You are on page 1of 16

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama disamping padi dan jagung. Kebutuhan terhadap hasil olahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan bahan baku pakan ternak terus meningkat dari tahun ke tahun (8,74%/tahun). Tingginya permintaan kedelai dalam negeri menyebabkan impor kedelai tetap berlangsung dalam jumlah yang besar, bukan saja disebabkan karena pertambahan jumlah penduduk dan penurunan luas areal tanam, tetap juga akibat meningkatnya pendapatan masyarakat, serta berkembangnya industri makanan dan pakan yang menggunakan bahan baku kedelai (Damardjati et al., 2005). Rendahnya kemampuan produksi domestik dalam penyediaan kedelai bila dibandingkan dengan permintaan memerlukan upaya untuk memperbaiki kesenjangan. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara intensifikasi di sentra produksi, ekstensifikasi, dan diversifikasi yang bertumpu pada potensi sumberdaya. Strategi yang berpijak pada keunggulan sumberdaya seperti pemanfaatan lahan, tenaga kerja, modal, dan lainnya merupakan salah satu paya untuk meningkatkan efisiensi usahatani guna mengurangi impor yang pada gilirannya dapat menciptakan keunggulan daya saing. Hal ini bisa terwujud apabila kebijakan yang sedang berlangsung dan yang akan datang mampu memberikan dukungan demi tumbuh dan berkembangnya usahatani kedelai.

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Penggunaan kedelai sebagai makanan sehari-hari misalnya tempe, tahu, kecap dan susu nabati telah lama dilakukan di Indonesia, sehingga kebutuhan komoditi ini sangat tinggi. Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka kebutuhan kedelai semakin meningkat sehingga diperlukan program khusus peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Kebutuhan kedelai yang besar dan kendala-kendala produksi yang ada di Indonesia akhir-akhir ini menyebabkan sebagian besar kebutuhan kedelai di dalam negeri masih dipenuhi oleh impor yang dialokasikan untuk pemenuhan industri pengolahan kedelai. Hal ini terjadi karena produksi kedelai dalam negeri tidak mampu mengimbangi kebutuhan industri dalam negeri. Tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai yakni mencapai 1,8 juta ton, sejak tahun 1993 terus menurun, hingga tahun 2003 tinggal 671.600 ton. Hal ini disebabkan gairah petani menanam kedelai turun karena dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah, kemudahan impor kedelai, bea masuk impor nol persen (0 %). Tahun 2004 sampai 2006 produksi mulai meningkat namun sangat lambat yakni sebesar 723.483 ton (2004), 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Tahun 2007 turun kembali 20% dari 2006 menjadi 608.000 ton. Pada tahun 2008 produksi kedelai mengalami pengingkatan sebesar 28.47% dari tahun 2007 yakni sebesar 761.21 ribu ton (Ditjen Tanaman Pangan Deptan. RI, 2008). Potensi hasil ditingkat percobaan mencapai 2 ton atau lebih. Sementara produktivitas rata-rata kedelai nasional masih rendah. Produksi kedelai tahun 2007 mencapai 13,07 kw/ha atau 1,3 ton/ha, hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan hasil ditingkat petani dan lembaga percobaan masih tinggi. Peluang peningkatan produktivitas kedelai dapat dicapai diantaranya dengan menggunakan varietas unggul dan bermutu yang mempunyai adaptasi luas terhadap pola tanam dan kondisi tempat penanaman serta meningkatkan populasi tanaman. Usaha untuk meningkatkan hasil persatuan luas dapat dilakukan melalui perbaikan genetik

maupun faktor non genetik. Kedua faktor ini sering berinteraksi dan tercermin dalam sifat-sifat agronomi yang berperan dalam menentukan tinggi rendahnya hasil. Hasil olahan kedelai secara umum merupakan makanan yang bernilai gizi dan murah sehingga kedelai berperan besar di dalam peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat (Yusuf, 1996). Sebagai makanan, kedelai sangat berhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Kandungan Zat-zat Makanan pada Kedelai Unsur Zat-Zat Kedelai Putih Kedelai Hitam Makanan (%) (%) Air 13,75 14,05 Protein 41,00 40,40 Lemak 15,80 19,30 Karbohidrat 14,85 14,10 Mineral 5,25 5,25
Sumber : AAK (1998)

