You are on page 1of 18

Latar Belakang Manusia merupakan penduduk bumi yang diciptakan paling sempurna dibandingakan dengan mahluk yang lainya,

di dalam tubuh manusia dari mulai sejak lahir sampai dengan lanjut usia tubuh manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat spesifik, untuk itu oleh para ahli sebutan manusia adalah makhluk yang misteri, Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.Manusia mempunyai keperluan asas yang sama dan perkembangan mereka bergantung kepada tindak balas terhadap keperluan tersebut. pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual. Erik Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902. Dia adalah ahli analisa jiwa dari Amerika, yang membuat kontribusi-kontribusi utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan anak. Ayahnya meninggal dunia sebelum ia lahir. Saat remaja, ibunya menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor Homberger. Waktu kecil Erikson tidak menyenangi sekolah yang formal. Ia pun tidak sempat menyelesaikan program diploma. Perjalanan Erikson ke beberapa negara dan perjumpaannya dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud, menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan. Ia mulai mempelajari ilmu tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari Universitas Harvard. Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan ditawari untuk mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco

Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies of Behavioral Sciences. Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi salah satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anakanak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja.Buku-buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi's Truth (1969): yang menang pada Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age(1986). B. Perkembangan Kepribadian Erik H. Erikson Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis. Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan, antara lain : pertama, teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan. Ketiga, menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan atau kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan atau masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern. Oleh sebab itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia. Teori Erikson berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Erikson berpendapat bahwa pandangan sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan

tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya. Dalam bukunya yang berjudul Childhood and Society tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang dikenal dengan istilah delapan tahap perkembangan manusia. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi yang artinya upon atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan genetic yang berarti emergence atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan, dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap. Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam

delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut : Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Developmental Stage Infancy (0-1 thn) Early childhood (1-3 thn) Preschool age (4-5 thn) School age (6-11 thn) Adolescence (12-10 thn) Young adulthood ( 21-40 thn) Adulthood (41-65 thn) Senescence (+65 thn) Basic Components Trust vs Mistrust Autonomy vs Shame, Doubt Initiative vs Guilt Industry vs Inferiority Identity vs Identity Confusion Intimacy vs Isolation Generativity vs Stagnation Ego Integrity vs Despair

1.

Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan. Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh.

Pada dasarnya setiap manusia pada tahap ini tidak dapat menghindari rasa kepuasan namun juga rasa ketidakpuasan yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan ketidakpercayaan. Akan tetapi, hal inilah yang akan menjadi dasar kemampuan seseorang pada akhirnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik. Di mana setiap individu perlu mengetahui dan membedakan kapan harus percaya dan kapan harus tidak percaya dalam menghadapi berbagai tantangan maupun rintangan yang menghadang pada perputaran roda kehidupan manusia tiap saat. Adanya perbandingan yang tepat atau apabila keseimbangan antara kepercayaan dan ketidakpercayaan terjadi pada tahap ini dapat mengakibatkan tumbuhnya pengharapan. Nilai lebih yang akan berkembang di dalam diri anak tersebut yaitu harapan dan keyakinan yang sangat kuat bahwa kalau segala sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, tetapi mereka masih dapat mengolahnya menjadi baik. 2. Early childhood (1-3 thn) Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri. Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain. 3. Preschool age (4-5 thn) Inisiatif vs Kesalahan Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial

lainnya. Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genitallocomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil. 4. School age (6-11 thn) Kerajinan vs Inferioritas

Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya. Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri.

Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak. 5. Adolescence (12-10 thn) Identitas vs Kekacauan Identitas

Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun. Yang man ditandai adanya kecenderungan identity Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya. Dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri pada remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota. Selama masa remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan). Anak dihadapkan memilikibanyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.

Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. 6. Young adulthood ( 21-40 thn) Keintiman vs Isolasi Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun). Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Mereka sudah mulai selektif untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepekaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang. Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu adanya afiliasi dan elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain. 7. Adulthood (41-65 thn) Generativitas vs Stagnasi Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi

terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini. pada masa ini, salah satu tugas untuk dicapai ialah dengan mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun. Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi atau hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan. 8. Senescence (+65 thn) Integritas vs Keputusasaan Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun). Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena

orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sikap sumpah serapah dan menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jadi dapat disimpulkan menurut Erik Erikson perkembangan di bagi dalam delapan tahap/fase perkembangan kepribadian yang memiliki ciri utama disetiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut : Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan), Early childhood (1-3 thn) Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu, Preschool age (4-5 thn) Inisiatif vs Kesalahan, School age (6-11 thn) Kerajinan vs Inferioritas, Adolescence (12-10 thn) Identitas vs Kekacauan Identitas, Young adulthood ( 21-40 thn) Keintiman vs Isolasi, Adulthood (41-65 thn) Generativitas vs Stagnasi, Senescence (+65 thn) Integritas vs Keputusasaan. DAFTAR PUSTAKA http://deviarimariani.files.wordpress.com/2008/11/erik-eriksoi.doc http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/1445/ http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembanganpsikososial-erik-erikson/#ixzz2BjE5asQg

