You are on page 1of 17

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BATAK

Disusun Oleh :

Ika Ayu Shinta W Muhamad Sopari Ririn Anggraeni

13040112130073 13040112130078 13040112130114

FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI S1-ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2012

A. Identifikasi Wilayah Suku Bangsa Batak Batak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku bangsa batak terletak di provinsi Sumatra Utara. Suku Batak merupakan suku terbesar yang mendiami provinsi Sumatra Utara yang terbagi dalam sub-suku bangsa Batak.

S uku bang sa di S um atra Utara


Minangkabau 3% Tionghoa 3% Melayu 5% Banjar 1% Lain-lain 7%

Nias 6%

Batak 42%

Jawa 33%

Adapun letak dari sub-suku bangsa batak antara lain :


Suku Batak Karo : Kabupaten Karo (Daratan tinggi karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,

Serdang Hulu, dan sebagian dairi )


Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan,

Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir( Asahan, Silindung, Barus, Sibolga, Pegunungan pahae dan habinsaran ).
Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal ( Ulu, Pakatan dan sebagian

padang Lawas )
Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas (

Sipirok, Sebagian sibolga, batang toru, dan sebagian Padang Lawas).


Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun

Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

Peta sub-suku bangsa batak di provinsi Sumatra Utara

Suku bangsa batak terbagi dalam sub-suku bangsa kecil, yaitu : 1. Suku Bangsa Karo Masyarakat Karo-Batak mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia. Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo atau sering juga disebut Surat Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi dari India kuno. namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat menulis atau memahami aksara Karo, dan sebaliknya aksara Latin yang digunakan . 2. Suku Bangsa Simalungun Masyarakat Simalungun-Batak mendiami Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Tapanuli di Indonesia. Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun (dalam bahasa Simalungun) Penelitian P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937), menyatakan bahwa bahasa Simalungun merupakan bagian dari rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang memengaruhi banyak bahasa daerah lain di Indonesia. Lebih jauh Voorhoeve juga menyatakan bahwa bahasa Simalungun berada pada posisi menengah antara rumpun Batak Utara dan rumpun Batak Selatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa bahasa Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak Selatan yang terpisah dari bahasa-

bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing yang sekarang. Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, namun Uli Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun selatan yang berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing. Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, namun Pdt. Djaulung Wismar Saragih menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa Simalungun dan Toba namun memiliki makna yang berlainan 3. Suku Bangsa Toba Masyarakat Toba-Batak mendiami daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Toba Samosir, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak. Herman Neubronner van der Tuuk adalah salah seorang pionir awal penelitian atas Bahasa Batak Toba, yaitu dalam aktivitasnya menulis Alkitab berbahasa Batak Toba. 4. Suku Bangsa Angola Masyarakat Angkola-Batak mendiami daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, dan seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan. Bahasa Angkola mirip dengan bahasa Toba-Batak , di samping letak geografis yang berdekatan, bahasa Angkola sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. 5. Suku Bangsa Mandailing Masyarakat Mandailing-Batak mendiami daerah Mandailing Natal, Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara. Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa Batak, dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal tapi tidak termasuk bahasa Natal. Bahasa Mandailing berbeda dari bahasa Natal, yang merupakan dialek bahasa Minangkabau. Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten Mandailing Natal berbatasan dengan Sumatera Barat. 6. Suku Bangsa Pak-pak Masyarakat Pakpak-Batak mendiami daerah Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat di Sumatera Utara dan sebagian wilayah kabupaten Singkil daratan di Aceh.

B. Sejarah Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagangpedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal. Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. C. Demografi Menurut kode etnik BPS, suku bangsa batak juga merupakan suku bangsa terbesar ketiga setelah jawa dan sunda di Indonesia, dengan jumlah penduduk sebanyak 8,432,328 jiwa (menurut Sensus 2010). Penduduk bangsa batak dari tahun ketahun terus meningkat, pada sensus tahun 2000 jumlahnya adalah 6.076.440 jiwa. Di tahun 1968 ada 2.806.999 jiwa.

Berdasarkan sub-suku bangsa Batak, perkembangan penduduk dapat dilihat dari table berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 Nama sub-suku Batak Angkola Batak Karo Batak Mandailing Batak Pakpak Dairi Batak Simalungun Batak Tapanuli/Sibolga Batak Toba ( Menurut BPS Sensus 2010 ) Jumlah 623,214 1,232,655 1,742,673 180,393 441,382 539,567 3,672,443

D. Sistem Religi Agama utama pada suku bangsa batak adalah:

Islam: terutama dipeluk oleh suku suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing

Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.