Di Indonesia kedelai sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti tempe, tahu, kecap dan susu nabati, sebagian kecil dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan. Di samping itu juga dipergunakan sebagai pakan ternak. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia, kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat baik kecukupan protein hewani maupun nabati. Protein hewani sampai saat ini masih mahal mengakibatkan masyarakat memilih alternatif protein nabati dengan harga yang murah dan terjangkau masyarakat luas (Mursito, 2003). Kabupaten aceh utara merupakan salah satu kabupaten yang cocok untuk budidaya tanaman kedelai, yang memiliki luas lahan kedelai sebesar 3.599 ha, dengan luas panen 1.762 Ha. Pada tahun 2010 produktifitas yang dihasilkan oleh kedelai sebanyak 15,96 kw/Ha atau 1,596 ton/Ha, dengan jumlah total produksi pada tahun 2010 sebesar 2812,81 ton yang telah dicapai. Di kecamatan Tanah

Luas memiliki lahan sebesar 485 Ha areal ladang kedelai dengan luas panen 448 Ha, jumlah produksi sebesar 745,47 Ton serta produktifitas sebesar 1,664 ton. Hal ini berbanding terbalik dengan kecamatan Nibong yang hanya mempunyai produksi 422,49 Ton dan produktifitas 1,559 ton dengan luas areal 271 Ha. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti kesenjangan produktifitas kedelai di kecamatan Tanah Luas dan kecamatan Nibong kabupaten Aceh Utara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat di rumuskan masalah penelitian, apakah terdapat kesenjangan produktifitas kedelai di kecamatan muara batu kabupaten aceh utara secara luas lahan.? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kesenjangan produktifitas usaha tani kedelai secara luas lahan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumbangan informasi dalam usaha tani kedelai agar lebih efisien dan efektif dalam penggunaan lahan sawah. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani khususnya dalam penggunaan lahan tanam padi sawah agar lebih efektif dan efisien. 3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang analisis kesenjangan produktifitas tanaman kedelai. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan teoritis yang didapat selama kuliah, sehingga membuka wawasan agribisnis yang lebih jelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Taksonomi Tanaman Kedelai Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut : Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Rosales : Papilionaceae : Glycine : Glycine max (L.) Merill

2.2. Marfologi Tanaman Kedelai Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal. 2.3. Landasan Teori

2.3.1 Definisi Kesenjangan Menurut Mubyarto (1995), kesenjangan dapat dibedakan menjadi : 1. Kesenjangan antar sektor, yaitu sektor industri dan sektor pertanian. Kesenjangan jenis ini merupakan masalah lama dan sudah menjadi bahan kajian para akar di banyak negara.

2. Kesenjangan antar daerah. Dalam sejarah, kesenjangan antar daerah terjadi antara wilayah Jawa dan Luar Jawa, dan sejak kemajuan Provinsi Bali yang luar biasa, menjadi kesenjangan Jawa dengan Luar Jawa Bali. 3. Kesenjangan antar golongan ekonomi. Kesenjangan jenis ini adalah yang paling berat dan dalam sistem perekonomian yang cenderung liberal / kapitalis, perekonomian yang tumbuh terlalu cepat justru mengakibatkan kesenjangan menjadi semakin parah

2.3.2 pengertian produktivitas Kata produktivitas pertama kali disebutkan dalam artikel oleh Quesnay pada tahun 1766. Lebih dari seabad kemudian, pada tahun 1883, Littre mendefiniskan produktivitas sebagai kemampuan untuk memproduksi, yang berarti, keinginan untuk menghasilkan sesuatu. Definisi produktivitas telah banyak dibuat oleh pakar-pakar dan badanbadan internasional, diantaranya ialah: 1. Organization for European Economic Cooperation (OEEC) dalam Sumanth (1984: 3) menyatakan Produktivitas adalah hasil bagi yang diperoleh dengan membagi keluaran dengan salah satu dari faktor-faktor produksi. 2. L. Greenberg dalam Sinungan (1987: 8), menyatakan Produktivitas merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

