You are on page 1of 10

Tugas Farmakologi Terapi II Soal 1. Cari Infeksi GI yang disebabkan oleh bakteri : a. Pseudomembraneous colitis (clostridium difficile) b.

Invasif diare (dysentri-like,disentri basiler shigellosis) c. Salmonella (thyphi) d. Campilo bacteri e. Yersinosis Disertai dengan gejala klinik, manifestasi, dan terapi yang digunakan

Jawaban A. Pseudomembraneous colitis (clostridium difficile) Clostridium Difficile atau CDF/cdf' adalah spesies bakteri pada genus Clostridium yang gram-positif, anaerobik, berbentuk-tongkat (basillus). Clostridium Difficile adalah akibat dari pseudomembranous colitis, infeksi terhadap usus besar setelah gut flora normal dihancurkan dengan penggunaan antibiotik. Perawatan dengan menghentikan antibiotik apapun dan menggunakan antibiotik anticlostridial, seperti metronidazole. Clostridium Difficile sudah sangat dikenal di seluruh dunia, namun di Indonesia gangguan karena bakteri tersebut belum mendapat perhatian dari para ahli. Padahal, faktor risiko gangguan akibat Clostridium Difficile seperti pasien yang dirawat dalam jangka waktu lama, pasien lansia, pasien yang mendapat terapi antibiotik, pasien yang mendapat imunosupresif, dan pasien dengan penurunan daya tahan banyak dijumpai di Indonesia. Pasien yang terinfeksi Clostridium Difficile akan mengalami rawat inap yang lebih panjang di rumah sakit dan mengalami perberatan penyakit awalnya. Gejala Klinik Umumnya diare timbul sekitar 5 sampai 10 hari setelah pemberian antibiotika secara oral, intravena dan intra muskuler. Gejala diare dari ringan sampai berat berupa diare bercampur darah dan lendir. Gejala lainnya yaitu demam yang dapat mencapai 38oC, kejang perut dan

lekositosis. Gejala klinis dan gambaran patologik penyakit yang disebabkan organisme ini sulit dibedakan dengan penyakit saluran pencernaan lainnya seperti Crohns disease, kolitis ulserativa dan inflamasi kronik usus. Manifestasi Klinik Pada kasus yang tidak mendapat penanganan yang baik dapat terjadi perforasi usus dan membawa kematian. Kelainan patologis terutama terjadi di bagian lapisan epitel dan lamina propria superfisial kolon terutama daerah rektosigmoid berupa pseudomembran. Pada pemberian antibiotika akan menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara flora normal usus: yaitu matinya kuman kuman seperti E coli, Enterococcus, Bacteroides, Lactobacillus dan Clostridium spp. Sedangkan C. difficile akan tumbuh secara berlebihan, sehingga jumlah toksin yang dihasilkan juga akan meningkat. Keadaan seperti ini akan menimbulkan gangguan yang dikenal sebagai AAD dan PMC. Dalam keadaan normal kuman C. difficile juga menghasilkan toksin tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga dapat dinetralisir oleh kuman aerob flora normal yang berada di usus. Pada keadaan tertentu, di mana penderita mendapakan pengobatan antibitoika dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi dapat

mengakibatkan flora normal di usus banyak yang mati, sehingga kuman yang resisten terhadap antibiotika dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Peningkatan jumlah kuman C. difficile yang berlebihan ini juga dapat disebabkan spora kuman ini yang resisten terhadap antibiotika pada suatu saat akan tumbuhmenjadi sel vegetatif. Terapi Pengobatan tidak diperlukan bagi penderita yang asimtomatik. Bila penderita dengan diare berat, maka keadaan tersebut perlu diberikan antibiotika golongan metronidazol atau golongan vankomisin selama 1014 hari. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengobatan dengan metronidazol memberikan efek yang baik, kesembuhan mencapai 95%.

Kemungkinan kambuh sekitar 15-20%. Bila terjadi kekambuhan, dapat diberikan pengobatan metronidazol atau vankomisin selama 2 minggu. B. Invasif diare (dysentri-like,disentri basiler shigellosis) Diare noninfeksi adalah diare yang akibatkan oleh malabsorbsi baik itu akibat malabsorbsi karbohidrat, lemak maupun protein. Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh factor makanan dan psikologis. Kali ini pembahasan akan lebih difokuskan pada pembahasan diare yang diakibatkan oleh kuman Shigella spp dimana diare ini disebut disentri basiler. Shigella adalah spasies mikroorganisme batang gram negatif yang anaerob fakultatif dan hanya melakukan infeksi pada manusia. Selain itu, Shigella dapat menfermentrasikan gula, nonmotil, dan dapat menyebabkan diare dengan jumlah kuman hanya 10 organisme. Shigella spp. Terdiri atas:

Shigella dysenteriae(Serogrup A) Shigella flexneri (Serogrup B) Shigella boydii (Serogrup C) Shigella sonnei (Serogrup D) Bakteri Shigella spp. ini ditularkan melalui makanan yang telah

terkontaminasi oleh bakteri yang biasanya melalui rute feko oral. Penyebaran ini paling banyak melalui penggunaan air yang tidak bersih dan penangangan makanan yang tidak bersih pula. Gejala Klinik

Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.

