You are on page 1of 34

Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil menjadi besar.

Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan, seperti berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari. Didalam mempelajari proses perkembangan manusia dengan tugas-tugas perkembangannya kita harus memahami dengan baik istilah seperti ; belajar dan kematangan. Belajar adalah adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu. Dan kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Mental adalah mengenai keadaan psikologis, yaitu mencakup pikiran, status emosional dan perilaku. Toddler adalah anak anatara rentang usia 12 sampai 36 bulan atau anak usia 1 3 th . Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Perkembangan Fisik 1. Perkembangan Biologis

A. Perubahan Proporsional . Kenaikan BB 1.8 2.7 Kg/thn, Tb 7.5 cm/thn . LK = LD . usia 1-2 thn . Fontanel anterior menutup usia 12 18 bulan . LD > Uk. Abdomen . pd tahun kedua

. Pot bellied

B. Perubahan Sensori Penglihatan: pada Visus 20/20 atau 20/40, Pandangan binokuler Pendengaran,penciuman, pengecap & perabaan Berkembang dgn baik sehingga

Koordinasi baik dengan mengeksplorasi lingkungan C. Kematangan Sistem Sistem Fisiologis relatif matang pada akhir masa toddler Myelinisasi spinal cord lengkap pada usia 2 thn Otak tumbuh lengkap 75 % pada akhir 2 thn, perkembangan korteks cerebri yang

spesifik, broca untuk bicara dan kortical untuk mengontrol kaki, tangan & sfinkter D. Saluran Pernafasan Struktur internal telinga dan tenggorokan lebih pendek & lurus .Jaringan limfoid pada tonsil membesar & adenoid membesar sehingga Sering

mengalami infeksi seperti Otitis media dan Tonsilitis & ISPA E. Sistem Pencernaan dan Eliminasi . Proses pencernaan mulai komplit, kapasitas perut meningkat, keasaman lambung

meningka

Dapat mengontrol sfingkter secara fisiologis pada 18-24 bln, kapasitas Bladder

meningkat (usia 14-18 bln) dan anak dapat menahan urin selama 2 jam/lebih F. Kulit Epidermis & Dermis berkembang bersama, resisten terhadap infeksi Barier efektif terhadap kehilangan cairan

G. Mekanisme Pertahanan Antibodi mulai terbentuk : Ig G . pada tahun ke-2 akhir sedangkan Ig A, D, E

meningkat bertahap 2. Perkembangan Motorik Kasar Dan Halus

A. Motorik Kasar Adanya perkembangan locomotion Usia 12-13 bulan berjalan sendiri dengan menggunakan penyangga Usia 2-3 tahun posisi berdiri seperti binatang berkaki 2 Usia 2 tahun bisa berjalan turun naik kursi dan pada usia 2,5 thn .melompat berdiri 1 kaki, berjinjit B. Motorik Halus Peningkatan kemampuan manual dalam keterampilan/ketangkasan 12 bln : Menggenggam obyek kecil 15 Bln : Menjatuhkan lingkaran pada leher botol

3.

18 Bln : Melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan Perkembangan Psikososial Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana

pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak bermainmain dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex. Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, ( inisiatif vs rasa malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya. Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman dan ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang terakhir adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa,sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat. 4. Kemampuan Sosial .Menangkap & melempar obyek

5. A. B. 6.

.Memegang & melepaskan .Menggambar .Memegang erat saat seseorang berkata : Jangan disentuh !! .Mengeluarkan makanan saat terasa tidak enak Hal-hal yang khas Negativisme Merupakan 1 bukti dari otonomi mereka Mood cepat berubah Tempertantrum . cerewet !! Ritualisme Merasa aman jika ada orang tua sehingg sering melakukan kegiatan yang beresiko Rasa aman berubah jika masuk rumah sakit Perkembangan Ego Membedakan diri dengan yang lain & meluaskan kepercayaan pada yang lain Sadar akan kemampuan dan kapasitas diri Kegagalan yang berlebihan menjadikan ragu-ragu

7.

Kesuksesan otonomi

Bermain, Sibling Rivalry, toilet training & suksesnya interaksi dengan seseorang yang berarti. Pengaruh permaianan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam Perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat permainan,mulai mengambangkan otonomi dalam permainan, dan belajar memecahkan masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan sehingga mereka dapat diterima lingkungannya. Permainan yang tepat adalah solitary play ( 1 2 th ) dan parallel play ( 2 3 tahun )

Penyelesaian Masalah pada tumbuh kembang Toddler Usia 12 18 bulan Persiapkan ortu adanya perubahan tingkah laku pada masa toddler,terutama negativisme dan ritualisme. Hitung kalori makanan yang biasa diberikan pada anak dan berangsurangsur hentikan makanan dari botol dan tingkatkan makanan dalam bentuk yang padat. Kaji pola tidur dan kebiasaan sebelum tidur, Apakah ada penundaan pada waktu tidur. Persiapkan orangtua tentang kemungkinan bahaya dalam rumah seperti keracunan atau terjatuh. Tekankan tentang pentingnya orang tua saling berkomunikasi (briefing).

