You are on page 1of 7

Seri Cara Belajar yang Kreatif

1. Belajar Matematika dengan Menyenangkan

Problem Pembaca: Tidak tahu cara membuat anak senang belajar


matematika (tidak membosankan, tapi efektif) sehingga nilai matematikanya
bagus

Janji Produk: setelah membaca buku ini pembaca akan tahu cara-caranya dan
mempraktikkannya

Outline:

Pendahuluan

1. Kreativitas itu Penting (membahas juga tindakan terlarang yang bisa


mematikan kreativitas anak)
2. Mengapa Matematika Penting? (membahas hal-hal yang biasanya
membuat anak bosan)
3. Belajar Matematika dengan visual dan kinestetikal (kelas 2 – 6 SD) -
HOW TO
4. Tip dan Saran

Kesimpulan

Profil Penulis

Penulis sudah menggeluti dunia pendidikan sejak th 1993 dan


mulai dari mengajar bidang geologi, teknik sipil, tambang
dan mengajar fotografi di berbagai Universitas Swasta.
Pernah mengajar fotografi dengan titik berat seni rupa pada
anak SD sampai usia dewasa. Lulus S-2 th 1991 di bidang
geologi teknik dari Universitas Canterbury, Selandia Baru dan
New York Institute of Photography. Sampai saat ini masih
aktif mengajar di dua Universitas Swasta.
Tanya jawab mengenai buku, pelatihan visual maths dengan
melalui e-mail iwan_zahar@yahoo.com dan 0811145195.

1
Penulis sedang mengambil program doktor bagian pendidikan
di Universitas Negri Jakarta (IKIP).

BAB 1 Kreativitas itu Penting

Asal ide datangnya untuk membuat pelajaran matematika menjadi mudah


dan menyenangkan berangkat dari cerita ini.

Bisnis saya dahulunya berangkat dari jual background untuk keperluan


foto studio. Banyak pegawai lulusan SD atau SMP bekerja untuk memotong
kanvas. Kebanyakan mereka sudah putus sekolah sejak lama sehingga agak
kesulitan dalam menghitung.

Saat memotong kanvas, mereka selalu menggunakan meteran. Ternyata cukup


sulit karena meteran itu harus dipegang lurus oleh dua orang dan kadang kain
yang dipotong mencapai 6 meter. Sehingga penggunaan meteran kurang
praktis. Lagipula kanvas yang dipotong tidak selalu berukuran sama.

2
Untuk mengatasi hal tersebut paling praktis ternyata membentang kanvas di
lantai yang mempunyai panjang ubin 30 cm. Sehingga panjang kanvas langsung
dihitung dengan jumlah ubin. Misal panjang kanvas 6 meter dihitung dengan 30
ubin. Cerita potong kain ini sebenarnya masalah pembagian sedangkan
masalah perkalian saat saya melihat tukang bangunan yang akan memasang
ubin. Dia mengukur panjang ruangan dan lebar ruangan. Kemudian membagi
dengan panjang ubin yang akan dipakai. Misal panjang ruangan 6 meter dibagi
panjang ubin 30 cm. Maka tukang bangunan itu menulis 20 ubin. Setelah itu 3
meter dibagi dengan 30 cm maka dia menulis 10 ubin. Baru dia mengali
kebutuhan ubin 20 X 10 = 200 ubin. Seandainya kita berikan anak yang baru
lulus sekolah dasar. Maka perhitungan kemungkinan akan seperti ini

Luas lantai = panjang X lebar = 6 X 3 = 18 meter 2

Luas ubin = panjang ubin X lebar ubin = 30 cm X 30 cm = 900 cm2 =


900/10000 m2 = 0,09 m2

Jumlah ubin = 18 : 0.09 = 200 ubin. Hasil sama tetapi perhitungan tukang
bangunan itu lebih praktis dan cepat dan tidak butuh kalkulator.

Teknik-teknik kreatif yang sehari-hari digunakan orang ini jarang


dan hampir tidak pernah diajarkan oleh guru dan orang tua saat mengajar
anaknya. Cara-cara ini sebenarnya akan jauh lebih dimengerti anak
dibandingkan cara melatih anak mengerjakan soal matematika secara terus
menerus atau yang dikenal dengan sistim dril. Sistim dril atau melatih
berulang-ulang ini berakibat rumus-rumus matematika SD itu hanya hafalan
sebelum ujian dan kurang memahami persoalan matematika. Setelah itu cepat
sekali dilupakan. Banyak diantara kita yang sudah lupa rumus KPK, FPB atau
isi, luas dari kerucut dan banyak rumus dasar matematika lainnya. Selain kurang
memahami rumus sewaktu mereka belajar dulu, banyak orang tua yang tidak
tahu cara mengajar anaknya. Bahkan untuk pelajaran matematika yang mudah
sekali seperti pelajaran di kelas 2 SD sekalipun seperti contoh di dalam kotak.

3
Bagaimana mengajar 9 : 3 =

Kita pegang sembilan benda yang sama dan akan dimasukkan pada 3 kotak.
Caranya tidak memasukan ketiga benda sekaligus ke dalam kotak, melainkan
dengan cara mengisi kotak tersebut satu per satu.

4
Jangan lakukan sekaligus memasukan ketiga kelereng di depan anak. Cara ini
akan membuat bingung anak yang tidak tahu darimana datangnya angka 3 .
Gb 1.1

Orang tua boleh dibilang akan sama cara mengajarnya dengan guru
mereka di sekolah. Sistim cara pengajaran yang sudah diwariskan turun
temurun adalah sistim pengajaran audio. Guru menulis di papan tulis,
menjelaskan dengan berbicara dan memberi latihan soal. Cara mengajar guru
matematika cenderung mempunyai cara yang sama dari SD sampai tingkat
perguruan tinggi. Cara mengajar itu sudah puluhan tahun dan sudah dipercaya
sebagai satu-satunya cara yang benar dan banyak pula dilakukan di kursus-
kursus.

