You are on page 1of 15

GAMBARAN POLA MAKANAN PENDERITA PEB DI RSU dr.

SLAMET GARUT Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Disusun oleh Lilis Setiowati NPM 130103100086

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabakan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena eklampsia merupakan peningkatan dari preeklampsia yang lebih berat dan berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu.1 Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya. Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi. Preeklampsia berat dan eklampsia merupakan resiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan janin melalui plasenta.5 Setiap tahun sekitar

50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia.6 Incidens eklampsia di Negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700.7 Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak.8 Oleh karena itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari.7 Karena eklampsia menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi.8 Insidensi preeklampsia berat di Indonesia antara 3,4% - 8,7%. Di 13 rumah sakit di Jawa Barat terdapat 7,4% kasus preeklampsi dan 1,6% kasus eklamsi pada tahun 2007-2008.3 Insidensi preeklampsia berat di Garut. Penelitian Rozikhan (2007) yang meneliti di Rumah Sakit Dr. Slamet Garut, mendapatkan hasil bahwa variabel yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia berat adalah riwayat preeklampsia mempunyai risiko 15,506 kali, keturunan mempunyai risiko 7,110 kali, dan paritas mempunyai risiko 4,751 kali untuk terjadi preeklampsia berat. Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping perdarahan adalah preeklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi.2 Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan,

penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat preeklampsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.3 Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia ( multiple causation ). Pola makan sering ditemukan sebagai resiko preeklampsia pada ibu hamil diantaranya primigravida, ibu hamil usia 25-30 tahun, trimester 2 dan 3, primigravida dan gemeli. Namun diantara resiko-resiko yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang menjadi sebab dalam pola makan ibu hamil. Di Indonesia pre-eklamsi merupakan penyebab kematian ibu. Angka kematian ibu ( AKI ) berkisar 1,5%-2,5% sedangkan kematian bayi antara 45%-50% penyebab kematian ibu akibat pre-eklamsi adalah perdarahan otak, payah jantung, payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung, sedangkan penyabab kematian bayi adalah asfeksia dan intra uteri.2 Angka kematian ibu di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut pada tahun 2008 eklampsi menyumbangkan angka kematian tertinggi, yaitu 15 kasus kematian pada ibu, kejadian ini sama dengan kasus perdarahan, 4 kasus kematian disebabakan oleh infeksi, dan 11 kasus disebabkan oleh lain-lain. Patogenesis PEB yang sehat dengan makanan. Energi dan semua zat gizi cukup, dalam keadaan berat makanandiberikan secara berangsur sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi

300 kkal darimakanan atau diet sebelum hamil. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat/ringannya retensi garamatau air. Protein 51 gram anjuran WHO atau 1,5-2g/kg. Lemak diberikan berupa berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Vitamin cukup, Vit A, B, C, dan E6. Mineral terutama kalsium minimal 1 gram dan maksimal 2 gram bagiibu dengan intake kalsium yang rendah, mineral lain seperti selenium,magnesium, dan zinc diberikan cukup melalui makanan dansuplementasi dari susu khusus ibu hamil. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.Cairan diberikan 2500 ml sehari pada saat ologuria, cairan dibatasidan disesuaikan dengan cairan yang dibutuhkan tubuh. Pencegah PEB dari pola makanan. Berbagai pola makan dan bahan makanan telah diteliti guna pencegahan dan diet pada preeklampsia. Menurut penelitian yang dilakukan Bransaeter, dkk mengungkapkan tingkat resiko preeklampsia pada ibu yang mengkomsumsi sayuran, buah, dan minyak sayur lebih rendah daripada ibu yang mengkonsumsimakanan daging olahan, minuman ringan, dan snack bergaram. Bahan makanan lainnya dapat digunakan sebagai pencegahan dan diet pada preeklampsia antara lain bawang putih, minyak ikan, dan cokelat. Bawang putihberkhasiat sebagai penurun tekanan darah dan anti agregasi platelet. Penelitianyang dilakukan Johanes, FKUP, mengungkapkan adanya penurunan tekanandarah dan mencegah kasus preeklampsia sebanyak 73,8%.10 Penelitian lain oleh Meher merekomendasikan pengunaan bawang putih untuk pencegahanpreeklampsia dan komplikasinya.11 Namun belum ada

