You are on page 1of 12

BAHAN PEMBUAT SABUN

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut: Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut : C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Bahan Baku: Minyak/Lemak


Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak akan berwujud padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak


Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya : 1. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengan nama grease. 2. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa. 3. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. 4. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang 2

menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat. 5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. 6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin. 7. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku. 8. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan. 9. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. 10. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku: Alkali


Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. 1. NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. 2. Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

Definisi Saponifikasi dan sejarah singkat pembuatan sabun


Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Dalam sejarah pembuatan sabun, masing masing negara memiliki sejarah sendiri sendiri serta teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi penemuan, saya akan mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh bangsa Romawi Kuno. Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun dimulai.

Sabun
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Sabun terutama mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilatSabun batang yang telah digunakan dan kehilangan bentuk aslinya Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada saranasarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

Saponifikasi - Cara Membuat Sabun


Apa saponifikasi? Ini adalah istilah ilmiah, sering digunakan ketika membuat sabun buatan sendiri. saponifikasi adalah reaksi kimia yang terjadi antara minyak dan alkali.

Apa itu penting? Setiap Sabun minyak membuat memiliki nilai saponifikasi tertentu dan sifat perawatan kulit yang berkontribusi terhadap lebih dari membuat sabun. Minyak ini membantu untuk membentuk banyak produk perawatan kulit buatan sendiri seperti: sabun, lotion, krim, scrub kaki, shampoo, krim wajah, lip balm, dan banyak lagi! Memahami saponifikasi, nilai-nilai dan bagaimana bahan bekerja sama akan membantu Anda memilih bahan yang tepat untuk produk perawatan kulit buatan sendiri. Apa yang harus Anda pertimbangkan?

Pembuatan sabun minyak mengandung bahan asam yang berbeda: laurat, miristat, palmitat, stearat, linoleat, oleat dan ricinoleic. Masing-masing bahan yang terkandung dalam sabun pembuatan minyak pada persentase yang berbeda. Bila Anda mempertimbangkan nilai-nilai persentase, masing-masing bahan, ini akan membantu Anda membuat sabun yang tepat membuat pilihan untuk produk perawatan kulit buatan sendiri. Sebagai contoh, laurat, miristat, palmitat dan asam stearat membantu untuk menyediakan sebuah bar sabun keras. Kebanyakan orang lebih suka memiliki bar sabun keras, bukan sesuatu yang lembut dan lembek. Jika Anda ingin sabun yang menyediakan busa halus yang bagus maka anda dapat mempertimbangkan menggunakan sabun membuat minyak yang mengandung asam laurat, miristat, atau asam ricinoleic. Jika Anda lebih suka sabun yang tidak busa, sepenuhnya, tetapi memiliki stabil, tenang, busa kemudian palmitat, stearat atau risin asam oleat akan menjadi pilihan yang baik. Jika Anda membuat sabun, lotion atau produk perawatan kulit lainnya buatan dengan sifat penyejuk ditambahkan, asam linoleat dan oleat akan bermanfaat. Nilai saponifikasi diberikan untuk sabun batangan buatan sendiri dengan NOAH singkatan. Mereka, juga, diberikan untuk sabun cair buatan sendiri dengan KOH singkatan. Definisi ilmu untuk Nuh adalah natrium hidroksida dan KOH, itu kalium hidroksida i s. Nuh dan nilai saponifikasi terjadi KOH untuk sabun berbagai pembuatan minyak. Hal ini penting untuk mempertimbangkan nilai masing-masing sebelum membuat sabun buatan sendiri atau produk kulit buatan peduli! Saponifikasi adalah kunci untuk memahami pembentukan ilmiah sabun. Sabun handmade diformulasikan menggunakan kombinasi minyak emolien dan mentega, seperti: zaitun, alpukat, kakao atau shea butter. Penyabunan minyak dapat ditambahkan seperti: minyak kernel kelapa atau sawit. Semua minyak ini dicampur bersama-sama dengan alkali cair jenuh. Bagaimana Anda akan tahu kapan proses saponifikasi selesai? Anda akan tahu karena tidak akan ada ley yang tersisa dalam campuran. Pada kenyataannya, setiap jenis minyak pembuatan sabun membutuhkan jumlah yang berbeda dari ley untuk menghasilkan reaksi sempurna. Savonnier hari ini memiliki alat untuk menghitung rasio yang tepat dari minyak khusus untuk alkali. Ketika membuat sabun buatan sendiri atau produk perawatan kulit buatan Anda harus memperhatikan semua peringatan! Kimia poten seperti minyak esensial dan alkali harus selalu dihormati. Pastikan Anda mengambil tindakan pencegahan keselamatan yang tepat sebelum menggunakan bahan kimia ini. Sejumlah besar dari minyak esensial tidak boleh digunakan secara eksternal atau internal. Mereka tidak pernah harus digunakan lurus, tetapi harus diencerkan dalam minyak pembawa, sabun, lotion atau agen penyangga

