You are on page 1of 26

INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI IMPELEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Oleh: Muslimin Ibrahim Program Studi Pendidikan Sains Program

Pascasarjana Unesa Muslimin_ibrahim@yahoo.com A. Pengenalan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan kepada paham konstruktivisme. Model pembelajaran ini memberi penekanan pada aspek sosial pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 5 orang mahasiswa/siswa. Kelompok koperatif ini disusun sedemikian rupa sehingga berkarakteristik heterogen dilihat dari jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, maupun kemampuan (Slavin, 1994). Eggen dan Kauchak (1993) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran yang digunakan oleh dosen/guru agar siswa di dalam kelompok dapat saling membantu satu sama lain di dalam mempelajari suatu materi pelajaran tertentu. Tidak semua format belajar kelompok dapat dogolongkan sebagai pembelajaran kooperatif. Usur dasar yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif adalah: siswa di dalam kelompok harus (a) merasa bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; (b) melihat bahwa semua mereka memiliki tujuan yang sama; (c) mereka memiliki tanggungjawab; (d) berbagi tugas tan tanggungjawab yang sama; (e) dikenakan evaluasi dan penghargaan; (f) diminta mempertanggungjawabkan tugasnya. B. Ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan yang berbeda dengan model pembelajaran kompetitif maupun individualistik (Arends, 1997). Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu cara pembelajaran itu dilakukan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa/mahasiswa di dalam kelas. Struktur tujuan di dalam pembelajaran kooperatif disebut struktur tujuan kooperatif, ditandai dengan adanya saling ketergantungan positif antar mahasiswa/siswa. Artinya keberhasilan seorang siswa hanya dan hanya jika siswa yang lain di dalam kelompoknya juga berhasil.

Struktur tujuan kooperatif berbeda sama sekali dengan struktur tujuan individualistik, di mana tidak terdapat saling ketergantungan antar siswa. Keberhasilan adalah murni hasil upaya siswa itu sendiri. Begitu pula dengan struktur tujuan kompetitif yang menghasilkan saling ketergantungan negatif. Pada struktur tujuan semacam ini seorang siswa berhasil jika siswa yang lain gagal mencapai tujuan tersebut (Gambar 1a,b, dan c).

(a) Struktur tujuan Kompetitif Saling ketergantungan negatif (Negative dependency)

(b) Struktur tujuan Individualistik Tidak ada saling ketergantungan (Independency)

(c) Struktur tujuan Kooperatif Saling ketergantungan positif (Positive dependency)

Gambar 1 Struktur tujuan: Kompetitif (a), Individualistik (b) dan Kooperatif (c) Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri sebagai berikut.

1.

Mahasiswa/siswa belajar di dalam kelompok koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok kooperatif dibentuk dari mahasiswa/siswa dari kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3. Bila mungkin anggauta kelompok berasal dari jenis kelamin, ras, suku, budaya yang berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih beorientasi kelompok ketimbang individu. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar, ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mencapai tujuan antara lain: 1. Meningkatkan pencurahan waktu terhadap tugas 2. Meningkatkan rasa harga diri 3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran siswa 5. Menurunkan angka putus sekolah 6. Penerimaan terhadap perbedaan individu 7. Mengurangi perilaku mengganggu pada siswa 8. Mengurangi sikap apatis 9. Meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran. 10. Meningkatkan motivasi belajar 11. Meningkatkan retensi 12. Meningkatkan hasil belajar 13. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan, dan toleransi Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada tiga kelompok tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang dapat dicapai lewat pmbelajaran kooperatif, yaitu (a) Hasil belajar akademik, (b) Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan (c) pengembangan keterampilan sosial. C. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Secara umum langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Arends (1997) terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu: (1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, (2) Menyajikan informasi, misalnya lewat bacaan atau demonstrasi; (3) Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar; (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) melakukan evaluasi; (6) Memberi penghargaan. 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Sebagian pakar berpendapat bahwa memberitahu tujuan pada awal pembelajaran tidak harus dilakukan, namun demikian karena belajar adalah proses internal, maka jika siswa atau mahasiswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dilakukannya, mereka dapat mengarahkan proses internal sehingga memudahkan pencapaian tujuan. Memberitahu tujuan tidak harus dilakukan secara formal dengan redaksi seperti yang tertulis dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) tapi dapat dilakukan secara terintegrasi saat melakukan kegiatan motivasi misalnya melalui demonstrasi, penyajian fenomena alam dsb. Cara-cara yang dipilih dilakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur motivasi seperti menarik, relevan dengan kebutuhan siswa dan sebagainya. Termasuk di dalam tahap ini guru/dosen menyajikan atau menyampaikan tujuan sosial yang ingin dicapai. 2. Menyajikan informasi Informasi yang disajikan pada tahap ini sebenarnya bukanlah materi pelajaran yang akan dipelajari siswa, sebab materi pelajaran akan dipelajari sendiri oleh siswa melalui kegiatan kooperatif. Informasi yang disajikan lebih mengarah kepada aturan main yang disepakati, prosedur kooperatif yang akan dilakukan serta konsenkwensi-konsekwensi yang akan diterima siswa/mahasiswa bila melakukan aktivitas tertentu yang dianjurkan. 3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar Pada tahap ini guru/dosen membagi siswa ke dalam kelompokkelompok kooperatif yang heterogen 4-5 orang setiap kelompok. Untuk menghemat waktu pembagian kelompok dapat dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Agar kelompok heterogen, maka guru/dosen dapat menggunakan strategi pembagian kelompok tertentu misalnya sebagai berikut. a) Siap skor siswa dari pembelajaran sebelumnya b) Buat rangking sederhana siswa laki dan siswa perempuan secara terpisah. c) Tentukan jumlah kelompok yang akan Anda buat dengan cara membagi siswa/mahasiswa seluruh kelas dengan banyaknya anggauta kelompok (4 atau 5 orang). d) Beri kode setiap kelompok dengan A, B, C, D dan seterusnya. e) Letakkan kode-kode secara berurutan dari rangking tertinggi A, B, C, D dst.) kemudian bila kode telah habis, lanjutkan dengan meletakkan kode dari urutan belakang D, C, B, A bila masih ada yang belum berkode letakkan lagi kode secara berurutan A, B, C, D dst. f) Kumpulkan siswa-siswa yang berkode A sebagai anggauta kelompok A, B sebagai anggauta kelompok B dan seterusnya. 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar Pada tahap ini guru/dosen berkeliling mendatangi kelompok, mengajukan pertanyaan untuk mengecek kemungkinan adanya permasalahan yang dialami oleh siswa, melakukan balikan, memberi bimbingan dan scaffolding, serta mengingatkan siswa agar selalu membangun keterampilan sosial yang dilatihkan pada hari itu.

