You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN BASALIOMA

1. PENGERTIAN Basalioma (karsinoma sel basal merupakan kangker kulit yang timbul dari sel basal epidermis atau folikel rambut( Brunner $ Suddarth,2001) Basalioma merupakan keganasan kulit yang paling sering ditemukan umumnya di daerah wajah dan paling banyak timbul pada orang yang kulitnya miskin pelindung terhadap sinar ultraviolet dari cahaya matahari tumor ini berasal dari sel lapisan basal atau dari luar sel folikel rambut ( R Sjamsuhidayat, 2004) Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kangker) yang berasal dari pertumbuhan neoplast3ik sel basal epidermis dan appendiks kulit (Graham,R, 2005). Pertumbuhan tumor ini lambat ,dengan beberapa macam pola

pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi,bersifat invasif,serta jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005) 2. ETIOLOGI lebih dari 90 persen penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau penyianaran ultraviolet lainnya.Sering muncul usia> 40 tahun.faktor resiko antara lain: a. faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang ,mata biru atau hijau dan rambut pirang atau merah) b. paparan sinar X yang berlebihan c. Senyawa kimia arsen d. Trauma e. Ulkus kronis(marwali,2000)

3. STADIUM DAN KLASIFIKASI Klasifikasi TNM digunakan sebagai sistem klasifikasi pada tumor ganas kulit non melanoma. Klasifikasi TNM Tumor Ganas Kulit ( kecuali Melanoma Maligna ) : T : tumor primer Tx : tumor primer tidak dapat dievaluasi T0 : tidak ditemukan tumor primer Tis : karsinoma insitu T1 : tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm. T2 : tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm. T3 : tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm. T4 : tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago Otot skelet atautulang N : kelenjar getah bening Nx : kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional N1 : ada metastasis kelenjar limfe regional M : metastasis jauh Mx : tidak dapat diperiksa M0 : tidak ada metastasis jauh M1 : ada metastasis jauh

4. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :

1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling

sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya teleangiektasis dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut ulkus rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya 2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe noduloulseratif. Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintikbintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma. 3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak sklerodermatosa dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan sklerosis di tengahnya.

4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis. 5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.

Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan penting, yaitu:

1. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu : Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk. Kista pada tulang rahang. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.

Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multipel yang berhubungan dengan sindroma ini. 2. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.

3. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut : Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadangkadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-anak. Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

5. PATOFISIOLOGI Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat kanker kulit. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari. Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen

Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.

Tanda dan gejala Predileksinya terutama pada wajah ( pipi, dahi, hidung, lipat, nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki, dan kulit kelapa. Gambaran klinik KSB bervarisasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk : Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens Berpigmen Morfea atau fibrosing atau sklerosing Superficial Fibroepitelioma

6. KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu: 1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi: a. Jaringan yang di buat tergores/ terluka. b. Perubahan warna kulit. c. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik. d. Luka kulit yang kronis. e. Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.

2. Akibat kemoterapi dan bioterapi:

a. mual dan muntah. b. syndrome flulike. c. mielosupresi. d. paresthesia e. fibrosis pulmonary. f. hipersensivitas.

g. alopesia.

h.

reaksi alergi

3. Umum: a. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh. b. Kehilangan fungsi pada ekstremitas. c. Perlukaan dan perubahan warna kulit. d. Proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian terakhir.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis basalioma yaitu pemeriksaan histopatologis. Biopsi kulit sering diperlukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan gambaran histopatologi. Dari pemeriksaan ini dapat ditemukan : a. Karsinoma sel basal tipe nodular : nukleus oval besar, hiperkromatik, dan sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada gambaran mitotik biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya bergabung dengan pola berbentuk palisade di daerah

perifer

dan

membentuk

sarang-sarang.

Biasanya

ada

peningkatan produksi musin di sekitar stroma dermis. Pembelahan sel, yang dikenal sebagai artefak retraks biasanya muncul diantara sarangsarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi dan pewarnaan. b. Karsinoma tipe berpigmen : mengandung melanosit yang terdiri dari sitoplasma granula melanin dan dendrit. c. Karsinoma sel basal tipe morfea : pola sarang

pertumbuhannya tidak melingkar tapi membentuk untaian. d. Karsinoma sel basal tipe superfisial : penampakannya seperti semaksemak sel basaloid yang berlekatan dengan epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di dermis.2,3,7

8. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan basalioma tergantung dari jenis, lokasi, ukuran, dan pilihan atau keahlian operator yang akan melakukan pengobatan. Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan nonbedah maupun pembedahan. A. Penatalaksanaan non-bedah Penatalaksanaan nonbedah meliputi radioterapi, terapi fotodinamik, dan immunomodulator topikal. Kemoterapi topikal dengan bahan

immunomodulasi berguna pada beberapa kasus basalioma. Basalioma kecil dan superfisial mungkin berespon baik dengan terapi topikal. Sebagai tambahan, terapi topikal dapat digunakan sebagai profilaksis atau pemeliharaan pada pasien dengan multipel basalioma seperti sindroma basal sel nevus. (3, 13)

