You are on page 1of 5

BACTERIAL VAGINOSIS

Anis Nadzirah,Monalisa

I.

PENDAHULUAN Bacterial vaginosis (BV) adalah penyakit disebabkan oleh Gardnerella Vaginalis. BV juga adalah penyakit vaginitis non-spesifik yang ditegakkan diagnosa berdasarkan bau flour albus hamis disertai dengan keputihan yang homogen dan encer yang menyelaputi mukosa vagina. Dalam sebuah observasi dikatakan penyakit BV meningkat pada wanita muda dengan infeksi Human Papillomavirus (HPV), adapun antara penyebab lainnya aalah karena penderita sering berganti pasangan seksual atau baru berganti pasangan seksual yang baru. (1) Pada keputihan penderita dengan BV didapatkan adanya peningkatan jumlah dan konsentrasi mikroorganisme G.vaginalis, Mycoplasma hominis,dan mikroorganisme anaerob seperti Mobillincus spp.,Prevotella spp.,dan peptostreptococcus spp. Biasanya, keputihan penderita BV kurang bakteri Lactobacillus yang memproduksi hidrogen peroksida untuk melindungi dari penyakit infeksi serviks dan vagina.(1)

II.

EPIDEMIOLOGI Bacterial vaginosis (BV) biasa terkena wanita pada usia reproduktif. Sebanyak 16% wanita yang hamil di Amerika Serikat terkena penyakit BV. BV juga sering didapatkan pada wanita berkulit hitam dibanding wanita berkulit putih, wanita homoseksual (lesbian) dan wanita yang merokok. Prevalensi BV meningkat karena kurangnya skrining dan infeksi ini berlaku asimptomatik.(2)

III.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS a. Secara fisiologis Koloni flora normal yang terdapat pada dinding vagina berperan sebagai pertahanan serta meindungi dari infeksi. Bakteri Lactobacillus spp. adalah sejenis bakteri yang normal di dapatkan pada dinding vaginaa, bakteri ini berfungsi mengekalkan keasaman vagina diantara pH 3,8 hingga 4,4. Kualitas dan kuantiti keputihan yang keluar dari vagina boleh berubah-ubah pada seorang wanita dan tergantung kondisinya pada waktu itu mengikut apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya.(3) b. Secara patologis BV adalah penyakit yang banyak ditemukan pada kasus IMS dan 50% kasusnya adalah asimptomatik. Etiologi BV adalah polimikribial dan terjadinya penyakit ini adalah akibat dari ketidakstabilan flora normal dalam vagina. Penggantian fungsi hydrogen-peroxide lactobacilli pada Gardnerella vaginalis, Mobilincus sp.,M.hominis, bakteri Gram-negatif anaerob (Prevotella,Porphyromonas,dan Bacteroides, dan Peptostreptococcus sp.). Faktor resiko terjadinya BV adalah pasangan seksual baru atau sering berganti pasangan seksual, menjalin hubungan seksual pada usia muda, pemakaian intrauterine Devices, Douching dan wanita yang merokok.(3)

Gambar 1: Patomekanisme terjadi keputihan.(5)

IV.

DIAGNOSIS Sebanyak 75% kasus BV adalah asimptomatik dan kebanyakan penderita datang adalah dengan keluhan keputihan yang berbau dan kelainan warna serta tekstur keputihannya. Penyakit ini harus dicurigai pada wanita yang datang dengan keluhan keputihan berbau fishy odour. Diagnosa boleh ditegakkan dengan anamnesis, gejala klinisnya, pemeriksaan spekulum, kriteria Amsel, pemeriksaan penunjang dan mikroskopi. Setiap pemeriksaan dijelaskan seperti di bawah(4) 1. Gejala klinis Penderita datang dengan keluhan keputihan yang keluar dari vagina berbau fishy odour dan berwarna putih keabu-abuan, encer dan terdapat juga keluhan rasa pruritus serta nyeri. (4) 2. Pemeriksaan spekulum Pemeriksaan spekulum dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan seksual dan pada pemeriksaan disapatkan keputihan yang homogen, putih keabu-abuan atau kuning yang menempel pada dinding vagina. (4) 3. Kriteria Amsel Kriteria Amsel dipakai dalam bagian genitourinaria untuk mendiagnosa BV. Kriteria ini diilhamkan oleh Gardner dan Dukes pada tahun 1955 dalam penemuan mereka tentang clue cells. Mereka mendiskripsikan bahawa sel-sel epitelial yang di kelilingi oleh bakteribakteri kecil sehingga memberikan gambaran batas yang tidak tegas. Perkataan clue cells dipakai karena memberi kata kunci untuk mendiagnosa penyakit BV. Pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat selsel ini adalah wet amount examination, satu tetes cairan saline di campurkan dengan keputihan tadi dan kemudian di periksa di bawah mikroskop dengan kuasa tinggi (x800) serta menggunakan immersion oil. Kriteria amsel boleh berubah jika (4)

sekresi vagina diambil dari penderita yang baru melakukan coitus dan Douching. (4) Candida dan trichomonas memberikan gambaran yang sama secara klinisnya. (4) Reaksi KOH 10% positif dan pH vagina meningkat serta menjadi asam pada keputihan yang bercampur dengan semen. pH vaginal boleh menjadai asam semasa menstruasi. (4) Interpretasi salah dari mikroskopi boleh terjadi karena debris dan degerasi sel yang di salah anggap sebagai clue cellsdan lactobacilli yang sedikit jumlahnya pada vagina.(4)

Gambar 2: Kriteria Amsel untuk mendiagnosa Bacterial Vaginosis.