5. Melakukan evaluasi Evaluasi dilakukan dalam proses atau setelah proses dengan strategi tes, kuisz atau dengan melakukan tournament atau pertandingan beregu dan berlomba adu cepat menjawab pertanyaan. 6. Memberi penghargaan Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki skor perkembangan tertinggi. Skor perkembangan diperoleh dari selisih skor awal siswa/mahasiswa dengan skor terkininya. Jika selisih kedua skor itu banyak artinya kenaikan nilai siswa tinggi, maka skor perkembangannya juga tinggi. Skor perkembangan kelompok diperoleh dari kontribusi skor perkembangan setiap anggauta kelompok. D. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 1. Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dikembangkan dengan memberi penekanan pada keunggulan tutor sebaya. Pada tutor sebaya mahasiswa belajar dari mahasiswa yang lain, menggunakan bahasa mereka sendiri, sehingga lebih mudah dipahami oleh teman bicaranya. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa dikelompok dalam kelompok kooperatif yang beranggauta sejumlah submateri yang akan dipelajari oleh siswa tersebut. Misalnya Di dalam biologi akan dipelajari alat eksresi dengan 4 submateri, yaitu paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Maka anggauta kelompok haruslah berjumlah 4 orang. Begitu pula halnya dengan matakuliah yang lain. Kelompok inilah yang disebut dengan kelompok ASAL (Home group). Dengan demikian jumlah kelompok asal adalah banyaknya mahasiswa di bagi dengan banyaknya anggauta kelompok. Sebagai contoh dalam satu kelas terdapat 40 orang mahasiswa dan setiap kelompok beranggauta 4 orang karena ada 4 submateri yang akan dipelajari, maka akan terdapat 10 kelompok asal. Dosen memberikan tugas yang berbeda-beda kepada setiap anggaut kelompok asal, misalnya anggauta Nomor-1 diberi tugas tentang ginjal, Anggauta-2 diberi tugas tentang hati, nomor tiga ditugasi tentang Kulit dan anggauta-4 bertugas mempelajari paru-paru. Setiap anggauta kelompok asal yang memiliki tugas yang sama bergabung membentuk kelompok baru yang disebut dengan Kelompok AHLI (Expert Group). Dengan demikian akan terdapat 4 kelompok ahli yang beranggautakan 10 orang setiap kelompok.

Mahasiswa di dalam kelompok ahli selanjutnya berdiskusi, bekerja, melakukan eksperimen dan sebagainya untuk mempelajari, mendalami dan memahami materi yang menjadi tugas mereka. Pada akhir diskusi kelompok ini semua anggauta kelompok ahli telah memahami dan memiliki persepsi yang sama tentang materi yang menjadi keahlian mereka. Dosen harus mengecek apakah mahasiswa telah betul-betul menguasai materi tersebut. Setiap anggauta kelompok ahli selanjutnya kembali ke kelompok asal. Pada setiap kelompok asal sekarang terdapat 4 orang ahli. Setiap ahli secara bergiliran menjelaskan keahliannya kepada angguta kelompok yang lain melalui diskusi dan bentuk kegiatan lain, sehingga anggauta kelompok yang lain memiliki pemahaman yang sama dengan si Ahli tadi. Pada kegiatan kelompok ini semua ahli telah menularkan keahliannya kepada anggauta kelompok yang lain dan semua anggauta kelompok telah memiliki pemahaman yang sama mengenai semua topic materi yang telah mereka pelajari. Adapun tahapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut. Guru menyampaikan informasi secara klasikal

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok ASAL dan memberi tugas

Anggauta dari berbagai kelompok yang memiliki tugas sama membentuk kelompok AHLI dan membahas tugas yang diberikan kepada mereka

Setiap anggaut kelompok AHLI kekmbali ke kelompok asalnya dan menjadi tutor sebaya bagi temannya untuk mengajarkan materi keahliannya

Gambar 2 Diagram Kooperatif Jigsaw 2.

implementasi

Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Team Game Tournament (STAD) STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sintaks pembelajaran kooperatif tipe ini m,engikuti sintaks pembelajaran kooperatif secara umum, yaitu lima tahap seperti telah diuraikan di atas. Kooperatif TipeTeam Games Tournament (TGT) TGT adalah teknik pembelajaran yang terdiri dari tiga komponen utama: presentasi kelas, kerja tim, dan turnamen akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut. a. Presentasi Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau ceramah diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Siswa akan menyadari bahwa mereka harus sungguhsungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan turnamen dengan baik, dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya (Nur, 2005: 20). b. Kerja Tim Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi turnamen. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga, atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan (Nur, 2005: 20).