Bicarakan mengenai permainan-permainan baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik, bahasa, kognitif dan sosial. Tekankan tentang pentingnya teman sebaya dalam bermain.

Bicarakan tentang berbagai metode untuk mendisiplinan anak, keefektifan metode tersebut dan eksplorasi keadaan orangtua tentang negatisme pada anak; tekankan bahwa negatifisme merupakan aspek penting dalam pengembangan diri dan kemandirian anak.

Bicarakan tentang tanda-tanda kesiapan anak untuk melakukan toilet training, tekankan tentang pentingnya menunggu kesiapan fisik dan piskologis anak, bicarakan tentang kemungkinan timbulnya rasa takut anak, seperti terhadap gelap dan suara-suara tertentu.

Kaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orangtua dan kemampuan menghadapi situasi yang tidak familiar dengannya. Beri kesempatan pada orang tua untuk mengucapkan perasaannya, keletihan, frustasi dan kemarahannya

Usia 24-36 bln Bicarakan pentingnya peniruan pada anak dan perlunya melibatkan anak dalam berbagai aktifitas. Bicarakan tentang pendekatan yang dilakukan untuk toilet training dan harapanharapan yang realistik. Tekankan keunikan proses berfikir pada toddler, terutama bahasa yang digunakan, pemahaman yang kurang tentang waktu danketidakmampuan melihat peristiwa dari perspektif orang lain. Tekankan untuk menanamkan kedisiplinan secara kongkrit.

Pra Sekolah Pra Sekolah Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Keadaan Umum Berat badan

Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8 b. Tinggi badan Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77. Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 8 cm. Klasifikasi tinggi badan terhadap umur : 1). a). b). c). 2). a). b). c. Kanawati dan Mc Laren 95 % : normal 80 95 % : malnutrisi ringan 85 90 % : malnutrisi sedang : malnutrisi berat CDC/ WHO 90 % : normal < 90 % : stunted/malnutrisi kronis Lingkar kepala

d). 85 %

Lingkar kepala mencerminkan volume intra kranial. Digunakan untuk menaksir pertumbuhan otak. Kenaikan berat otak anak pra sekolah (3-6 tahun) seperti yang dikutip dari Lazuardi (1984) adalah 0,15 gram/24 jam. d. Gigi Saat akan mencapai usia 2,5 tahun, anak sudah memiliki 20 gigi susu. Waktu erupsi gigi tetap adalah sebagai berikut : 1). 2). 3). 4). 5). 6). e. Molar pertama : 6-7 tahun Insisor Pre molar Kaninus Molar ke-2 Molar ke-3 : 7-9 tahun : 9-11 tahun : 10-12 tahun : 12-16 tahun : 17-25 tahun.

Jaringan lemak

Pertumbuhan jaringan lemak pada anak melambatsampai anak berumur 6 tahun. Pada anak usia pra sekolahtubuhnya akan tampak kurus/langsing karena terjadi proses pertumbuhan jaringan lemak yang melambat. Lingkar Lengan atas (LLA) mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan jarinagn lemak.dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan dan perkembangan pada kelompok anak pra sekolah. Klasifikasi LLA menurut WHO dan Shakir : Baku Wolanski : 16,5 cm Cara : % dari median Klasifikasi : 1). > 85% atau > 14 cm : normal 2). < 76% atau < 12,5 cm : malnutrisi berat Parameter penilaian perkembangan a. Aspek motorik Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran. Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari. Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.

b.

Aspek Bahasa

Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi. Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana. Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali. Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar. c. Aspek kognitif

Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap. Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angkaangka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam.

Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari. Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut. d. Aspek sosialisasi

Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin. Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif. Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda. Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang. A. ANAMNESIS 1. Pengertian Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dapat dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain disebut sebagai allonamnesis. Termasuk dalam alloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasien sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan, maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis menduduki tempat yang jauh labih penting daripada autoanamnesis. Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Bahkan dalam beberapa kedaan tertentu, anamnesis merupakan cara yang tercepat dan satu-satunya kunci menuju diagnosis., baik pada kasus-kasus dengan latar belakang faktor biomedis, psikososial, ataupun keduanya. Sebagai contoh, seorang anak yang dibawa ibunya dengan keluhan utama demam, dan ibu mengatakan bahwa beberapa saat yang lalu anaknya mengalami kejang, maka diagnosis kejang demam ditegakkan sematamata berdasarkan anamnesis, oleh karena pada saat pemeriksaan anak sudah tidak dalam keadaan kejang. Hal yang serupa juga terjadi pada anak dengan diare, kesulitan makan, sulit belajar, dan masih banyak lagi. ( Robert Priharjo, 1993 ). 2. Tujuan Anamnesis a) Dapat menentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktorfaktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit yang diderita. Hingga dapat dengan mudah menentukan sikap untuk penatalaksanaannya. b) Untuk mendapatkan data yang akurat, dengan anamnesis akan didapatkan data subyektif baik dari orangtua, pengantar atau pasien sendiri.