1. Radioterapi.(1,2,3) Prosedur ini perlu untuk kasus inoperabel atau post operasi mikro atau makroskopis, lebih penting lagi pada kasus rekuren dan residif. Teknik radiasi yang digunakan yaitu pengobatan standar terdiri dari sinar-x. Area radiasi adalah tumor yang kelihatan dan safety margin dengan range 0,5-

1,5 cm, tergantung dari ukuran tumor. Jaringan di sekitarnya seperti mata termasuk palpebra dan glandula lakrimalis harus dilindungi. Dosis ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan sekitar, dan tingkat

radiosensitivitasnya. Dosis tunggal antara 1,8-5 Gy. Total maksimum dosis 50-74 Gy.

2. Terapi fotodinamik untuk basalioma telah digunakan lebih dari 20 tahun. Terapi ini efektif untuk basalioma superfisial. Tehnik ini menggunakan asam aminolaevulinic yang dibuat dalam emulsi 20 %, dan diberikan topikal pada lesi. Jaringan tumor menyerap metabolit porfirin ini dan menjadi fotosensitif terhadap konversinya yaitu protoporfirin IX yang menjadi fotodestruktif ketika dipaparkan pada sinar dengan panjang gelombang 620-670 nm. 85% basalioma superfisial yang diberikan terapi fotodinamik sembuh dengan hasil mkosmetik yang sangat baik

3. Immunomodulator topikal berupa Imiquimod 5% krim. Imiquimod bekerja dengan menginduksi respon imun seluler sehingga menyebabkan sekresi interferon gamma (IFN-g), interleukin 12, dan sitokin lainnya. Masuknya IFN ke dalam tumor akan menyebabkan perlekatan limfosit dengan CD 4+ serta membunuh sel tumor denga regresi tumor. Basalioma superfisial yang diterapi dengan imiquimod sembuh hingga 85%. 5Fluorourasil, sitostatik, diberikan secara topikal setiap hari selama 4-6 minggu (1-5% dalam bentuk krim atau salep). Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor epidermal yang hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat sehingga harus diawasi penggunaannya.(3)

Penatalaksanaan Bedah 1. Kuretase dan elektrodesikasi Merupakan pilihan terapi yang umumnya digunakan pada lesi dengan batas tidak tegas. Dapat digunakan sebagai penatalaksanaan basalioma nodular dengan ukuran kurang dari 2 cm dan basalioma superfisial 2. Biopsi eksisi

Metode ini menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90 %. Pada metode ini tumor diangkat seluruhnya hingga jaringan lemak subkutan dengan dikelilingi oleh jaringan normal 3. Bedah mikrografik Mohs Merupakan teknik bedah yang mengkombinasikan ekstirpasi tumor dan pemeriksaan mikroskopik tepi jaringan. 4. Krioterapi Merupakan teknik yang dapat digunakan pada lesi primer dengan ukuran < 2 cm dan subtipe nonagresif. Tingkat kesembuhan >95 % tetapi berhubungan dengan hipopigmentasi dan jaringan parut. Tidak ada kontrol histologis dengan metode ini, dan jaringan biasanya awalnya menjadi sangat edema. Tingkat rekurensi dilaporkan 3,7 7,5%.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Menurut Barbara Engram (1998), dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi umum, data yang perlu dikaji adalah : a. Data dasar 1. Identitas Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan klien.

2. Riwayat penyakit dahulu : Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.

3. Riwayat penyakit sekarang : Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.

4. Riwayat kesehatan keluarga : Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau kanker (Engram, 1998).

5. Data biologis

a. Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan (Mayers, et, al, 1995). b. Pola minum ; Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam (Doenges, et, al, 2002). c. Pola eliminasi ; Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan (Brunner & Suddarth, 2002). d. Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi (Doenges, et, al, 1999). e. Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi (Tucker, et, al, 1998).

f. Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari (Brunner and Suddarth, 2000).

6. Data psikologis 1. Status emosi : Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth, 2002). 2. Gaya komunikasi ; kesulitan berbicara dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus (Doenges, et, al, 1999). 3. Pola interaksi ; tidak ada sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999). 4. Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau menyangkal.

7. Data sosial 1. Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang operasi minim (Soeparman, et, al, 1998). 2. Hubungan sosial : kurang harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur (Brunner & Suddarth, 2002). 3. Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol, sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).

8. Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth, 2002).

b. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum lemah 2. Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek pembedahan dan anestesi.

3. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi. 4. Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut. 5. Hidung : pernafasan cuping hidung 6. Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi. 7. Ekstremitas : ekstremitas berkeringat (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan pre dan post operatif Basalioma menurut Doenges, et al (2000), adalah sebagai berikut : Diagnosa Keperawatan Pre-Operatif 1. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi.