3.

c.

Permainan Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan konten yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan pada meja-meja yang berisi tiga siswa, tiap-tiap siswa mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan permainan hanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberi nomor dan disajikan dalam lembar pertanyaan. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor kartu tersebut. Diadakan aturan tantangan yang memungkinkan seorang pemain mengemukakan jawaban berbeda untuk menantang jawaban lawannya (Nur, 2005: 40). d. Turnamen Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Turnamen biasanya dilaksanakan pada akhir minggu, setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang akan bertanding pada meja permainan. Menetapkan siswa peringkat atas dalam kinerja yang lalu pada meja 1, masingmasing siswa mewakili timnya. Tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya (Gambar 2.1).
Tim A A-2 A-3 A-4 TinggiRata-rata Rata-rata Rendah A-1

Meja Turname n 1

Meja Turname n 2

Meja Turname n 3

Meja Turname n 4

C-1 C-2 C-3 B-2 B-3 B-4 C-4 TinggiRata-rata Rata-rata TinggiRata-rata Rata-rata Rendah Rendah Tim B Tim C Gambar 2.1 Pengaturan meja-meja turnamen B-1

(Sumber, Nur: 2005)

Setelah minggu pertama tersebut, siswa dapat berpindah meja tergantung kepada kinerja mereka sendiri pada turnamen paling mutakhir. Pemenang pada tiap meja naik ke atas ke meja yang lebih tinggi berikutnya (Nur, 2005: 40). Jadi pada Gambar 2.1 guru mula-mula menempatkan siswa pada tiap-tiap tim berdasarkan kemampuan awal, yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang heterogen baik dalam akademik, jenis kelamin maupun suku. Tim A, Tim B, dan Tim C mempunyai kemampuan rata-rata yang sama, kemudian siswa dengan kemampuan tinggi dari masing-masing tim ditempatkan pada meja yang sama begitu juga untuk siswa dengan kemampuan rata-rata dan siswa dengan kemampuan rendah mereka juga ditempatkan pada meja sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan terdapat empat meja turnamen yaitu satu meja untuk siswa golongan kemampuan tinggi (meja 1), 2 meja untuk siswa golongan kemampuan rata-rata (meja 2 dan meja 3), dan satu meja untuk siswa golongan kemampuan rendah (meja 4). Pada saat permaianan tersebut dimulai, pembaca (siswa yang duduk di bangku paling kanan) mengocok kartu dan mengambil sebuah kartu paling atas. Ia kemudian membaca dengan keras pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut kemudian memberikan jawaban. Ia bebas memberikan jawaban tanpa adanya hukuman . Setelah pembaca memberikan sebuah jawaban siswa disebelah kirinya (penantang pertama) memiliki kesempatan untuk menantang dan menyampaikan jawaban yang berbeda, bila ia menyatakan pas atau tidak menggunakan kesempatan tersebut maka penantang kedua berhak menggunakan kesempatan itu, atau jika penantang kedua mempunyai jawaban berbeda dari dua jawaban pertama, atau jika penantang ketiga mempunyai jawaban berbeda dari tiga jawaban pertama penantang ketiga dapat menantang. Sementara itu para penantang harus berhati-hati, karena mereka akan kehilangan sebuah kartu jika mereka memberikan jawaban yang salah. Setelah turnamen dilaksanakan guru menghitung skor yang diperoleh siswa, semua siswa yang mempunyai skor tertinggi pada meja-meja turnamen dilingkari dan siswa yang mempunyai skor terendah digarisbawah agar mempermudah penempatan siswa pada turnamen berikutnya. Kemudian pada turnamen berikutnya siswa diatur kembali berdasarkan skor yang telah diperoleh pada turnamen sebelumnya. Ketentuannya, jika siswa yang kemampuannya rendah memperoleh skor tertinggi maka ia akan bertanding dengan siswa yang memiliki kemampuan di atasnya (rata-rata). Begitu juga untuk siswa yang kemampuannya rata-rata memperoleh skor terendah maka

siswa ini akan bertanding dengan kemampuan di bawahnya (rendah). 4.

siswa

yang

memiliki

Kooperatif Tipe Kelompok Investigasi Kooperatif tipe investigasi kelompok sebenarnya mirip dengan PBI atau pembelajaran penemuan/inkuiri, yaitu menggunakan proses inkuiri dalam hal kerja ilmiah dalam belajar. Bedanya di dalam kelompok investigasi selain mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan proses juga mengembangkan keterampilan sosial. Kooperatif Tipe Pendekatan Struktural Tipe pembelajaran kooperatif pendekatan struktural ini menekan pada format kelas saat kooperatif itu dilakukan. Ada beberapa macam pendekatan struktural ini, dalam makalah ini akan ditinjau dua macam, yaitu Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). TPS efektif digunakan pada kelas besar, karena pengelompokkan siswa pada tipe kooperatif ini dilakukan dua orang yaitu teman sebangku, dengan demikian efisiensi waktu untuk transisi dapat dilakukan. Langkah-langkah pada TPS, sesuai dengan namanya, dimulai dari Think: setiap siswa berpikir sendiri membaca buku atau bentuk kegiatan lain untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan yang diberikan. Kemudian dilanjutkan dengan Pair: siswa dengan teman sebangkunya melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi dan melengkapi jawaban yang telah diperoleh pada tahap think. Selanjutnya hasil diskusi kelompok disajikan kepada kelas pada trahap share. Berdasarkan pada langkah-langkah tersebut tipe kooperatif ini sering disebut dengan berpikir, berpasangan, dan berbagi. NHT dikembangkan untuk mencegah dominasi siswa tertentu di dalam kelompok. Di samping itu tipe ini bertujuan memotivasi siswa pandai untuk membantu siswa yang kurang pandai. Adapun langkah-langkah NHT adalah sebagai berikut: a. Siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen 4- 5 orang. Kelompok ini diberi nama, misalnya Anggrek, Melati dan sebagainya. Pemberian nama harus hati-hati tidak boleh menggunakan nama-nama yang menyinggung perasaan siswa misalnya kera, anjing atau bunga bangkai dsb. b. Setiap anggaut dikelompok diberi kartu yang bernomor, misalnya untuk Kelompok anggrek, diberi A-1, A-2, A-3, dan A-4. Begitu pula untuk kelompok yang lainnya.