Panas tinggi (39,50 400 C), appear toxic. Muntah-muntah. Anoreksia. Kepala terasa sakit sekali. Vertigo.

Badan sangat lemah dan letih. Nafsu makan hilang. Rasa sakit pada perut dan anus saat buang air besar. Mencret-mencret lebih dari 20x sehari. Penderita hilang kesadaran dan halusinasi. Apabila tidak secepatnya diobati, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, sering haus, buang air besar bercampur lendir dan darah, badan menjadi kurus kering, mata cekung dan muka menjadi tampak lebih tua, dan bahkan mendapat kematian.

Manifestasi Klinik Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir. Terapi Terapi yang terbaru untuk shigellosis adalah Pivvmecillinam, Quinolones dan Ceftriaxones, tetapi karena harganya yang mahal maka TromethoprimSulfamethoxazole atau Cotrimoxazole dan Asam

Nilidiksat tang menjadi pilihan yang terjangkau. Penggunaan Cotrimoxazole sangat efektif karena kerjanya yang menghambat reaksi enzimatik obligat dua tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi obat ini menjadi sinergis. Penemuan preparat ini merupakan kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektifitas klinik antimikroba. Dosis yang dianjurkan pada anak anak adalah trimetoprin 8 mg/kg BB/ hari dan sulfametoksazol 40 mg/kg BB/hari, diberikan setiap 12 jam selama 15 hari. Pemberian pada anak dibawah usia 2 bulan dan pada ibu hamil atau menyusui tidak dianjurkan. Selain kotrimoksazol, Asam Nilidiksat juga merupakan pilihan lain yang dapat diberika kepada penderita shigellosis. Kristal asam nilidiksat berupa bubuk putih atau kuning muda. Kelarutan dalam air rendah sekali, tetapi mudah larut dalam hidroksida alkali dan karbonat. Obat ini bekerja menghambat sintesis DNA dan biasanya bersifat bakterisid terhadap

kebanyakn bakteri pathogen penyebab infeksi termasuk beberapa strain Shigella. Dosis pada anak adalah 55 mg/kg BB sehari dibagi dalam empat kali pemberian selama lima hari. Asam nilidiksat tidak boleh diberikan pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan juga pada trimester pertama kehamilan. C. Salmonella (thyphi) Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri salmonella yang berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich, mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat menyebabkan penyakit infeksi S. typhi dan mengarah kepengembangan tifus,atau demam enterik. Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Gejala Klinik

Demam tinggi dari 39 sampai 40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat secara perlahan

Tubuh menggigil Denyut jantung lemah (bradycardia) Badan lemah (weakness) Sakit kepala Nyeri otot myalgia Kehilangan nafsu makan Konstipasi Sakit perut Pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (rose spots)

Manifestasi Klinik

Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat. 1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. 2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi. 3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma. 4. Beberapa faktor yg dpt mempengaruhi manifestasi klinis & beratnya penyakit strain S. typhi, jumlah mikro organisme yg tertelan,

keadaan umum dan status nutrisi, status imunologi faktor genetik. 5. AB khususnya kloramfenikol dapat mengubah perjalanan penyakit, mengurangi komplikasi dan angka kematian. 6. Dalam 48 jam setelah pemberian antibiotika penderita akan merasa lebih baik dan dalam 4-5 hari suhu badan kembali normal. Namun demikian masih ada kemungkinan penderita mengalami pendarahan dan perforasi usus atau kekambuhan. Mengingat masih banyak kasus demam tifoid didaerah endemis datang pada tahap lanjut. Terapi Istirahat dan perawatan dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Tindakan suportif yang dilakukan antara lain hidrasi oral atau intravena, pengguanan antipiretik, nutrisi yang tepat dan transfusi darah bila diperlukan.

Pemberian antibiotika dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebarab kuman. Efektifitas, ketersediaan dan harga merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotika.

Pada umumnya terapi demam tifoid meliputi nutrisi yang memadai, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian antibiotika dan mencegah serta mengatasi komplikasi yang terjadi.

Kortikosteroid hanya diberikan pada penderita demam tifoid yang toksik. Obat standar yang digunakan untuk terapi demam tifoid sampai saat ini adalah kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin, atau kotrimoksasol.

D. Campilo bacteri Infeksi Campylobacter adalah infeksi saluran pencernaan atau infeksi darah yang disebabkan oleah bakteri Campylobacter. Bentuk yang paling sering ditemukan gastroenteritis, yang bisa ditularkan melalui air yang tercemar, daging atau unggas yang belum masak atau kontak dengan binatang yang terinfeksi.