Pelaksanaan Anamnesis Pada Anak : 1. Tanyakan Identitas Diri Anak

a) Nama b) Nama panggilan c) Nama orang tua d) Nomor telepon orang tua yang dapat dihubungi selama jam-jam kerja e) Tanggal lahir anak f) Umur (bulan,tahun) g) Jenis kelamin h) Suku i) Bahasa yang digunakan 2. Penyakit Saat Ini Gunakan pernyataan pembukaan singkat seperti apa masalah yang membuat anda datang kesini? catat kata-kata orang tua atau anak : diare sejak hari sabtu. 3. Riwayat Medis Masa Lalu a) Keadaan umum kesehatan Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau peningkatan berat badan akhirakhir ini, keletihan, stress b) Riwayat kelahiran Termasuk riwayat prenatal (kesehatan maternal, infeksi, obatobatan yang diminum,perdarahan abnormal, peningkatan berat badan, lama kehamilan, sikap terhadap kehamilan, kelahiran, lama persalinan, jenis pelahiran, komplikasi, berat badan lahir, kondisi bayi (saat lahir) dan riwayat neonatal (distress pernafasan, sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan burung,pola tidur) c) Pemberian makan Untuk bayi, termasuk cara pemberian makan (botol, ASI, makanan padat), frekuensi pemberian makan, kuantitas makanan, respon terhadap pemberian makan, dan masalah- masalah spesifik dengan pemberian makan (koliks, regurgitasi, letargi). Untuk anak-anak, termasuk kemampuan untuk makan sendiri, kesukaan dan yang tidak disukai, nafsu makan, dan jumlah makanan yang dimakan d) Penyakit, operasi atau cedera sebelumnya Termasuk tanggal masuk RS, alasan masuk RS dan respon terhadap penyakit

e) Penyakit pada masa anak-anak Termasuk penyakit menular umum seperti campak, gondong, dan cacar air (varisela). Tanyakan kontak terakhir dengan orang yang menderita penyakit menular. f) Imunisasi Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal, jenis) dan reaksi yang tidak diharapkan. Bila anak belum diimunisasi, catat alasannya. Catat prosedur desensitisasi, mis, campak/gondong/rubela (MMR). g) Pengobatan saat ini Termasuk obat-obatan dengan resep atau resep dokter, dosis, frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir h) Alergi Termasuk zat-zat yang menyebabkan alergi dan reaksinya 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Termasuk tinggi dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan eruppsi/ tanggalnya gigi. a) Riwayat Perkembangan Termasuk umur pada saat anak berguling badan, duduk sendiri, merangkak, berjalan, mengucapkan kata pertama, mengucapkan kalimat pertama, dan berpakaian tanpa bantuan. b) Riwayat Sosial Meliputi melakukan defekasi miksi ( umur dimana anak dapat mengontrol defekasi dan miksi pada waktu siang dan malam hari atau tingkat pengontrolan saat ini, enuresis, enioparesis, kemampuan melakukan miksi sendiri, istilah yang digunakan): tidur (jumlah dan pola tidur sselama siang dan malam hari, doa waktu tidur dan objek yang aman, takut, dan mimpi buruk); kemampuan berbicara (pelat, gagap,jelas). c) Riwayat Keluarga Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit keturunan, adanya kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua, pekerjaan, dan pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Tanyakan tentang kondisi kehidupan (jenis tempat tinggal dan tetangga). B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pengertian

Pemeriksaan fisik ialah pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh tubuh,dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yaitu meliputi inspeksi (melihat), palpasi (periksa raba), perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar dengan menggunakan stetoskop). (Wong,2003) 2. Tujuan Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, urutan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembangan mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. Meminimalkan stres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada bagian- bagian tubuh yang berbeda. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua. Memberikan persiapan yang maksimum pada anak. Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak, terutama dengan anak kecil. Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.

Hal Yang Perlu di Perhatikan Sebelum Pemeriksaan Fisik : Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan keadaan mental anak dengan usianya masing-masing walaupun anak di temani orang tuanya sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya kita mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun keadaan yang perlu diperhatikan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik dapat digolongka berdasarkan keadan mental anak sesuai usia sebagai berikut.

Usia Bermain Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua. Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua. Inspeksi area tubuh,melalui permainan Hitung Jari gelitik jari kaki. Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan. Kenalkan alat dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa zinkan untuk melihat-lihat alat,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua. Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek. Berikan pujian untuk perilaku kooperatif

Anak Pra Sekolah Lebih suka berdiri atau duduk. Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan dengan orang tua. Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki. Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain. Minta anak melepaskan pakaiannya. Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu. Berikan kesempatan untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya. Buat cerita tentang prosedur :saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu Gunakan tehnik boneka kertas Beri pilihan jika mungkin Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif Buka Mulutmu

