You are on page 1of 22

PENGEMBANGAN KETRAMPILAN PEMBUATAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN SAINS MELALUI PEMANFAATAN BAHAN -BAHAN SEDERHANA PADA DIKLAT GURU

MAPEL SAINS MADRASAH IBTIDKIYAH

Oleh: Drs. Miftakhul Anwar, Dip.Ed Abstrak: Karya tulis ilmiah ini merupakan hasil gagasan yang berjudul

Pengembangan Ketrampilan Pembuatan Alat Peraga Pembelajaran Sains Melalui Pemanfaatan Bahan-Bahan Sederhana Pada Diklat Guru Sains Madrasah Ibtidakiyah Dengan tujuan: Untuk mengetahui pembuatan dan kegunaan alat peraga pada pembelajaran Sains Madrasah Ibtidakiyah Alat peraga pembelajaran sains yang dibuat dari bahan-bahan sederhana

mempunyai keberfaatan dan aplikasih yang tinggi serta dapat meningkat kreatifitas, partisipasi, inovatif pembelajaran sehingga kualitas dan hasil pembelajarannya dapat meningkat

Kata kunci: Alat peraga sederhana , pembelajaran

A. Pendahuluan Menuruu Undang-undang RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban, diantaranya adalah menciptakan suasana pendidikan yang Proses pembelajaran

bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
1

peserta didik Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi ( Permendiknas No. 41 2007 ) Selanjutnya pembelajaran s ains adalah pembelajaran berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta -fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu pendidikan sains harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Standar Isi,2006). Menurut (Druxes dkk., 1995), sains adalah pelajaran eksprimen, yaitu pelajaran yang harus disertai percobaan . Nur (2004) mengatakan belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran sains harus memberikan pengalaman nyata atau kontekstual pada siswa, siswa tidak hanya belajar sains melalalui hafalan tentang teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil atau rumus-rumus saja, akan tetapi pengetahuan itu dibangun siswa melalui pengalaman yata. Hutagalung (2001), kita bisa menikmati hasil perkembangan teknologi, tetapi kita tidak mengetahui bagaimana proses penemuan teknologi dan ilmu yang mendasari penemuan teknologi itu sendiri. Salah satu ilmu penting yang

mengantar ditemukan teknologi adalah ilmu sains. Oleh karena itu pembelajaran sains perlu mengaitkan dan pengaplikasikan konsep sains pada tekonologi, sehingga siswa tahu apa manfaatnya mereka belajar sains. Marthen (2007),

mengatakan perlunya mengaplikasikan konsep -konsep sains pada teknologi, ini akan membangkitkan antusias dan motivasi siswa untuk belajar sains Seorang guru dituntut kreatif, inovatif dalam menciptakan suasana pembelajaran. Siswa jangan diajarkan menghafal teori -teori, konsep-konsep, fakta, rumus-rumus saja dengan metode ceramah seh ingga membuat siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Memberikan pengalaman lansung

dengan mengaitkan apa yang dipelajari dengan kontek yang nyata akan lebih bermakna bagi siswa. Oleh karena pembelajaran sains akan menyenangkan maka
2

guru harus menggunakan alat peraga pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran sains dapat dicapai oleh siswa. Akan tetapi yang menjadi kendala di lapangan adalah sebagian besar Madrasah Ibtidakiyah di wilayah Jawa Timur tidak mempunyai sarana laboratorium dengan peralatannya atau alat peraga yang memadai (Survey Peserta Diklat guru Sains Madrasah Ibtidakiyah , 2010). Jika ada, peralatannya rusak, kurang memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini disebabkan

ketersediaan dana atau alatn ya berasal dari bantuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Jika membeli harganya mahal, dan tidak terjangkau, terutama

sekolah-sekolah yang berada di pedesaan atau pinggiran. Selain itu guru tidak punya daya kreativitas dan inovatif, motivasi, dan penga laman membuat alat peraga yang tepat dan terbuat dari bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah serta terjangkau, dan juga bagaimana mengaitkan konsep sains pada teknologi. Sehingga sekolah yang tidak mempunyai alat peraga, guru terpaksa mengajarkan Sains kapur murni yaitu mengajar sains hanya bermodalkan kapur saja yang membuat banyak siswa menjadi bosan, sehinnga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Munculnya masalah di atas perlu dipecahkan dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru sains tentang pembuatan alat peraga pembelajaran sains. Oleh karena itu penulis menyajikan tulisan berjudul Pengembangan Ketrampilan Pembuatan Alat peraga Pembelajaran Sains Melalui Pemanfaatan Bahan-Bahan Sederhana Pada Diklat Guru Mapel Sains Madrasah Ibtidakiyah