5.

c.

Guru/dosen dapat mengajukan masalah atau pertanyaan kepada kelas. Siswa yang bisa menjawab dapat menunjukkan jari tangannya. Bila guru/dosen memberi kesempatan kepada siswa tersebut dan jawabannya betul, maka kartunya diambil oleh dosen/guru. Siswa tersebut sekarang tidak memiliki kartu lagi. d. Untuk masalah berikutnya yang diajukan oleh guru, siswa yang tidak berkartu dilarang menjawab. Bila dia tahu jawabannya, dia harus mengajarkan kepada anggauta kelompoknya yang berkartu agar dia bisa menjawab. e. Kelompok yang kartunya habis lebih dahululah yang dinyatakan sebagai pemenang. E. Keterampilan Kooperatif Menurut Lungren (1994) Keterampilan kooperatif atau keterampilan sosial mencakup tiga tingkatan, yaitu keterampilan kooperatif tingat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir. Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi orang lain, menggunakan suara pelan, berada di dalam kelompok, berada di dalam tugas, mendorong partisipasi semua anggauta kelompok, dan menghormati perbedaan individu. Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengar dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan atau mengulang kembali informasi, menafsirkan atau menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda, menerima tanggungjawa. Keterampilan kooperatif tingkat tinggi antara lain: melakukan elaborasi, memeriksa kebenaran, menetapkan tujuan dan menetukan prioritas serta melakukan kompromi. Perbandingan tipe-tipe pembelajaran kooperatif disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Perbandingak karakteristik berbagai tipe Pembelajaran Kooperatif
ASPEK Tujuan Kognitif STAD Informasi akademi sederhana JIGSAW Informasi akademi sederhana KELOMPOK PENYELIDIKAN Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Kerja kelompok kompleks dan PENDEKATAN STRUKTURAL Informasi akademi sederhana

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan

Kerja kelompok dan

Kerja kelompok dan

Struktur Tim

keterampilan sosial Heterogen 4-5 anggauta

Pemilihan Topik Pelajaran Tugas utama

Biasanya dosen Mengerjakan LKS dan saling membantu

keterampilan sosial Kelompok heterogen 5-6 anggauta menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli Biasanya dosen Menuntaskan materi lewat strategi tutor sebagai dalam kelompok asal dan ahli Bervariasi dapat berupa tes mingguan

keterampilan sosial Kelompok 5-6 orang homogen

keterampilan sosial Bervariasim, berdua, bertiga atau berkelompok kecil Biasanya Dosen Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baik akademi maupun sosial Bervariasi

Biasanya dosen Menyelesaikan tugas-tugas inkuri yang kompleks Menyelesaikan projek, menulis laporan, dapat berupa tes esay

Asesmen (Penilaian)

Tes mingguan

Dikutip dari: Ibrahim, M (2000)

E.

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

RENCANA PEMBELAJARAN 01
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu menit : SMA : Fisika : X/2 : 2x45

Kompetensi Dasar : Siswa mapu menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika, dan mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika sederhana. Indikator, siswa dapat 1. Melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif. 2. Menjelaskan bagaimana suatu gaya bekerja pada suatu benda. 3. Menjelaskan pengertian gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 4. Menjelaskan bahwa gaya memiliki sumber gaya. 5. Menggambarkan suatu diagram gerak. 6. Menggambarkan diagram gaya. 7. Mengidentifikasikan variabel dari suatu rumusan masalah atau hipotesis.

8.

Mengidentifikasikan variabel manipulasi dan variabel respon dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. 9. Mengidentifikasikan variabel control dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. 10. Membedakan antara rumusan masalah dan hipotesis. 11. Merumuskan definisi operasional variabel. 12. Merencanakan percobaan untuk menguji suatu hipotesis. Model Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Alat dan Bahan Alat dan bahan sesuai pada LKS Sumber Pembelajaran 1. Buku Siswa 2. LKS 01 3. Soal Turnamen 01 Kegiatan Belajar Mengajar Pendahuluan (5 Menit) 1. Mengingatkan siswa bahwa percepatan mendeskripsikan suatu perubahan kecepatan dari suatu benda dan kecepatan mendeskripsikan suatu perubahan terhadap posisi benda tersebut. (Fase-1) 2. Memotivasi siswa dengan mendorong buku di atas meja dengan keras atau pelan, kearah kiri dan kanan. (Fase-1) 3. Menyampaikan indikator pembelajaran. (Fase-1) Kegiatan Inti (75 Menit) 1. Menyajikan Informasi Menyajikan informasi mengenai sebuah bola halus yang digelindingkan pada suatu permukaan halus sempurna pada ruang hampa, bola tersebut akan menggelinding selamanya dengan suatu kelajuan konstan. (Fase-2)

2.

