You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masingmasing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1995) serta 60/1000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup ratarata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada tahun 2003 (SDKI, 2003). Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saiffudin : 2002).

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 1999). Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.

Berdasarkan hasil data prasurvey, angka kejadian rupture perineum spontan yang dialami ibu primigravida di BPS Yuni Dwi Fitariyanti tahun 2007 masih sangat tinggi yaitu sebanyak 41 orang (65%) dari 63 persalinan normal. Sedangkan yang tidak mengalami rupture perineum berjumlah 22 orang. Jumlah berat badan bayi > 3100 gr yaitu 32 bayi sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31 bayi. Dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan berat badan bayi > 3.100 gr yang mengalami rupture berjumlah 30 orang dan yang tidak mengalami rupture 2 orang. Sedangkan dari 31 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan < 3.100 gr yang mengalami rupture sebanyak 11 orang dan yang tidak sebanyak 20 orang. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. C. Ruang Lingkup Penelitian ini akan mengkaji hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti. Dengan desain penelitian korelasi. Subjek penelitian yaitu ibu primigravida pada persalinan normal pada bulan Januari - Desember tahun 2007. Objek penelitian yaitu berat badan lahir di atas 3100 gram dan berat badan lahir kurang dari 3100

gram

pada

bulan

Januari-Desember

2007

pada

primigravida.

Alasan

dilakukannya penelitian karena masih banyak ditemukannya angka kejadian ruptur perineum pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti yaitu 41 dari 63 persalinan normal pada primigravida. Penelitian ini akan menggunakan metode cross sectional yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2007 di BPS Dwi Yuni Fitariyanti yang beralamat di Tegineneng Lampung Selatan. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi jumlah berat badan lahir di atas 3100 gram dan berat badan lahir kurang dari 3100 gram yang dilahirkan ibu yang menyebabkan ruptur atau tidak ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. b. Untuk mengetahui adakah hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. c. Untuk mengetahui keeratan hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk: 1. Manfaat bagi tempat penelitian Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan masukan dalam memberikan penyuluhan. 2. Manfaat bagi institusi pendidikan Untuk mendapatkan perbendaharaan perpustakaan/referensi bagi Kebidanan Wira Buana Metro. 3. Manfaat bagi peneliti Untuk penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat karya tulis dan sebagai salah satu pengalaman belajar di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

TELAAH PUSTAKA 1. Ruptur Perineum a. Pengertian Ruptur adalah : robekan atau koyaknya jaringan secara paksa

(Dorland, 1994) Perineum adalah : bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 1999). Persalinan normal : proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun janin

(Prawirohardjo, 2002). b. Klasifikasi Ruptur Perineum 1) Ruptur Perineum Spontan Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur. 2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi) Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada

perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina (Prawirohardjo, 2002). Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan : 1. Tingkat I Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau mengenai kulit perineum sedikit. 2. Tingkat II Robekan yang terjadi lebih dalam, yaitu selain mengenai selaput lendir vagina, juga mengenai musculus perinei tranversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani. 3. Tingkat III Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani. 4. Tingkat IV Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa rektum (Prawirohardjo, 2002).

2. Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan

vagina, servik uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh : Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi besar, lebar perineum, paritas. (Suwito, 1999). 3. Berat Badan lahir Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gr. (dr. Rini Sekartini, Sp. A, 2007). Bayi besar (giant baby) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 3.900 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-3.800 gram (www.wikimu.com). a. Janin Kelebihan Berat Badan Janin kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Ibu yang menderita kencing manis (Diabetes Melitus/DM) Ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar Faktor Genetik Pengaruh kecukupan gizi Bukan kehamilan pertama

(www.wikimu.com).

4. Paritas Robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada Persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2005), penelitian deskriptif adalah "Suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif". Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu Anggrek Desa Pekalongan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiono (2003) populasi adalah "Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifatsifat yang sama (Notoatmodjo, 2005), populasi dalam penelitian adalah ibuibu yang mempunyai balita tidak menimbangkan bayinya di Posyandu Anggrek Desa Pekalongan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berjumlah 47 orang.

