You are on page 1of 6

Rahasia Hidup Dalam Sukacita

Penulis: Pdt. Bobby Butar Butar MTh

Fakta Hidup Kerasnya kehidupan acapkali membuat syaraf-syaraf menjadi tegang. Belum lagi masalah yang mungkin datang silih berganti seakan tiada henti menerpa kehidupan kita, sering membuat orang menjadi stress. Dari masalah kesehatan yang buruk, sakit penyakit yang datang, masalah keuangan, rumah tangga, jodoh atau pasangan hidup yang belum ada padahal usia sudah cukup matang, sering menyebabkan banyak orang kehilangan semangat hidup. Mereka jadi tertekan dan kehilangan sukacita. Raut wajah yang tegang, keras, pandangan mata yang sayu dan lemah merupakan salah satu ciri yang menandai hilangnya semangat dan sukacita dalam kehidupan seseorang. Wajah merupakan cermin kehidupan. Segala apa yang dirasakan maupun dipikirkan biasanya terpancar dari sinar mata dan raut wajah seseorang. Acapkali, tekanan kehidupan yang menghilangkan sukacita membuat beberapa orang menjadi kelihatan lebih tua dari usianya. Seorang berkata demikian, "belakangan ini dihadapkan dengan masalah itu lagi itu lagi... Pengen teriak rasanya, pengen nangis sejadi-jadinya." Memang tidak ada seorangpun yang ingin bersedih, berduka, menangis, namun itulah yang kerap terjadi ketika himpitan beban persoalan seolah menenggelamkan perahu kehidupan ini dan menghilangkan semangat dan sukacita hidup. Rick Warren, penulis buku terkenal "Purpose Driven Life" sendiri mengakui bahwa disaat hidupnya penuh kegembiraan karena bukunya laris di seluruh dunia, menjadi berkat bagi banyak orang, dan memberinya penghasilan yang sangat banyak, disaat yang sama juga ia mengaku sedih dan berduka karena istrinya menderita sakit yang cukup parah. Sampai-sampai ia mengatakan menurutnya kesedihan dan kebahagiaan itu seperti dua sisi rel kereta api. Kedua sisi itu akan selalu ada dalam kehidupan setiap orang. Menurutnya dinamika hidup tidaklah silih berganti, misalnya gembira, sedih, gembira dsb, namun kedua hal tersebut (yaitu kegembiraan dan kesedihan) akan datang bersamaan.

Persepsi salah Sering terdengar pendapat yang mengatakan bahwa kebahagiaan dan sukacita akan otomatis hadir apabila hidup tanpa masalah. Akan tetapi benarkah keadaannya selalu demikian? Bukankah ada banyak juga orang yang hidup dalam kecukupan dan seakan tanpa masalah, namun tetap dipenuhi kekuatiran dan ketakutan dalam hatinya? Kuatir akan kehilangan hartanya, kuatir akan menderita sakit berat, kuatir akan masa depan usahanya, kuatir anak-anaknya akan hidup susah di masa depan dsb. Hal-hal itu pada akhirnya membuat mereka kehilangan sukacita. Kalau demikian, bagaimana agar dapat hidup dalam sukacita, kebahagiaan dan semangat meski kehidupan ini tidak selalu ramah terhadap kita? Bagaimana mempertahankan sukacita di hati meskipun sedang menderita penyakit berat, utang yang menumpuk, pekerjaan yang hilang, usaha yang sedang tidak lancar, rumah tangga yang sedang bermasalah, dsb?

Nasihat Firman Tuhan Menyerahkan perasaan kepada situasi akan membuat kita semakin jauh dari sukacita. Kita akan mudah berkata bahwa kita tidak akan bisa tetap gembira ketika hidup penuh dengan problema, tetapi masalahnya jarang sekali hidup berjalan tanpa masalah. Kita akan berhadapan dengan setumpuk permasalahan, yang terkadang bahkan datang pada waktu bersamaan sekaligus. Dan memang seperti itulah hidup. Jika demikian, bagaimana kita bisa tetap merasakan sukacita meski di tengah kesulitankesulitan yang ada dalam hidup kita? Firman Tuhan memberikan tips: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin Anda akan mengatakan bagaimana bisa tetap bersukacita kalau sedang dalam masalah dan beban berat? Saya percaya, sukacita yang sejati yang memberikan rasa damai dan kebahagiaan di dalam hati bukan tergantung pada solusi atau jalan keluar dari masalah/beban hidup yang sedang melanda. Karena hal itu berarti tergantung pada hasil.