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Meminta siswa membentuk tim sesuai dengan daftar tim yang telah diberikan guru, membagikan alat dan bahan sesuai LKS01a, LKS-01b, dan LKS-01c, dan membagikan buku siswa untuk menjawab LKS-01c serta meminta siswa bekerja sesuai LKS itu (Fase-3). 3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing siswa merencanakan dan melakukan kegiatan sesuai dengan LKS -01a, LKS-01b, dan LKS-01c, dan membantu siswa merangkum pelajaran hari itu.(Fase-4) 4. Evaluasi a. Menyiapkan turnamen dengan menempatkan siswa pada meja-meja turnamen dan memberikan soal turnamen 01 dan jawaban turnamen 01 pada masing-masing meja. (Fase-5) b. Mengawasi dan mengamati kegiatan turnamen untuk pergantian pertanyaan selanjutnya. (Fase-5) Penutup (5 Menit) Memberikan Penghargaan Memberikan penghargaan untuk siswa dan tim dengan kinerja yang bagus. (Fase-6) Daftar Pustaka Kanginan, M. 2004. Fisika SMU Jilid 1A. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum 2004: Standart Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas. Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Matematika Sekolah: Universitas Negeri Surabaya. Sains dan

Nur, M. 2002. Fisika: Gaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah: Universitas Negeri Surabaya. LAMPIRAN: Lab saku 01a (LKS Panduan Pengamatan) CONTOH LKS Nama/ Klp.: ______________________ Kelas: ____________________ _ Hari/ Tgl:

Menentukan Pengaruh Jarak Tempuh Bola Terhadap Kecepatan Bola Tersebut


A. Tujuan Pembelajaran Siswa memahami bahwa setiap gaya memiliki sumber gaya dan dapat mendiskripsikan gaya-gaya tersebut dalam diagram gaya. B. Indikator Setelah mengikuti KBM ini siswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif.

Rangkuman Materi Pengamatan Pengamatan terhadap obyek dan gejala alam dilakukan dengan lima indera, yaitu alat penglihat (mata), alat pembau (hidung), alat peraba (kulit), alat pengecap (lidah), dan alat pendengar (telinga). Pendeskripsian alat tersebut harus didasarkan pada pengamatan. Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada pengukuran satuan baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, misalnya bola yang digelindingkan pada permukaan lantai kecepatannya makin lama makin lambat. Sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif, misalnya waktu tempuh bola menggelinding dalam 1 meter pertama adalah 5 detik. Besar yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif, misalnya jumlah siswa yang hadir hari ini adalah 38 orang. Pengamatan kualitatif didefinisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, dan apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Bentuk, warna, dan ukuran dapat dibedakan dan/atau diklasifikasikan dengan indera penglihat; tekstur dengan indera peraba; bau dengan indera pembau; suara dengan indera pendengar; dan manis, pahit, asin, dan asam dengan indera pengecap. Pengecap hanya digunakan untuk zat atau benda yang telah dikenal. Berbahaya mencicipi bendabenda yang belum dikenal. Berdasarkan data hasil pengamatan, ciri-ciri zat yang diamati dapat dideskripsikan. Empat butir panduan yang perlu dicatat agar dapat melakukan deskripsi secara efektif adalah (1) deskripsikanlah hanya apa yang dapat diamati, (2) buatlah deskripsi yang singkat, (3) gunakanlah bahasa yang tepat dan teliti, (4) hanya menuliskan deskripsi hasil pengamatan bukan inferensi (penjelasan) atas hasil pengamatan.

Tugas 1 : Jawablah pertanyaan berikut ini.


1. Sebutkan alat-alat (indera) yang digunakan untuk mengamati suatu objek atau gejala alam. Jawaban: a. alat penglihat (mata) b. alat pembau (hidung) c. alat peraba (kulit) d. alat pengecap (lidah) e. alat pendengar (telinga). Sebutkan perbedaan antara pengamatan kualitatif dengan pengamatan kuantitatif dan berikan contohnya masing masing. Jawaban:

2.

a.

Pengamatan kualitatif adalah pengamatan yang dilakukan hanya dengan mengunakan indera, tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu. Contohnya: bola yang digelindingkan pada permukaan lantai kecepatannya makin lama makin lambat. Pengamatan kuantitatif adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu. Contohnya: waktu tempuh bola menggelinding dalam 1 meter pertama adalah 5 detik atau jumlah siswa yang hadir hari ini adalah 38 orang.

b.

3.

Sebutkan empat butir panduan yang perlu dicatat agar dapat melakukan deskripsi terhadap suatu objek secara efektif. Jawaban: a. mendeskripsikanlah hanya apa yang dapat diamati b. membuatlah deskripsi yang singkat c. menggunakanlah bahasa yang tepat dan teliti, dan d. menuliskan deskripsi hasil pengamatan bukan inferensi (penjelasan) atas hasil pengamatan.

Tugas 2: Lakukan pengamatan dengan menggunakan indera terhadap bola yang


digelindingkan pada permukaan lantai. Bahan dan Peralatan - bola; - stopwatch; dan - meteran Prosedur/ Langkah Kerja 1. Pasanglah meteran pada permukaan lantai, kemudian berikan tanda pada lantai untuk jarak 1 meter dan 2 meter. 2. Gelindingkan bola di samping permukaan lantai yang telah kamu berikan tanda. 3. Amatilah bagaimana kecepatan bola tersebut setelah menempuh jarak satu meter pertama dan satu meter kedua. Data Pengamatan Tabel 1. Kegiatan indera yang digunakan terhadap deskripsi kualitatif pada bola No. Prosedur 1 Kegiatan Menggelindingkan bola di samping Deskripsi Kualitatif bola bergerak

permukaan lantai yang telah diberi tanda 2 Mengamati kecepatan bola pada jarak tempuh 1 meter Mengamati kecepatan bola pada jarak tempuh 2 meter bola bergerak cepat bola bergerak lebih lambat dari sebelumnya

Analisis Bola akan menjadi lebih lambat bergerak (kecepatannya) pada jarak tempuh yang lebih panjang, hal ini disebabkan ada gaya-gaya yang bekerja pada bola tersebut. F. Kesimpulan Pada saat suatu benda digelindingkan pada suatu permukaan bidang tertentu (bukan permukaan licin dalam ruang hampa), benda tersebut makin lama akan makin bergerak lambat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap gaya yang bekerja pada suatu benda memiliki sumber gaya, misalnya permukaan lantai dan gravitasi bumi.

