You are on page 1of 6

Pengaruh Deterjen Terhadap Perilaku dan Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tinjauan Pustaka

Kandungan berbahaya yang terdapat pada deterjen yang mengakibatkan tercemarnya biota air dan lingkungan pertanian: 1. Surfaktan Yaitu bahan yang berfungsi melepaskan kotoran yang menempel pada pakaian, contohnya adalah (Alkyl Benzene Sulfonate) / ABS, (Linier Alkyl Benzene Sulfonate) / LAS. Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) Gugus alkil benzen. Gugus inisangat stabil sehingga sulit diuraikan oleh bakteri (Manik dan Edward, 1987). Halini akan berakibat pada sulit terdegradasinya deterjen dan akhirnya terakumulasidi alam (Susana dan Rositasari, 2009). 2. Builder Bahan yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contohnya adalah Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).Salah satu kemampuan buider yang penting dan banyak digunakan adalah untuk menyingkirkan ion penyebab kesadahan dari cairan pencuci dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Kandungan kandungan dari surfaktan dan builder dapat menghasilkan limbah dari deterjen tersebut yang sebagian besar adalah Natrium Trifosfat yang dapat merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di sungai tersebut seperti ikan, fitoplankton dan makhluk hidup lainnya.Kandungan Natrium Trifosfat yang tinggi pada deterjen dan terbuang ke sungai menyebabkan peningkatannya kandungan fosfat yang terkandung di dalam sungaisehingga oksigen yang ada di dalam air akan berkurang dan menyebabkan kematian bagi ikan ikan yang ada di dalam sungai tersebut dan juga dengan peningkatan kandungan fosfat dalam air sungai dapat menyebabakan masalah yang disebut eutrofikasi. 3. Filler (pengisi)

Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate (Na2SO4). 4. Additives Bahan atau suplemen tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Sodium chloride Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi.Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai masi atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah)/low concentrate. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi.

Kandungan dalam deterjen tidak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta kehidupan tanah termasuk cacing menjadi mati. Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen : 1. Bahan Aktif Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen. Bahan kimia dapat berupa sodium lauryl sulfonate. Secara fungsional bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan bentuknya jel (pasta). 2. Bahan pengisi

Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini untuk memperbesar atau memperbanyak volume. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan sodium sulfat (Na2SO4). Bahan ini berbentuk serbuk, berwarna putih dan mudah larut dalam air. 3. Bahan penunjang Bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian.

BAB III Metode Praktikum 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 5 Ikan mas 3.1.2 1 Aquarium 3.1.3 20 L Air 3.1.4 Deterjen 3.1.5 Gayung Plastik berukuran 1 L

3.2 Prosedur Kerja Uji Pendahuluan 3.2.1 Memasukkan ikan sebanyak 5 ekor ke dalam akuarium yang berisi 20 L air. 3.2.2 Membuang 10 L air. 3.2.3 Memasukkan deterjen ke dalam akuarium dengan konsentrasi 100% (50mL). 3.2.4 Mengamati pada 30 menit pertama, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah fase eksposur, terhadap perilaku, dan mortalitas ikan.

Hasil Pengamatan

Konsentrasi (%)

Jumlah Dosis Ikan (Ekor) 0,02mL /20L

Mortalitas Ikan pada Waktu...(Jam) 30 Menit 24 Jam 48 Jam Ikan normal bergerak 72 Jam Ikan nampak lemas

10-1

Ikan aktif bergerak

Ikan normal bergerak

BAB V Pembahasan Uji Pendahuluan Pengaruh deterjen adalah dapat memperlambat pertumbuhan dan membatasi ruang gerak ikan. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan adalah pendarahan pada organ dalam ikan salah satu nya yaitu bagian insang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan ketidakmampuan insang dalam mentolerir kandungan deterjen yang terhisap di insang, sehingga terjadi penggumpalan dan akhirnya pecah menimbulkan pendarahan. Akibat terganggunya salah satu fungsi organ tubuh. Dari hasil pengmatan dilihat bahwa penambahan zat polutan dalam artian penambahan detergen pada uji coba budidaya ikan mas tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas. Ikan mas yang diuji dan diamati pada beberapa minggu setelah pemberian detergen, ikan masih banyak yang hidup, hal ini diduga diakibatkan karena penggunaan detergen untuk balita tersebut tidak terlalu keras kandungan toksik didalamnya. Komposisi detergen :SLES (18%), Alkyl Polyglucoside (8%), Protease (0,5%), Triclosan (0,05%), Charmomile Extract (0,5%).

Penambhan

detergen

mampu

mempengaruhi

keadaan

suhu

air

di

akuarium. Suhu mempengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Apabila suhu air meningkat maka kelarutan oksigen dalam air menurun. Penurunan oksigen terlarut dalam air diakibatkan pula karena kandungan deterjen dalam air. Deterjen dengan kepekatan tinggi akan menghambat masuknya oksigen dari udara ke dalam larutan uji (air limbah deterjen) sehingga ikan-ikan tersebut lama-kelamaan kehabisan oksigen. Varley (1987) mengatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri; kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di air maupun jumlah larutan limbah deterjen yang terlarut dalam air. Menurut Wardhana (1995) bahwa bahan buangan organik dapat bereaksi dengan oksigen terlarut mengikuti reaksi oksidasi biasa; semakin banyak bahan buangan organik di air, semakin sedikit sisa kandungan oksigen terlarut. Selain itu, penurunan kadar oksigen terlarut dalam air juga diakibatkan tegangan permukaan deterjen yang menghalangi penetrasi oksigen dari udara ke dalam larutan uji, juga ikan-ikan uji dalam bejanamenggunakan oksigen untuk respirasi sehingga persediaan oksigen dalam bejana uji semakin lama semakin berkurang. Unsur dalam deterjen yang berperan dalam menurunkan tegangan permukaan adalah golongan surfaktan. Surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatanpadatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur Amphiphilic yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air. Surfaktan ini juga berperan dalam pembentukan busa.Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkankadar oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan ikan uji kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematianpada ikan uji. Salinitas air meningkat setelah air ditambah deterjen. Meningkatnya salinitas ini disebabkan karena pengendapan padatan-padatan garam magnesium dari pembentukan buih. Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari magnesium atau kalsium. Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium. Kadar salinitas ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi deterjen terlarut. Dan salintas tidak berpengaruh terhadap metabolisme ikan Mas.

pH air menjadi basa setelah ditambahkan deterjen. Hal ini disebabkan karena deterjen bersifat basa. Masi pH merupakan logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen. Beberapa faktor yang mempengaruhi pH perairan yaitu aktivitasfotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. pH yang ditoleransi ikan mas antara 5-11, tetapi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah pada kisaran pH 7-8. Karena perubahan masi pH air kecil, dianggap pengaruhnya terhadap ikan uji juga sangat kecil. Pola berenang ikan pada jam pertama masih menyebar. Hal ini dikarenakan masih tersedianya suplai oksigen dalam jumah besar karena daya penetrasi oksigen masih besar. Akan tetapi semakin lama terjadi perubahan pola berenang ikan dimana ikan-ikan mas mulai mendekati permukaan dan dasar bejana. Ini memperlihatkan bahwa penetrasi oksigen ke dalam bejana mulai berkurang.

You might also like