Persiapan Alat a. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer b. Penimbang BB c. Termometer dan speculum d. Optalmoskop e. Arloji berdetik f. Manset: Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm. g. Stesoskop g. Oksilometri h. Peniti, kapas, objek dingin/panas i. 10 Spatel lidah j. Garpu tala k. Snellen Chart l. Senter m. Gambar warna Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Pada Anak Prosedur Tindakan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) a) Mengukur TD b) Memeriksa suhu tubuh Cuci tangan Jaga privaci anak Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ( perhatikan cara pendekatan dan komunikasi yang disesuaikan dengan usia anak) Tinggikan tempat tidur yang sesuai Siapkan peralatan dan dekatkan alat-alat ke anak Pasang sarung tangan Menanyakan keluhan klien pada keluarga klien Memeriksa keadaan umum klien kesadaran dan penampilan Memeriksa Tanda-Tanda Vital umum, meliputi :

c) Menghitung frekuensi nadi / pernafasan 10) Kepala a) Rambut : kebersihan, warna, tekstur rambut normal menutupi semua kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, permukan labia sebelah dalam (perempuan), dan prepusium dan glans penis (laki-laki) rambut kepala normalnya berkilauan, seperti sutra, kuat. b) Lingkar kepala Ukur lingkar kepala jika anak berumur 2 tahun atau kurang atau bila ukuran kepala anak memerlukan perhatian. Letakkan meteran melingkari kepala tetap di atas alis dan pinna dan melingkari oksipital yang menonjol. Jika lingkar kepala diukur setiap hari, kepala sebaiknya ditandai pada titik-titik tertentu untuk memastikan konsistensi pengukuran. c) Reflek kepala Gerakan kepala dan leher anak dengan ROM ( range of motion ) yang penuh. Anak diminta untuk melihat ke atas, kebawah, dan kesamping. Normalnya anak seharusnya tidak memperlihatkan rasa nyeri atau keterbatasan gerakan pada semua arah. Lakukan palpasi pada trakea dengan menempatkan ibu jari pada salah satu sisi trakea dan jari telunjuk disisi lainnya. Geser jari-jari ke atas dan ke bawah ketika leher anak agak hiperekstensikan. Normalnya trakea seharusnya berada di garis tengah. 11) Mata Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon Kebersihan

Kebersihan mata harus di perhatikan apakah ada sekret dan bersihkan bila terdapat sekret di mata.

Konjungtiva

Periksa pelupuk mata bawah dengan menarik kelopak mata kebawah ketika anak melihat ke atas. Lihat pelupuk mata atas dengan membalikkan kelopak mata ke atas dengan kapas lidi. Normalnya konjungtiva berwarna merah muda dan mengkilap. Periksa warna konjungtiva bulbi : konjungtiva bulbi terlihat bersih dan transparan, memungkinkan warna putih sklera terlihat jelas. Sklera

Periksa warna sklera : sklera berwarna putih dan bersih. Tanda hitam sangat kecil pada anak-anak berkulit hitam adalah normal Sekret

Ada tidak nya sekret yang berlebihan,dan tanda-tanda sekret ada karena kelainan. Reflek pupil

Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris dan apakah ada peradangan. Normalnya iris dengan warna yang berbeda mungkin normal. Iris berbentuk bulat dan panjang. Periksa ukuran, kesamaan dan respons pupil terhadap cahaya. Perhatikan dan catat ukuran pupil dalam cahaya ruang yang normal. Gelapkan ruangan dan perhatikan respons tiap pupil ketika cahaya secara langsung disorot ke pupil (refleks cahaya langsung ) dan ketika cahaya disorot ke mata lainnya (reflek cahaya konsensual). Letakkan tangan nondominan anda di garis tengah hidung saat melakukan uji reaksi konsensual. Pupil normalnya mempunyai bentuk yang sama, walaupun ketidaksamaannya bukan tidak umum terjadi dan mungkin nonpatologis jika temuan lain normal. Pupil berespons dengan cepat terhadap cahaya. Pada reaksi konsepsual pupil mengalami kontriksi saat cahaya disorotkan pada masa yang lainnya. Menilai penglihatan

Anak usia pra-sekolah Untuk anak usia pra-sekolah dapat di uji dengan menggunakan uji huruf E terbalik dan uji HOTV. Uji E terbalik untuk menunjuk empat arah yang berbeda, sedang uji HOTV anak dapat mencocokkan huruf yang di tunjuk oleh penguji di dinding dengan huruf yang ada di tangannya.

Jika anak tidak mampu dapat menggunakan kartu bergambar yang umum bagi si anak berbentuk spiral seperti rumah, apel, lingkaran, dan segi empat dalam ukuran berbeda dengan jarak 10 kaki ( 3 meter ). Penting bagi penguji sebelum mengkaji anak, apakah anak dapat mengidentifikasi gambar-gambar tersebut. 12) THT a) Telinga Bentuk : Periksa penempatan dan posisi telinga. Bagian atas telinga harus melewati garis khayal dari mata sebelah dalam ke oksiput. Devisiasi pinna harus tidak lebih dari 10 derajat dari garis horisontal (penggunaan pena atau spatel lidah dapat memberikan perkiraan yang lebih konkrit dimana posisi telinga dalam hubungannya terhadap garis vertikal). Periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal . struktuur dan ciriciri telinga luar bervariasi sedikit dari satu anak ke anak lainnya. Variasi mungkin normal namun sebaiknya dicatat. Kebersihan: Periksa saluran telinga luar terhadap hygiene. Kulit meatus akustikus eksternus normalnya berwarna seperti daging. Serumen : lunak berwarna kuning kecoklatan adalah normal. Serumen Periksa warna serumen, tidak adanya serumen mungkin juga berhubungan dengan otitis media akut. Jika kebiasaan membersihkan telinga dapat diterima, tanyakan tentang menarik-narik telinga, iritabilitas. Menilai ketajaman pendengaran