B. PENGERTIAN DAN DASAR PEMBUATAN ALAT PERAGA SEDERHANA Alat alat peraga pembelajaran adalah semua benda dan sarana yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran agar dapat memperjelas dan mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Gumawam (1996)

mendefinisikan alat peraga pembelajaran (teachinh aids audiovisua l) adalah alatalat yang digunakan oleh guru pada saat mengajar untuk memperjelas materi
3

pelajaran dan mencegak terjadinya verbalisme pada siswa Sedangkan alat peraga IPA sederhana merupakan benda yang digunakan untuk mempermudah pemahaman materi IPA dan t erbuat dari bahan yang mudah dan murah harganya, serta dapat dibuat secara mudah oleh guru mata pelajaran IPA. Proses belajar-mengajar di sekolah mencakup penyajian berbagai mata pelajaran baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan maupun untuk bekal pengetahuan dan keterampilan. Proses Belajar-Mengajar akan menarik dan merangsang rasa ingin tahu serta para peserta didik ingin mencoba jika proses belajar-mengajar tersebut dilengkapi dengan alat peraga, sehingga mengaktifkan belajar para peserta didik. Proses belajar-mengajar di sekolah harus disajikan dengan bentuk kongkrit sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu. Itulah sebabnya alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan. Keterbatasan tingkat berpikir peserta didik harus sebenarnya melalui percobaan atau dengan menggunakan alat peraga. Kepentingan Pembuatan Alat Peraga Sesuai dengan kebutuhan di sekolah dan tuntutan perkembangan peserta didik serta kebutuhan akan nilai angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan para guru. Maka diharapkan para guru membuat alat peraga yang memadai, sebab bagi suatu sekolah mengadakan alat peraga bersumber dari: 1. Pemerintah, biasanya bentuk, jenis dan jumlah alat untuk setiap s atuan pendidikan adalah sama. 2. Membeli alat peraga jadi, sesuai keadaan keuangan dan keperluan. 3. Membuat alat peraga sendiri sesuai kebutuhan dengan mengingat bahan dan alat yang diperlukan mudah didapat sederhana dan harganya relatif lebih murah. Ketiga sumber tersebut memiliki keterbatasan masing -masing. alokasi alat peraga dan alat praktek dari pemerintah bersifat sewaktu -waktu dan berupa alat-alat pokok yang sukar didapat di pasaran. Membeli sendiri dengan dana sekolah, mungkin kemampuan dana terbatas d an mungkin pula alat yang diperlukan sukar didapat atau tidak ada di pasaran. Sedangkan membuat alat
4