Bakteri ini juga menyebabkan diare pada orang-orang yang melakukan perjalanan ke negara-negara berkembang. Bakteri Campylobacter juga menyebabkan infeksi aliran darah (bakteremia), terutama pada

penderita kencing manis atau kanker. Gejala Klinik Gejalanya terdiri dari diare, nyeri perut dan kram, yang bisa sangat berat. Diare mungkin berdarah, dan bisa timbul demam antara 37,8-40o C. Demam yang hilang timbul mungkin merupakan satu-satunya gejala dari infeksi Campylobacter diluar saluran pencernaan. Gejala tambahan untuk infeksi sistemik meliputi nyeri sendi disertai merah dan membengkak, nyeri perut serta pembesaran hati dan limpa. Kadang infeksi bisa menyerang katup jantung (endokarditis) dan selaput otak dan medulla spinalis (meningitis). Manifestasi Klinik Campylobacteriosis disebabkan oleh organisme Campylobacter. Berbentuk lengkung atau spiral, selalu bergerak, non-spora-forming, dan

batang Gram-negatif.

Salah satu efek dari campylobacteriosis adalah

cedera jaringan dalam usus. Tempat-tempat cedera jaringan yaitu pada jejunum (tengah usus halus), ileum (akhir usus halus), dan colon (usus besar). C jejuni menginvasi dan menghancurkan sel-sel epithelial. Spesies Campylobacter diperkirakan menjadi penyebab utama diare, sebanding dengan Salmonella dan Shigella. Penularan infeksi tampaknya melalu rute fekal-oral atau mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi. Inkubasi biasanya dalam 2-4 hari. Simtom paling umum termasuk diare dalam berbagai konsistensi dan keparahan, nyeri abdominal, dan demam. Mual, muntah, sakit kepala, mialgia, dan malaise bisa juga terjadi. Pergerakan intestinal bisa tak terhitung, berdarah (seperti disentri), berbasu busuk, dan melenik yang berkisar dari lunak sampai berair (seperti kolera). Penyakit akan sembuh sendiri, dan tanda dan simtom biasanya hilang dalam seminggu tapi bisa bertahan lebih lama pada 10-20% pasien. Seperti kondisi diare akut lainnya, sokongan cairan dan elektrolit menjadi dasar terapi, terutama dengan ORT. Terapi Antibiotik tidak berguna kecuali dimulai dalam 4 hari sejak onset, dan tidak memperpendek durasi atau mengurangi keparahan diare. Antibiotik sebaiknya diberikan pada pasien yang sangat muda dan sangat tua, pasien immunocompromised, dan mereka dengan diare berdarah yang parah. Saat ini, ciprofloxacin atau norfloxacin adalah agen terpilih, dengan erythromycin atau azithromycin sebagai alternatif. E. Yersinosis Yersinosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dari genus Yersina. Di Amerika serikat menurut Centers fo Disesase Control and Prevention, banyak orang sakit disebabkan oleh salah satu spesies Y. enterocolitica. Infeksi Y. enterocolitica dapat menyebabkan sebuah

varietas gejala tergantung pada umur dan infeksi. Infeksi ini sering menyerang anak-anak.

Cara penularan penyakit ini melalui rute orofekol karena mengkonsumsi makanan dan minumam yang terkontaminasi oleh manusia atau binatang yang terinfeksi. Y. enterocolitica. Bakteri ini sering ditemukan pada daging babi mentah dan produk makanan yang dibuat dari daging babi. Gejala Klinik Diare, demam, sakit perut, muntah, sakit kepala, pharingitis dan dapat berlanjut menjadi enterokolitis, mesenterik limfadenitis akut dan septikemia. Umumnya menyerang balita dengan gejala demam tinggi dan sakit perut pada bagian kanan bawah sehingga sering dikelirukan dengan radang usus buntu. Gejala umum pada anak-anak adalah demam dan diare. Gejala berkembang 4-7 hari setelah terserang. Manifestasi Klinik Bakteri ini menyebabkan gejala klinik dengan spektrum yang luas. Mayoritas kasus dengan enterocolitis ringan dan sembuh sendiri. Simtom, biasanya bertahan 1-4 minggu, termasuk muntah, nyeri abdominal, diare dan demam. Sindrom klinik yang terlihat pada anak lebih tua bisa seperti appendiksitis. Banyak pasien yang mengalami artritis reaktif dalam 1-2 minggu setelah pemulihan dari enteritis. Penyakit ini umumnya sembuh sendiri dan bisa ditangani dengan larutan rehidrasi oral. Pada penyakit yang parah, bakteremia, atau bentukan setempat dari penyakit, diindikasikan penggunaan antibiotik. Y. enterolitica umumnya peka terhadap fluoroquinolone, tunggal atau dalam kombinasi dengan cephalosphorin generasi ketiga atau aminoglycoside. Agen alternatif termasuk chloramphenicol, tetracycline, dan TMP/SMX. Terapi Jika bukan komplikasi diare biasanya disembuhkan tanpa pengobatan antibiotik. Meski demikian, pada kasus yang parah atau infeksi

komplikasi

perlu

diberikan

antibiotik

seperti

aminoglycosides,

doxycycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, or fluoroquinolones

You might also like