Diagnosa Keperawatan Post-Operatif 1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan ekspansi paru, energi menurun/kelemahan, nyeri. 2. Kekurangan cairan berhbungan dengan hilangnya cairan tubuh. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah dan kurang nafsu makan. 4. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan. 5. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi pembedahan. 6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

C. Intervensi Keperawatan Rencana Keperawatan Pre-Operatif Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan. Tujuan : klien dan keluarga tidak cemas lagi. Kriteria evaluasi :rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang. Intervensi : 1. Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.

Rasional :pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.(Doenges, 2000). 2. Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut. Rasional :keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau merasa bersalah.(Doenges, 2000). 3. Jelaskan rutinitas rumah sakit meliputi jadwal pemeriksaan, tujuan pengobatan, dan lingkungan rumah sakit.

Rasional : Gambaran yang akurat tentang prosedur membantu menghilangkan ansietas dan ketidaktahuan klien. 4. Tunjukkan adanya harapan kesembuhan.

Rasional : Klien yang bereaksi terhadap diagnosis basiloma harus berharap kesembuhan. Harapan diperlukan untuk mengatasi beratnya beban pengobatan. 5. Tingkatkan aktivitas fisik dan latifan fisik.

Rasional : Aktifitas fisik memberikan pengalihan dan rasa normal. Klien yang melakukan latihan fisik dapat memperbaiki kualitas hidup. Dx 2 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan. Tujuan :klien bisa menerima keadaannya. Kriteria evaluasi :perasaan negatif tentang diri sendiri tidak terjadi. Intervensi : 1. Kaji perubahan/kehilangan pada pasien.

Rasional :episode traumatik membuat perasaan kehilangan aktual yang dirasakan.(Doenges, 2000).

2. Bersikap positif selama pengobatan.

Rasional :meningkatkan hubungan kepercayaan antara pasien dengan perawat.(Doenges, 2000). 3. Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.

Rasional :meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.(Doenges, 2000).

Dx 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis penyakit berhubungan dengan kurang informasi. Tujuan :klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya. Kriteria evaluasi :menyatakan pemahaman proses penyakit dan kebutuhan pengobatan Intevensi : : 1. Kaji kemampuan klien untuk belajar.

Rasional : belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.(Doenges,2000). 2. Diskusikan harapan klien untuk sembuh. Rasional :klien seringkali mengalami kesulitan dan memutuskan unuk pulang.(Doenges,2000). 3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Basalioma.

Rasional :untuk mendeteksi syarat indikatif kepatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.(Doenges,2000).

Rencana Keperawatan Post-Operatif Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan. Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang. Kriteria evaluasi :Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan peningkatan aktivitas setiap hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah post operasi tanpa komplikasi.

Intervensi : 1. Observasi skala nyeri, lama intensitas nyeri.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri kebutuhan untuk analgesik (Doenges, 1999). 2. Berikan posisi yang nyaman tidak memperberat nyeri.

Rasional: Mengurangi tekanan pada insisi, meningkatkan relaksasi dalam istirahat (Doenges, 1999). 3. Beri obat analgesik (diazepam, paracetamol) sesuai terapi medik.

Rasional: Membantu mengurangi nyeri untuk meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik (Brunner and Suddarth, 2001). Dx 2 : Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi pembedahan. Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi. Kriteria evaluasi : luka bersih tidak tanda-tanda infeksi Intevensi : 1. Observasi luka, catat karakteristik drainase.

Rasional:Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe penutupan luka (misal penyembuhan pertama atau kedua), penyembuhan sempurna memerlukan waktu 6-8 bulan (Doenges, 1999). 2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tehnik steril.

Rasional: Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut pergantian dengan sering menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi (Doenges, 1999). 3. Bersihkan luka sesuai indikasi, gunakan cairan isotonic Normal Saline 0,9 % atau larutan antibiotic

Rasional: Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post operasi atau kontaminasi interpersonal (Doenges, 1999).

Dx 3 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan eksisi pembedahan. Tujuan : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari infeksi serta tidak ada tanda demam. Kriteria evaluasi : pertahankan lingkungan aseptic Intervensi : 1. Perhatikan kemerahan disekitar luka operasi.

Rasional: Kemerahan paling umum disebabkan masuknya infeksi ke dalam tubuh di area insisi (Doenges, 1999). 2. Ganti balutan sesuai indikasi.

Rasional: Balutan basah bertindak sebagai sumbu untuk media untuk pertumbuhan bakterial. 3. Awasi tanda-tanda vital.

Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan komplikasi insisi (Doenges, 1999).

DAFTAR PUSTAKA Brunner $ Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :EGC Corwin , Elizabeth J . 2000 . Buku : Saku Patofisiologi . EGC . Jakarta Doenges , Marillyn E et all . Rencana Asuhan Keperawatan . EGC . Jakarta Graham ,R.2005 .Lecture Note on Dermatologi. Ed. 8.Jakarta :Erlangga Harahap.Marwali. 2000.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta :Eralngga Sjamsudidayat , R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 Jakarta: EGC

You might also like