Professional Documents
Culture Documents
OLEH D41111012 DISHYACITRA C.KARTIKA D41111276 MUHAMMAD RESKI D41111279 IBNU RUSYDI D41111301 ZULFIKAR AJIS PUTRA D41111302 RAHMAT ARDIANSYAH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Analisis Trafo dengan metode jarum jam, yang merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Kami menyampaikan terimakasih kepada orang tua, saudara, teman-teman serta pihak-pihak lain yang telam membantu dalam menyelesaikan jurnal lengkap ini. Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami sadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi materi maupun sistematika penulisan. Olehnya itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan karya tulis kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri pribadi penulis, Amin.
PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang Transformator atau biasa dikenal dengan trafo berasal dari kata transformatie yang berarti perubahan. Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui gandeng magnit berdasarkan pada prinsip elektromagnetik. Dimana tranformator berfungsi untuk memindahkan daya dengan mengubah-ubah parameter arus dan tegangannya. Mengetahui betapa pentingnya transformator beserta manfaatnya dalam kehidupan, kita patut mengetahui banyak hal mengetahui transformator itu sendiri. Mulai dari konstruksi, pembuatan, fungsi, aplikasi dan sebagainya. Kali ini akan dibahas mengenai analisis transformator dengan menggunakan metode jarum jam untuk mengetahui selisih fasa pada transformator 3 fasa. Tujuan Mengetahui analisis transformator dengan metode jarum jam Mengetahui selisih fasa pada trafo dengan metode jarum jam
Rumusan Masalah Bagaimana analisis trafo menggunakan metode jarum jam? Apa maksud dari analisis jarum jam?
1. Konstruksi dan Prinsip Kerja transformator tiga fasa Sebuah transformator 3 fasa dapat diperoleh dari 3 buah transformator satu fasa atau unit 3 fasa. Jika suplai 3 fasa yang digunakan adalah V1,V2, dan V3 dan masingmasing menghasilkan fluks (1,2, dan 3) yang masing-masing fluks beda fasa 120, maka berdasarkan hukum faraday pada lilitan primer dan lilitan sekunder masing-masing akan menghasilkan ggl induksi dan masing-masing fasa juga berjarak 120.
Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta. Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3 fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W disambungkan dengan sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3. Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta, bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder. Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator tunggal.
Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban (Load)
Gambar 4. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan tertiary. Lilitan tertiary untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti ditunjukkan pada Gambar 5, yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer & sekunder) untuk transformator yang dihubungkan bintang-bintang.
Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye) Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.
phasa 30 mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya sebaliknya identik. Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran
Transformator
hubungan
segitiga
terbuka
(open-delta)
Hubungan open-delta ini untuk merubah tegangan sistem 3 fasa dengan menggunakan hanya 2 transformator yang dihubungkan secara opendelta. Rangkaian opendelta adalah identik dengan rangkaian deltadelta, kecuali bahwa satu transformer tidak ada. Bagaimanapun, hubungan open-delta jarang digunakan sebab hanya mampu dibebani sebesar 86.6% (0,577 x 3 x rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang.
Sebagai contoh, jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara opendelta, kapasitas transformator bank yang terpasang adalah jelas 2x50 = 100kVA. karen terhubung opendelta, maka transformator hanya dapat dibebani 86.6 kVA sebelum transformator mulai menjadi overheat (panas berlebih). Hubungan opendelta utamanya digunakan dalam situasi darurat. Maka, jika 3 transformator dihubungkan secara deltadelta dan salah satunya rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini memungkinkan
Transformator hubungan Zig-zag Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil-
Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan sudut 60.