10

2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003). Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi diteliti. Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 47 orang. C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Setelah proposal disetujui. 2. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Anggrek Desa Pekalongan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. D. Variabel Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005), "Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu.. jumlah variabel yang diteliti ada 4 yaitu: pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan jarak. E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 1. Alat Ukur

11

Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan dalam hal ini digunakan angket berbentuk pilihan dengan jawaban yang telah disediakan. 2. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah kuesioner dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Tahap persiapan ini berisi beberapa kegiatan meliputi pembuatan suatu rencana kuisioner, lalu rancangan itu disetujui oleh pembimbing langkahlangkah sebagai berikut: 1) Pra survey 2) Menyusun alat ukur 3) Mengajukan proposal penelitian 4) Mengajukan izin penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka pembuatan kuisioner sesuai dengan aspek definisi operasional.

12

b.

Tahap Pelaksanaan Pengumpulan data dengan kuisioner, dengan melalui tahapan sebagai berikut : Menyebarkan kuisioner untuk pengumpulan data kepada responden dengan melibatkan kader.

c.

Tahap Pengolahan Data Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui tahap sebagai berikut: 1) Seleksi Data (Editing) Pada tahap ini, mengumpulkan dan memeriksa data kuisioner yang ada lalu diperiksa apakah data yang ada sesuai dengan jumlah sampel dan apakah cara pengisian sudah benar atau terdapat kekeliruan. 2) Pemberian Kode (Coding) Setelah dilakukan editing, selanjutnya memberikan kode-kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. 3) Pengelompokkan Data (Tabulating)

13

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. 4) Analisis Data (Analiting) Menganalisa data dalam bentuk tabel dan uraian F. Analisa Data Teknik analisa. data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari sub variabel yang diteliti sehingga dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel. Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai berikut:
P= f x100% N

Keterangan : P f N 100 : Persentase : frekuensi : Jumlah subjek : Bilangan Tetap (Budiarto, 2002).

Untuk penentuan kategori penelitian dinilai menurut Arikunto (2005) sebagai berikut .

14

1. 76-100%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori baik. 2. 56-75%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori cukup. 3. 40-55%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori kurang baik 4. Kurang dari 40%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori tidak baik.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Lokasi Bidan Praktek Swasta (BPS) Dwi Yuni Fitariyanti adalah salah satu klinik bersalin milik perseorangan yang berada di Desa Bernai Kecamatan Tegineneng. BPS ini berdiri sejak tahun 1997, terletak di Jalan Lintas Sumatera Km 36 Desa Bernai Kecamatan Tegineneng Kabupaten Lampung Selatan. b. Jenis Pelayanan Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan BPS Dwi Yuni Fitariyanti yaitu: 1) Ante Natal Care (ANC) Pelayanan ini bisa didapatkan setiap hari. 2) Intra Natal Care (INC) Pertolongan persalinan terutama pada kala II. Episiotomi bukan merupakan tindakan yang rutin dilakukan. Namun pada saat melakukan stenen sangat diusahakan agar perineum tidak ruptur. Ada

16

teknik

khusus

yang

sering

digunakan

di

BPS

ini

untuk

mempertahankan perineum tidak ruptur, yaitu saat melakukan stenen perineum dikerutkan. Tindakan ini dimaksudkan agar perineum tidak terlalu teregang saat kepala bayi lahir. Dan pada saat kepala terpegang oleh vulva, ibu tidak dianjurkan mengedan, bernapas melalui mulut, dan dipimpin dengan baik dan benar agar defleksi kepala tidak terlalu cepat agar perineum tidak ruptur. Teknik ini cukup berhasil, terutama pada hampir semua multigravida, tadi episiotomi hampir tidak pernah dilakukan di BPS ini. 3) Post Natal Care Pada pertolongan persalinan di rumah pasien, bidan Dwi Yuni Fitariyanti melakukan kunjungan rumah setiap hari ke-1, 3, 5 postpartum. 4) Imunisasi Pelayanan imunisasi untuk balita dilakukan secara terjadual, yaitu dilakukan pada minggu kedua tiap bulan. 5) Keluarga Berencana Pelayanan alat kontrasepsi yang diberikan di BPS ini adalah pil KB, suntik KB, susuk dan IUD. Untuk pelayanan KB tidak terjadwal, jadi dilakukan setiap hari sesuai dengan jenis kontrasepsi yang ingin digunakan. 6) Pengobatan anak, balita, dewasa, dan orang tua.