Daftar Pustaka
Kanginan, M. 2003. Fisika SMU Jilid 1A. Jakarta: Erlangga. Nur, M. 1997. LKS Pengamatan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Dedikbud. Nur, M. 2002. Fisika: Gaya. Pusat Pengembangan Sains dan Matematika: Universitas Negeri Surabaya

Lab Saku 01b (LKS Panduan Percobaan) Nama/ Klp.: _______________________ ____________________ Kelas: ____ Hari/ Tgl:

Menyelidiki Pengaruh Jarak Tempuh Bola Terhadap Kecepatan Bola Tersebut


A. Tujuan Pembelajaran Umum Siswa mampu memahami langkah-langkah perencanaan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki pengaruh jarak tempuh bola terhadap kecepatan bola tersebut. B. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Mengidentifikasikan variabel dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. 2. Mengidentifikasikan variabel manipulasi dan variabel respon dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. 3. Mengidentifikasikan variabel kontrol dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. 4. Membedakan antara rumusan masalah dan hipotesis. 5. Merumuskan definisi operasional variabel 6. Merencanakan percobaan untuk menguji suatu hipotesis. 7. Melaksanakan percobaan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan. 8. Mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel. 9. Menyimpulkan tentang pengaruh jarak tempuh bola terhadap kecepatan bola tersebut. 10. Mendiskripsikan diagram gerak bola dan diagram gaya yang bekerja pada bola tersebut. Kegiatan 1 (Tujuan 1): siswa dapat mengidentifikasi variabel dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. Rangkuman Materi Variabel Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam mengidentifikasi atau menuliskan variabel harus disebutkan atau dituliskan bagaimana tiap variabel tersebut akan diukur. Sebagai misal, dalam suatu rumusan masalah Apakah pengaruh jarak tempuh bola pimpong terhadap kecepatan bola pimpong tersebut? dalam rumusan ini, jarak tempuh bola pimpong dan besarnya kecepatan bola pimpong merupakan variabel. Sedangkan kelereng bukan variabel.

Perhatikan contoh hipotesis ini Semakin jauh jarak tempuh bola pimpong, semakin rendah kecepatan bola pimpong tersebut. Pada hipotesis ini terdapat dua variabel yaitu jarak tempuh bola pimpong dan kecepatan bola pimpong. Ingatlah bahwa kamu harus memasukkan kata yang memungkinkan bagaimana cara setiap variabel diamati atau dimanipulasi. Tidak betul kalau hanya menulis bola pimpong, tetapi yang betul adalah kecepatan bola pimpong. Tugas 1 Perhatikan hipotesis ini Semakin jauh jarak tempuh bola, semakin rendah kecepatan bola tersebut. Pada hipotesis di atas dikemukakan dua variabel, yaitu: 1. Jarak tempuh bola 2. Kecepatan bola Kegiatan 2 (Tujuan 2): Siswa dapat mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. Rangkuman Materi Variabel Manipulasi dan Variabel Respon Variabel yang sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan kamu telah melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Apabila jarak tempuh bola pimpong semakin jauh, maka kecepatan bola pimpong semakin rendah . Variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu adalah jarak tempuh bola pimpong dan kecepatan bola pimpong. Pada percobaan itu kamu secara sengaja telah mengubah jarak tempuh kelereng, yaitu mula-mula kelereng dengan jarak tempuh 1 meter, kemudian sampai pada jarak tempuh 2 meter. Oleh karena itu jarak tempuh bola pimpong merupakan variabel manipulasi, sedangkan kecepatan bola pimpong merupakan variabel respon, karena kecepatan kelereng berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. Tugas 2 Pada hipotesis Tugas 1, yaitu Apabila jarak tempuh bola semakin jauh, maka kecepatan bola semakin rendah. Tulislah variabel manipulasi dan responnya! Variabel manipulasi (VM): jarak tempuh bola Variabel respon (VR): kecepatan bola

Kegiatan 3 (Tujuan 3): Siswa dapat mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu rumusan masalah atau hipotesis. Rangkuman Materi Variabel Kontrol Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, kita ingin dapat mengatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap hasil percobaan kita cegah untuk memberikan pengaruh. Variabel yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi kita jaga agar tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu baru dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan variabel kontrol adalah variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil eksperimen ( ingat setiap eksperimen minimal terdapat tiga variabel kontrolnya). Misalkan pada saat melakukan percobaan untuk menguji hipotesis Apabila jarak tempuh bola pimpong semakin jauh, maka kecepatan bola pimpong semakin rendah . Kamu mula-mula menggelindingkan sebuah bola pimpong, kemudian dengan stopwatch kamu ukur waktu tempuh bola pimpong tersebut ketika menempuh jarak 1 meter dan secara bersamaan kamu ukur pula waktu tempuh bola pimpong tersebut ketika menempuh jarak 2 meter. Pada saat kamu mengukur waktu tempuh bola pimpong tersebut, kamu tidak mengubah tiga variabel, yaitu jenis bola pimpong, kondisi permukaan lantai dan kecepatan angin. Dalam percobaan ini kamu telah menjaga tiga variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Kelima variabel tersebut dinamakan variabel kontrol. Dengan demikian kamu dapat mengatakan bahwa satusatunya variabel yang berpengaruh terhadap kecepatan kelereng (variabel respon) adalah karena jarak tempuh diperbesar (variabel manipulasi). Tugas 3 Pada hipotesis Tugas 1, yaitu tuliskan variabel-variabel kontrolnya! Variabel kontrolnya: jenis bola kondisi permukaan lantai kecepatan angin