peraga sendiri keterbatasannya relatif kecil dan sesuai pula dengan tuntutan dan persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan, dan membuat alat peraga sendiri sangat mungkin karena: 1. Bahan yang diperlukan selalu murah didapat, kadang -kadang pula bahan merupakan barang-barang yang terbuang sederhana yang dapat dimanfaatkan kembali. 2. Bahan harganya relatif murah, apa bila karena sesuatu hal terpaksa harus ada bahan yang dibeli. 3. Membuat alat peraga sendiri memberikan pengalaman dan menumbuhkan daya kreasi guru dan melatih berfikir produktif. 4. Bahan dan alat hasil buatan sendiri akan lebih menimbulkan kepuasan apabila berhasil cukup baik. Dalam rangka meningkatkan mu tu pendidikan di sekolah yang merupakan keharusan adanya berbagai upaya yang mengarah kepada pencukupan kebutuhan di sekolah khususnya perlengkapan alat peraga untuk lebih meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar pada hakekatn ya adalah merupakan proses komunikasi dikatakan berhasil apabila diantara guru (sebagai komunikator) dengan peserta didik (sebagai komunikan) terdapat kesamaan pengertian dan pemahaman yang dimaksud tugas, sehingga tujuan yang terkandung dan merupakan isi tugas tersebut dapat terlaksanan dengan baik. Komunikasi itu akan sangat terbantu kelancarannya apabila pada prosesnya dipergunakan alat peraga yang memadai sesuai dengan topik pembicaraan. Hal diatas inilah sebenarnya yang dimaksud dalam pembuatan alat p eraga, yaitu dalam arti lain agar terwujudnya suatu kegiatan baru dalam rangka mempersiapkan kegiatan proses belajar -mengajar dengan baik, yaitu kegiatan membuat dan menggunakan sendiri alat peraga atau alat praktek yang diperlukan untuk membantu berhasilnya pembahasan suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran. Jenis-jenis Alat Peraga yang Diperlukan Alat peraga pada dasarnya merupakan alat pembantu yang dapat menjembatani jarak antara komunikator dan komunikan dalam membahas suatu
5

masalah. Untuk itu jenis ragamnya sangat banyak, dari bentuk yang paling sederhana sampai kepada bentuk yang modern seperti alat -alat peraga yang elektronis. Cece Wijaya, dkk. menggolong-golongkan alat peraga tersebut, sehingga untuk setiap sekolah akan diperoleh alat peraga yang termasuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Gambar Sketsa Gambar yag diproyeksikan dengan Opaque Projector Diagram Bagan Benda Asli Model Barang Contoh atau Spesimen Alat Tiruan Sederhana atau Mock -Up Diorama Pameran

Prinsip-prinsip Membuat Alat Peraga Sederhana Dilihat dari kompleksitas bahan dan pemakaiannya, alat peraga itu terbagi dua yaitu, alat peraga sederhana dan alat peraga elektronis. Alat peraga sederhana dapat dibuat oleh guru dengan menggunakan bahan -bahan yang tersedia di masyarakat seperti karon manila, tanah liat, kertas sederhana. Alat peraga elektronis dibuat di pabrik disuguhkan untuk kepentingan umum dalam bidang pendidikan, penerangan, dan penyuuhan. Disamping harganya mahal, juga membutuhkan keterampilan dalam menggunakan di sekolah. Guru-guru di desa sangat jarang menggunakan alat peraga elektronis karena selain tidak ada tenaga listrik, mereka tidak mampu membelinya. Merek a menggunakan alat-alat peraga sederhana untuk keperluan proses belajar -mengajar di sekolah seperti gambar pada kertas biasa, grafik, model benda -benda nyata, peta datar, peta timbul, dan benda -benda tiruan sederhana.
6

Pembuatan alat-alat peraga sederhana dapat dilakukan dengan berprinsip pada hal-hal sebagai berikut: 1. Kemauan yang kuat untuk membuatnya walaupun kemampuan untuk mengerjakannya sebaik yang diharapkan itu terbatas. Usaha memaksakan diri ini merupakan sarana yang ampuh bagi terciptanya alat bantu pelajaran yang dibutuhkan bagi keperluan belajar -mengajar. 2. Keberanian meminta bantuan teman sejawat untuk bersama -sama membuatnya, mulai dari pembuatan desainnya, pemilihan bahannya, sampai pada pembuatannya menjadi baranag jadi yang digunakan dalam bela jar di sekolah. 3. Keberanian meminta bantuan kepada pembuat alat peraga pusat sumber belajar berupa alat-alat peraga yang dibutuhkan untuk keperluan proses belajar mengajar. Untuk kepentingan itu sebaiknya sebaiknya sekolah mengadakan kontrak kerja sama pendidikan dengan pembuat alat itu. 4. Ketekunan mengumpulkan bend -benda koneksi untuk kepentingan proises belajar-mengajar ada saat diselenggarakannya karyawisata ke sebuah daerah atau pada kegiatan-kegiatan lainnya. 5. Penugasan kepada peserta didik untuk membu atnya di bawah bimbingan guru yang hasilnya diperlihatkan kepada peserta didik lainnya untuk dipelajari dengan baik. Alat bantuan peserta didik dapat dipakai untuk memperjelas suara pengertian di hadapan peserta didik lainnya. 6. Keberanian mengamati benda -benda pameran; mana diantara sekian benda itu yang relevan dengan keperluan proses belajar -mengajar. Benda-benda itu diseleksi dan yang terpilih dipesan untuk dibeli sesuai dengan kemampuan.

