You are on page 1of 14

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan dirinya memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum, dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya guna, efisiensi dan efektivitas anggaran, memenuhi standar keselamatan, keamanan, dan aspek lingkungan, perlindungan publik, penguasaan dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi; bahwa sumber daya manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing sehingga belum mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan kompetensi profesional; bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada sumber daya manusia yang melakukan rekayasa teknik maupun masyarakat pada umumnya; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Keinsinyuran;

b.

c.

d.

e.

Mengingat :

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
1

MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEINSINYURAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Keinsinyuran adalah rekayasa teknik dengan menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan profesionalitas untuk merancang dan membangun sistem, struktur, proses, material, mesin, dan perangkat demi tujuan peningkatan nilai tambah dan daya guna barang atau jasa. 2. Insinyur adalah orang yang berprofesi di bidang Keinsinyuran. 3. Insinyur Asing adalah Insinyur berkewarganegaraan asing yang berprofesi di bidang Keinsinyuran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Penyelenggaraan Keinsinyuran berasaskan: a. profesionalitas; b. integritas; c. keadilan; d. keselarasan; e. kemanfaatan; f. keamanan dan keselamatan; g. kelestarian lingkungan hidup; dan h. keberlanjutan. Pasal 3 Pengaturan Keinsinyuran bertujuan untuk: a. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan Keinsinyuran; b. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan profesi Insinyur yang andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas; c. memberikan perlindungan kepada pengguna jasa dan masyarakat dalam penyelenggaraan Keinsinyuran; dan d. mendorong penguasaan dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB III SYARAT INSINYUR Pasal 4 Untuk menjadi Insinyur, seseorang harus memenuhi persyaratan: a. lulusan pendidikan tinggi teknik pada perguruan tinggi dalam negeri yang telah terakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang diakui oleh
2

Pemerintah Republik Indonesia atau setara dengan penjenjangan kualifikasi profesi di bidang keinsinyuran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. berpengalaman dalam kegiatan Keinsinyuran sesuai standar atau kualifikasi yang ditentukan oleh organisasi profesi; dan c. lulus uji kompetensi. BAB IV SERTIFIKASI, REGISTRASI, DAN IZIN KERJA Bagian Kesatu Sertifikasi (1) (2) Pasal 5 Seseorang yang telah lulus uji kompetensi berhak memperoleh sertifikasi kompetensi kerja. Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan dan telah mendapat lisensi dari badan yang berwenang melakukan sertifikasi profesi. Sertifikat kompetensi kerja untuk Insinyur diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi atas usul organisasi profesi. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Registrasi Pasal 6 (1) Seseorang yang telah memenuhi sertifikasi kompetensi kerja sebagai Insinyur wajib melakukan registrasi. (2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh organisasi Insinyur. Bagian Ketiga Izin Kerja Pasal 7 (1) Insinyur yang akan melakukan praktik keinsinyuran harus mendapatkan izin kerja dari pemerintah. (2) Untuk mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Insinyur harus lulus uji kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi kerja dan teregistrasi oleh organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6. (3) Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kegiatan Keinsinyuran di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 8 (1) Insinyur yang melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa memiliki izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; dan/atau b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran. (3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3

(3) (4)

menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa denda. Pasal 9 (1) Dalam hal Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 melakukan kegiatan keinsinyuran yang menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran; c. pembekuan izin kerja; d. pencabutan izin kerja; dan/atau e. denda. Bagian Keempat Insinyur Asing Pasal 10 Setiap warga negara asing yang bekerja pada bidang Keinsinyuran di Indonesia harus: a. dinyatakan sebagai Insinyur menurut hukum negaranya; b. mengikuti sertifikasi Keinsinyuran; c. melakukan registrasi; dan d. memiliki izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 11 Insinyur asing yang bekerja di Indonesia wajib melakukan alih ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 12 (1) Insinyur Asing yang melakukan kegiatan Keinsinyuran di Indonesia tanpa memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran; c. pembekuan izin kerja; dan/atau d. pencabutan izin kerja. (3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa denda. Pasal 13 Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Insinyur asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11, serta penetapan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 12 diatur dalam Peraturan Pemerintah. BAB V PENGEMBANGAN PROFESI Pasal 14 (1) Untuk menjamin kompetensi dan meningkatkan mutu profesi, Insinyur mengikuti pengembangan profesi dan pemeliharaan kompetensi oleh
4