Otoskop - Anak Dibawah 3 Tahun.Posisikan Telengkup Dengan Telinga Diperiksa Menghadap Atap, Sandarkan Anak, Gunakan Bagian Tubuh Atasuntuk Merestrin Tangan Dan Tubuh,Dan Tangan Yang Memeriksa Untuk Merestrin Kepala. Ubah Posisi: Dudukkan Anak Pada Posisi Miring Di Atas Pangkuan Orang Tua Minta Orang Tua Memeluk Anaknya Dengan Aman Melingkari Tubuh Dan Tangan Serta Puncak Kepala Masukkan Spekulum Diantara Posisi Jam 3 Dan 9 Dengan Miring Ke Bawah Dan Ke Depan

Tarik Pinna Ke Bawah Dan Ke Belakang Pada Rentang Jam 6 Sampai 9

Anak Lebih Dari 3 Tahun , Periksa Saat Duduk Dengan Kepala Miring Sedikit

Menjauh Dari Periksa (Bila Anak Perlu Restrin, Gunakan Salah Satu Dari Posisi Yang Telah Disebutkan Diatas) Tarik Pinna Keatas Dan Kebelakang Pada Posisi Jam 10 Masukkan Spekulum 0.6 Sampai 1,25cm, Gunakan Spekulum Yang Terlebar Yang Mudah Masuk Ke Diameter Kanal. Kaji Pendengaran Tes rinne, letakkan batang vibrasi dan garpu tala pada tulang mastoid sampai anak tidak lagi mendengar bunyinya, gerakan gigi garpu dekat lubang telinga. Tes weber, pegang garpu tala pada garistengah kepala atau dahi Inspeksi ukuran, penempatan, dan kesejajaran,tarik garis vertikal imajiner dari titik tengah antara mata dan titik bibir atas b) Hidung : Kebersihan Polip : Miringkan kepala kebelakang dan tarik ujung hidung kearah atas untuk melihat rongga hidung bagian dalam. Gunakan senter untuk penerangan yang lebih baik. Amati keutuhan, warna, dan konsistensi mukosa posisi septum. Normalnya mukosa hidung harus kuat dan berwarna merah muda. Pertumbuhan mukosa yang berlebihan yang lunak keabu-abuan adalah polip yang mungkin menyumbat nares sebagian. Sekret : Amati nares terhadap sekret, pengelupasan, dan bau.Normalnya pengelupasan nares menunjukkan adanya sekret yang mengiritasi dan penyekaan hidung yang sering. Sekret hidung yang jernih dan encer sering dijumpai pada rinitis alergig. Sekret purulen yang warna kuming atau hijau menunjukkan infeksi. Sekret hidung yang jernih yang mengikuti cedera kepala merupakan cairan cerebrospinal. Baunya busuk menunjukkan adanya benda asing. c) Tenggorokan :

Mulut : Sakit waktu menelan atau tidak (5) : (4) : (3) : (2) : (1) : Verbal (respon verbal) : orientasi baik bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak) suara tanpa arti (mengerang) tidak ada respon Pertumbuhan gigi

Periksa terhadap jumlah, jenis, keadaan, dan oklusi ( gigi bertemu ) untuk memperkirakan jumlah gigi yang harus ada pada anak yang berumur 2 tahun atau berumur lebih muda, kurangi umur anak dengan 6 bulan. Tanyakan pada anak yang berumur 5 tahun atau lebih apakah giginya tanggal. Untuk mengkaji kelainan oklusi, minta anak untuk mengatupkan gigi dengan rapat. Normalnya anak berumur 30 bulan yang normal mempunyai 20 gigi susu. Anak dengan gigi permanen lengkap mempunyai 32 gigi. Gigi atas harus sedikit maju dari gigi bawah. Bibir :

Bentuk : Bibir harus utuh dan warna harus merah muda. Periksa kesimetrisan, kelembaban. Inspeksi palatum Periksa palatum terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan. Normalnya warna merah muda, licin, dan lembab. Gunakan sarung tangan dan senter untuk penglihatan yang lebih jelas pada kelainan-kelainan yang dicurigai. 14) Leher : Inspeksi leher (adanya jaringan parut,massa atau tortikolis) Palpasi kelenjer limfe (limfadenopati servikal karena inflamasi,keganasan.

