You are on page 1of 9

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian rasio profitabilitas Menurut (Van Horn dan Wachowie, 1997 : 148-149) Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selam periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif, modal baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (unud-189-353248720-bab i.pdf). Menurut sartono (2001:119) profitabilitas sebagai kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas ((unud-189-353248720bab i.pdf)). Rasio profitabilitas terdiri dari profit margin, basic earning power, return of asset, dan return of equity. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan ntuk menghasilkan laba dalam periode tertentu dengan menggunakan total aktiva, penjualan, dan modal secara keseluruhan maupun modal sendiri untuk kepentingan para manajer perusahaan untuk mengambil keputusan.

B. Tujuan rasio profitabilitas 1. Tujuan analisis profitabilitas Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan menggunakan

alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analis. Alat analisis keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perbandingan, analisis trend, analisis Lavarege, analisis break even, analisis rasio keuangan dan lain-lain. 2. Pengertian laporang keuangan Laporan keuangan dibuat oleh bagian manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemiliki perusahaan selama periode tertenrtu. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan yang meliputi para kreditur, para investor, dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, serta masyarakat sekitarnya. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari : 1) Neraca Imam santoso (2006 : 9-10) mengemukakan bahwa neraca adalah satu laporan yang menginformasikan mengenai akitva, kewajiban dan kepemilikkan (ekuitas) suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Kuswadi (2006:15) berpendapat bahwa neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi atau kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu dan merupakan salah satu hasil akhir dan proses akuntansi. 2) Laporan laba rugi Laporan laba rugi memberikan sebuah ukuran berhasilnya suatu perusahaan pada suatu periode waktu. Laporan laba rugi menunjukkan sumber utama dan penghasilan yang dihasilkan dan biaya-biaya sehubungan dengan penghasilan tersebut. Perbedaan antara penghasilan dan biaya-biaya adalah laba bersih atu rugi bersih. Keuntungan dan kerugian menunjuk kepada uang yang dihasilkan atau kerugian pada kegiatan diluar aktivitas normal perusahaan. Laporan laba rugi perusahaan harus memuat laba per

saham. Baik neraca maupun laporan laba rugi selalu dibuat dengan dasar komparatif. Suatu laporan laba atau ekuitas pemegang saham sering kali disajikan dalam laporan tahunan perusahaan kepada pemegang saham (sangkala, 2009).

C. Jenis-jenis rasio profitabilitas Jenis-jenis rasio profitabilitas terbagi menjadi : 1. Profit margin (PM) Simamora (1999: 161) mengemukakan bahwa margin kontribusi (contribution margin) adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah persentase margin kontribusi dibandingkan jumlah penjualan. Rasio profit margin di bagi menjadi 3 macam yaitu : a. Gross profit margin ratio Gross profit margin ratio menurut munawir (2001:99) dapat dihitung dengan rumus:

Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan bila dibandingkan standar ratio akan diketahui apakah margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya.

b. Net profit margin Ratio Net profit margin ratio menurut Riyanto (1999:37) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

c. Operating profit margin ratio Selisih antara net margin ratio (ratio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau ratio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih (Munawir, 2001:100). Sehingga operating margin dapat dihitung dengan rumus:

Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Tetapi ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen. d. Faktor-faktor penentu profit margin Menurut Bambang Riyanto (2001:39) Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense). Dengan jumlah operating expense tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil sales, atau dengan menekan atau memperkecil operating expanse. Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu : 1) Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan besarnya sales dapat disebabkan karena perubahan harga jual per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian dapatlah dikaitkan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan: a) Memperbesar volume sales unit pada tingkat harga penjualan tertentu, atau b) Menaikan harga penjualan per unit produk pada luas sales dalam unit tertentu. 2) Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai pada tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang

sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relative lebih besar dibandingkan dengan berkurangnya

pendapatan dari sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai dengan

berkurangnya operating expense yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.

2. Return on Investment (ROI) a. pengertian Return on Investment atau Rasio pengembalian atas investasi merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Martono dan Harjito, 2001:60). Munawir (2004:89) Return on Investment atau Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau profitabilitas (Munawir, 1995:89) . Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Besarnya ROI di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu : 1) Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi 2) Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. b. Faktor yang mempengaruhi ROI Return On Investment atau aktiva tetap pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun secara singkat adalah net income dibagi total investasi. Return On Investment (ROI) adalah profit margin dikalikan perputaran aktiva, oleh karena itu, jika dua perusahaan mempunyai rasio perputaran yang berbeda maka perusahaan yang mempunyai perputaran rendah harus dapat memperoleh profit margin yang lebih tinggi untuk mencapai ROI tertentu. ROI juga dapat dilihat dengan mengkombinasi pengaruh dua faktor, yaitu:
1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang

digunakan untuk operasi), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Cara meningkatkan tingkat perputaran ivestasi, yaitu dengan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah invertasi yang sama, atau menurunkan atau mengurangi jumlah investasi untuk memperoleh volume penjualan tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi net dengan operating assets.
2) Profit margin, yaitu keuntungan operasi yang dinyatakan dalam

prosentase dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur

tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahan dihubungkan dengan penjualan. Kegunaan analsisi ROI : 1) Sebagai salah satu kegunaan yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka management dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efesiensi produksi dan efesiensi bagian penjualan. 2) Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efesiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui di mana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. 3) Analisa ROI-pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan

mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan. 4) Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan product cost systemyang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari rate of return masing-masing produk. 5) ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalmya ROI dapat digunakan sebagai dasar

10

untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan expansi. Kelemahan ROI : 1) Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam membandingkan rateof return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-

beda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah. 2) Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengruh dalam menghitung investment turnover dan profit margin. 3) Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment data tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

3. Return on Equity Return on Equity Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut. Roe dapat dihitung dengan rumus :

11

You might also like