organisasi profesi keinsinyuran. (2) Pengembangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan untuk: a. membentuk dasar-dasar kompetensi profesional Keinsinyuran; b. meningkatkan mutu Insinyur agar profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab; dan c. menjamin kompetensi profesional Insinyur. (3) Pengembangan profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan untuk menentukan jenjang kualifikasi profesi. (4) Pengembangan profesi diselenggarakan berdasarkan suatu standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Insinyur Pasal 15 Insinyur dan Insinyur asing berhak: a. melakukan kegiatan Keinsinyuran sesuai standar kompetensi profesi; b. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi; c. memperoleh informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur dari pengguna jasa Keinsinyuran; d. menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan; e. mendapat jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan f. mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan kompetensi profesi keinsinyuran. Pasal 16 Insinyur dan Insinyur asing berkewajiban: a. melaksanakan kegiatan Keinsinyuran sesuai keahlian dan berdasarkan Kode Etik Insinyur; b. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan keahlian dan jenjang kualifikasi yang dimiliki Insinyur; c. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar keselamatan, keamanan, dan aspek lingkungan; d. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya atas kerahasiaan hubungannya dengan pengguna jasa tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan, bahkan setelah selesai pekerjaan dilaksanakan; e. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, golongan, latar belakang sosial, politik dan budaya; dan f. memelihara kompetensi, memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengikuti perkembangan Keinsinyuran. Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa Pasal 17 Pengguna jasa Keinsinyuran berhak:
5

a. memperoleh perlindungan hukum sebagai konsumen atas jasa Keinsinyuran yang tidak kompeten dan tidak profesional; b. mendapatkan informasi secara lengkap dan benar atas jasa Insinyur yang akan dipakai atau digunakan; c. mendapatkan pelayanan dan jasa sesuai dengan perjanjian kerja; dan d. melakukan tindakan hukum atas pelanggaran kontrak dan kerugian lain diluar kontrak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 Pengguna jasa Keinsinyuran berkewajiban: a. memberikan informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur tentang pekerjaan dan jasa yang akan dilaksanakan Insinyur; b. mempertimbangkan nasihat dan petunjuk Insinyur atas sebuah pekerjaan dan jasa yang akan diterima; dan c. memberikan imbalan sesuai dengan jasa yang diterima.

BAB VII ORGANISASI INSINYUR Bagian Kesatu Umum Pasal 19 (1) Organisasi Insinyur merupakan satu-satunya wadah berhimpun organisasi profesi Insinyur yang bebas dan mandiri yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang ini. (2) Organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh organisasi profesi di bidang Keinsinyuran. (3) Ketentuan mengenai susunan dan keanggotaan organisasi Insinyur ditetapkan oleh para Insinyur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Bagian Kedua Fungsi, Tugas, dan Wewenang Pasal 20 Organisasi Insinyur mempunyai fungsi pengembangan dan pengawasan terhadap Insinyur dan penyelenggaraan Keinsinyuran. Pasal 21 Organisasi Insinyur bertugas: a. mengembangkan standar kompetensi Keinsinyuran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. melakukan pemeliharaan kompetensi insinyur; c. melakukan registrasi terhadap Insinyur; d. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan jasa Keinsinyuran yang
6

dilaksanakan bersama instansi terkait sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing; dan e. melakukan pembinaan bersama Pemerintah terhadap Insinyur mengenai pelaksanaan etika profesi. Pasal 22 Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 organisasi Insinyur berwenang: a. menetapkan bakuan kompetensi Insinyur; b. menetapkan kode etik Insinyur; dan c. menegakkan disiplin dan kehormatan Insinyur. Bagian Kelima Kode Etik Insinyur Pasal 23 Untuk menjamin mutu jasa Keinsinyuran dibuat Kode Etik sebagai landasan tata laku Insinyur. Kode Etik Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh organisasi Insinyur.