dosis optimal penggunaanbawang putih serta mekanismenya. Pengunaan asam lemak esensial untuk menurunkan kadar fraksi lipid dalam darah yang meningkat akibat dari keadaanpatologik preeklampsia berupa omega 3 yang berasal dari minyak ikan telahdipercobakan untuk mencegah dan mengobati preeklampsia. Namun di beberapapenelitian tidak menunjukan adanya penurunan resiko serta komplikasi preeclampsia.12 Namun menurut

Anwarusysyamsi, 2008 menyakinkan bahwasuplementasi minyak ikan dibarengi dengan vitamin C dan E akan menurunkanresiko preeklampsia sebanyak 93%.13 Menurut penelitian Saftlas, konsumsi coklatdapat digunakan untuk mencegah hipertensi dalam kehamilan dan preeclampsia.14 Namun cokelat yang baik adalah cokelat hitam dan bukan cokelat yangmengandung susu. Sebaiknya cokelat hitam tidak dikonsumsi lebih dari 50 mg perhari.15 Pola makan masyarakat Garut. Masyarakat. Masyarakat garut sehari-hari makan 2-3x sehari. Mengandung lemak jenuh. Makanan atau bumbu yang merangsang saluran cerna. Tinggi kadar sodium, natrium, atau garam. Makanan olahan atau di awetkan 1.2 Perumusan Masalah Sebagaimana telah dinyatakan dalam latar belakang bahwa penderita kehamilan/persalinan dengan pre-eklampsia merupakan masalah yang cukup serius karena dapat mengancam kematian pada ibu melahirkan maupun fetus. Juga penyakit ini diketahui belum ada yang menemukan tentang etiologi yang sebenarnya.

Oleh karenanya lewat penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pola makanan pada ibu hmil (usia 25-30 tahun, trimester 2 dan 3, primigravida dan gemeli) sebagai resiko terjadinya preeklampsia. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pola makan pada penderita pre-eklampsia di RSU dr. Slamet. 2. Tujuan Khusus a. Gambaran kejadian PEB b. Gambaran pola makan masyarakat

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan penelitian yang berkaitan dengan ilmu kebidanan untuk meningkatkan nilai. Juga untuk disampaikan pada mahasiswa kebidanan tentang karakteristik dari pola makanan penderita preeklampsia. 2. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk memperdalam pengetahuan serta menambah wawasan dibidang kebidanan. 3. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu-ibu yang belum, akan ataupun yang telah mendapatkan penyakit darah tinggi. 1.5 Kerangka Pemikiran PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat preeklamsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.3 Kerangka pemikiran dalam peniltian ini adalah

Faktor Resiko 1. Pola makan 2. Riwayat Preeklampsia 3. Primigravida 4. Kehamilan Ganda 5. Usia 25-30 Gambar 1.1 Kerangka Konsep 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskritif. Metode peneltian deskritif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam peneltian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan penderita PEB. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Peneltian ini dilakukan di RSU dr. Slamet Garut. Preeklampsia Berat

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskritif dengan

pendekatan cross sectional data yang digunakan sebagai sumber adalah kata sekunder dari observasi di RSU dr. Slamet Garut. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang berusia 20 35 tahun,gemeli,trimester 2 dan 3 dan primigravida di RSU dr. Slamet Garut. Penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel atau seluruh populasi adalah sampel. 3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Ibu yang bersalin di RSU dr. Slamet Garut. 2. Penderita preeklampsia. 3. Pasien dengan pola makan selama hamil dan bersalin. 3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Tidak memiliki penyakit preeklampsia.