Saya yakin sukacita atau kebahagiaan sejati akan memenuhi hidup kita meskipun sedang dalam masalah, apabila kita menyadari bahwa Tuhan tidak membiarkan kita berjalan sendirian. Dia adalah "Immanuel" atau Allah Beserta Umat-Nya. Kepercayaan bahwa Tuhan Yesus menyertai kita, akan membangkitkan semangat hidup untuk selalu bersukacita. Sebab kita tahu, bahwa Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan umat-Nya. Dia setia dan pasti akan memberikan jalan keluar pada waktuNya (1 Korintus 10:13). Yang perlu kita lakukan adalah merubah paradigma atau mindset tentang masalah/beban/pencobaan dsb. Ketika kita hidup bergantung pada Allah dan sungguh-sungguh hanya mengandalkan Dia saja, maka apapun masalah yang datang dan sedang melanda, kekuatan Tuhan pasti akan menyanggupkan kita melewatinya (Yeremia 17:7). Terkadang, masalah diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita, untuk menguji kualitas kemurnian iman umat-Nya.

Analisa ayat Sekarang perhatikan analisa ayat diatas. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Himbauan untuk bersukacita disampaikan dua kali. Itu artinya Tuhan sangat menekankan agar umat-Nya dapat sungguh-sungguh hidup dalam sukacita. Kata "bersukacitalah" dalam teks Alkitab tersebut berasal dari kata kerja "Chairete", yang berasal dari kata dasar "Chairo". Chairo sendiri mempunyai arti: sukacita atau rejoice (dlm Alkitab bhs Inggris). Chairete ditulis dalam bentuk "Present active Imperative". Yaitu bentuk tata bahasa yang "memerintahkan/menginstruksikan" agar jemaat Filipi (sbg penerima surat) dan tentunya kita semua sebagai jemaat Kristus yang Esa untuk "secara aktif" hidup dalam SUKACITA secara terus menerus. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisa kata atas ayat tersebut, maka nyata suatu kebenaran bahwa Tuhan Yesus menghendaki agar kita semua, sebagai umatNya untuk menjalani hidup dengan semangat sukacita secara terus menerus atau tanpa henti. Dengan kata lain, kita DIPERINTAHKAN untuk hidup dalam sukacita Tuhan.

Berasal dari Tuhan

Tentunya jenis sukacita ini hanya dapat kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Oleh sebab, sukacita yang sejati (genuine joy) bersifat rohani dan hanya berasal dari Sumber Sukacita itu sendiri, yaitu Kristus Tuhan. Kemanusiaan kita sangatlah terbatas dan didominasi oleh pikiran dan perasaanperasaan. Sementara hal-hal itu sifatnya tidak stabil dan seringkali naik turun sesuai kondisi kejiwaan seseorang. Oleh karenanya, harapkanlah Tuhan Yesus untuk mencurahkan SUKACITA-NYA ke dalam seluruh hati dan hidup kita, sehingga bejana hati kita akan dipenuhi dengan air sungai sukacita-Nya. Ketika sungai sukacita-Nya melimpah ruah dalam hidup kita, maka hati dan pikiran pasti akan tenang dan penuh dengan sukacita dan kebahagiaan ilahi. Saat badai masalah dan pencobaan datang, kita pasti akan mampu tetap tersenyum menghadapinya, tanpa kehilangan sukacita sedikitpun. Disinilah pentingnya setiap orang percaya untuk menjaga "hati" masing-masing, seperti dinyatakan dalam Amsal 4:23, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Sebab sukacita ilahi beroperasi di dalam "inner" seseorang, yaitu dari dalam hatinya. Jagalah hati Anda dengan segala kewaspadaan, jangan ijinkan dicemari oleh hal-hal negatif yang ujungnya hanya akan menghilangkan damai sukacita ilahi yang telah diberikan Tuhan Yesus.