2. Sambungan transformator 3 fasa Terdapat bermacam-macam kombinasi sambungan di dalam transformator 3 fasa. Kombinasi sambungan transformator tersebut dapat digunakan untuk memindahkan daya dari daya 3 fasa ke daya 3 fasa, dari tiga fasa ke enam fasa, dan sebagainya
Penulisan Yy Yd Yz Dy Dd Dz
Dari bermacam-macam variasi kombinasi sambungan seperti tersebut diatas, yang lazim digunakan sesuai dengan normalisasi pabrik (VDE 0532) adalah: Primer : sambungan bintang (Y) dan segitiga () Sekunder : sambungan bintang (Y) dan segitiga () dan liku-liku (Z)
Tinjauan masing-masing sambungan baik pada sisi primer maupun sisi sekunder adalah sebagai berikut: a. Sambungan Bintang (Y)
Pada sambungan ini diperoleh persamaan: Vfasa(Vf)=Vline / Ifasa (If)= I line (IL)
Daya=VL*IL*
cos
Daya=3*Vf*If*cos
b. Sambungan Segitiga () Pada sambungan ini diperoleh persamaan: Vfasa(Vf)= Vline(VL) Arus fasa (If)= I line(IL)* Daya=VL*IL* *cos
Daya=3*Vf*If*cos
c. Sambungan Liku-Liku Sebuah transformator 3 fasa dapat disambung liku-liku (zig-zag) jika pada lilitan sekunder tiap fasa minimal mempunyai 2 buah kumparan. Pada sambungan ini diperoleh persamaan: Vfasa(Z)=0,866 V fasa (Y) Arus fasa (If)= I line (IL) Daya= VL*IL* *cos
d. Kelompok sambungan transformator 3 fasa Vektor tegangan pada sisi primer dan sekunder suatu transformator dapat dibuat searah, yaitu dengan mengubah arah lilitannya. Pada transformator 3 fasa, arah tegangan masing-masing sisi akan menimbulkan beda fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut mengakibatkan adanya bemacam-macam kelompok sambungan.
Untuk menentukan jenis kelompok sambungan transformator 3 fasa khususnya menggunakan sisitem jam, diambil sisi primer dianggap sebagai sisi tegangan tinggi, dan
sisi sekunder dianggap sebagai sisi tegangan rendah. Vektor tegangan pada sisi primer dipakai sebagai jarum panjang jam, sedangkan vektor tegangan tegangan pada sisi sekunder sebagai jarum pendek jam. Jika jarum panjang dan jarum pendek jam tersebut disatukan, maka pada vektor tegangan pada fasa tegangan yang sama akan nampak perbedaan fasa antara vektor tegangan primer dan vektor tegangan sekunder.
a. Transformator 3 fasa kelompok 0 atau kelompok 0 b. Transformator 3 fasa kelompok 180 atau kelompok 6 c. Transformator 3 fasa kelompok -30 atau kelompok 1 d. Transformator 3 fasa kelompok +30 atau kelompok 11
Jenis hubungan kumparan transformator tiga fasa, baik primer maupun sekunder adalah terdapat tiga macam yaitu hubungan bintang ( star = Y ), segitiga ( delta = D ), dan zig-zag (Z). Kumparan sekunder dan primer dapat dirangkai dengan hubungan yang berbeda, ini berarti akan terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Untuk memudahkan dalam mengingatnya, digunakan system jam untuk menyatakan selisih fasa antara sisi primer dan sisi sekunder pada suatu fasanya. Jarum jam panjang menyatakan arah vector tegangan sisi primer ( selalu menunjukkan angka 12 ) dan jarum pendek menit menyatakan vector tegangan sekunder. Selisih fasanya adalah besarnya sudut yang dibentuk kedua jarum tersebut. Suatu transformator yang hendak diparalelkan dengan yang lain hendaknya mempunyai pergeseran fasa yang sama. Itulah sebabnya mengapa pergeseran fasa ini selalu dicantumkan pada papan nama sebuah transformator tiga fasa dalam bentuk symbol hubungan, misalnya Yy0, Yd5, dan sebagainya. Sebagai contoh, misalkan Yd5 artinya kumparan tegangan tingginya dalam hubungan bintang (Y), dan kumparan sisi tegangan rendahnya dalam hubungan delta (d) dan selisih fasanya sebesar sudut yang dibentuk oleh jarum panjang dan jarum pendek pada saat pukul lima (5). Pada gambar 1 dibawah ini diperlihatkan gambar diagram fasa tegangan sisi primer dan sisi sekundernya.
