You are on page 1of 3

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA (KB)

1. A. Pengertian Keluarga Berencana (KB) Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga, puak, kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada bangsa tersebut.[1] KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya.[2] Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara.[3] Dengan demikian, KB di sini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan). Penggunaan istilah Keluarga Berencana juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.[4] KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).[5] Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliuti hal-hal sebagai berikut: [6] a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak. b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.

c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak

Tujuan dan Sasaran

TUJUAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA KABUPATEN MALANG Tujuan Program Keluarga Berencana secara makro untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran, secara mikro mewujudkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan masyarakat, yang diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut : 1. Meningkatnya peran stakeholder dan masyarakat dalan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana 2. Meningkatnya pelayanan keluarga berencana yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. 3. Menurunnya pasangan usia subur yang tidak ingin anak tapi belum menjadi peserta KB ( unmetneed ). 4. Tersedianya alat dan obat kontrasepsi bagi pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 ( Pra S dan KS.1 ). 5. Meningkatnya jumlah kelompok bina keluarga balita ( BKB ). 6. Meningkatnya kualitas kelompok bina keluarga ( BKB, BKR, BKL dan UPPKS. 7. Meningkatnya cakupan dan kualitas data mikro keluarga dan data hasil pencapaian program. Sasaran : Adapun sasarannya adalah sebagai berikut : 1. Bertambahnya jumlah rumah sakit/rumah bersalin/klinik swasta yang melayani KB. 2. Bertambahnya jumlah IMP ( PPKBD dan Sub PPKBD ) yang aktif melaksnakan Komunikasi, Informasi & Edukasi ( KIE) KB. 3. Bertambahnya jumlah Dokter Praktek Swasta ( DPS ) yang melayani KB. Jumlah Bidan Praktek Swasta ( BPS ) yang melayani KB. 4. Bertambahnya median usia kawin pertama wanita. 5. Teredianya alat dan obat kontrasepsi bagi keluarga Pra Sejahtera dan KS.1. 6. Bertambahnya cakupan anggota kelompok Bina Keluarga Balita ( BKB ) serta anggota BKB yang menjadi peserta KB. 7. Bertambahnya kelompok BKB percontohan di setiap kecamatan. 8. Bertambahnya cakupan anggota kelompok BKR dan kelompok BKR percontohan.

9. Bertambahnya cakupan anggota kelompok BKL dan kelompok BKR percontohan. 10. Bertambahnya jumlah kelompok UPPKS dan cakupan anggota UPPKS. 11. Tersedianya data mikro keluarga di tingkat desa.

You might also like