Semangatt!!

Menaruh pengharapan penuh di dalam Tuhan akan membuat kita tidak mudah goyah meski dalam badai, dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita walau sedang berada dalam keadaan yang tidak baik. Kegembiraan akan membuat banyak hal positif hadir dalam kehidupan kita, sebaliknya hati yang selalu susah akan membuat segalanya tampak buruk. " Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15). Diperlukan iman untuk membuat kita bisa hidup penuh pengharapan. Dengan perspektif iman kita tahu bahwa tangan Tuhan akan selalu siap mengangkat kita keluar tepat pada waktu-Nya. Dengan perspektif iman kita tahu bahwa janji Tuhan cepat atau lambat akan digenapi. Tuhan tidak pernah lalai dan akan selalu menepati janji-Nya tepat pada waktunya. Hari ini mungkin belum, tetapi iman akan memungkinkan kita untuk percaya sepenuhnya akan itu, sebab Firman Tuhan jelas berkata bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1).

Oleh karena itu, tetap nantikanlah Tuhan untuk menolong dan membawa kita keluar dari setiap beban hidup dan permasalahan sambil menjaga hati agar tidak tawar. Imanlah yang memampukan kita untuk bisa melihat itu dan terus memiliki sukacita sejati yang berasal dari Allah dalam menjalani hidup ini. Firman Tuhan mengajarkan, "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Semangat mampu memberi kekuatan untuk menanggung penderitaan seperti apapun. Tetapi apa yang bisa diperbuat ketika tidak memiliki semangat lagi? Dan benar, orang yang patah semangat cenderung sulit untuk bangkit. Semakin lama dibiarkan, semakin sulit pula untuk pulih. Semangat bisa berfungsi bagaikan bahan bakar yang membuat kita bisa terus maju. Tanggung jawab yang besar ataupun kecil apabila dilakukan dengan antusiasme dan gairah yang tinggi akan mampu kita selesaikan dengan hasil terbaik. Dan jangan pernah bermimpi untuk menggapai sesuatu yang besar jika semangat tidak kita miliki. Ada hubungan erat antara semangat yang disertai sikap antusias dan gairah dengan sikap hati. Hati yang gembira dipenuhi sukacita akan membuat kita mampu memandang sisi-sisi positif dari segala hal, bahkan dari keadaan sulit sekalipun. Firman Tuhan berkata: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Itulah sebabnya orang-orang yang antusias air mukanya biasanya berseri-seri, matanya berbinar memancarkan semangat, sebuah penampilan yang tidak terlihat dari orang-orang yang tidak memiliki semangat hidup. Sikap hati akan sangat menentukan bagaimana reaksi kita memandang kehidupan. Alkitab mengingatkan "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."(Amsal 17:22).

Kesimpulan Marilah meneladani sikap Ayub yang meskipun diterjang badai topan permasalahan, tetap mampu berkata, "TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, TERPUJILAH nama TUHAN!" (Ayub 1:21). Ayub mampu menjaga hatinya sehingga tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif berkaitan dengan segala musibah yang menimpa hidupnya. Ia tidak membiarkan sukacitanya hilang oleh karena masalah. Ia tahu, bahwa Tuhan itu baik dan tidak mungkin meninggalkan umat-Nya. Dan kita semua tahu akhir kisah hidupnya, dia diberkati dua kali lipat dari keadaannya yang semula. Sebab TUHAN melihat bahwa hatinya sungguh-sungguh murni dan tulus dalam mengasihi TUHAN.

Tataplah kehidupan dengan semangat dan spirit sukacita. Saya percaya kalau Tuhan memerintahkan, maka DIA pasti akan memberikan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan perintah-Nya. Bersukacitalah senantiasa!! Dan...tetap semangat!! Cayoo!!!

You might also like