Kegiatan 4 (Tugas 4): Siswa dapat membedakan antara rumusan hipotesis dan masalah. Rangkuman Materi Rumusan Hipotesis dan Rumusan Masalah

Hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis harus terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. Contoh: Apabila jarak tempuh bola pimpong semakin jauh, maka kecepatan bola pimpong semakin rendah. Rumusan masalah adalah pertanyaan yang mempertanyakan hubungan sebabakibat antara variabel manipulasi dan variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan masalah harus terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, bukan pernyataan. Contoh: Apakah pengaruh jarak tempuh bola pimpong terhadap kecepatan bola pimpong tersebut? Tugas 4 Pada hipotesis Tugas 1, yaitu Apabila jarak tempuh bola semakin jauh, maka kecepatan bola semakin rendah. Ubahlah rumusan hipotesis tersebut menjadi rumusan masalah! Rumusan masalahnya adalah Apakah pengaruh jarak tempuh bola terhadap kecepatan bola tersebut? Kegiatan 5 (Tugas 5): Siswa dapat merumuskan definisi operasional variabel. Rangkuman Materi Definisi Operasioanal Variabel Pendefinisian secara operasional adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang kamu lakukan atau apa yang kamu amati. Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Pada saat kamu menetapkan langkah-langkah manipulasi atau ngerjain variabel manipulasi dan menetapkan cara pengamatan atau pengukuran variabel respon, sesungguhnya kamu sedang membuat definisi operasional kedua variabel tersebut. Misalkan pada saat kamu melakukan percobaan untuk menguji hipotesis Apabila jarak tempuh bola pimpong semakin jauh, maka kecepatan bola pimpong semakin rendah. Maka kamu melakukan langkah-langkah percobaan seperti berikut. 1. Pasanglah meteran pada permukaan lantai, kemudian berikan tanda pada lantai untuk jarak 1 meter dan 2 meter. (Ini adalah sebagai definisi operasional variabel manipulasi) 2. Gelindingkan bola pimpong di samping permukaan lantai yang telah kamu berikan tanda, kemudian catatlah waktu tempuh bola pimpong tersebut pada jarak tempuh 1 meter dan 2 meter. (Ini adalah definisi operasional variabel respon) Langkah 1 merupakan definisi operasional variabel manipulasi yang lengkap, sedangkan langkah 2, adalah definisi operasional variabel respon yang lengkap. Jadi,

mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah memasang meteran pada permukaan lantai dan memberi tanda, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah jarak tempuh 1 meter dan 2 meter. Untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menggelindingkan bola pimpong disamping lantai yang sudah diberi tanda, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah waktu tempuh bola pimpong pada jarak 1 meter dan 2 meter. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat definisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti. Tugas 5 Sekarang tetapkan langkah-langkah yang merupakan definisi operasional variabel manipulasi dan variabel respon dari hipotesis Apabila jarak tempuh bola semakin jauh, maka kecepatan bola semakin rendah. Pada tiap langkah, tulislah apakah itu merupakan definisi operasional variabel manipulasi atau definisi operasional variabel respon, seperti contoh di atas. langkah-langkah percobaan seperti berikut. 1. Pasanglah meteran pada permukaan lantai, kemudian berikan tanda pada lantai untuk jarak 1 meter dan 2 meter. ( Ini adalah sebagai definisi operasional variabel manipulasi) 2. Gelindingkan bola di samping permukaan lantai yang telah kamu berikan tanda, kemudian catatlah waktu tempuh bola tersebut pada jarak tempuh 1 meter dan 2 meter. (Ini adalah definisi operasional variabel respon) Kegiatan 6 (Tujuan 6):Siswa dapat merencanakan eksperimen untuk menguji hipotesis. Rangkuman materi Merencanakan Eksperimen Eksperimen atau percobaan dapat didefinisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk definisi operasional, maka sebagian besar pekerjaan perencanaan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel-variabel kontrol. Tugas 6 Rencanakanlah sebuah eksperimen untuk menguji hipotesis Apabila jarak tempuh bola semakin jauh, maka kecepatan bola semakin rendah.