Teori Perkembangan Erik Erikson


Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada 15 juni 1902. Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950) yang menjadi salah satu buku klasik dalam bidang psikologi. Erik Erikson merupakan seorang tokoh psikologi yang membentuk satu teori yang komprehensif tentang perkembangan manusia berdasarkan jangka masa kehidupan mereka. Beliau membentuk teori berdasarkan kepada pengalaman kehidupannya sendiri. Teori beliau digelar psikososial kerana beliau menggabungkan tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan individu faktor kendiri, emosi dan faktor sosial. Berdasarkan Teori Perkembangan Erik Erikson, manusia berpotensi mengalami perkembangan psikologi yang sihat dan mampu mengatasi kesulitan mengikut masa dan pringkat perkembangan tertentu. Terdapat lapan peringkat perkembangan emosi manusia yang dikaji oleh Erik Erikson. Setiap peringkat akan timbul tingkah laku positif dan negatif yang membawa masalah penyelesaian psikologikal kerana konflik emosinya. Peringkat pertama ialah fasa kepercayaan lawan kecurigaan, iaitu pada peringkat umur 0 hingga 18 bulan. Pada peringkat ini bayi mula menjalinkan hubungan kasih sayang dan kepercayaan dengan ibu bapa atau membentuk perasaan tidak percaya. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kebanyakan bayi yang baru lahir. Bayi akan berasa selamat dan percaya pada ibu bapanya serta dapat merasai kasih sayang yang dicurahkan sepenuh hati. Sebaliknya, bayi akan menangis jika tidak melihat

Peringkat kedua ialah fasa autonomi lawan keraguan yang berlaku pada kanakkanak berumur 18 bulan hingga 3 tahun. Pada peringkat ini, kanak-kanak akan cuba berdikari untuk melakukan aktiviti fizikal tanpa memerlukan bantuan orang dewasa. Sebagai contoh, kanak-kanak yang ingin cuba makan dan minum sendiri, membuang air, memakai kasut dan sebagainya. Kanak-kanak yang diberi sokongan untuk meneroka perlakuan fizikal ini akan mempunyai keyakinan diri atau autonomi manakala yang tidak diberi peluang akan merasa ragu-ragu terhadap kebolehan lawan rasa bersalah pula akan ditempuhi oleh kanak-kanak yang berumur 3 hingga 6 tahun. Pada peringkat ini, kanak-kanak akan terus bersikap berdikari dengan meneroka persekitaran dan kemahiran baru yang digemarinya. Mereka suka dan kerap kali bertanyakan soalan dan mahukan penjelasan untuk setiap situasi yang

berlaku. Sokongan yang diberi akan menggalakkan inisiatif dalam diri kanak-kanak tersebut. Manakala, kanak-kanak yang tidak diberi peluang atau dihukum akan rasa bersalah dan tidak yakin terhadap dirinya sendiri. Secara teori, peringkat keempat ialah fasa berdaya usaha lawan rendah diri yang wujud pada kanak-kanak yang berumur 6 hingga 12 tahun. Setiap kanak-kanak akan menghadapi peringkat pembelajaran kemahiran baru atau menghadapai risiko perasaan rendah diri jika menemui kegagalan atau tidak cekap terhadap sesuatu perkara. Contohnya dapat dilihat pada kanak-kanak yang telah memasuki alam persekolahan. Mereka akan berusaha sadaya upaya untuk mendapat kedudukan terbaik di dalam kelas. Mereka sering bersaing dengan rakan dalam apa jua aktiviti yang dilakukan. Kanak-kanak ini akan berasa rendah diri apabila gagal mencapai apa yang diinginkan. Peringkat kelima ialah fasa identiti lawan ego rendah yang berlaku pada kanakkanak yang sudah meningkat remaja. Mereka mula dan sentiasa mencari identiti diri sama ada dalam personaliti, bidang pekerjaan, perasaan jantina, politik dan agama. Pada peringkat ini, mereka keliru terhadap identiti diri seterusnya mudah persekitaran sosial mereka.

Memasuki fasa intim lawan bersendirian, individu yang dalam lingkungan umur 20an mula membina hubungan rapat sama ada sebagai kawan atau kekasih. Individu ini mula mengenali diri sendiri. Pada peringkat keenam ini, krisis utama ialah membentuk hubungan intim melalui perkahwinan serta membina kehidupan berkeluarga. Individu pada peringkat ini sudah berupaya menjaga dan melindungi individu lain (suami atau isteri dan anak) tanpa hilang identiti diri. Mereka yang tidak dapat membina keintiman akan rasa terasing dan akan menghindari berhubung dengan orang lain

Peringkat ketujuh ialah fasa generatif lawan stagnasi akan dilalui oleh individu dalam lingkungan umur 20-an hingga 50-an. Generatif merujuk kepada usaha seseorang untuk memberi sumbangan untuk generasi akan datang. Seorang dewasa akan berpuas hati sekiranya dapat mambantu masyarakat dan Negara. di samping itu, mereka juga akan menjalani kehidupan berkeluarga dan berkerjaya yang baik. Kegagalan akan membawa kepada perasaan kecewa dan tidak berpuas hati serta mementingkan diri sendiri. Peringkat kelapan ialah fasa integriti lawan rasa kecewa berlaku pada individu yang menjangkau umur lebih 50 tahun. Individu yang telah sampai ke peringkat ini telah melalui pelbagai pengalaman dan cabaran dalam hidupnya. Individu yang berjaya

malaui segala krisis perkembangan akan membawa kepada kedudukan dan kekecewaan di hari tua.