17

c. Sarana dan Prasarana 1) Sarana 2) 1 ruang KIA dengan 2 tempat tidur periksa 1 ruang persalinan 1 ruang tempat pencucian perlengkapan pasien dan alat-alat 2 ruang perawatan zaal dengan 4 tempat tidur Prasarana Partus set Resusitasi set Incubator

d. Sumber Daya Kesehatan Bidan: 1 orang Asisten Bidan: 1 orang Pekarya: 1 orang

e. Gambaran Persalinan selama tahun 2007 di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Sepanjang tahun 2007, ibu primigravida yang bersalin normal berjumlah 63 orang dan dari jumlah tersebut yang mengalami ruptur perineum sebanyak 41 orang ibu (65% ) yang bersalin normal di BPS Dwi Yuni Fitarianti.

18

2.

Hasil Univariat a. Distribusi Frekuensi Ruptur perineum persalinan normal Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007
No 1 2 Klasifikasi Ruptur Tidak ruptur Frekuensi Mutlak 41 22 63 Frekuensi Relatif 65% 35% 100%

Sumber : Register laporan Partus tahun 2007 Pada tabel dapat diketahui ibu primigravida yang bersalin normal yang mengalami rupture 41 orang (65%) dan yang tidak mengalami rupture sebanyak 22 orang (35%). b. Distribusi frekuensi BB lahir pada primigravida Tabel 4. Distribusi Frekuensi BB lahir pada ibu primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007
No 1 2 Klasifikasi BB > 3100 BB < 3100 Frekuensi Mutlak 32 31 63 Frekuensi Relatif 51% 49% 100%

Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

19

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 63 ibu primigravida yang bersalin normal terdapat 32 orang (51%) ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr dan 31 orang (49%) ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr. Tabel 5. Distribusi Frekuensi BBL > 3.100 dan <3.100 yang Mengalami Ruptur di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007
Keadaan Perineum yang mengalami Rupture No 1 2 BBL > 3100 < 3100 Frekuensi Mutlak 30 11 41 Frekuensi Relatif 73% 27% 100%

Sumber : Register laporan Partus tahun 2007 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 41 orang ibu primigravida yang mengalami rupture setelah bersalin normal, prosentase paling besar dialami oleh ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr sebanyak 30 orang (73%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi BBL > 3.100 dan < 3.100 yang tidak mengalami ruptur di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007
Keadaan perineum yang tidak mengalami rupture No 1 2 BBL > 3100 < 3100 Frekuensi Mutlak 2 20 22 Frekuensi Relatif 9% 91% 100%

Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

20

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 22 orang yang tidak mengalami rupture perineum setelah bersalin normal. Kelompok ibu primigravida yang melahirkan < 3.100 gr menunjukkan prosentase paling besar yaitu 91% dimana jumlahnya sebanyak 20 orang.

3.

Hasil Bivariat a. Hubungan BB lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007 Tabel 7. Distribusi Frekuensi hubungan BB lahir dengan Rupture perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007
Keadaan Perineum No 1 2 Klasifikasi > 3100 < 3100 Ruptur 30 11 41 Tidak Ruptur 2 20 22 32 31 63 21,02 3,814 0,50 0,707

B.

Uji Statistik X2 hitung

X2 Tabel

KK

KK Maks

Berdasarkan dk = 1 dan taraf kesalahan 5% maka didapatkan harga X 2 tabel = 3,841. Ternyata harga chi square hitung > chi square tabel (21,02 > 3,841). Karena harga x2 hitung > x2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada hubungan antara BB lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

21

Dari hasil perhitungan KK yang diperoleh = 0,50, agar harga KK dapat dipergunakan untuk mengukur derajat asosiasi, maka harga KK perlu diperbandingkan dengan KK maks. Jadi nilai KK diperoleh 0,707. Dilihat dari tabel kriteria keeratan asosiatif pada nilai 0,707 dengan KK = 0,50 menunjukkan tingkat keeratan yaitu erat sekali.

B. Pembahasan 1. Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 63 ibu primigravida yang bersalin normal yang terdiri dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr dan 31 orang ibu yang melahirkan dengan BB < 3.100 gr terdapat 41 orang ibu primigravida bersalin mengalami rupture perineum (65%). Terdiri dari 32 ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr (51%) dan 31 ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr (49%), dan ibu yang tidak mengalami rupture perineum ada 22 orang (35%) yang terdiri dari 2 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BB lahir > 3.100 gr dan 20 orang ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pada kelompok ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr menunjukkan prosentase yang paling besar