15) Dada Paru-paru : periksa toraks terhadap kesimetrisan. Dada lebih bundar pada anak kecil. Amati jenis pernafasan anak : pada anak-anak yang lebih muda dari 7 tahun jenis pernapasan adalah pernafasan adalah pernapasan diafragma dan pernapasan abdomen timbul dengan inspirasi. Pada anak perempuan yang lebih tua dari 7 tahun jenis pernapasan adalah pernapasan dada. Abdomen dan dada harus bergerak bersama-sama sesuai dengan jenis pernapasan. Amati kedalaman dan pernapasan dan lama inspirasi dan ekspirasi : fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan masalah pernapasan obstruktif, seperti asma. Bunyi S1(lub) Jantung Bunyi

Penyebab Katup mitral trikuspid pada

Lokasi dan Apek jantung

Karakteristik S1 lebih panjang dan mempunyai nada lebih rendah dari S2 Pendek,S2 nada selama inspirasi,pemisahan paling baik didengar diarea aorta,jika nafas ditahan pada inspirasipemisahan fisiologisbertambah jelas Jelas yang mungkin dengan tinggi terpisah

menutup permulaan

S2(dub)

systole ( kontraksi ) Katup aorta dan Dasar jantung pulmonal pada jantung) menutup permulaan

diastole(relaksasi

S3

Vibrasi disebabkan Apek jantung Apek jantung oleh pengisian ventrikel

Terdengar

diawal distole. Pekak,nada rendah.

yang cepat

Normal pada anak dan dewasa muda.

S4

Tehanan setelah atrium

terhadap Apek Jantung kontraksi

Nada dianggap

rendah

pengisian ventrikel

abnoramal.paling baik terdengar bila anak terlentang

Irama jantung (auskultasi dan palpasi ) : Pada saat auskultasi pada S1 dan S2 jantung noramal nya terdengar jelas pada area mitral dan trikuspid,untuk S1 noraml nya terdengar jelas pada area mitral dan trikuspid,dan untuk S2 normal nya terdengar jelas pada area aorta dan pulmonal

16) Abdomen : a) Inspeksi kesimetrisan : Periksa kontur abdomen ketika bayi atau anak sedang berdiri atau telentang.(Perut buncit adalah normal sampai pubertas abdomen akan tampak rata ketika anak telentang) b) Auskultasi bising usus : Lakukan auskultasi terhadap bising usus dengan menekan bel dan diafragma stetoskop dengan rapat diatas abdomen (bising usus yang normal terjadi setiap 10 30 detik dan dapat terdengar bunyi berdeguk,bunyi ceklekan dan keroncongan) c) d) Palpasi ginjal : Ginjal jarang teraba kecuali pada neonatal (Bila ginjal yang membesar menunjukkan tumor dan hidronefrosis) Adakah mual/muntah : sebelum Jenis Emesis Temuan yang berhubungan Formula atau makanan yang tidak di Ekspulsi isi lambung cepat cerna Kuning,tercium bau asam Hijau kehitaman (tercemar empedu) pencernaan terjadi Isi berasal dari lambung Isi berasal dari bawah ampula

Hitam kecoklatan,bau busuk Merah terang,merah kehitaman

Vater Emisis di hasilkan oleh obstruksi intestinal Warna merah terang tandanya ada darah segar,merah kehitaman menandakan adanya darah yang sudah lama atau darah yang bercampur dengan sekresi lambung

17) Ekstremitas : (6) : (5) : (4) : (3) : (2) : (1) : Motor (respon motorik) : mengikuti perintah melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari tidak ada respon ROM , Kebebasan gerak, Reflek

diberi rangsang nyeri) saat diberi rangsang nyeri). mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

18) Genetalia : Instruksi umum Lanjutkan dengan cara yang sama seperti pemeriksasan area lain; jelaskan prosebur dan maknanya sebelum melakukan, seperti mempalpasi testis. Hargai privasi setiap waktu Gunakan kesempatan untuk mendiskuskusikan masalah tentang perkembangan seksual dengan anak yang lebih besar dan remaja. Gunakan kesempatan untuk mendiskusikan keamana seksual dengan anak keci, menjelaskan bahwa ini adalah area pribadi mereka dan bila seseorang

menyentuhnya dengan cara yang tidak nyaman mereka harus selalu membeti tahu orang tua mereka atau orang lain yang dipercaya. Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan.

Genetalia laki-laki Penis - inspeksi ukuran Glans dan batang inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, lesi kulit, inflamasi. Prepusium inspeksi pada pria yang disirkumsisi. Meatus uretral inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas. Sekrotum inspeksi ukuran, lokasi kulit, dan distribusi rambut. Testis palpasi setiap kantong sekrotium dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Genetalia eksterna inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi setengah bersandar pada pangkuan orang tua dengan lutut menekuk dan telapak kaki saling bersebelahan Genetalia wanita Labia palpasi adanya masa. Meatus uretral inspeksi terhadap lokasi; teridentifikasi seperti bentuk V dengan merenggangkan kearah bawah dari klitoris keperineum. Kelen jar skene palpasi atau inspeksi Orifisium vaginalis pemeriksaan internal biasanya tidak dilakukan; inspeksi terhadap lubang sebelumnya. Kelenjar Bartholin palpasi atau inspeksi

19) Anus : Area anus inspeksi penampiolan umum, kondisi kulit Reflek anal munculkan dengan mengerutkan atau merenggangkan area perineal dengan perlahan 20) Kulit :

a) Warna: Amati warna dan pigmentasi kulit,jika dicurigai terjadi perubahan warna,lakukan inspeksi pada area tubuh dengan seksama dimana terdapat sedikit melanin bantalan kuku,daun telinga,sklera,konjungtiva,bibir dan mulutlakukan inspeksi pada abdomenbagian yang kurang terpapar sinar matahari (warna kulit keseluruhan nya bervariasi tergantung suku dan ras Contoh nya, anak-anak kulit hitam normal nya mempunyai gusi dan bantalan kuku yang berwarna kebirubiruan) b) Kebersihan : Amati kulit terhadap bau (adanya bau menunjukkan higine yang buruk atau infeksi) 21) Status imunisasi : Tanyakan ke ibu si anak sudah pernah mendapat imunisasi apa saja.