http://deviarimariani.files.wordpress.com/2008/11/erik-eriksoi.doc
Erik Erikson ialah seorang yang memiliki tujuan hidup untuk mencari identitas dalam hidup dan teorinya. Pada usia 25 tahun, Erikson diminta untuk mengajar disebuah sekolah di Wina. Saat itulah ketertarikannya terhadap pendidikan anak-anak sehingga ia mengikuti dan tamat di sekolah pendidikan guru dengan penerapan metode Montessori. Beranjak dari penerapan metode Montessori yang Erikson pelajari maka Erikson kembali mendalami teori Psikoanalisis yang di prakarsai oleh Freud sehingga Erikson menemukan identitas profesinya. Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Menurut Erikson, Persamaan ego merupakan element utama dalam teori tingkatan psikososial yang diprakarsai oleh Erikson. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.

Adapun tingkatan yang dijelaskan oleh Erik Erikson meliputi:

No Tingkatan 1 2 3 4 5 Trust Vs Mistrust Autonomy Vs Shame and doubt Initiave Vs Guilt Industry Vs Inferiority Identity Vs Identity Confusion

Usia 0-1 tahun 1-3 tahun 4-5 tahun 6-11 tahun 12-20 tahun

6 7 8

Intimacy Vs Isolation Generality Vs Stagnation Integrity Vs Despair

21-40 tahun 41-65 tahun +65 tahun

1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) Suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.Ini terjadi pada usia dari lahir sampai satu tahun. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perlindungan yang cukup dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Akan mempersepsikan dunia ini sebagai tempat yang aman untuk hidup sehingga ia percaya diri. Rasa kepercayaan menuntut perasaan nyaman secara fisik dan jumlah ketakutan minimal akan masa depan. Kebutuhan-kebutuhan dasar bayi dipenuhi oleh pengasuh yang tanggap dan peka.

2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan. Pada usia ini, anak-anak sudah mulai mengenal dunia dengan cara merangkak, berjalan dan sering sekali harus menghadapi konflik dengan orang dewasa di sekitarnya. Sering munculnya berbagai kemauan anak setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh, bayi mulai menemukan bahwa mereka memiliki kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri. Mereka menegaskan rasa otonomi atau kemandirian mereka. Mereka menyadari kemauan mereka.

3.Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak

bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas. Ini terjadi pada usia 4 sampai 5 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai punya kemampuan motori dan mental yang bagus. Dia juga sudah mulai mengenal dunia luar. Orang tua yang memberikan kesempatan kepada anak ntuk bereksplorasi melalui permainan, maka akan mengembangkan inisiatif dan kreativitas anak. Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak diharapkan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Namun, perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul jika anak-anak tidak bertanggung jawab dan dibuat merasa terlalu cemas.

4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif. Ketika anak mulai masuk SD, dia sudah bisa merasakan nilai sebuah prestasi. Orang tua yang memotivasi anak untuk berprestasi ini akan mengembangkan kapasitas industri. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.

5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) Tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.

Individu dihadapkan pada temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting.

6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tetapi kehilangan diri sendiri pada diri orang lain. Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) Persoalan utama ialah membantu generasi muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna. Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation. Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan

kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. mengerjakan atau mencapai hal hal tertentu ia mengalami hambatan.

Untuk

Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.

8. Integrity vs despair (integritas vs putus asa) Individu menoleh masa lalu dan mengevaluais apa yang telah mereka lakukan dalam kehidupan mereka. Menoleh kembali kemasa lalu dapat bersifat positif (keutuhan) atau negarif (putus asa). Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

Sumber bacaan :

Ratih Fatma Ardini. 2012. Psikologi Umum I. Teori Perkembangan Jean Piaget & Erik Erikson (http://ratih-f-a-fpsi05.web.unair.ac.id/artikel_detail-43566-PsikologiUmumITEORIPERKEMBANGANJEANPIAGET&ERIKERIKSON.html. diakses tanggal 11 November 2012)

Psikologi Zone. 2010. Teori Erikson (www.psikologizone.com/teori-erikson. diakses tanggal 11 November 2012) Yanwar Abu Ukasyah. 2012. 8 Tahap Perkembangan Anak Menurut Eric Erikson (www.scribd.com/8-Tahap-Perkembangan-Anak-Menurut-Eric-Erikson.htm. diakses tanggal 11 November 2012) Galih Pamungkas. 2012. Teori Perkembangan Menurut Erik Erikson & Sigmund Freud (http://my-blog-pamungkas.blogspot.com/teori-perkembangan-menurut-erick-erikson-&sigmund-freud.html. diakses tanggal 11 November 2012)

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/1445/ http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/ http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembanganpsikososial-erik-erikson/#ixzz2BjE5asQg

You might also like