Sistim audio ini kurang cocok untuk sebagian besar anak yang memang
dilahirkan berbeda-beda. Sistim ini hanya cocok untuk anak yang dilahirkan
dengan gaya belajar audio kurang lebih hanya sekitar 20- 34 %. Selebihnya
adalah anak-anak yang belajar dengan melihat (visual) dan melakukan sesuatu
(kinestetik). Sistim audio yang sekarang sedang berlangsung ini akan
menyingkirkan 66-80% murid. Sistim audio ini memang paling mudah
dilaksanakan tetapi membuat anak hanya menghafal dan kurang kreatif dalam
matematika.

Kesulitan semakin menjadi lagi setelah pelajaran matematika itu semakin


berat dibandingkan penulis alami 30 tahun yang lalu. Sampai teman penulis
yang kewalahan untuk mengajar anaknya yang baru kelas 2 SD dan punya gaya
belajar visual. Anaknya jago gambar kurang begitu suka matematika dan
merasa bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak.

Banyak guru berpikir kalau angka yang ditulis di papan tulis itu, berarti
sudah ada sistim visual pada pengajaran. Pendapat ini keliru. Angka dan huruf
merupakan bentuk yang abstrak bagi anak-anak bukan bentuk yang kongkrit
seperti bangku, meja, televisi dan sebagainya. Soal matematika dalam bentuk

5
kalimat dan angka hanya mengaktifkan otak kiri siswa saja. Begitu pula dengan
cara menjawab soal.

Sedangkan cara visual dan kinestetik yang diterapkan pada buku ini akan
membuat otak kanan mereka aktif dan pengertian mereka akan matematika
menjadi lebih baik yang sesuai dengan kenyataan dan praktek hidup sehari-hari.
Sehingga matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan.

Pada sistim audio, kreativitas itu sulit dicapai bagi anak dalam belajar
matematika karena pola pengajaran yang berulang diajarkan pada anak. Dari
cara mengajar dan mengerjakan soal dengan matematika cenderung satu cara.
Lama kelamaan menanamkan dogma bahwa itu satu-satunya cara dalam
belajar. Sehingga menghambat kreativitas anak.

Mengapa kreativitas itu penting ? Seandainya teori NLP dari Richard


Brandler and John Grinder dan teori fungsi otak kanan dan kiri Roger Sperry
sudah ditemukan dan di aplikasikan sejak kita kecil. Maka prestasi yang kita
capai saat ini mungkin sudah kita bisa capai 10-20 tahun yang lalu. Misalkan
anda saat ini mencapai posisi manajer usia 50 tahun. Dengan pendidikan
kreativitas yang baik prestasi itu sudah bisa dicapai pada usia 40 tahun atau
bahkan 30 an. Soal latihan otak kiri kita lebih berat terutama dalam matematika
dibandingkan orang Amerika. Tetapi pengembangan setengah otak kita yaitu
otak kanan hampir tidak ada. Sehingga prestasi kita dalam mengembangkan
sumber daya manusia tertinggal jauh.

Pengembangan tingkat kreativitas yang merupakan gabungan fungsi otak


kanan dan kiri akan membuat anak mempunyai jiwa sebagai penemu atau
penggali ide yang orisinil. Jangankan menang nobel, kreativitas sangat
dibutuhkan untuk memulai bisnis yang mempunyai sistim baru dan
menghancurkan sistim lama seperti dilakukan oleh Amazon dan Google.

Apa yang kita lakukan dalam berapa dekade ini dalam meningkatkan
mutu pelajaran matematika ? untuk mengejar ketinggalan tersebut, anak-anak

6
kita malah ditambah latihan soal matematika dan bangga bila anaknya sekolah
dengan mata pelajaran matematika yang lebih banyak dan cepat dibandingkan
sekolah lain. Kita lupa kreativitas untuk mengembangkan cara belajar-mengajar
dalam matematika. Lupa sama sekali bahwa manusia ada otak kanan yang
ukurannya sama besar dengan otak kiri dan perlu dikembangkan.

Kreativitas dalam cara belajar anak bisa dicapai dengan memasukan ketiga gaya
belajar (audio-visual-kinestetik) sehingga mengaktifkan kedua belahan otak
sekaligus melatih motorik dari anak.

Matematika SD ada praktikumnya yang seperti bermain ? ya, buku ini


yang akan mengupas bagaimana melakukan praktikum dalam ilmu matematika.
Di samping itu pada bab terakhir akan dibahas pemainan domino dan permainan
lainnya yang digunakan untuk latihan matematika. Dengan cara ini pengerjaan
soal matematika bisa dilakukan sambil main “games” matematika.

Apakah cara ini tidak bertentangan dengan cara dari guru di sekolah ? tidak,
karena cara pada buku ini ada empat tahap.

1. Soal matematika yang sama dengan yang guru sekolah berikan


2. Merubah soal matematika tersebut secara visual dengan menggambar
3. Menjawab soal matematika tersebut dengan menggambar
4. Membandingkan dengan jawaban soal yang diberikan oleh guru.

Jadi buku ini untuk meningkatkan pemahaman sehingga matematika bukan


sekedar menghafal rumus. Sekaligus buku ini akan mempermudah anak untuk
menghafal rumus dan cara yang diberikan oleh guru mereka.

You might also like