You are on page 1of 14

0

MAKALAH
Filsafat Pendidikan Islam
Tentang
HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM








Oleh:
Arwinda Febri 409295
Masril 411037
Syaifullah 411235



Dosen Pembimbing:
Nurhayati, M. Ag



JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1434 H / 2013 M

1


KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah haturkan kepada Allah SWT, yang senantiasa selalu
memberikan rahmat dan karunianya kepada pemakalah sehingga pemakalah dapat
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang berjudul Hakikat Manusia Dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Islam. Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, kepada keluarga sahabat-sahabat Rasul serta kepada
pengikut rasul yang setia sampai akhir.
Dalam penulisan makalah ini pemakalah mengalami kesulitan dan
kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan rekan-rekan atas bantuan dan bimbingannya.
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya
terutama untuk pemakalah sendiri.

Padang, Maret 2013


(Pemakalah)









2


BAB I
PENDAHULUAN


Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman
modern sekarang ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ahli-ahli filsafat
modern dengan tekun berfikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang
merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Jadi mereka ini
mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.
Dengan demikian aliran ini tidak memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau
ruh atau dualisme tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu
dari cara beradanya manusia itu sendiri di dunia.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan
dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya,
manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain. Dalam islam
berpandangan bahwa hakikat manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh,
yang mana keduanya merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung
dengan yang lain.
Untuk bisa memahami lebih lanjut tentang hakikat manusia dalam perspektif
filasafat pendidikan islam disini akan dibahas tentang pengertian manusia, hakikat
kejadian manusia, tugas manusia, tujuan hidup manusia dan hubungan manusia
dengan pendidikan, yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.







3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis dan islam.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin
untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
1

Menurut agama Islam itu sendiri, manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk
menjadi khalifah di muka bumi. Dalam Al-quran, ada tiga kata yang digunakan
untuk menunjukan makna manusia. Kata yang digunakan adalah al-basyar, al-
insan dan al-nas.
Kata basyar diambil dari kata yang berarti `penampakan sesuatu dengan baik
dan indah. Dari kata basyarah yang artinya `kulit. Jadi, manusia disebut dengan
basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Maka
makna etimologisnya dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks,
keamanan, kebahagiaan dan lain sebagainya.
2

Kata al-insan berasal dari kata al-uns. Secara etimologi, al-insan dapat
diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-insan
mengandung makna kesempurnaan sesuai dengan tujuan penciptaannya dan
keunikan manusia sebagai makhluk Allah yang telah ditinggikan-Nya beerapa
derajat dari makhluk-makhluk lain.
3

Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia tanpa melihat status
keimanan atau kekafirannya. Kata al-nash dinyatakan Allah dalam al-Quran

1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hal 82
2
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005) hal 1-2
3
Ibid, hal 11
4

untuk menunjuk bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan
keimanan yang kuat. Kadang kala ia beriman, sementara pada waktu lain ia
munafik. Hal ini terlihat dalam firman Allah:
=}g`4 +EE4- }4` NO4C
E44`-47 *.) gO4O^)4
@O=E- 4`4 - 4-g4g`u)
^g
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada
Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.(Q.S. Al-Baqarah:8)
4


B. Hakikat Kejadian Manusia
Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-baid (asal yang
jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian Allah
menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal
al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.
Yang terdapat dalam firman Allah:
-Og - - =}=O;O E7 7/E*
+OUE= W E44 4-UE=
^}=Oee"- }g` -gC ^_ O
EE_ N Oe }g` l Uc }g)`
7.E` -)_E` ^g O +O OEc
ECE4^4 gO1g }g` gOgOGO W
EE_4 N7 E7;OO-
4O=-4 EEg*^-4 _
1EO)U~ E` ]NO:;= ^_
Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan

4
Ibid, hal 12-13
5

dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.
5

Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Didalam proses ini, manusia diciptakan dari inti
sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan di dalam tempat
yang kokoh (rahim). Seperti firman Allah berikut:
;4 E4^UE= =}=Oee"- }g`
l-Uc }g)` -gC ^g
+OE4UEE_ LOE;C+^ O) O-4O~
-E` ^@ O 4L^UE=
OE;COL- LOU4 4L^UEC
OUE^- LO4;_N` 4L^UEC
O4;_^- VgN 4^O=O
=g^- V^4O O
+O4^4=e UE= 4OE=-47 _
E4O4l4 +.- }=O;O
4-)UC^- ^j
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-
Mukminun:12-14)
6