lainnya. Jangan gunakan minyak esensial tanpa mengetahui apa senyawa bioaktif mereka dikenal melakukan. Ketika menangani ley pastikan Anda mengenakan penutup keselamatan yang tepat. Ley dapat menyebabkan luka bakar sangat menyakitkan jika kontak kulit. Jika Anda kebetulan menumpahkan alkali, bersihkan seluruh area dengan cuka putih untuk menetralisir dampaknya. Hal ini penting untuk mengetahui Anda tidak harus menggantikan minyak di resep pembuatan sabun. Mengapa? Setiap sabun membuat minyak memiliki nilai saponifikasi tertentu, yang menentukan jumlah molekul ley yang diperlukan untuk mengubah molekul minyak menjadi sabun. Jika ada ley ekstra tersisa di sabun, maka akan terlalu keras dan akan merusak kulit Anda. Inilah sebabnya mengapa memahami arti saponifikasi dan cara kerjanya adalah sangat sangat penting ketika membuat sabun buatan sendiri atau produk kulit buatan peduli! Jika Anda seorang pembuat sabun pemula atau veteran Anda dapat belajar bagaimana membuat sabun, di rumah, dengan pembuat sabun guru! Anda dapat menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk mengetahui proses pembuatan sabun pada Anda sendiri. Seorang pembuat sabun master dapat membantu Anda memulai atau refresh memori Anda! Membuat produk perawatan kulit buatan sendiri adalah masalah serius, jadi belajar bagaimana membuat sabun dari seseorang dengan pengalaman bertahuntahun dan banyak kesabaran! Seorang pembuat sabun master dapat membantu Anda menghemat waktu, uang dan banyak sakit hati. Anda dapat mencapai keberhasilan pembuatan sabun dengan bimbingan yang tepat! Source: http://id.hicow.com/sabun/minyak-atsiri/saponifikasi-1775505.html

REAKSI SAPONIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN SABUN


Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi umumnya adalah:

OO R C Na+OH R C + R`OH \\ OR` O Na+ ester alkali garam dari asam alkohol Mekanisme ini melibatkan serangan nukleofil ion hidroksida pada karbon karbonil

: ::
H: + R C OR` R C OR` OH OO R C OH + :R` R C O + R`OH Basa kuat basa lemah

Menentukan Bilangan Saponifikasi/Penyabunan Dengan Titrasi Asam Basa


Bilangan saponifikasi didefinisikan sebagai milligram KOH yang diperlukan untuk menitrasi 1 gram lemak dengan reaksi:

0,10 gram mentega dititrasi dengan menggunakan 25 mL KOH 0,250 N. Setelah proses saponifikasi berlangsung sempurna maka KOH yang tidak bereaksi dengan mentega dititrasi dengan 0,250 N HCl dan membutuhkan 9,26 mL. Berapakah bilangan saponifikasi/bilanga penyabunan dari mentega tersebut? Dan hitung pula berapa berat formula lemak dalam mentega tersebut (asumsikan semua mentega adalah lemak). Jawab: Metode titrasi diatas sering dilakukan pada industri minyak goreng dan sabun. Hal ini penting untuk mengetahui jumlah total lemak dan asam lemak dalam minyak. Titrasi

yang dipakai adalah titrasi kembali, jadi KOH awal adalah berlebih dan kelebihan KOH yang tidak bereaksi dengan lemak dititrasi dengan HCl menggunakan indicator pp. Jumlah mol KOH awal dikurangi mol KOH yang bereaksi dengan KOH adalah jumlah mol KOH yang bereaksi dengan lemak. Keseluruhan reaksi dapat ditulis:

HCl + KOH -> KCl + H2O Mol-eq KOH awal = V.N = 25 mL x 0,25 N = 6,25 mmol-eq = 6,25 mmol Mol KOH yang bereaksi dengan HCl diperoleh: = V.N HCl = 0,25 mL x 9,25 mL = 2,3125 mmol-eq = 2,3125 mmol Jadi mol KOH yang bereaksi dengan lema adalah = 6,25 mmol 2,3125 mmol = 3,9375 mmol Massa KOH = mole x Mr = 3,9375 x 56 = 220,5 mg Bilangan saponifikasi/penyabunan didefinisikan sebagai mg KOH yang bereaksi dengan 1 gram lmak. Dari perhitungan diatas 220,5 mg KOH bereaksi dengan 1,10 g lemak jadi bilangan saponifikasinya: = 1 g/ 110 g x 220,5 mg = 200,5 mg Jadi cara membaca bilanga diatas adalah: setiap gram lemak akan bereaksi dengan 200,5 mg KOH. Untuk mencari berat formula lemak maka tinggal membagi massa lemak dengan molnya sehingga diperoleh: 9

Mol lemak (diperoleh dari reaksi diatas) = 1/3 x mol KOH = 1/3 x 3,9375 mmol = 1,3125 mmol Dan berat formula lemak = 1,10/ 1,3125.10-3 = 838,1 gram/mol Jadi dari prhitungan diatas bilangan saponifikasi mentega diatas adalah 200,5 dan berat formula lemaknya adalah 838,1 gram/mol.