Rancangan eksperimen 1. Variabel manipulasi (Salin variabel manipulasi dari Tugas 2): Jarak tempuh bola 2. Variabel respon (Salin variabel respon dari Tugas 2): Kecepatan bola 3. Variabel kontrol (Salin variabel kontrol dari Tugas 3): Jenis bola, kondisi permukaan lantai, dan kecepatan angin 4. Langkah-langkah atau prosedur percobaan (Salin langkah-langkah dari Tugas 5): a. Pasanglah meteran pada permukaan lantai, kemudian berikan tanda pada lantai untuk jarak 1 meter dan 2 meter. (Ini adalah sebagai definisi operasional variabel manipulasi) b. Gelindingkan bola di samping permukaan lantai yang telah kamu berikan tanda, kemudian catatlah waktu tempuh bola tersebut pada jarak tempuh 1 meter dan 2 meter. (Ini adalah definisi operasional variabel respon) Kegiatan 7 (Tugas7): Siswa dapat melaksanakan eksperimen sesuai rencana yang telah mereka buat. Rangkuman Materi Melaksanakan Eksperimen Sebelum melaksanakan eksperimen terlebih dahulu harus dibuat rancangan eksperimen. Rancangan eksperimen tidak lain terdiri dari (1) pendefiniasian secara operasional variabel manipulasi, (2) pendefinisian secara operasional variabel respon, dan (3) penetapan variabel kontrol. Tiga hal ini sudah dilakukan pada kegiatan 6. Oleh karena itu prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan eksperimen tinggal mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang telah tertulis pada definisi operasional variabel manipulasi dan varaiabel respon di atas. Dan selama prosedur itu dilakukan harus dijaga agar seluruh variabel kontrol yang telah ditetapkan itu dijaga konstan. Tugas 7 Lakukan eksperimen sesuai rancangan eksperimen Tugas 6. 1. Lakukan eksperimen dengan mengikuti langkah-langkah yang tertulis pada rancangan eksperimen Tugas 6. 2. Catat data yang diperoleh pada Tabel 1 3. Jaga seluruh variabel kontrol tetap konstan.

Tabel 1. Waktu tempuh bola pada jarak tempuh 1 meter dan 2 meter No. Prosedur 1 2 Kegiatan Menggelindingkan bola di samping permukaan lantai yang telah diberi tanda Mencatat waktu tempuh bola pada jarak tempuh 1 meter Mencatat waktu tempuh bola pada jarak tempuh 2 meter Deskripsi Kualitatif/Kuantitatif bola bergerak

Kesimpulan Berdasarkan data Tabel 1 tariklah kesimpulan yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh bola dengan kecepatan bola tersebut. Simpulkan juga apakah data tersebut mendukung hipotesis atau menolak hipotesis. Kesimpulan: Semakin besar/panjang jarak tempuh bola, maka semakin rendah kecepatan bola tersebut. Hal ini terlihat dari Tabel 1, bahwa semakin besar/panjang jarak tempuh bola maka semakin lama waktu yang dibutuhkan bola tersebut. Sehingga data hasil percobaan sangat mendukung rumusan hipotesis.

Daftar Pustaka
Kanginan, M. 2003. Fisika SMU Jilid 1A. Jakarta: Erlangga. Nur, M. 2001. LKS Eksperimen Untuk SLTP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Nur, M. 2002. Fisika: Gaya. Pusat Pengembangan Sains dan Matematika: Universitas Negeri Surabaya Nur, M. 2002. Keterampilan-keterampilan Proses Sains. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran yang berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi kepada para Guru MIPA SMU Negeri Kab. Sidoarjo, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana UNESA.

LKS-01c (LKS Panduan Belajar) Nama/Klp.: ____________________ Kelas: _____ Hari/ Tgl: ____________________

Gaya dan Gerak


Petunjuk: Bacalah buku bacaannya halaman 1 4, kemudian jawablah pertanyan berikut ini dengan tepat dan jelas. 1. Bagaimanakah hubungan antara gaya dengan percepatan, kecepatan, dan posisi suatu benda! Hubungan antara keempat besaran tersebut adalah gaya menyebabkan suatu benda bergerak atau mengalami suatu percepatan, percepatan mendeskripsikan suatu perubahan kecepatan, dan kecepatan mendeskripsikan posisi suatu benda. 2. Jelaskan dan berikan contohnya yang dimaksud dengan gaya sentuh dan gaya tak sentuh! Gaya sentuh adalah gaya yang hanya bekerja bila gaya tersebut menyentuh suatu benda. Contohnya: baik meja maupun tanganmu mungkin menyentuh buku fisikamu sekarang ini, maka tanganmu sedang memberikan gaya sentuh pada buku tersebut. Tanganmu dan meja tersebut memberikan gaya hanya apabila tangan dan meja tersebut menyentuh buku tersebut. Gaya tak sentuh adalah gaya yang bekerja pada benda tanpa sentuhan. Contohnya: jika kamu pernah bermain dengan magnet, kamu mengetahui bahwa magnet tersebut memberikan gaya tanpa menyentuh atau benda yang jatuh dari ketinggian tertentu dia akan terus jatuh walau sudah tak ada yang menyentuh bola tersebut. 3. Jelaskan yang dimaksud dengan sumber gaya dan berikan contohnya! Sumber gaya adalah penyebab spesifik yang menyebabkan adanya gaya itu sendiri. Sebagai contoh, buku yang berada di atas meja. Maka penyebab spesifik yang menyebabkan adanya suatu gaya adalah gaya dari meja atau massa bumi. Jadi sumber gaya itu dapat berupa benda hidup, seperti manusia atau benda tak-hidup, seperti meja, lantai, atau magnet. Sumber gaya untuk gaya gravitasi adalah massa Bumi. 4. Dari percobaan yang telah kamu lakukan, buatlah suatu diagram gerak untuk mendiskripsikan gerak bola dan diagram gaya untuk menunjukkan gaya-gaya yang bekerja pada bola tersebut. Tunjukkanlah arah dari gaya resultan Ftotal dan percepatannya! Diagram gerak: Diagram gaya: VBola
fLantai pada bola fPermukaan lantai
pada bola

fMassa Bumi pada buku

Karena bola tersebut sedang melambat, maka gaya resultan Ftotal dan percepatannya juga mempunyai arah melawan gerak bola tersebut.

Daftar Pustaka Kanginan, M. 2004. Fisika SMA Jilid 1A. Jakarta: Erlangga. Nur, M. 2002. Fisika: Gaya. Pusat Pengembangan Sains dan Matematika: Universitas Negeri Surabaya

You might also like