(4)

4. Pemeriksaan penunjang Whiff test Pemeriksaan bau, bau yang hamis seperti bau ikan memberikan hasil positif. (4) Pemeriksaan Gram-staining Pemerisaan ini adalah mudah untuk menkorfirmasi BV. Pada vagina yang normal jumlah lactobacilli banyak dan bentuknya adalah rod, Gram-positif dan ujungnya yang tumpul. Gardnerella bersifat Gram-negatif, dan berbentuk kokus. Pada BV didapatkan banyak bakteri Gram-negatif dan rod-rod kecil. (4) Pemeriksaan kultur Jarang dilakukan pemeriksaan ini karena kurang sensitivitas dan spesifitas. (4) BV Blue dan FemExam Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan lanjutan jika diagnosanya masih dicurigai, tes ini mendeteksi perubahan biokimia cairan vagina. Ada juga yang menggunakan kertas pH untuk menilai keasaman cairan vagina karena tes penunjang BV blue dan FemExam agak mahal biayanya.(4) 5. Mikroskopi Pada pemeriksaan mikroskopi, clue cell adalah gambaran yang akan didapatkan.(4)

Gambar 3: Gambaran clue cells pada pemeriksaan mikroskopi.(1)

V.

DIAGNOSIS BANDING Penyakit BV di diagnosa banding dengan Vulvovaginal candidiasis, Cervicitis dan Trichomonal vaginitis. Pada serviksitis, selalu adanya perdarahan akibat kontak dan keputihan yang purulen. Candida memberikan gambaran keputihan yang lebih putih dan seperti keju serta ada gejala gatal. Pada trichomonas, keputihannya lebih purulen lagi, ada nyeri dan eritema pada permukaan vagina serta serviks.(4)

Gambar 4: Diagnosa banding untuk Bacterial Vaginosis.

(4)

VI.

PENATALAKSANAAN Pentalaksanaan pada wanita yang tidak hamil: 1. Metronidazole, 500 mg dua kali sehari selama 7 hari atau 2. Gel Metronidazole 0,75 %, 5 g di pakai intravagina satu kali sehari selama 5 hari atau 3. Krem Clindamycin 5 %, 5 g di pakai intravagina selama 7 hari.(1) Pentalaksanaan pada wanita yang sedang hamil: 1. Metronidazole, 250 mg tiga kali sehari selam 7 hari atau 2. Clindamycin, 300mg dua kali sehari selama 7 hari atau pengobatan alternatif: 3. Metronidazole, 2 g dosis tunggal atau 4. Ovulasi Clindamycin, 100g intravagina selam 3 hari.(1)

VII.

KOMPLIKASI Kelahiran bayi prematur dan kurang berat badan. (1,2) Transmisi HIV. (1,2) Neoplasia serviks intraepitelial. (1,2)

Demam pascapartus. (1,2) Abortus. (1,2) Infeksi bakteri anaerob menyebabkan endometritis dan salpingitis.(1,2)

VIII. PROGNOSIS Prognosa pada penderita dengan BV secara keseluruhannya adalah baik dengan pengobatan yang cepat dan tepat. Sesetengah infeksi sekunder bisa membaik sendiri tanpa memerlukan terapi. BV juga adalah penyakit yang boleh membaik sendiri.(1)

DAFTAR PUSTAKA 1. Kasper M., Braunwald E., Fauci AS., Hansen SL.,et al. Harrison's Principle of Internal Medicine, 17th Ed.,2008. McGraw Hill, USA. Pg.766-767 2. Straus,SE. Oxman,MN. Schmader,KE. Gonorrhea and other Venereal diseaes. In : Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld, DJ. Fitzpatricks Deramatology In General Medicine. 7th ed: McGraw Hill; 2008. Pg. 1886-98 3. Adler M., Cowan F., French P., Mitchel H., Richens J. ABC of Sexually Transmitted Infections, 5th Ed., 2005. BMJ Books, London. Pg. 25-29 4. Phillip Hay, FRCP. Gynaecology: Bacterial Vaginosis. Journal of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology. Sept/Oct 2002. Pg.36-39. 5. Jack D. Sobel. Vaginitis: Bacterial Vaginosis. The New England Journal of Medicine. December, 25 1997. Pg.1900-1901

You might also like