Jika sangat diperlukan, dapat meminta bantuan melalui kerja sama antar lembaga. Istilah kesederhanaan alat-alat peraga proses belajar-mengajar tidak hanya mencakup cara membuatnya, tetapi juga menyangkut bahan yang diperlukan, antara lain yaitu: a) Bahan yang cukup murah dan mudah didapat. b) Bahan yang mudah dikerjakan ol eh guru dan peserta didik. c) Bahan yang dapat dipinjam untuk keperluan sementara. d) Bahan yang tersedia di sekolah. e) Bahan yang dapat disumbangkan oleh orang tua peserta didik.
7

f) Bahan yang dapat digunakan dengan kombinasi alat -alat peraga lainnya. g) Bahan yang dapat dipakai seketika. Pembinaan diri untuk memperoleh keterampilan membuat alat -alat peraga sederhana dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut : 1) Guru rajin membaca buku tentang alat peraga yang membuat cara -cara membuat macam-macam alat peraga proses belajar -mengajar. Buku ini banyak tersedia di toko-toko buku atau di perpustakaan. 2) Melakukan latihan membuat alat -alat peraga di rumah atau di sekolah sesuai dengan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Latihan itu bisa dilakukan bersama peserta didik atau bersama rekan -rekan kerja. 3) Sekolah mengundang nara sumber yang ahli dalam membuat alat -alat peraga. Ia diminta memberikan penjelasan di hadapan guru -guru tentang cara-cara membuat alat-alat peraga sederhana. 4) Guru yang sudah mahir dalam membuat alat peraga diminta kesediannya untuk memberikan pelatihan kepada guru -guru lainnya. Iuran berupa uang untuk menghargai profesinya sangat wajar diberikan. 5) Mungkin ada orang tua yang pandai membuiat alat peraga. Sekolah dapat meminta bantuannya untuk memberikan pelatihan keterampilan membuat alat alat peraga itu. Kami kira ia akan senang menerima tawaran itu sebab ia merasa diikutkan tanggung jawabnya.

Syarat Membuat Alat Peraga Sederhana Sehubungan dengan pembuatan alat peraga sederhana, maka untuk setiap jenis alat peraga yang akan dibuat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Nilai guna dan manfaat alat peraga yang akan dibuat harus cukup besar dalam penggunaannya dala arti tepat sasaran sesuai pokok bahasan. 2. Alat peraga yang dibuat mudah dipahami oleh peserta didik. 3. Bahan-bahan untuk membuat alat peraga tersebut tersedia di alam sekitar sekolah atau lingkungan hidup peserta didik hingga mudah untuk did apat.

4. Apabila diperlukan bahan -bahan yang harus dibeli maka harga bahan relatif murah sehingga terjangkau oleh peserta didik, guruatau sekolah. 5. Lebih baik apabila dipikirkan kemungkinan pembuatan alat peraga tersebut dengan menggunakan bahan dari barang -barang sederhana yang banyak terdapat dalam kehidupan sehari -hari, seperti karet, plastik, kaleng sederhana dan sebagainya. 6. Dalam pembuatan alat peraga tersebut diperlukan alat -alat yang sederhana dan diperkirakan tersedia di dalam kehidupan rumah tangga peserta didik. 7. Disamping disajikan tentang pembuatan dan penggunaannya juga diberikan petunjuk tentang cara-cara pemeliharaan dan penyampaiannya.