22) Berikan pujian pada anak atas kerjasamanya 23) Rapikan anak 24) Beri posisi yang nyaman :

25) Rapikan peralatan : 26) Cuci tangan setelah tindakan : 27) Dokumentasikan hasil tindakan pemeriksaan fisik

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PRA SEKOLAH A. Anak Pra Sekolah 1. Karakteristik Anak Pra Sekolah (3-6 tahun). Kita akan lebih mengenal anak jika kita melihat karakteristik anak tersebut. Anak yang dikategorikan anak usia pra sekolah adalah anak usia 3-6 tahun, seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia pra sekolah adalah masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur lingkungannya. Namun, anak juga dapat berperilaku buruk dengan berbohong, mencuri, bermain curang, gagap, tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedur rumah sakit yang tidak dipahaminya. Cemas adalah suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Tekanan akibat mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka. Anak mempunyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit menjalani prosedur pengobatan. Untuk itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam menjelaskan dan memberi informasi pada keluarga dan anak (Supartini, 2004). 2. Karakteristik Perkembangan Respon Anak Pra Sekolah terhadap Nyeri a. Menangis keras, berteriak. b. Ekspresi verbal seperti aduh, auw, sakit. c. Memukul-mukulkan lengan dan kaki. d. Berusaha mendorong stimulus menjauh sebelum nyeri terjadi.

e. Tidak kooperatif; memerlukan restrein fisik. f. Meminta agar prosedur dihentikan. g. Bergelayut pada orang tua, perawat atau orang bermakna lainnya. h. Meminta dukungan emosional, seperti pelukan atau bentuk lain kenyamanan fisik. i. Dapat menjadi gelisah dan peka terhadap nyeri yang berkelanjutan. j. Semua perilaku ini dapat terlihat dalam antisipasi prosedur nyeri yang aktual (Wong, 2009). B. Konsep Hospitalisasi 1. Defenisi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, dan rasa bersalah (Wong, 2009). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Kekhawatiran akan mutilasi memuncak selama periode usia ini. Kehilangan bagian tubuh merupakan suatu ancaman, namun ketakutan anak laki-laki prasekolah akan pengebirian pemahaman mereka tentang tindakan prosedur medis atau bedah yang berhubungan dengan area genitalia, seperti sirkumsisi, perbaikan hipospadia atau epispadia, sistoskopi, atau kateterisasi. Pemahaman mereka yang terbatas tentang fungsi tubuh juga meningkatkan kesulitan mereka dalam memahami bagaimana atau mengapa anggota tubuh diperbaiki. Sebagai contoh, mengatakan kepada anak pra sekolah bahwa tonsil mereka akan diangkat dapat diinterpretasikan dengan mengambil suara mereka, atau penis mereka diperbaiki dapat dipahami dengan memotongnya. Kata-kata seperti mewarnai, memotong, atau mengambil (misalnya mengambil darah) dapat dipahami secara literal dan dapat menyebabkan kebingungan dan ketakutan (Wong, 2009).

2. Reaksi dan Stresor terhadap Hospitalisasi Reaksi anak terhadap stress hospitalisi dipengaruhi oleh pengalaman tentang sakit, perkembangan usia, perpisahan dengan orang tua/teman/dukungan sistem pelayanan, kemampuan koping dan keseriusan penyakitnya. (Wong, 2009). a. Stresor hospitalisasi Menurut Wong (2009), stresor hospitalisasi adalah 1) perpisahan, 2) kehilangan kontrol (pembatasan aktivitas), 3) perlukaan tubuh dan nyeri. b. Reaksi anak terhadap stresor hospitalisasi 1) Reaksi terhadap perpisahan Anak pra sekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang tua dan anak juga membentuk rasa percaya pada orang lain. Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan dari keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti menolak makan, menangis pelan-pelan sering bertanya kapan orang tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktivitas sehari-hari, dan membanting mainan. 2) Reaksi terhadap kehilangan kontrol (pembatasan aktivitas) Anak pra sekolah dengan pembatasan aktivitas fisik pada ektrimitas, pengurangan rutinitas kegiatan anak akan menimbulkan ketergantungan pada orang tuanya. Reaksi anak prasekolah adalah merasa frustasi, marah dan depresi karena pembatasan aktivitas fisik. 3) Reaksi anak terhadap perlukaan tubuh dan nyeri Anak pra sekolah memberikan respon lebih baik terhadap intervensi yang memerlukan persiapan seperti penjelasan dan pengalihan perhatian dari pada anak-anak yang lebih muda. Reaksi terhadap perlukaan tubuh dan nyeri adalah agresi fisik dan verbal yang lebih spesifik dan langsung pada tujuan yakni mendorong orang yang melukai mereka. Mereka mencoba menyendiri di tempat yang aman, bahkan berpikir untuk mencoba melarikan diri, mengunakan ekspresi verbal untuk memaki orang yang melukai misalnya keluar kamu dari sini atau aku benci kamu, bersikap cengeng ingin selalu digendong dan menolak kesendirian. 3. Intervensi Keperawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Perawat didefinisikan sebagai orang yang karena pendidikannya dan kemampuannya, mengobservasi,

