, pelarut yang digunakan adalah eter, , alcohol panas,

alcohol dingin, asam (HCl), alkali (NaOH), dan air, kemudian membubuhkan sedikit bahan percobaan (minyak kelapa, minyak hewani, mentega) ke dalam tabung yang sudah terisi pelarut. Mengocok tabung dengan kuat, mengamati hasilnya.

3.3.3

Penentuan Titik Cair dan Titik Beku Lipid Memasukkan bahan percobaan berupa cairan sampai setengah volume tabung. Meletakkan bagian tabung yang berisi cairan bahan percobaan dengan ujung thermometer air raksa, kemudian

membekukan bahan cairan tersebut dengan cara memasukkan tabung kedalam es dan mencatat berapa lama cairan tersebut membeku. Untuk menentukan titik cair, masukkan bahan percobaan ke dalam tabung reaksi. Meletakkan bagian tabung yang berisi bahan percobaan dengan ujung thermometer ai raksa. Tempatkan dalam gelas piala air setengah volume sehingga bagian tabung ada di atas permukaan air, memanaskan dengan hati-hati (api kecil), kemudian catat pada suhu berapa bahan tersebut mencair. 3.3.4 Kelarutan Albumin Memasukkan 3 mL larutan albumin 2% ke dalam 4 tabung reaksi yang bersih, kemudian memasukkan berturut-turut pada tabung diatas, masing-masing sebanyak 2 mL aquades (tabung 1), HCl 0.2% (tabung 2), NaOH 10% (tabung 3), dan Na-Karbonat .5% (tabung 4), kemudian memperhatikan kelarutan protein dalam tiap tabung dan mengamati kemungkinan terbentuknya endapan. 3.3.5 Titik Isolistrik Protein (Kasein) Menyediakan 9 buah tabung reaksi yang bersih dan isi dengan larutan sebagai berikut : No. Tabung Larutan Aquades Asam asetat 0.01 N Asam asetat 0.1 N Asam asetat 1 N 1 2 3 4 5 6 7 8 9

8.38 0.62 -

7.75 1.25 -

8.75 0.25 -

7.5 0.5 -

8 1 -

7 2 -

5 4 -

1 8 -

704 -

pH yang terjadi

5.9

5.6

5.3

5.0

4.7

4.4

4.1

3.8

1.6

Selanjutnya kedalam setiap tabung tambahkan masing-masing 1 mL kasein dan kocok. Mencatat kekeruhan yang terjadi segera setelah dikocok dan setelah 10 menit dengan tanda sebagai berikut : (-) (+/-) (+) (++) (+++) = tidak terjadi kekeruhan sama sekali =kekeruhan tipis sekali =kekeruhan sedikit =kekeruhan lebih banyak =kekeruhan paling banyak

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data pengamatan

Tabel 4.1.1 Uji Molisch Tabung 1 2 3 4 Zat Uji Glukosa 2% Fruktosa (madu) 2% Gula Tebu (Sukrosa) 2% Kanji (amilum) Perubahan Warna Abu-abu Abu-abu Ungu Abu-abu

Tabel 4.1.2 Uji Fehling Tabung Zat Uji Warna awal Perubahn Setelah Dipanaskan (60oC) Warna berubah menjadi orange, tetapi tidak ada endapan Warna berubah menjadi merah bata , tetapi tidak ada endapan Warna berubah menjadi biru 3 Amilum 2% Biru Muda muda bening,dan ada endapan putih dibawahnya.

Glukosa 10%

Kuning Kehijauan

Sukrosa 10%

Biru Tua

Tabel 4.1.3 Uji Kelarutan Lipid Pelarut Alkohol dingin Alkohol panas Kelarutan Minyak Kelapa Larut Tidak larut Kelarutan mentega Tidak larut Larut

CHCl3 Air Eter HCl NaOH

Larut Tidak larut Larut Tidak larut Tidak larut

Larut Tidak larut Larut Tidak larut Tidak larut

Tabel 4.1.4 Penentuan Titik Cair dan Titik Beku Lipid Pada Saat Awal Membeku (Titik Beku) Mencair (Titik Cair) Suhu 27oC 3oC 6oC Waktu yang Dibutuhkan 6 menit 16 detik 15 detik

Tabel 4.1.5 Kelarutan Albumin Tabung Pereaksi Perubahan yang Terjadi Pertama warnanya keruh putih, ketika 1 Albumin 2% + Aquades ditambah aquades warnanya tidak berubah, dan tidak ada endapan. Pertama warnanya keruh putih, ketika 2 Albumin 2% + HCl 0,2% ditambah HCl 0,2% warnanya berubah menjadi bening dan tidak ada endapan. Pertama warnanya keruh putih, ketika 3 Albumin 2% + NaOH 10% ditambah NaOH 10% warnanya berubah menjadi bening dan ada endapan dibawahnya. Pertama warnanya keruh putih, ketika 4 Albumin 2% + NaKarbonat 0,05% ditambah Na-Karbonat 0,05% warnanya berubah menjadi bening dan tidak ada endapan.