CARA MEMBUAT ALAT PERAGA SEDERHANA Alat peraga yang dibuat harus sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai serta disesuaikan pula dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Adapun cara membuat alat peraga sederhana tersebut adalah sebaga i berikut :

Membuat Poster Poster kini banyak digunakan orang. Sering kita melihat poster terpampang di tempat-tempat strategis yang banyak dikunjungi atau dilewati orang. Poster disajikan dalam berbagai bentuk, warna, ukuran dan teknik penyajian untuk menarik perhatian orang-orang yang melihatnya sehingga mereka tertarik dan mau melakukan sesuatu dengan yang diharapkan oleh poster tersebut. Poster sangat efektif untuk dijadikan alat peraga komunikasi dalam penyampaian ide -ide (gagasan-gagasan) serta pesan-pesan dan dapat digunakan untuk keperluan promosi, iklan, imbauan, larangan, mencari dukungan dan sebagainya.

Contoh poster:

Gambar 1. Pesan yang disampaikan gambar 1 adalah perlunya melakukan penghijauan kembali 1. Ciri-ciri poster yang baik a. Berupa gambaran atau lukisan. b. Dapat menyampaikan pesan dan ide -ide tertentu. c. Memperbesar sketsa sebesar yang dikehendaki. Sketsa-sketsa yang telah dibuat dalam bentuk kecil kemudian dipilih. Sketsa yang paling cocok kemudian diperbesar sebagaimana yang d ikehendaki. Banyak cara untuk

memperbesarnya, dantaranya dengan sistem skala. d. Pemberian warna. Setelah rancangan poster itu selesai kemudian diberi warna dengan tata warna yang serasi. Dalam pemberian warna itu perlu diperhatikan, apakah poster itu akan d itempel pada tempat yang terang atau tempat yang redup? Apakah poster itu untuk dilihat malam hari atau siang hari? e. Letering, susunlah pesan atau teks di dalamnya dengan komposisi huruf yang serasi dan tidak boleh terlalu ramai. Kata -kata yang digunakan ha rus ringkas
10

dan bermakna. Jika dianggap perlu, gunakan huruf gosok (Rugos, Mecanorma, Letraset, dan sebagainya) yang dijual di toko. Sketsa yang diperbesar Pembuatan poster ini bisa langsung digambar dengan tangan, dengan sablon atau dengan foto.

2. Cara menggunakan poster a) Digunakan sebagai alat peraga pengajaran di dalam kelas. Untuk mengajarkan suatu topik pengajaran, guru menggunakan satu atau beberapa poster di dalam kelas. b) Digunakan sebagai proyek menggambar . di dalam pengajaran menggambar peserta didik disuruh membuat poster dengan maksud melatih peserta didik untuk mengungkapkan ide (gagasan) dalamm bentuk gabar dan tulisan. Tentu saja sebelum peserta didik diberi tugas membuat poster terlebih dahulu dijelaskan tentang cara-cara membuatnya. c) Poster juga bisa digunakan untuk alat peraga bagi peserta didik misalnya dalam Kampanye pemilihan ketua OSIS dan atau kegiatan OSIS. d) Digunakan untuk memberikan imbauan, anjuran, larangan atau peringatanpada tempat-tempat tertentu. Misalnya di perpustakaan d ibuat poster yang berbunyi : Setelah Anda membaca, simpanlah buku pada tempatnya, Dilarang merokok, Buanglah sampah pada tempatnya, dan banyak lagi yang lainnya.

3. Peranan Poster sebagai alat peraga pengajaran a) Dapat membantu guru dalam menyampakan pelajaran dan membantu peserta didik dalam belajar. b) Menarik perhatian peserta didik sehingga terdorong untuk lebih giat belajar. c) Dapat membantu daya ingat (retensi) peserta didik. d) Dapat ditempel di sembarang tempat. e) Dapat disimpan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan poster a) Untuk apa poster itu ditujukan/digunakan, apabila untuk anak SD, SLTP, SLTA, untuk pria atau wanita, dan sebagainya.
11

b) Dimana poster itu akan ditempel, di ruangan terbuka atau di ruangan tertutup. c) Beberapa lama poster itu harus ditempel. d) Oleh karena menggunakan lata -kata dan simbol yang sangat singkat, maka ada kemungkinan timbulnya salah tafsir. e) Poster sangat dipengaruhi ole h tingkat pengetahuan orang yang melihatnya.