Vektor grup trafo dinyatakan dalam bilangan jam (searah putaran jam/ clock wise). Tiap satu bilangan jam mewakili beda sudut 30 derajat. Vektor grup menentukan pergeseran sudut arus pada belitan primer dan sekunder. Trafo 3 fasa 2 belitan memliki beberapa macam konfigurasi belitan. Apabila dilihat dari jenis penyusunan belitan antar fasa maka ada dua macam tipe belitan yaitu : belitan Wye (star) dan belitan delta. Sedangkan berdasarkan pergeseran sudut fasa antara arus pada kumparan primer dan kumparan sekunder maka ada beberapa macam tiep jenis belitan seperti terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Tipe belitan berdasarkan pergeseran sudut fasa Trafo dengan vektor grup Yd1 berarti belitan primer terangkai Wye (Y) sedangkan belitan sekunder terangkai delta, angka 1 menunjukkan bahwa arus pada kumparan primer dan kumparan sekunder berbeda 30 derajat. Sedangkan pada trafo dengan vektor grup Yd5 arus pada kedua belitan berbeda 150 derajat (5 x 30 derajat). Cara menggambar vektor grup Yd1 dan rangkaian belitan trafo adalah sebagai berikut :
1. Gambar vektor A,B,C (arus pada belitan primer) dalam lingkaran jam. dalam lingkaran jam 2. gambar vektor bantu yang menunjuk jam 1 3. gambar vektor a (arus pada belitan sekunder a) searah dengan vektor A dengan kepala vektor menuju arah jam 1 (perhatikan gambar 2) 4. gambar vektor b (arus pada belitan sekunder b) searah dengan vektor B dengan pangkal vektor berada pada vektor a. 5. gambar vektor c (arus pada belitan sekunder c) searah dengan vektor C dengan pangkal vektor berada pada vektor b dan kepala vektor berada pada pangkal vektor a. 6. beri notasi tambahan 1 pada tiap kepala vektor a,b, dan c serta notasi 2 pada pangkal vektornya.
Gambar 2. Vektor grup Yd1 Sedangkan untuk menggambar rangkaian belitan trafonya, tinggal kita lihat gambar vektor grup yang telah kita beri notasi tambahan seperti tamapak pada gamabr 2. 1. Gambar rangkaian belitan Wye pada sisi primer
2. fasa r pada belitan sekunder terhubung pada a1 dan c2 3. fasa s pada belitan sekunder terhubung pada a2 dan b1 4. fasa t pada belitan sekunder terhubung pada b2 dan c1
Pembuktian pergeseran sudut ini bisa kita lakukan dengan melihat gambar 3.
Gambar 3. Arus pada belitan primer dan sekunder trafo dengan belitan Yd1 Arus fasa R yang mengalir pada belitan A adalah 115.6 A dengan sudut 0 derajat dengan arah dari A1 menuju A2, sedangkan arus pada belitan sekunder a adalah 867 A dengan sudut 0 derajat, sedangkan arus pada belitan yang lain adalah sebagai tampak pada
gambar. arus yang mengalir pada fasa r merupakan penngurangan vektor arus yang mengalir pada belitan a dan belitan c (perhatikan arah vektor yang ditunjukkan dengan tanda panah. Pada titik disekitar a1 berlaku hukum kirchoff : arus keluar (meninggalkan a1) = arus masuk (menuju a1) Ir + Ic = Ia Dengan Ir : arus pada fasa r Ia : arus pada belitan a Ic : arus pada belitan c , sehingga diperoleh Ir + 867 < 120 = 867 < 0 Ir = 867 < 0 867 <120 Ir = 1501.688 < 30 Terbukti bahwa ketika arus R mempunyai sudut 0 derjat maka arus r mempunyai sudut 30 derajat. Beda sudut sebesar 30 derajat ini hanya berlakau ketika arus pada fasa R, S dan T mempunyai besar yang sama serta memliki beda sudut 120 derajat (dalam kondisi yang seimbang). APabila arus pada fasa R, S , T tidak berada dalam kondisi seimbang maka pergeserean sudut pada sisi primer dan sekunder akan bervariasi tergantung besar arus yang mengalir pada tiap fasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://affrins.blogspot.com/2012/09/hubungan-lilitan-transformator-3-fasa.html http://teguhpati.blogspot.com/2013/04/transformator.html http://www.scribd.com/doc/52966554/MODUL-I-8-Polaritas-Trafo