You are on page 1of 10

FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN

A. Pendahuluan Sejak diciptakannya manusia, Islam telah memperhatikan eksistensi manusia yang memerlukan pendidikan atau pembinaan dari yang lebih mengetahui (alim). Hal ini merupakan dasar kodrati, sekaligus kebutuhan dasar yang dimiliki setiap anak yang hidup di dunia. Allah SWT telah menegaskan hal tersebut dalam surat An-Nahl ayat 78 sebagai berikut:


Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Nabi Muhammad Saw juga menegaskan tentang kebutuhan dasar tersebut dalam salah satu hadits beliau yang sangat populer yang berbunyi sebagai berikut:


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang mempengaruhi menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi. (HR. Muslim) Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Di Indonesia, masalah pendidikan memperoleh perhatian yang sangat besar. Pembangunan Nasional di bidang pendidikan diupayakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Pendidikan ditujukan bagi terwujudnya masyarakat yang maju dan berkembang, baik jasmani manupun rohaninya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini tergambar dari Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I Pasal 1 dari UU tersebut menyatakan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembangunan pendidikan nasional melalui empat strategi dasar (kualitas, efisiensi, relevansi, dan pemerataan) perlu dikembangkan dengan tiga orientasi penting yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa, mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, serta membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks di masa depan. Dalam konteks ini, maka peran lembaga pendidikan menjadi implementator utama bagi perwujudan tujuan-tujuan di atas. Di samping mewujudkan tujuan-tujuan di atas yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, serta membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka lembaga pendidikan memegang peranan sentral dalam pemberdayaan masyarakat melalui aktivitas-aktivitas pendidikan. Dalam merealisasikan tujuan-tujuan di atas, banyak faktor yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Perhatian terhadap faktorfaktor ini sangatlah penting mengingat keberadaannya mempengaruhi kegiatan pendidikan di sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika faktor-faktor ini dalam kondisi baik, maka kegiatan pendidikan akan berjalan dengan baik, sebaliknya jika faktor-faktor ini mengalami problem, maka kegiatan pendidikan pun akan mengalami problem, dan tujuantujuan pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Makalah ini akan berusaha membahas beberapa faktor-faktor dalam kegiatan pendidikan. Penyajiannya akan diberikan per faktor yang disertai dengan penjelasan yang terkait dengan kegiatan pendidikan.

B. Permasalahan

Memperhatikan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah apa saja yang termasuk dalam faktor-faktor pendidikan ?

C. Pembahasan 1. Faktor Tujuan Setiap, kegiatan apa pun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dinimuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahlkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai hams dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan, seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang akan jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan mengabur. Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3

b. Berbudi pekerti luhur. c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. d. Sehat jasmani dan rohani. e. Kepribadian yang mantap dan mandiri. f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Keberadaan factor tujuan bagi pendidikan adalah sebagai berikut: a. Sebagai arah pendidikan b. Tujuan sebagai titik akhir c. Tujuan sebagai titik paiigkal mencapai tujuan lain d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan Adapun macam-macam dari tujuan pendidikan antara lain adalah: a. Tujuan Umum Ini merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalarn segala waktu clan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal. b. Tujuan Khusus Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum c. Tujuan Tak Lengkap Ini adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu dari aspek kepribadian, misalnya: tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa memperhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tak lengkap ini merupakan bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan selunth aspek kepribadian. d. Tujuan Sementara Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkat,m yang ditipayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang dimaksud dengan tujuan sementara. e. Tujuan Insidentil

Ini merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, kendatipun demikian, tujuan ini tidak terlepas dari tujuan umum.

f. Tujuan Intermedier Disebut juga tujuan perantara, merupakan tujuan yang dilihat sebagai alai dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya, misalnya anak dapat membaca dan menulis (tujuan sementara) demi kelancaran mengikuti pelajaran di sekolah. Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu: tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan instruksional.