Dewasa ini di dunia berkembang pengertian produktivitas yang lebih manusiawi seperti diutarakan oleh beberapa sumber yang diuraikan dibawah ini. Sumber-sumber ini pada umumnya telah meninggalkan pengertian tradisional yang semata-mata ditujukan untuk meningkatkan produksi atau ekonomi saja (Syarif, 1991: 1). 1. Profesor Luis Sabourin Rumusan tradisional dari produktivitas total tidak lain adalah ratio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap seluruh apa yang digunakan (input) untuk memperoleh hasil tersebut. Bagaimanapun juga akhirnya akan lebih jelas jika perumusan itu dinyatakan dalam bentuk definisi yang kurang teknis, yaitu ratio dari kepuasan yang diperoleh terhadap usaha yang telah dilakukan. 2. R. Saint Paul Definisi produktivitas secara sederhana: hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. Secara umum: ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan. 3. Productivity Improvement Handbook Ada pendapat yang tumbuh, yang menyatakan bahwa produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas). Daya guna menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam yang diperlukan untuk mengusahakan hasil tertentu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan.

4. Management Handbook Untuk menentukan produktivitas, orang harus mempersoalkan dua hal, yaitu: apakah hasil yang diinginkan telah dicapai (pertanyaan ini menyangkut hasil guna atau efektivitas), dan sumber-sumber apa yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut (pertanyaan ini menyangkut daya guna atau efisiensi). Hasil guna dihubungkan dengan hasil, sedangkan daya guna dihubungkan dengan pemanfaatan sumber-sumber. 2.1 Unsur unsur Produktivitas Menurut Diktat Kadarusman, (2001 : 5), ada tiga unsur produktivitas yang harus dipahami, yaitu : 1. Efisiensi Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi pada masukan atau ukuran penghematan pemakaian sumber sumber produksi ataupun kegiatan organisasi, seperti penghematan dalam pemakaian bahan, tenaga listrik, uang, tenaga kerja, waktu, ruangan, air, dan sebagainya. 2. Efektivitas Efektivitas menunjukkan sejauh mana target dapat tercapai, baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar persentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini berorientasi pada keluaran. Peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan peningkatan efisiensi dan demikian pula sebaliknya. Gabungan efisiensi dan efektivitas membentuk pengertian produktivitas dengan cara sebagai berikut : Produktivitas = Efektivitas pelaksanaan tugas Efisiensi penggunaan sumber daya Produktivitas yang tinggi berarti hasil produksi yang tinggi dapat dicapai dengan ongkos rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi yang berbunyi

memperoleh hasil yang setinggi tingginya dengan mengorbankan yang sekecil kecilnya. Bahasa operasionalnya berarti bekerja secara ekonomis sama dengan bekerja secara produktif. 3. Kualitas Produktivitas merupakan ukuran kualitas. Kualitas masukan dan kualitas proses akan menentukan kualitas keluaran. Keluaran yang berkualitas baik akan meningkatkan rasio output per input dalam nilai atau nilai tambah, berarti meningkatkan daya saing atau produktivitas.

III. METODELOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian berada di kecamatan tanah luas dan kecamatan nibong Kabupaten Aceh Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berproduksi tanaman kedelai dengan areal ladang yang cukup luas dan daerah tersebut terlihat sangat mencolok produktivitas antara kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Nibong. Ruang lingkup penelitian ini adalah terbatas pada masalah kesenjangan Produktivitas tanaman kedelai di daerah kecamatan Tanah Luas dan kecamtan Nibong kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini direncanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012. 3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi Menurut Sugiono (2004:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemilik lahan kedelai yang berada di daerah kecamatan Tanah Luas dan kecamatan Nibong kabupaten Aceh Utara.