Tabel 4.1.6 Titik Isolistrik Protein (Kasein) Tabung 1 2 Pereaksi 8 mL Aquades + 1 mL CH3COOH 0,01 N + 1 mL Kasein 7 mL Aquades + 1,5 mL CH3COOH 0,01 N + 1 mL Kasein Kelarutan +/++

3 4 5 6 7 8 9

8 mL Aquades + 0,5 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 8 mL Aquades + 1 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 8 mL Aquades + 1 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 7 mL Aquades + 2 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 5 mL Aquades + 4 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 1 mL Aquades + 1 mL CH3COOH 0,1 N + 1 mL Kasein 7 mL Aquades + 1 mL Kasein

++ ++ ++ + + ++ +/-

4.2 Pembahasan Pada percobaaan kali ini kita melakukan pengujian terhadap molekul hayati. Diantara nya yaitu pengujian terhadap karbohidrat, protein dan lemak. Namun terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu karbohidrat, protein dan lemak. Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida). Karbohidrat dibagi dalam 4 golongan yaitu : monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada molekulnya, misalnya triosa dengan 3 atom C; tetrosa dengan 4 atom C; pentosa dengan 5 atom C; heksosa dengan 6 atom C dan heptosa sengan 7 atom C. Selain itu dibedakan atas gugus aldehid atau gugus keton yang dikandungnya menjadi aldosa dan ketosa. Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dan lain sebagainya. Disakarida adalah senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi 2 molekul monosakarida. Oligosakarida adalah karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi 2 sampai 10 molekul monosakarida.

Polisakarida merupakan polimer yang tetrdiri atas unit-unit monosakarida dan bila dihidrolisis menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. 4.2.1 Uji Karbohidrat 4.2.1.1 Uji Molisch Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam etanol) kemudian ditambah asam sulfat pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, maka pada bidang batas kedua lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid. Semua larutan gula yang diuji pada test molish ini dapat dioksidasi karena test molish adalah uji umum untuk karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini dipanaskan terlalu lama maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat. Bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan terhidrolisis membentuk furural. Furfural ini akan membentuk suatu persenyawaan dengan naftol ditandai dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena H2SO4 dapat menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida. Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida; menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH atau NaOH). Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makin tua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka cincin ungunya akan hilang menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak kuat. Uji biuret berlaku untuk senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Reaksi yang terjadi :

4.2.1.2 Uji Fehling Salah satu identifikasi dari gula pereduksi yaitu dengan uji fehling. Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling . Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain Pereaksi Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Benedict dan Tollens. Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Semua gula sederhana (monosakarida dan disakarida) merupakan gula pereduksi. Sedangkan polisakarida bukan merupakan gula pereduksi. Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

4.2.2

Uji Kelarutan Lipid Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Scy Tech Encyclopedia 2008). Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut dalam pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, eter, dan benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini disebabkan karena pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang dapat berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol.

4.2.3

Penentuan Titik Cair dan Titik Beku Lipid Pada praktikum kali ini yaitu penentuan titik cair dan titik beku lipid. Minyak goreng mengalami titik beku pada saat 3oC dalam jangka

waktu 6 menit 16 detik, dan mengalami titik cair pada saat 6oC dalam jangka waktu 15 detik, hal ini menunjukkan bahwa titik cair dari minyak goreng sangat cepat terjadinya, yaitu pada waktu 15 detik. Pada suhu kamar minyak berbentuk cair.

4.2.4

Kelarutan Albumin Larutan protein yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan albumin. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi, 1994). Kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan garam-garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena

kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Winarno, 2002). Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4 4,5 di mana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap, dalam hal ini pH isolistrik albumin adalah 4,55-4,90. Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air (Blogspot, 2007). Pada uji pengendapan protein oleh alkohol endapan yang paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat, diikuti oleh NaOH dan HCl. Buffer asetat menghasilkan endapan yang paling banyak karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH isolistrik albumin (4,55-4,90). Sedangkan pada reaksi denaturasi albumin tanpa penambahan alkohol, endapan yang paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat, diikuti oleh HCl dan

NaOH ; penambahan bufer asetat bertujuan agar pH isolistrik tercapai, sehingga albumin dapat terdenaturasi. 4.2.5 Titik Isolistrik Protein (Kasein) Titik isoelektrik dapat ditentukan berdasar kekeruhan dan endapan karena pada titik dekat isoelektrik akan terjadi gaya tolakmenolak elektrostatik yang menyebabkan kelarutan minimum,

sehingga terjadi kekeruhan. Setiap jenis protein memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang berbedabeda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Pada praktikum di atas, semaikn kecil pH buffer asetatnya, semakin banyak endapannya. Karena pH yang kecil dan benyak membantuk endapan berarti selisih muatan listriknya antara yang positif dan negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan membantuk endapan atau warna keruh. Jadi, pada pH 3,8 dan 4,7 sebagai dua pH terkecil dapat membentuk endapan, karena terbentuk muatan negatif dan positif yang sama.

V.

KESIMPULAN Karbohidrat merupakan polihidroksil aldehid atau keton yang secara alamiah terbagi menjadi tiga yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Lipida adalah senyawa organic yang biasanya tidak larut dalam air hal ini disebabkan karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2-CH2-CH2-)maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Protein adalah poliamida yang dihubungkan dengan ikatan peptide, dan dapat dihidrolisis menjadi asam-asam amino.

Asam amino dibagi menjadi dua yaitu asam amino essensial dan asam amino non esensial. Berdasarkan komposisi kimia nya protein dibagi menjadi dua yaitu protein sederhana dan protein konjugas

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Asam Amino Esensial dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_amino . Anonim. Sifat Fisika Lemak dalam http.//www.artikelkimia.info/bagaimanakah-sifatfisika-lemak Anonim. Sifat-sifat Lemak dan Minyak dalam http://forum.upi.edu/v3/index/sifat-sifatlemak-dan-minyal . Rivai, Bakti, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I, Indralaya. Universitas Sriwijaya Valdisreinaldo. 2011. Struktur Protein dan Fungsi Protein dalam

http://valdisreinaldo.blogspot.com/2011/07/struktur-protein-dan-fungsi-protein.html

You might also like