Dalam suku bangsa batak terdapat sebanyak 46.35% beragama Islam, sementara sebanyak 47.30 % menganut agama Kristen dan 6.25% menganut agama Katolik. Sedangkan sisanya sebanyak 0.08% terdiri dari agama Hindu, Budha, Khonghucu dan lainnya. Ini menunjukkan di Sumatra Utara bahwa etnik Batak penganut agama Islam dan agama Kristen tampak berimbang. Di Sumatra Utara, agama Islam umumnya dianut oleh sub etnik Angkola (97.8%) dan etnik Mandailing (98.9%). Sementara agama Kristen umumnya dianut oleh sub etnik Toba (73.8 %). Persentase agama Islam untuk sub etnik Pakpak Dairi, sub etnik Tapanuli/Sibolga tampak relatif lebih banyak dibandingkan penganut agama Kristen. Sedangkan untuk sub etnik Simalungun dan sub etnik Karo persentase penganut agama Kristen tampak relatif lebih banyak dibandingkan dengan agama Islam. Persentase agama Katolik cukup menonjol pada sub etnik Karo dan sub etnik Toba.

Kepercayaan asli orang batak ini disebut Parmalim atau Ugamo parmalim (Agama parmalim). Keyakinan yang mereka pegang mengandung nilai-nilai religius yang luhur dan mulia, yaitu kehidupan yang harmonis dengan sesama manusia dan kepada sang pencipta. Asal muasal kata Parmalim adalah dari kata malim yang artinya kesucian serta hidup untuk saling mengayomi dan memuliakan OPPU NAMULA JADI NA BOLON atau debata (Tuhan pencipta langit dan bumi). Jadi Parmalim adalah orang-rang yang mengutamakan kesucian hidup.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:

Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat, dimana boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu. E. Mata Pencaharian 1. Sektor Pertanian. Tanah suku bangsa batak merupakan daerah yang terdiri dari daratan datar yang diapit oleh pegunungan dan pantai merupakan daerah yang subur. Petani suku bangsa batak menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayurmayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Petani suku bangsa batak

Alat yang digunakan seperti cangkul, bajak yang ditarik dengan kerbau atau sapi (tenggala), tongkat tunggal (engkol). Memotong padi dengan sabit ( sabi-sabi) walaupun ada juga yang menggunakan ani-ani. Istilah-istilah pertanahan : Nama Tanah Tanah Panjaean Tanah Pauseang Tanah Parbagian Penjelasan Tanah yang diberikan kepada anak laki-laki setelah menikah sebagai modal awal kehidupannya. Tanah yang diterima anak perempuan dari orang tuanya. Tanah yang diwarisi oleh anak laki-laki dari orang tua yang sudah meninggal

2.

Peternakan Disamping bercocok tanam, peternakan juga merupakan salah satu mata pencaharian

yang penting suku batak. Mereka terutama memelihara sapi, ayam,babi, kambing bebek, kerbau dll. Kerbau biasanya banyak digunakan untuk penghela atau upacara adat. Babi untuk dimakan sedangkan ayam,kambing,dan sapindijual kekota-kota terutama Medan.

3.

Nelayan Di daerah-daerah tepi danau toba, mata pencaharian paling itama adalah menangkap ikan.

Panen ikan biasanya terjadi pada bulan Juni-Agustus dengan menggunakan jala atau pancing.

4.

Pertambangan Kabupaten Asahan terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang penambangan bijih

dan peleburan aluminium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara. Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat di Kabupaten Toba Samosir.

F. Kekayaan Seni dan Budaya 1. Arsitektur Rumah


Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau. a. Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir. b. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara. c. Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.

2. Kekayaan Kuliner Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah Pakpak Dairi, Kuliner tradisional. Lapet atau juga akrab disebut ombus-ombus yang artinya masih tetap hangat, adalah makanan khas Suku Batak yang berasal dari daerah Siborong-Borong.

Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas. Pasituak Natonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya tuak atau nira dengan kehidupan mereka. Terdapat legenda suku Batak yang mengatakan bahwa lapet yang paling enak adalah lapet yang dimasak oleh wanita bermarga Sihombing. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda ini, lapet yang merupakan makanan ringan khas Suku Batak ini memang patut untuk dicoba. Ada lagi yang namanya Naniura, bisa dikatakan sushi-nya Suku Batak. Disebut sebagai sushi karena naniura merupakan ikan mas yang dihidangkan tanpa dimasak menggunakan api seperti direbus atau pun di goreng, melainkan hanya dengan diberikan bumbu rempah-rempah dan asam khas suku Batak yang disebut asom. 3. Seni Tari Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Juga menari dilakukan jug dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan). Contoh tari tradisoanal Batak dalah Tari Tor-Tor . awalnya, tarian digunakan sebagai media ritual yang berkaitan dengan pemanggilan roh leluhur. Roh-roh tersebut kemudian merasuki patung-patung batu simbol leluhur sehingga patung-patung tsb menari-nari dengan gerakan yang kaku. Bagian yang biasanya bergerak adl tangan dan kaki patung. Ada beberapa jenis tari tor-tor, tergantung dari fungsinya. Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.

Tari Tor-Tor 4. Pola Perkampungan Dikalangan orang batak ada beberapa istilah yang menyataan kesatuan territorial di pedesaan antara lain : Huta(Toba)/Kesain(karo) adalah kesatuan territorial yang dihuni oleh keluarga yang berasal dari satu klen. Kuta(Karo) adalah territorial yang lebh besar daripada Huta yang terdiri dari beberapa klen yang berbeda. Lumban(Toba) adalah wilayah yang dihuni oleh keluarga yang merupakan dari bagian klen. Sosor adalah suatu perkampungan baru yang biasanya kecil dan yang didirikan karena huta induk sudah penuh. Bius(Toba) / Pertahian (Angkola) / Urung (Karo) / Pertumpukan ( Simalungun dan Pak-pak ) adalah wilayah dari sejumlah huta atau kuta yang bergabung menjadi satu.

G. Sistem kekerabatan Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada. Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah. Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat. H. Sistem Kemasyarakatan Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak 1. Dalihan Na Tolu (Toba) Somba Marhula-hula Manat Mardongan Tubu Elek Marboru 2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) Hormat Marmora Manat Markahanggi Elek Maranak Boru 3. Tolu Sahundulan (Simalungun) Martondong Ningon Hormat, Sombah Marsanina Ningon Pakkei, Manat Marboru Ningon Elek, Pakkei 4. Rakut Sitelu (Karo) Nembah Man Kalimbubu Mehamat Man Sembuyak Naminami Man Anak Beru 5. Daliken Sitelu (Pakpak) Sembah Merkula-kula Manat Merdengan Tubuh Elek Marberru

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku

Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).

Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.

Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual. Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru. Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya ( dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

I.

Pembangunan dan Modernisasi

Gereja HKBP Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan. Gereja Katolik di Tanah Batak Misi Katolik masuk ke Tanah Batak setelah Zending Protestan berada di sana selama 73 tahun. Daerah-daerah yang padat penduduknya serta daerah-daerah yang subur sudah menjadi milik Protestan. Menurut Sybrandus van Rossum dalam tulisannya berjudul Matahari Terbit di Balige bahwa pada tahun 1935 orang Batak yang sudah dibaptis di Protestan mencapai lebih kurang 450.000 orang. Lembaga pendidikan dan kesehatan sudah berada di tangan Zending. Zending juga sudah mempunyai kader-kader yang tangguh baik dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan. Dalam situasi seperti itulah Misi Katolik masuk ke Tanah Batak.

Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jogjakarta : Djambatan www.wikipedia.com/suku batak/ . Suku Batak. Diakses tanggal 19 Maret 2013 www.wikipedia.com/Sumatra Utara/ . Sumatra Utara. Diakses tanggal 19 Maret 2013. http://i-batak.weebly.com/sejarah-batak.html. Sejarah Batak. Diakses tanggal 20 Maret 2013. http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1097/ugamo-malim/ .Ugamo Malim. Diakses tanggal 20 Maret 2013 http://siswa-siswisma.blogspot.com/2012/05/pola-perkampungan-dan-matapencaharian.html . Pola perkampungan dan mata penaharian. Diakses tanggal 20 Maret 2013 http://www.horas.web.id/2011/09/penyebaran-agama-di-suku-batak.html . Penyebaran agama di suku batak. Diakses tanggal 20 Maret 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karo . Kabupaten Karo. Diakses tanggal 20 maret 2013 http://akhirmh.blogspot.com/2013/01/etnik-batak-di-sumatra-utara-4635.html . Etnik batak di Sumatra utara . Diakses tanggal 20 Maret 2013 www.google.com

You might also like