5. Cara membuatnya a) Menetapkan rancangan isi yang meliputi : 5. Menetapkan topik atau tema poster, 6. Merumuskan tujuan khusus, 7. Menetapkan pokok-pokok materi yang akan dituangkan ke dalam poster b) Merencanakan gambar dengan sketsa kasar.

Agar memperoleh hasil gambar yang baik dan serasi, maka sebelum gagasan dituangkan ke dalam gambar poster yang sebenarnya, terlebih dahulu dibuat dalam bentuk sketsa. Sebaiknya sketsa itu dibuat edalam bentuk kecil sebanyak-banyaknyasehingga dapat diketahui berbagai kemungkinan gambar yang dapat dibuat. Keuntungan lain pembauatn sketsa dalam bentuk kecil antara lain : 8. Tidak banyak waktu untuk membuatnya, 9. Menghemat penggunaan bahan, 10.Dapat memilih komposisi dengan mudah, 11.Kesalahan alat kekeliruan dalam rancangan segera dapat terkontrol

Membuat Papan Flanel Papan flanel sangat efektif untuk memvisualisasikan suatu gagasan melalui penelpelan huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol lainnya. Papan flanel ini sering digunakan untuk penerangan seperti informasi tentang keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular, pemberantasan hama -hama tanaman, dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan, papan flanel ini dpaat digunakan dalam berbagai bidang studi seperti untuk belajar membaca p ewrmulaan, mengenal konsep
12

perkalian, pembagian, mengenal kunci -kunci nada, rambu-rambu lalu lintas, mengenal tokoh-tokoh perjuangan dalam sejarah, dan banyak lagi yang lainnya. Contoh Penggunaan papa planel:

Gambar. 2 Pesan disampaikan dilarang menggunaka poncsel saat berkendara Kelebihan papan flanel sebagai alat pengajaran : 1) Mudah membuatnya, 2) Bahan-bahan dan peralatannya mudah didapat, 3) Harganya relatif murah, 4) Dapat digunakan dalam berbagai bidang pengajaran, 5) Dapat dibuat dalam berbagai ukurans sesuai dengan yanng dibutuhkan 6) Isi pesannya mudah diganti ganti
13

7) Mudah menggunakannya 8) Dapat digunakan dalam berbagai tingkatan pendidikan dari mulai t aman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

Cara membuatnya : 1) Bahan yang diperlukan : a. Kain flanel; b. Tripleks atau teak block (teak -block) c. Paku, skrup gantungan, bingkai aluminium; d. Karton dan perekat.

2) Alat- alat yang diperlukan : a. Gergaji b. Palu c. Ampelas, gunting, dan meteran; d. Penggaris. 3) Proses membuatnya : a. Potong tripleks atau tiblok sepanjang ukuran yan g diperlukan, kemudian sisi sisinya diampelas supaya halus. b. Gunting kain flanel sepanjang yang diperlukan. Apabila panjang tripleks 60 x 85 cm. c. Letakkan karton di atas tripleks sehingga seluruh bagian depannya tertutup. Supaya kartonnya tidak bergeser -geser, sebaiknya diberi perekat. Fungsi karton ini suapay alas flanelnya rata. d. Letakkan kain flanel di atas tripleks yang sudah dilapisi karton, rekatkan ujung flanelnya supaya semua sisi flanel itu menempel, kemudian jepit dengan bingkai aluminium dan paku supaya kokoh. e. Pasang skrup gantungan di bagian atasnya untuk tempat menggantungan apabila papan flanel itu akan digantungkan di dinding.

