You are on page 1of 12

MAKALAH IMPLEMENTASI DASAR KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM KTSP Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Perencanaan

Pengajaran Dosen Pengampu: Prof.Dr.H.Soetarno Joyoatmojo, M.Pd.

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. Arum Pramuningtyas Hamidah Fajrin Rida Istiqomah Ulfa Rahmah. A Kelas A (K7411031) (K7411074) (K7411129) (K7411164)

PENDIDIKAN TATA NIAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011

DASAR KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM KTSP

A. Pengertian Perencanaan Perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memfomrmulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakana dalam menyelesaikan. B. Pengertian Pembelajaran Suparman (2012:10) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang direncanakan lebih dulu oleh penyelenggara pendidikan atau oleh pengajar dan terarah pada hasil belajar tertentu. C. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007) adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain : 1. Metode Ceramah Penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan melalui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal. 2. Metode Latihan Penyampaian materi melalui upaya menanaman terhadap kebiasaakebiasaan tertentu, sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal. 3. Metode Tanya Jawab Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab. 4. Metode Karyawisata Metode penyampaian meteri denagn cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung. 5. Metode Demonstrasi Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pelajaran. 6. Metode Sosiodrama

Metode pembelajaran yang meberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial. 7. Metode Bermain Peran Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik okoh hidup maupun mati. Meyode ini mengambangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari. 8. Metode Diskusi Metode pembelajaran melaui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. 9. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru. 10. Metode Eksperimen Pemberian kepada siswa untuk melakukan percobaan. 11. Metode Proyek Membahas materi pelajaran ditinjau dari sudut pandang pelajaran lain. D. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran Peran guru dalam aktivitas pembelajaran tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memainkan berbagai peran yang bertujuan mengembangkan potensi anak didik secara optimal. Djamarah merumuskan peran guru sebagai berikut: 1. Korektor Guru menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Inspirator Guru memberikan inspirasi kepada siswa mengenai cara belajar yang baik. 3. Informator Guru memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi yang telah diprogramkan serta informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Organisator Guru berperan mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi anak didik. 5. Motivator Guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar. 6. Inisiator Guru menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.

7. Fasilitator Guru hendaknya dapat hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinan anak didik dapat belajar secara optimal. 8. Pembimbing Guru memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. 9. Demonstrator Guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga anak didik dapat memahami pelajaran secara optimal. 10. Pengelola Kelas Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa. 11. Mediator Guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik. 12. Supervisor Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat optimal. 13. Evaluator Guru dituntut untuk mampu menilai produk pembelajaran serta proses pembelajaran. E. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran Perlunya perencanana pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perebaikan pembelajran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: 1. Perbaikan kulitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan rencana pembelajaran. 2. Hal ini dimungkinkan karena dalam rencana pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah terancang dengan baik. 3. Pembelajaran Dirancang Dengan Pendekatan Sistem. Untuk mencapai kulitas pembelajaran, desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal in didasari bahwa dengan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang lebih dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar. 4. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar. Kualitas pembelajaran juga banyak bergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasrakan pendekatan perencanana. Apakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif rancangan pembelajaran banyak diwarnai oleh kehendak perancanganya, tetapi jika dibuat berdasarkan pendekatan ilmah, rancangan pembelajaran tersebut diwarnai oleh berebagai teori yang dikemukanan oleh berbabgai
4

5.

6.

7.

8.

ilmuan pembelajran. Selain itu ada panduan intuitif ilmiah yang merupakan paduanantar akeduanya. Berdasarkan tiga pendekatan ini, pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih sempurna dari pada dua pendekatan lainnya, karena dua pendekatan yang lain digunakan secara terpisah. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan. Seseorang pelajar memiliki potensi ayng perlu dikembangkan, Tindakan belajra dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengna karakteristik siswa. Siswa yang lambat berfikir tidak memungkin dapat dipaksa segera bertindak secarat cepat. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berfikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam hal ini juga perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu, maka ada kemungkinan bahwa siswa yang lambat belajar akan semakin tertinggal, dan yang cepat berfikir semakin maju pembelajarannya. Akibatnya proses pembelajaran yang dilakukan dalam suatu kelompok tertentu akan banyak mengalami hambatan karena perbedaan karakteristik siswa yang telah diperhatikan. Berdasarkan karakteristik ini, maka tantangan pembelajaran mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan ini. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Pola Tujuan Perancangna pembelajran perlu memilih hasil pembelajran yang lengkap dapat diukur setelah selesai pelaskanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran. Perancang pembelajaran sering kali merasa kecewa dengan hasil nyata yang telah dicapai Karena adanya hasil yang tidak bisa segera diamati setelah pembelajaran berakhir terutama hasil pembelajran ayng termasuk pada arah sikap. Padahal ketercapain arah sikap biasanya terbentuk setelah secara kumulatif dan dalam waktu yang relative lama. Desain Pembelajaran Diarahkan Pada Kemudahan Belajar Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncankan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain pembelajaran setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencana dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran. Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, methode dan variabel hasil pembelajran. Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat di manipulasi oleh perencanaan pembelajran dan harus diterima apa adnya. Adapun variabel methode pembelajran mencakup dalam kondisi tertentu. Sedangkan variabel hasil pembelajran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan

methode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajran, efisiensi pembelajran dan daya tarik pembelajaran. 9. Desain pembelajaran Penerapan Metode Untuk Mencari Tujuan Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan variabel metode pembelajaran yang diharapkan. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajaranya dan apa hasil pembelajran yang diharakan. Setelah itu barulah menetapan dan pengembangan methode pembelajaran yang diambil setelah perancangan pembelajaran mepunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran yang diharapkan. F. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran Tujuan : Menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan (Sagala,2010). Fungsi : 1. Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilakssiswaan untuk mencapai tujuan itu 2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan. 3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang dipergunakan. 4. Kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar 5. Mengurangi dengan adanya organisasi yang baik dan metoda yang tepat. 6. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan- bahan yang up to date kepada siswa