22

mengalami rupture perineum. Hal ini menunjukkan bahwa BB lahir memiliki pengaruh terhadap terjadinya rupture perineum pada persalinan normal. 2. Bivariat Hubungan BB Lahir dengan Ruptur Perineum Persalinan Normal pada Primigravida Dari penelitian yang dilakukan menggunakan rumus KK, nilai yang diperoleh = 0,50. harga KK maks adalah 0,707, dilihat dari tabel kriteria keeratan asosiatif pada nilai 0,707 dengan nilai KK = 0,50 menunjukkan tingkat keeratan yaitu erat sekali, hal ini berarti ada hubungan antar BB lahir dengan kejadian rupture perineum persalinan normal pada ibu primigravida. Berdasarkan teori yang ada, robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan BB lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum dikarenakan BB lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan BB lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan BB lahir yang besar sering terjadi ruptur perinuem. (dr.Rini sekartini,Sp. A, 2007). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Lestari pada bulan mei tahun 2004 di BPS Maryati pada karya ilmiahnya yang berjudul faktor faktor yang menyebabkan rupture perineum

23

pada persalinan normal 78% primipara yang bersalin mengalami rupture perineum sedangkan pada multipara 52%. Penilaian dini oleh bidan terhadap perkiraan berat janin pada ibu yang akan bersalin memegang peranan yang cukup penting dalam rangka pencegahan rupture perineum dan pengambilan tindakan yang diperlukan. Penilaian ini dimulai sejak masa kehamilan yaitu penilaian kesehatan umum ibu dan janin meliputi pencegahan dan pengobatan anemia (tubuh yang sehat dengan jaringan yang mendapatkan nutrient dari suplai darah yang baik akan selalu berfungsi lebih menguntungkan daripada jaringan dengan nutrien buruk dan dipertahankan dalam kondisi baik. Kemudian pada persalinan, perhatikan kandung kemih dan rectum ibu, membantu untuk mengatur posisi, serta kelahiran yang terampil dengan diameter kepala janin sekecil mungkin yang diperbolehkan untuk

meregangkan vulva dan perineum.

24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan tujuan serta hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 63 orang ibu primigravida yang bersalin normal di BPS Dwi Yuni Fitariyanti, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berat badan lahir janin ibu primigravida yang bersalin normal di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007 sangat mempengaruhi terhadap kejadian rupture perineum. Bayi dengan BB lahir > 3100 gr merupakan kelompok terbanyak yang mengalami rupture perineum (73%). Dari 63 ibu primigravida yang bersalin normal yang terdiri dari 32 orang ibu primigravida yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr dan 30 ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr terdapat 41 orang ibu yang mengalami rupture perineum (65%) yaitu 30 orang ibu yang melahirkan dengan BB lahir >3100 gr (73%) dan 11 orang ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3100 gr (27%). Dan yang tidak mengalami rupture perineum ada 22 orang (35%), yaitu 2 dari kelompok ibu yang melahirkan dengan BB lahir >3100 gr (9%) dan 20 dari kelompok ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3100 gr (91%). 2. Ada hubungan antara BB lahir dengan ruptur perineum di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007. X2 hitung > X2 tabel (21,02 > 3,481) dengan taraf signifikan 5% dan dk=1.

25

3. Berat badan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya ruptur perineum spontan di BPS DwiYuni Fitariyanti tahun 2007 sebesar 0,70. B. Saran Dari penelitian ini didapatkan bahwa rupture perineum rentan terjadi pada kelompok ibu primigravida dengan BB lahir > 3.100 gr. Pencegahan rupture perineum perlu dilakukan sedini mungkin sehingga kejadian rupture perineum dapat diminimalisasi. 1. Untuk tempat penelitian KIE kepada ibu tentang nutrisi dan latihan selama hamil untuk persiapan dan pencegahan rupture perineum pada saat persalinan serta peningkatan keterampilan lebih dalam melakukan pertolongan persalinan normal dengan terus menambah pengalaman praktek kelahiran terampil yang telah didasari ilmu pengetahuan tentang pencegahan rupture perineum yang didapat dari institusi pendidikan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Walaupun institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang kesehatan khususnya tentang rupture perineum, tuntutan zaman yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi kesehatan harus terus ditingkatkan yaitu dengan memberikan lebih banyak materi kepada para mahasiswanya, selain itu juga sebagai bahan bacaan dan perpustakaan.

26

3. Untuk Peneliti Masalah dalam penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut sehingga bagi para peneliti lain agar dapat mengembangkan penelitian ini dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang rupture perineum.

27

You might also like