Incoming search terms:


bilangan penyabunan saponifikasi penyabunan pengujian angka saponifikasi bilangan penyabunan adalah penentuan angka penyabunan penentuan bilangan penyabunan angka penyabunan reaksi saponifikasi bilangan asam

Sintesis dan karakterisasi sabun aluminium dari minyak sawit melalui reaksi trans-saponifikasi dengan aluminium klorida Adi Yudha Pranna
Pranna, Adi Yudha. 2008. Sintesis dan Karakterisasi Sabun Aluminium dari Minyak Sawit melalui Reaksi Trans-saponifikasi dengan Aluminium Klorida. Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. Sutrisno, M.Si., (II) Dra. Dedek Sukarianingsih, M.Pd., M.Si. ABSTRAK Sabun natrium dan sabun kalium (yang dikenal sebagai agen pembersih) dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi antara minyak atau lemak dengan natrium hidroksida atau kalium hidroksida. Pengembangan konsep sabun dilakukan dengan mengganti logam natrium atau kalium dengan logam lain yang salah satunya dengan aluminium sehingga dihasilkan sabun aluminium. Sabun aluminium memiliki fungsi yang berbeda dengan sabun natrium atau kalium. Keberhasilan sintesis sabun aluminium dari minyak sawit dan keberhasilan uji potensi aluminium oleat dan aluminium stearat sebagai aditif pelumas mendorong untuk dilakukan penelitian tentang sintesis sabun aluminium dari minyak

10

sawit dan aluminium klorida. Penelitian ini merupakan verifikasi dari penelitian sebelumnya dengan tema yang sama namun menggunakan pelarut yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan memiliki potensi yang sama dengan hasil-hasil penelitian sabun aluminium sebelumnya yaitu sebagai aditif pelumas. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang pada bulan Maret-Juni 2008. Penelitian ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu: (1) sintesis sabun natrium melalui reaksi saponifikasi minyak sawit dengan natrium hidroksida, (2) sintesis sabun aluminium melalui reaksi trans-saponifikasi sabun natrium dengan aluminium klorida, (3) pemurnian senyawa hasil sintesis dengan pencucian menggunakan aquades, (4) karakterisasi senyawa hasil sintesis yang meliputi: penentuan titik lebur, uji kelarutan, analisis kualitatif ion aluminium dan ion klorida secara kimiawi, analisis kuantitatif logam aluminium dan natrium dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer), dan penentuan bilangan iod, (5) identifikasi gugus fungsi senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometer IR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sabun aluminium dapat disintesis dari minyak sawit dengan aluminium klorida melalui reaksi saponifikasi yang dilanjutkan dengan reaksi trans-saponifikasi. Sabun aluminium hasil sintesis berupa serbuk putih dengan titik lebur 195-233oC, larut dalam kloroform, tidak larut dalam air dingin, air panas, etanol, aseton, dan larut sebagian dalam dietileter, nheksana. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi sabun aluminium yang dihasilkan yaitu sebagai aditif pelumas. Kata Kunci: sabun aluminium, minyak sawit, trans-saponifikasi

Sabun natrium dan sabun kalium (yang dikenal sebagai agen pembersih) dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi antara minyak atau lemak dengan natrium hidroksida atau kalium hidroksida. Pengembangan konsep sabun dilakukan dengan mengganti logam natrium atau kalium dengan logam lain yang salah satunya dengan aluminium sehingga dihasilkan sabun aluminium. Sabun aluminium memiliki fungsi yang berbeda dengan sabun natrium atau kalium. Keberhasilan sintesis sabun aluminium dari minyak sawit dan keberhasilan uji potensi aluminium oleat dan aluminium stearat sebagai aditif pelumas mendorong untuk dilakukan penelitian tentang sintesis sabun aluminium dari minyak sawit dan aluminium klorida. Penelitian ini merupakan verifikasi dari penelitian sebelumnya dengan tema yang sama namun menggunakan pelarut yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan memiliki potensi yang sama dengan hasil-hasil penelitian sabun aluminium sebelumnya yaitu sebagai aditif pelumas. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang pada bulan Maret-Juni 2008. Penelitian ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu: (1) sintesis sabun natrium melalui reaksi saponifikasi minyak sawit dengan natrium hidroksida, (2) sintesis sabun aluminium melalui reaksi trans-saponifikasi sabun natrium dengan aluminium klorida, (3) pemurnian senyawa hasil sintesis dengan pencucian menggunakan aquades, (4) karakterisasi senyawa hasil sintesis yang meliputi: penentuan titik lebur, uji kelarutan, analisis kuali-

11

tatif ion aluminium dan ion klorida secara kimiawi, analisis kuantitatif logam aluminium dan natrium dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer), dan penentuan bilangan iod, (5) identifikasi gugus fungsi senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometer IR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sabun aluminium dapat disintesis dari minyak sawit dengan aluminium klorida melalui reaksi saponifikasi yang dilanjutkan dengan reaksi trans-saponifikasi. Sabun aluminium hasil sintesis berupa serbuk putih dengan titik lebur 195-233oC, larut dalam kloroform, tidak larut dalam air dingin, air panas, etanol, aseton, dan larut sebagian dalam dietileter, n-heksana. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi sabun aluminium yang dihasilkan yaitu sebagai aditif pelumas.

12

You might also like