(1) (2)

Pasal 24 Kode etik insinyur harus dijadikan pedoman dan landasan tingkah laku setiap insinyur dalam menjalankan penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran. Bagian Keenam Pembiayaan Pasal 25 Pembiayaan organisasi Insinyur bersumber dari: a. iuran anggota; dan b. sumber pendanaan lain yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembiayaan organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola secara transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengelolaan pembiayaan organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit secara berkala oleh akuntan publik.

(1)

(2)

(3)

BAB VIII PEMBINAAN JASA KEINSINYURAN Pasal 26 Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan jasa Keinsinyuran. Tanggung jawab pembinaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri. Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan: a. menetapkan standar kompetensi Insinyur;
7

(1) (2) (3)

b. menetapkan standar layanan jasa Keinsinyuran; c. melakukan pemberdayaan Keinsinyuran; dan d. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan jasa Insinyur. Pasal 27 Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diarahkan untuk : a. meningkatkan mutu dan kualitas jasa Keinsinyuran; b. menjamin perlindungan bagi masyarakat atas pemberian jasa yang dilakukan oleh insinyur; dan c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Pasal 28 (1) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dapat dilakukan audit kinerja Keinsinyuran. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit kinerja Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 29 Setiap Insinyur atau Insinyur asing yang melaksanakan tugas profesi tidak memenuhi standar keselamatan, keamanan, dan aspek lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c yang mengakibatkan kecelakaan dan/atau kematian dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Keinsinyuran, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan hingga ditetapkan pengaturan lain yang diamanatkan oleh Undang-Undang ini; b. Insinyur yang telah memiliki sertifikat dari organisasi profesi dan nomor registrasi dari lembaga berwenang yang telah ada, dinyatakan sebagai Insinyur yang telah teregistrasi; dan c. sertifikasi dan registrasi Insinyur harus disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan undang-undang ini harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 32 Organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 harus dibentuk paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Undang-Undang ini
8

diundangkan. Pasal 33 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaga Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan dirinya memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan tersebut salah satunya dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya saing, daya guna, efisiensi dan efektivitas anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi. Sumber daya manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing sehingga belum mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan kompetensi profesional. Insinyur sebagai salah satu komponen utama yang melakukan layanan jasa rekayasa teknik harus memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan secara profesional, sehingga kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Hasil karya Insinyur harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moril-materiil maupun di muka hukum, sehingga layanan jasa di bidang Keinsinyuran memiliki kepastian hukum, perlindungan bagi Insinyur maupun pengguna jasa, serta dilakukan secara professional, bertanggungjawab dan menjungjung tinggi etika profesi. Salah satu unsur penting dalam memberikan layanan jasa rekayasa teknik adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi teknik yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimiliki Insinyur harus terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan industri. Perangkat keilmuan yang dimiliki seorang Insinyur mempunyai karakteristik yang khas yang terlihat dari kemampuan untuk melakukan upaya rekayasa teknik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lingkungan serta menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Kemampuan untuk melakukan upaya rekayasa teknik ini untuk meningkatkan keunggulan infrastruktur, keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Layanan jasa di bidang Keinsinyuran yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh Insinyur yang memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan di bidangnya, sehingga kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Namun kenyataan saat ini, profesi Insinyur belum memiliki aturan hukum yang memadai dan terintegrasi mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan
10

perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada sumber daya manusia yang melakukan rekayasa teknik maupun masyarakat pada umumnya. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum baik kepada Insinyur maupun pengguna jasa Keinsinyuran, meningkatkan keselamatan kerja, keunggulan hasil rekayasa, serta bertambahnya kualitas hidup dan kesejahteraan Insinyur dan masyarakat, maka perlu diatur kegiatan Keinsinyuran dalam suatu peraturan perundang-undangan, sehingga kegiatan Keinsinyuran benar-benar dilakukan berdasarkan atas penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian dan standarisasi professional serta berdasarkan suatu kerangka hukum yang jelas. Adapun lingkup pengaturan dari Undang-Undang tentang Keinsinyuran mengatur tentang kegiatan Keinsinyuran oleh Insinyur yang profesional dan bertanggung jawab yang telah memenuhi persyaratan atau kualifikasi profesi yang dibuktikan dengan telah mendapatkan sertifikasi, registrasi dan izin kerja di bidang Keinsinyuran. Kemudian pengaturan mengenai kelembagaan yang bertanggung jawab menetapkan dan mengembangkan standar profesi dan kode etik Insinyur, pengembangan profesi di bidang Keinsinyuran, pemenuhan hak dan kewajiban Insinyur maupun pengguna jasa, serta pembinaan jasa Keinsinyuran oleh pemerintah. Undang-Undang ini juga mengatur peralihan terkait dengan kenyataan bahwa kegiatan Keinsinyuran telah lama dipraktikan dalam masyarakat sebelum lahirnya undang-undang ini, terutama terkait pengakuan dan status Insinyur yang sudah bekerja secara professional di bidang Keinsinyuran sebelum lahirnya Undang-Undang ini. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya setiap Insinyur harus mempunyai keahlian dan keilmuan, serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Huruf b Yang dimaksud dengan asas integritas adalah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Insinyur harus mengikuti sistem dan standar yang berlaku. Huruf c Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah Insinyur sadar akan fungsinya dalam penyelenggaraan praktik Keinsinyuran serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya. Huruf d Yang dimaksud dengan asas keselarasan adalah penyelenggaraan Keinsinyuran harus seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara, serta selaras dengan kebudayaan dan peradaban Indonesia.
11

Huruf e Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah penyelenggaraan Keinsinyuran dapat menjamin terwujudnya nilai tambah dan daya guna yang optimal bagi para pihak dan bagi kepentingan nasional. Huruf f Yang dimaksud dengan asas keamanan dan keselamatan adalah terpenuhinya tertib penyelenggaraan Keinsinyuran, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan Keinsinyuran dengan tetap memperhatikan kepentingan umum. Huruf g Yang dimaksud dengan asas kelestarian lingkungan hidup adalah penyelenggaraan Keinsinyuran memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara. Huruf h Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah penyelenggaraan Keinsinyuran berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a Yang dimaksud dengan lulusan pendidikan tinggi teknik adalah lulusan pendidikan tinggi atau teknologi sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi yang antara lain meliputi teknik arsitektur, teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, teknik lingkungan, teknik nuklir, teknik computer, teknik informatika, teknik industri, teknik kimia, teknik fisika, teknik geodesi, teknik metalurgi, teknik perminyakan, teknik pertambangan, teknologi kedirgantaraan, teknologi pertanian, teknologi perikanan, teknologi kehutanan, teknologi pangan, dan teknologi kelautan. Yang dimaksud dengan setara dengan penjenjangan kualifikasi profesi di bidang keinsinyuran adalah bersertifikat 6 (enam) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang perekayasaan teknik. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Yang dimaksud dengan uji kompetensi adalah proses sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan secara sistematis dan objektif sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Pasal 5 Cukup jelas.

12

Pasal 6 Registrasi dimaksudkan hanya sebagai kegiatan pencatatan administrasi dalam rangka pendataan profesi Insinyur. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas.
13

Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah upaya pembinaan yang dilakukan antara lain melalui pendidikan, pelatihan, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan kompetensi Insinyur dan kualitas layanan jasa Keinsinyuran. Huruf d Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

14

You might also like