mengintreprestasikan serta menilai perawatan dan pengobatan yang tidak nyaman serta bertujuan mengurangi status keadaan tidak nyaman juga bertujuan mengurangi status keadaan tidak sehat pada klien serta membantu memperoleh tingkat yang sepadan dengan kemampuannya (Wong, 2009). Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya meminimalkan stresor atau penyebab stres akibat hospitalisasi, sebagai berikut : a. Meminimalkan dampak perpisahan : 1) Rooming in yaitu orang tua dan anak tinggal bersama selama 24 jam, sehingga orang tua dapat selalu kontak dengan anak, jika tidak bisa sebaiknya orang tua dapat melihat anaknya setiap saat untuk mempertahankan kontak/komunikasi antara orang tua dan anak. Partisipasi orang tua pada saat menunggu anaknya diharapkan dapat merawat anak sakit terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan misalnya memberikan kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan pada anak atau memandikan anak. 2) Memodifikasi ruang perawatan dengan cara membuat ruangan seperti situasi di rumah dengan mengatur dekorasi dinding dengan memakai poster/kartu gambar sehingga anak merasa aman jika berada di ruang tersebut. b. Mencegah kehilangan kontrol : 1) Hindarkan pembatasan fisik/imobilisasi pada ekstrimitas untuk mempertahankan aliran infus dapat dicegah jika anak kooperatif. 2) Bagi anak yang diisolasi dilakukan manipulasi lingkungan untuk meningkatkan kebebasan sensori misalnya menempatkan tempat tidur anak dekat dengan pintu atau jendela serta memberikan musik. 3) Untuk mencegah adanya perubahan dalam kegiatan rutinitas akibat dari pembatasan aktivitas fisik seperti berpakaian, mandi, makan, kencing, berak dan interaksi sosial dapat dilakukan dengan cara pembuatan jadwal kegiatan tentang prosedur terapi, pengobatan, bermain dan menonton tv. 4) Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan asuhan keperawatan. c. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri:

1) Mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur yang menimbulakan rasa nyeri. Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat dapat menjelaskan apa yang akan dilakukan serta dukungan dari keluarga. 2) Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan cara bercerita, menggambar, menonton video kaset dengan cerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak. 3) Manipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat perlukaan tubuh, misalnya dengan cara jika anak takut diukur melalui anus, maka dapat dilakukan melalui ketiak/axilla, disamping itu melakukan permainan untuk mengurangi ketakutan anak sebelum diberikan tindakan keperawatan. 4) Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat anak dilakukan tindakan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak selama prosedur tersebut dilakukan. 5) Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkan. 6) Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelum apabila memungkinkan. Misalnya, dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan, dan petugas yang akan menangani anak melalui cerita, gambar, atau menonton film video yang menggambarkan kegiatan operasi tersebut. Tentunya terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian yang akurat tentang kemampuan psikologis anak dan orang tua untuk menerima informasi ini dengan terbuka. Lakukan pula latihan relaksasi pada fase sebelum operasi sebagai persiapan untuk perawatan pascaoperasi (Supartini, 2004). 4. Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi a. Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara memberi kesempatan pada orang tua mempelajari tumbuh-kembang anak dan reaksi anak terhadap stresor yang dihadapi selama dalam perawatan di rumah sakit.

b. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu, perawat dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak, terapi yang didapat, dan prosedur keperawatan yang dilakukan pada anak, tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya. c. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih besar (pra sekolah) dan bukan bayi. Berikan selalu penguatan yang positif dengan selalu memberikan pujian atas kemampuan anak dan orang tua, dan dorong terus untuk meningkatkannya. d. Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling mengenal dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan dan sesama orang tua harus difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang baru. 5. Memberikan Dukungan pada Anggota Keluarga Lain a. Berikan dukungan kepada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di rumah sakit. b. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga untuk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama karena sangat dimungkinkan keluarga mengalami masalah psikososial dan spiritual yang memerlukan bantuan ahli. c. Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dengan nilai-nilai yang diyakininya. d. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan berdampak positif pada anak yang dirawat maupun saudara kandungnya. 6. Mempersiapkan Anak untuk Mendapat Perawatan di Rumah Sakit a. Pada tahap sebelum masuk di rumah sakit dilakukan : 1) Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan yang diperlukan.

2) Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah sakit. b. Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan : 1) Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya. 2) Orientasikan anak dan orang tua pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan. 3) Kenalkan dengan pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya. 4) Berikan identitas pada anak misalnya pada papan nama anak . 5) Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti. 6) Laksanakan pengkajian riwayat keperawatan. 7) Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan (Supartini, 2004).

You might also like