4) Penggunaan papan flanel :

14

a. Tahap persiapan. Dalam tahap ini guru membuat bahan -bahan yang akan ditempelkan, baik berupa huruf, angka -angka, gambar-gambar, maupun simbol-simbol lain. Bagian yang akan ditempelkan diberi lapisan kain flanel atau lakan yang berbulu. Pembuatan ini dilakukan sebelum proses belajar -mengajar dimulai. Warna tempelan harus kontras dengan warna dasar kain flanel supaya kelihatannya jelas. b. Penyajian di dalam kelas. Gantungkan papan flanel itu pada tyempat peserta didik, jangan terlalu bawah atau terlalu atas, dan juga jangan terlalu jauh. Guru menempelkan bahan tempelan secar a berurutan sesuai dengan urutan materi pelajarannya sambil memberikan penjelasan seperlunya. Bentuk lain penggunaan papan flanel ialah sebagai arena permainan untuk melatih keberanian dan keterampilan peserta didik dalam memilih bahan tempelan yang cocok. Misalnya guru terlebih dahulu menempelkan dua buah huruf b dan a kemudian peserta didik disuruh menyambung huruf tersebut hingga menjadi nama binatang (ba ...) Papan flanel dapat juga dijadikan tempat untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam bidang menggambarkan atau membuat karya tulis (sajak, puisi, dan lalin -lain). Papan ini dipasang pada tempat terbuka, dan setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk menempelkan karyanya atau membaca hasil karya orang lain. Kegiatan seperti ini biasanya dikelola oleh OSIS. Penempelannya biasanya dilakukan seminggu sekali

Membuat papan Magnetik (papan putih) Pada mulanya tempat yang digunakan untuk menulis adalah papan tulis yang berwarna hitam (blackboard) yang dibuat dari kayu hardboard, disandarkan pada rangka kayu yang berkaki tiga. Sekarang penggunaan papan tulis seperti itu dianggap kurang efektif lagi karena sangat terbatas daya gunanya, disamping itu debu -debu kapurnya dapat menimbulkan polusi udara. Oleh karena itu, sekarang di sekolah -sekolah banyak digunakan papan
15

magnetik meskipun belum semua sekolah dapat menggunakan karena alasan biaya pengadaannya. Contoh papan magnetic

Gambar.3 Kelebihan-kelebihan papan magnetik Meskipun pembuatan papan magnetik ini biayanya lebih besar jika dibandingkan dengan papan flanel, penggunaannya mempunyai kelebihan kelebihan dari pada papan flanel, yaitu : 1) Tempelan benda-benda atau gambar pada papan magnetikm yaitu lebih kuat jika dibandingkan dengan tempelan pada papan flanel. 2) Bila dipakai pada tempat terbuka, misalnya di pinggir lapangan sepak bola untuk mengajarkan teknik bermain sepak bola. 3) Mempunyai fungsi ganda, yaitu bisa digunakan untuk tempat menempelkan dan juga bisa berperan sebagai papan tulis dengan menggunakan spidol khusus untuk itu. 4) Simbol-simbol yang ditempelkan, di bawahnay memakai magnet sehingga dapat dipindah-pindah tanpa harus mengangkatnya. 5) Dalam keadaan darurat, papan magnetik bisa digunakan untuk layar proyektor.
16

Pembuatan papan magnetik 1) a. b. c. d. e. 2) a. b. c. d. Bahan-bahan yang diperlukan : Tik blok / tripleks Selembar logam yang bersifat magnetik Bingkai dari aluminium Potongan-potongan magnetik kecil Paku dan skrup gantungan Alat-alat yang diperlukan : Gergaji besi untuk memotong lembaran logam magnetik Gergaji kayu untuk memotong tikblok atau triplek Palu Meteran

3) Cara membuatnya : a. Potonglah lembaran logam dan tikblok seoanjang ukuran yang diperlukan b. Permukaan tikblok diampelas supaya rata c. Rekatkan lapisan logam pada tikblok d. Ampelas sisi papan tersebut supaya rapi e. Pasang bingkai aluminium pada sisi papan tersebut, kemudian paku sampai kokoh. f. Bila ukurannya kecil, pasang skrup gantungan di bagian atasnya untuk menggantungkan papan tersebut . Akan tetapi kalau ukuran besar, sebaiknya dibuat standar khusus. Penggunaan Papan Magnetik 1) Digunakan untuk menulis dengan menggunakan spidol khusus yang mudah dihapus. Menulis pada papan magnetik tidak menimbulkan debu yang mengotori ruangan dan tidak merusak kulit tangan seperti dngan kapur tulis. 2) Digunakan untuk menempelkan huruf -huruf, angka, gambargambar, dan simbol-simbol lainnya yang pada alasnya memakai magnet.
17

3)

Digunakan untuk pelajaran olahraga dalam menerapkan teknik teknik permainan. Misalnya menjelaskan ternik menyerang dan teknik bertahan dalam permainan sepak bola. Caranya : pada papan magnetik tersebut digambar lapangan sepak bola, kemudian posisi para permainan digambar dengan simbol yang alasnya memakai magnet, selanjutnya simbol -simbol itu digerakkan menurut arah pemain pada posisi itu harus bergerak.