Berbicara mengenai pandangan filsafat tentang hakikat manusia, ada 4 aliran
yang ditawarkan oleh para ahli filsafat. Adapun keempat aliran tersebut, seperti
yang dikutip jalaluddin dan Zuhairini adalah sebagai berikut:
a. Aliran Serba Zat
Aliran ini menyatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau
materi. Zat atau materi itulah hakikat sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi

5
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta:
Gema Insani Press, 1995 hal 38
6
Zuhairini, Op. Cit, hal. 76
6

dan manusia adalah unsure alam. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat
atau materi.
b. Aliran serba ruh
Aliran ini berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu yang ada di dunia ini
adalah ruh. Adapun zat atau materi adalah manifestasi ruh di atas dunia ini.
Dengan demikian, jasad atau badan manusia hanyalah manifestasi atau
penjelmaan ruh.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menggabungkan pendapat kedua aliran diatas. Aliran ini
berpandangan bahwa hakikatnya manusia terdiri dari substansi, yaitu jasmani
dan rohani. Kedua substansi ini merupkan unsure asal, tidak tergantung satu
sama lain. Jadi, adan tidak berasal dari ruh, dan sevaliknya, ruh tidak berasal
dari badan.
d. Aliran Eksistensial
Aliran ini memandang manusia dari segi eksistensinya. Menurut aliran ini,
hakikat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari
manusia. Intinya, hakikat manusia adalah pada yang menguasai manusia
secara menyeluruh.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah
1. Dari segi jasmani, Allah telah jadikan manusia dalam bentuk yang paling
indah. Tidak ada makhluk yang mempunyai bentuk yang lebih indah dari
manusia. Malaikat dan jin tidak mempunyai bentuk: hanya mereka dapat
menyerupakan diri mereka dengan manusia atau lain-lainnya. (al-Tin:4)
2. Dari segi rohani, Allah telah menjadikan manusia di atas fitrah yang hanif,
iaitu: sifat semulanjadi manusia adalah lurus, bersih, suci dan sukakan
kebaikan. (ar-Rum:30)
3. Akal: dengannya manusia dapat mencapai ilmu pengetahuan dan kemampuan
untuk memanfaatkan segala yang Allah cipta untuk mereka. Dapat
7

membezakan baik dan buruk, betul dan salah, yang bermanfaat dan
berbahaya. Dengannya juga manusia beroleh kelayakan untuk menerima
bebanan atau tugasan daripada Allah s.w.t.
7


Al-ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori
pembentukan sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang
membuatnya cocok untuk menerima ruh. Meteri itu merupakan saripati tanah liat
nabi Adam a.s yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau
sel benih (nutfah) yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses
akhirnya menjadi bentuk lain yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tnah
liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi
darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur.
Berdasarkan proses penciptaan itu manusia merupakan rangkaian utuh antara
komponen materi dan immateri. Komponen materi berasal dari tanah dan
komponen immateri ditiupkan oleh Allah.
8


C. Tugas Manusia
1. Ibadah kepada Allah
Seluruh tugas manusia dalam hidup ini, berakumulasi pada tanggung
jawabnya untuk beribadah dan mengesakan Allah, sebagaimana dijelaskan
Allah dalam firman-Nya:
4`4 e^UE= O}_^- "^e"-4
) p+lu4Og ^)g
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-dzariat: 56)
9


2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam

7
http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia

8
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, Hal 15-16
9
Abdurrahman An Nahlawi, Op. Cit, hal 46
8

Tuhan telah melengkapai manusia dengan potensi-potensi rohaniah
yang lebih dari makhluk-makhluk hidup yang lain, terutama potensi akal,
maka pada manusia juga dibebani tuga, disamping tugas untuk memanfaatkan
ala mini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk memelihara dan
melestarikan ala mini dan dilarang untuk merusaknya.
3. Menjadi kalifah
Manusia diberikan kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur
kehidupan di muka bumi.
10
Al-Quran menegakkan manusia diciptakan Allah
sebagai pengemban amanat. Diantara amanat yang dibebankan kepada
manusia memakmurkan kehidupan di bumi. Karena amat mulianya manusia
sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai
kalifah-Nya di muka bumi.
Firman Allah:
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E} O)
^O- LOEO)UE= W W-EO7~
NE^_` OgOg }4` O^NC
OgOg lgOEC4 47.4`g].-
}^44 E)Ol=O+^ Eg;O4
+Eg-+^4 El W 4~ EO)E+)
NU;N 4` 4pOUu>
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S.
Albaqarah: 30)

Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka
bumi ini adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta

10
Zuhairini, Op. Cit, Hal 85-87
9

tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memiliki kemungkinan
untuk hal ini dikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah berbagai potensi.
11


D. Tujuan Hidup Manusia
1. Pengabdi Allah (Abd)
Secara luas, konsep abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas
manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas
seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai
ibadah dan manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata untuk
mencari ridha Allah SWT.
Belajar adalah ibadah manakala itu dilakukan dengan niat mencari
ridha Allah. Bekerja juga adalah ibadah manakala itu dilakukan untuk mencari
ridha Allah. Semua aktivitas seoerang hamba dalam seluruh dimensi
kehidupan adalah ibadah manakala itu benar-benar dilakukan untuk mencari
ridho Allah.
12

2. Menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya
Alquran menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan makan dan
kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Allah SWT berfirman,
... dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal
mereka.(QS. Muhammad: 12)

3. Menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya
Alquran juga menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan perhiasan dan
kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya. Allah SWT berfirman,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

11
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 17-18
12
Ibid, hal. 19-20
10

kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS. li Imrn: 14).

4. Manusia menjadikan hidupnya untuk menyulut fitnah dan menyuburkan
kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang disebut dalam firman Allah
Tal, Surat al-Baqarah: 204205,

( (

( (

Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya padahal ia adalah penantang
yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan
merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan.

(Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan
iman orang-orang mukmin dan selalu mengadakan kekacauan).
Itulah beberapa tujuan manusia dalam kehidupan ini. Allah SWT telah
membersihkan kaum mukmin dari tujuan-tujuan itu, membebaskan mereka
darinya, memberikan tugas yang lebih mulia kepada mereka daripada tujuan-
tujuan tersebut, dan menetapkan kewajiban yang lebih luhur di atas pundak
mereka. Tugas mulia serta kewajiban luhur yang dimaksud adalah menunjukkan
manusia kepada kebenaran, membimbing mereka ke jalan kebaikan, dan
menerangi seluruh penjuru dunia dengan matahari Islam.
13


E. Hubungan Manusia Dengan Pendidikan

13
http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurut-alquran.html

11

Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek
kependidikan Islam harus didasarkan kepada konsepsi dasar tentang manusia.
Pembicaraan diseputar ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital dalam
pendidikan. Dari uraian tersebut, ada implikasi terpenting dalam hubungannya
dengan pendidikan islam, yaitu karena manusia adalah makhluk yang merupakan
resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu
menghendaki proses pembinaan yang mengacu kearah realisasi dan
pengembangan komponen-komponen tersebut. Jika kedua komponen dipisahkan
dalam proses kependidikan islam, maka manusia akan kehilangan
keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang
sempurna.
14

Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan
manusia dapat mempunyai kemampuankemampuan untuk mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula
perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan
melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di
analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui
pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses
alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh
sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan
yang optimal sebagai manusia.
Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak.
Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai
perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat
melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya.
Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang

14
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 22
12

menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan
manusia dengan makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan
pendidikan. Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan
kebudayaan.
15





BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk
ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-baid (asal yang
jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian Allah
menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal
al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.
Tugas Manusia:
1. Ibadah kepada Allah
2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
3. Menjadi kalifah
Adapun tujuan hidup manusia adalah Pengabdi Allah (Abd), menjadikan
makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya, menjadikan perhiasan dan
kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya, dan Manusia menjadikan hidupnya
untuk menyulut fitnah dan menyuburkan kejahatan.

15
Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka
13

Hubungan manusia dengan pendidikan yaitu setiap manusia itu membutuhkan
pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan
kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.

B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, pemakalah menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca semua terutama dari dosen pembimbing agar
makalah ini lebih sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005)
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia

http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurut-alquran.html

You might also like