3.2.2 Sampel Menurut Supranto (2004:70) sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh objek penelitian akan tetapi hanya sebagian dari populasi tersebut. 3.2.3 Teknik Pemilihan Sampel dan sumber data Besar sampel yang diambil setiap subjek penelitian yaitu 20% dari populasi. Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 69 dari jumlah keseluruhan sebanyak 365. Tabel 1. Data Populasi dan Sampel Penelitian No 1 2 Lokasi penelitian Kecamatan Tanah Luas Kecamatan Nibong Jumlah Teknik Pengumpulan Data Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: a. Pengamatan (Observasi) Suatu metode yang dilakukan untuk memperoleh informasi terhadap objek yang diteliti dengan melihat dan mengamati secara langsung ditempat yang telah menjadi lokasi penelitian yaitu masyarakat setempat. b. Wawancara (Interview) Merupakan suatu metode yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi Populasi (Orang) 220 145 365 Sampel (orang) 40 29 69

3.3

dan pengamatan langsung untuk memperoleh data dan informasi tentang penggunaan analisis variabel sosial ekonomi dan masyarakat setempat. c. Pertanyaan (Quistioner) Merupakan daftar pertanyaan yang dibuat dengan berisikan serangkaian pertanyaan yang berkenaan dengan penulisan penelitian ini. Ditujukan kepada seluruh responden yang menjadi sampel yang terdiri dari keseluruhan sampel. d. Studi Kepustakaan Studi literatur yang bersumber dari laporan tahunan, buku, skripsi, website, dan media informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Varians Metode analisis data adalah menggunakan one-way analysis of variance (ANOVA), karena hanya mempertimbangkan satu faktor yang menyebabkan variasi. ANOVA merupakan prosedur pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengevaluasi perbedaan rata-rata antar dua populasi atau lebih (Gravetter dan Wallnau, 2007 : 389) Metode ini menganalisis apakah ada perbedaan variabilitas produksitvitas antara kecamatan Tanah Luas dan Kecamatan Nibong berdasarkan metode analisis teknikal yang digunakan. Hipotesis nol untuk penelitian ini adalah bahwa kedua kecamatan tersebut memiliki kesenjangan produktivitas. Hipotesis alternatifnya adalah kebalikan dari hipotesis nol, yakni kedua kecamatan tesebut tidak memiliki kesenjangan produktivitas.

H0 : 1 = 2 H1 : kedua kecamatan tersebut tidak terdapat kesenjangan produktivitas Metode Antar-kelompok (Between Method). Metode menghasilkan estimasi varians yang sahih jika hipotesis nol bahwa kedua kecamatan tersebut memiliki kesenjangan produktivitas. Persamaan yang digunakan dalam meode ini adalah sebagai berikut:

di mana:
sb2 : varians umum yang diestimasi menggunakan metode antar-kelompok; : rata-rata (mean) kelompok j; : rata-rata keseluruhan (grand mean) yang digunakan sebagai estimasi; : jumlah kelompok; : jumlah/ukuran sampel masing-masing kelompok; dan : derajat bebas (degree of freedom).

Xj
X
c n (c-1)

3.5.

Defenisi operasional variabel Definisi operasional variabel adalah batasan variabel yang digunakan

dalam penelitian ini, batasan tersebut adalah : 1. kesenjangan merupakan rentetan perbedaan produktivitas antara suatu daerah dengandaerah yang lain. 2.Produktivitas adalah hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. 3.Analisis varians (Analysis of VarianceANOVA) adalah prosedur statistika untuk mengkaji (mendeterminasi) apakah rata-rata hitung (mean) dari 3 (tiga) populasi atau lebih, sama atau tidak.

3.6.

Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir yang digunakan adalah untuk melihat apakah ada

kesenjangan produktivitas kedelai di kecamtan Tanah Luas dan Kecamatan Nibong kabupaten Aceh Utara.

Kecamatan Tanah Luas Produktivitas

Kecamatan Nibong 4.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

DAFTAR PUSTAKA

Setia b.2012.metode penelitian.fakultas pertanian prodi agribisnis universitas malikussaleh. Lhoekseumawe Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Teori dan Aplikasi. Raja

Grafindo.jakarta Soekartawi.1990. Teori Ekonomi produksi. Rajawali pres. Jakarta Zainol. 2005.Deskripsi Sifat Agronomik Berdasarkan Seleksi Genotipe Tanaman Kedelai Dengan Metode Multivariat.Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura. Madura

You might also like