2. Faktor Pendidik Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik." Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a. orang dewasa; b. orang tua; c. guru; d. pemimpin masyarakat; e. pemimpin agama. Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila. pribadi dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a. mempunyai individualitas yang utuh; b. mempunyai sosialitas yang utuh; c. mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan; 5

d. bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain. Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah, secara langsung atau tugas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Maka selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula memenuhi persyaratan lain yang lebih berat, yang dapat dikelompokkan menjadi: persyaratan pribadi dan persyaratan jabatan. Hal yang termasuk persyaratan pribadi, di antaranya: a. berbudi pekerti luhur dan berbadan sehat; b. memiliki kecerdasan yang cukup; c. memiliki temperamen yang tenang; d. kestabilan dan kematangan emosional. Di samping guru, faktor pendidik lain yang juga berpengaruh adalah orang tua. Salah satu kesalahkaprahan dari para orang tua dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenulinya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Meskipun disadari bahwa berapa lama waktu yang tersedia dalam setiap harinya bagi anak di sekolah. Para ahli sependapat akan pentingnya pendidikan dalam keluarga, apa-apa yang terjadi dalam pendidikan tersebut, akan membawa pengaruh terhadap kehidupan anak didik, demikian pula terhadap pendidikan yang dialaminya di sekolah dan di masyarakat. Orang tua yang secara sadar mendidik anak-anaknya, akan selalu dituntun oleh tujuan pendidikan, yaitu ke arah anak dapat mandiri, ke arah satu kepribadian yang utama. Dengan demikian pengaruh pendidikan yang pertama ini adalah sangat besar. Tindakan dan sikap orang tua seperti menerima anak, mencintai anak, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama, agar anak memiliki nilai hidup jasmani, nilai estetis, nilai kebenaran, nilai moral dan nilai religius (keagamaan), serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut, merupakan perwujudan dari peran mereka sebagai pendidik.

3. Faktor Anak Didik Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, di antaranya: a. belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik; b. masih menyempumakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik; c. sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang is kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, d. kemampuan berbicara, perbedaan individual dan sebagainya. Dalam proses pendidikan, kedudukan anak didik sangat penting. Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan yang dialaminya. Dalam situasi pendidikan yang dialaminya, anak didik merupakan komponen yang hakiki. Anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan. Seseorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani ataupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perkembangan bagianbagian lainnya. Sementara itu dari aspek rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya mengganhmgkan diri pada orang lain, 7

ke tingkat dewasa, yaitu suatu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial maupun secara susila. 4. Faktor Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga faktor-faktor pendidikan yang lain, seperti tujuan, pendidik, anak didik, dan lingkungan pendidikan bilamana faktor-faktor tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik. Dalam konteks ini dibandingkan dengan faktor-faktor pendidikan, maka alat-alat pendidikan lebih konkret dan lebih jelas pengaruhnya pada proses pelaksanaan pendidikan. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkret dan tegas dilaksanakan, guns menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari bermacammacam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, contoh serta kebiasaan. Termasuk juga sebagai alat pendidikan di antaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa: a. perbuatan pendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman; b. benda-benda sebagai alat bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, pets, OHP clan sebagainya. Dalam hal penggunaan alat pendidikan, maka yang sangat penting diperhatikan adalah pribadi orang yang menggunakannya, sehingga penggunaan alat pendidikan tersebut tidak sekadar persoalan teknis belaka, Haman lebih jauh justni menyangkut

persoalan batin atau pribadi pendidik. Oleh karena itulah dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai; b. orang yang menggunakan alat; c. untuk siapa alat itu digunakan; d. efektivitas penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek tambahan yang merugikan. 5. Faktor Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Pada dasarnya lingkungan mencakup: a. tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam; b. kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan; c. kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dan lainlain) dinamakan lingkunganpendidikan. Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa lingkungan-lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

D. Penutup Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan penting, mendasar, san stretegis bagi kehidupan manusia, karena tujuannya adalah meningkatkan harkat dan martabat manusia. 2. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang tidak berjalan dengan sendiri, karena keberadaannya dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Faktor-faktor tersebut akan mendukung manakala dalam kondisi baik, dan akan menghambat manakala dalam kondisi tidak baik. 3. Yang termasuk faktor-faktor pendidikan antara lain adalah: a. Faktor tujuan b. Faktor pendidikan c. Faktor anak didik d. Faktor alat pendidikan e. Faktor lingkungan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1986) Departemen Agama, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rejawali Press, 2008) Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, tt) Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Maarif, 1987) Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) Sidi, Indra Jati, Masyarakat Belajar, (Jakarta: Yayasan Paramadna, 2001)

10

You might also like