You are on page 1of 5

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Gizi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga kita dapat memahami kebutuhan gizi pada ibu dan anak serta upaya pemenuhannya sebagai upaya untuk menciptakan derajat kesehatan ibu dan anak yang optimal. (Dinkes Kota Sukabumi, 2010). Gizi yang baik mempunyai andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya. Berbagai penelitian menunjukan bahwa gangguan gizi kurang pada ibu hamil ternyata membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan janin. (Weni, 2011). Status gizi ibu juga dapat diketahui dengan pengukuran secara laboratorium terhadap kadar Hb darah, bila kurang dari 11 gr % maka ibu hamil tersebut menderita anemia. Beberapa akibat anemia gizi pada wanita hamil dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandungnya. Anemia pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi

immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah. (Haryani, 2011) Penilaian status gizi secara langsung dapat juga dilakukan dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002). Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut. (Weni, 2011). Angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahtraan suatu negara dan setatus kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Kasus ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) di Kota sukabumi

sebanyak 478 (6,08%) dari 7872 ibu hamil.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2010 yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan bayi adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.(SDKI, 2010). Jumlah AKI 70 kasus nomor 3 setelah bogor dan cianjur 134,6/KH (52000) hamil 16, INC 20, Nifas 33, Perdarahan 23, Pre Eklamsi 28, Infeksi 2, Lain-lain 17, Neonatus 392, BBLR 172, Asfiksia 110, Infeksi 12, Laktasi 27, Lain- lain 71. 60 % keputusan, 27 % Transportasi 3 % Terlambat dilayani. Jawa barat AKI 321,15 AKB 38,51. Pembangunan kesehatan di indonesia dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2025, mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dimana salah satu target nya adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGSs 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (DEPKES, 2011). Data AKI dan AKB menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, menunjukan bahwa AKI di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Dan untuk AKB 34/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2009 AKI

mencapai 708 kasus dari 553 ribu kelahiran hidup. Sedangkan AKB mencapai 4.083 kasus. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2009). Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menyebutkan angka kematian ibu (AKI) di kota sukabumi sekitar70 per 100.000 kelahiran, sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB)

diperkirakan sekitar 416 per 1000 angka kelahiran hidup. (Dinkes Kabupaten Sukabumi, 2011).Secara nasional angka kejadian Preeklampsia ringan di Indonesia berkisar antara 13,10 %.

B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan Gizi selama hamil dengan kejadian KEK di wilayah kerja puskesmas

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang kebutuhan Gizi selama kehamilan dengan kejadian KEK di wilayah kerja puskesmas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang Giziselama

kehamilandi wilayah kerja puskesmas berdasarkan umur. b. Untuk mengetahui kejadian KEK di wilayah kerja puskesmas

c.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan gizi selama hamil dengan kejadian KEK diwilayah kerja puskesmas

D. Ruang lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan gizi selama hamil diwilayah kerja di Puskesmas.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini di gunakan sebagai masukan pada Puskesmas untuk membuat rencana pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil secara langsung mengenai kebutuhan giziibu hamil terhadap perkembangan janin. 2. Bagi Instansi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi atau buku bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Poltekes Yapkesbi Sukabumi. 3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pengetahuan ibu hamil tentang gizi.

You might also like