3.4 Definisi Operasional Table 3.1 definisi operasional. No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala Ukur

Operasional Ukur

1.

Usia

Usia tahun

25-30 Observasi pada

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

ibu bersalin 2. Trimester Trimester 2 Observasi dan 3 dalam kehamilan 3. Primigravida Ibu bersalin Observasi yang pertama bersalin dirumah sakit. 4. Gemeli Ibu bersalin Observasi yang memilki anak kembar pada 1. Ya 2. Tidak Nominal 1. Ya 2. Tidak Nominal 1. Ya 2. Tidak Nominal

pertama atau anak selanjutnya

3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui data sekunder yaitu observasi pada ruang bersalin di RSU dr. Slamet Garut. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah studi dokumentasi dengan menggunakan SPSS.

DAFTAR PUSTAKA 1. Manuaba Ida Bagus Gede; Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga berencana untuk pendidikan bidan, Editor: Seriawan, Ed. I, Jakarta, EGC,1998 2. Prawirohardjo Sarwono, Ed. Kedua. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1981. hal. 237. 3. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD.

2004.Obstetri Patologi Edisi 2.. Jakarta: EGC 4. Wiknyosastro Hanifa, Abdul bari Saifudin, Trijatmi Rochimhadhi; Ilmu Kebidanan. Ed.3, Jakarta, 1994 5. HOVATTA O & LIPASTI A: Causes of Stillbirth; a Clinice pathological study of 234 patients, Brj Obstetri Gynecology, 1983 6. Dudley L; Maternal Mortality a Associated With Hipertensive Disorders of Pregnancy in Africa, Asia, Latin America and Carambean. Br Obstetri Gynaecol. 1992;99: 347-553 7. Crowther C ; Eclampsi at Harare Maternity Hospital; An Epidemiological Study. Sout Art Med J 1985;68: 927-929 8. Royston Erica ( Division of family health World Health Organization ) Geneva, Swizerland & Sw Armstrong ( Freelance Journalis London, England ), 1989.

9. Brantsaeter AL, Haugen M, Samuelsen SO et al.

A dietary

patterncharacterized by high intake of vegetables, fruits, and vegetable oils isassociated with reduced risk of preeclampsia in nulliparous pregnant Norwegian women. PubMed. 1996.Available athttp://www.ncbi.com. diakses 10 Desember 2010. 10. Mose. JC.. Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Garlic, Allium

sativum)untuk

Mencegah Pre Eklampsia, 2001.http://www.scribd.com.

diakses 10Desember 2010.28. 11. Meher, S., Duley, l.. Garlic for preventing pre-eclampsia and itscomplication, Cochrane Database of Systematic Reviews.

http://www.health-eveidence.ca diakses 11 Desember 2010. 12. Olsen SF, Secher NJ, Tabor A, Weber T, et al. Randomised clinical trials of fish oil supplementation in high risk pregnancies. Fish Oil Trials (FOTIP) Team,

InPregnancy

PubMed.2006.http://www.ncbi.com.diaksesDesember 2010. 13. Al-Farozy A..Peran Minyak Fk Ikan Universitas Dalam Mencegah

TerjadinyaPreeklampsia,

Muhammadiyah

Yogyakarta.2008.http://www.scribd.com 14. Saftlas AF, Triche EW, Beydoun H, et al. Does chocolate intake during pregnancy reduce the risks of preeclampsia and gestational hypertension? ,Pubmed.http://www.ncbi.com.diakses Desember 2010.

15. Luciana

B,

Khasiat

Cokelat

Hitam

Tak

Sekelam

Sosoknya

,.http://ochit.wordpress.com/khasiat-chocolates/khasiat-cokelat-hitam-taksekelam-sosoknya/ diakses Desember 2010.


16. http://www.scribd.com/doc/110707753/Pengaturan-Diet-Pada-Preeklampsia-Isi

You might also like