G. Manfaat Perencanaan Pembelajaran Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu : 1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam kegiatan. 3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsure, baik unsure guru maupun unsur murid. 4. Sebagai alat ukur efektif atau tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan keterlambatan. 5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya. H. Jenis-jenis Perencanaan 1. Silabus Merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. 2. Standar Kompetensi Merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam suatu bidang pengembangan. 3. Kompetensi Dasar Merupakan pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan peserta didik 4. Hasil Belajar Merupakan pernyataan kemampuan peserta didik yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud. 5. Indikator Merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. 6. Perencanaan Semester Merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2. 7. Perencanaan Mingguan Disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatankegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema. 8. Perencanaan Harian Disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatankegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari.

1) 2)

1. 2.

3.

I. Konsep Dasar KTSP Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 1 dan 2, sebagai berikut: Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP adalah sebagai berikut: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Departemen Agama yang bertangggung jawab di bidang pendidikan (Mapenda). KTSP untuk setiap program studi di perguruan Tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Kurikulum ini merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masingmasing.

Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk: 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Memahami tujuan diatas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut: Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga ia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khusunya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat pada umumnya, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP. K. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat (15), disebutkan bahwa Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
9

J.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

masing-masing satuan pendidikan. Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, kelahiran KTSP ini disemangati oleh paradigma manajemen pendidikan yang mengedapankan otonomi, desentralisasi, peningkatan partisipasi pemberdayaan serta akuntabilitas. Uraian mengenai KTSP ini mencakup (1) hakikat KTSP, (2) landasan yuridis KTSP, (3) pengembangan KTSP, (4) langkah-langkah penyusunan KTSP, dan (5) pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Landasan Yuridis KTSP 1) U n d a n g - u n d a n g Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. L. Prinsip KTSP Menurut Masnur Muslich (2007:18) mengatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu: 1. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur; 2. Penguatan integritas nasional; 3. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika; 4. Abad pengetahuan dan teknologi informasi; 5. Pengembangan kecakapan hidup (life skill); 6. Belajar sepajang hayat; 7. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif; 8. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. M. Pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran Langkah-langkah dalam pengembangan silabus meliputi (a)mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, (b)mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, (c)mengidentifikasi materi standar, (d)mengembangkan pengalaman belajar, (e)merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (f)menentukan jenis penilaian, (g)menentukan alokasi waktu, dan (h)menentukan sumber-sumber belajar. Adapun langkah-langkah pengembangan RPP, meliputi (a) menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan, (b) menentukan Standar kompetensi, komaetensi dasar dan indikator sesuai silabus, (c) merumuskan tujuan pembelajaran, (d) mengidentifikasi materi, (e) menentukan metode pembelajaran, (e) merumuskan langkah-langkah pembelajaran, (g) menentukan sumber belajar yang mdigunakan,
10

dan (h) menyusun kriteria peniliaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran. Untuk dapat menyusun dan mengimplementasikan KTSP sebagaimana dipaparkan di atas, paling tidak diperlukan tiga syarat agar rumusan kurikulum tersebut memenuhi kriteria ideal dan sesuai dengan karakteristik. kondisi dan potensi satuan pendidikan yang bersangkutan. Pertama, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai essensi KTSP serta latar belakang pemberlakukannya. Tanpa pemahaman ini pihak-pihak di sekolah bukan tidak mungkin akan merasa bahwa KTSP hanya akan menambah kerepotan mereka. Selain itu juga dibutuhkan pengetahuan mengenai unsur-unsur serta prosedur penyusunan KTSP. Tanpa hal ini yang sering terjadi adalah sekolah menjiplak dari sekolah lain atau contoh yang dberikan oleh Dinas. Kedua dibutuhkan keterampilan dan kemampuan membuat rumusan kurikulum, dengan terlebih dahulu memahami kondisi riil sekolan dan citra ideal yang hendak dicapainya. Ketiga, dibutuhkan komitmen Kesungguhan dan kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru, komite sekolah serta Dinas Pendidikan. Kebersamaan untuk rnencurahkan pikiran dan merumusankan apa yang terbaik bagi sekolah ini harus dibangun diantara seluruh warga sekolah dan stakeholder. N. Karakteristik KTSP KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat peserta didik datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Di sisi lain sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah. Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut: Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan. Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi. Kepemimpinan yang demokratis dan professional. Team-kerja yang kompak dan transparan.

a. b. c. d.

11

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga Sugihartono, dkk. 2007.Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press Muhammad Joko Susilo.2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mansur Muslich.2007.KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas.2006.Standar Kompetensi Lulusan.Jakarta: Permendiknas No 23 tahun 2006 Depdiknas.2006.Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Permendiknas No 24 tahun 2006 Depdiknas.2005.Standar Nasional Pendidikan.Jakarta: peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005

12

You might also like