4)

Digunakan untuk menerangikan suatu peta. Peta sebuah pulau yang akan diterangkan digambar pada kertas g ambar yang tipis (kalkir), kemudian ditempelkan pada papan magnetik dengan cara menjepit sisinya dengan potongan potongan magnet. Kemudian simbol simbol atau petunjuk yang alasnya diberi lapisan magnet ditempelkan pada tempat-tempat yang ada pada peta, mis alnya tempat penambangan minyak, pelabuhan udara, lapangan olahraga, bangunan-bangunan kantor pemerintahan, hutan -hutan, dan

sebagainya sesuai dengan yang akan diterangkan kepada siswa.

Membuat Alat-Destilasi Sederhana

18

Alat dan Bahan

19

20

C. Penutup Alat peraga pembelajaran sains dapat dibuat dari bahan -bahan sederhana dapat meningkat kualitas pembelajaran. Meningkat kualitas dan

hasil belajar tidak harus dengan biaya mahal karena untuk meningkat kualitas pembelajaran perlu menggunakan alat peraga yang dapat dikembangkan guru dari bahan-bahan yang mura, sederhana dan mura Pembuatan alat peraga sederhana hanya dapat dilakukan guru yang mempunya daya inovasi, kemauan kuat, kreatifitas, mau mencobah. Disamping itu alat peraga pembelajaran sains yang dibuat dari bahan-bahan sederhana mempunyai keberfaatan dan aplikasih yang tinggi dan dapat meningkat kualitas pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA Depadiknas, 2006, Kurikulum KTSP Sekolah Menengah Atas. Arsyad, 2002, Media Pembelajaran , Jakarta, PT Raja Grafindo persada Achnad Djazuli, 1996, Pedoman Pembuatan , Penggunaan dan
21

Pemeliharaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk SD . Jakarta: Depdiknas B. Uno, Hamzah 2007, Profesi kependidikan problem, solusi, dan reformasi pendidikan di indonesia, Jakarta, Bumi Aksar. Blanchard, Allan. 2001. contextual Teaching and Learning . @ B.E.S.T. Druxes, H. 1995. Kompendium Didaktik Fisika . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Marsono, Dkk, 1997, Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Departemen Agama RI Kanginan, Martin, 2005, Fisika SMA Kelas 2, Erlangga, Jakarta Kertiasa, Dkk, 1985, Ilmu Alam: Petunjuk Pratikum Untuk SMP, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Harsono, dkk, 2003, teknologi pembelajaran, pendekatan system konsepsi dan model, SAP, evaluasi, sumber belajar dan Media , Surabaya, Surabaya intelectual Club Nur, Muhamad.2000. Media Pengajaran dan Teknologi untuk Pembelajaran . Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah. University of Washington College of Education. 2001. Training for Indonesian Education Team In Contextual Teaching and Learning. Seatle, Washington, USADepadiknas, 2006, Kurikulum KTSP Sekolah Menengah Atas. A. Tabrani Rusyan, 2003, Proses Belajar-Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan dasar , Bina Budhaya Bandung. Cece Wijaya dan A. Tabrani R, 2002, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar-Mengajar, Remaja Rosda Karya bandung. Ely Donald, The Field of Educational Technology : A Statement of Definition, Commete AECT. Es.S. Hamijaya dan A. Tabrani R, 2000 , Mencoba dan Membuat Alat Peraga IPA , Depdiknas Jakarta. Eggiu, Paul D. Et. Al, 2009, Strategis for Teachers Information Processing Model in The Classroom , Englewood Cliffs. Sudirman, dkk, 2003, Ilmu Pendidikan , Remaja Rosda Karya Bandung.

22

You might also like