You are on page 1of 7

EKOSISTEM MANGROVE DI INDONESIA Mangrove adalah pohon atau semak yang toleran terhadap kadar garam, yang terdapat

di garis pantai dengan gelombang yang rendah (tidak ada pengaruh gelombang besar), di daerah tropis dan subtropis, seperti delta, estuari dan laguna. Pohon-pohon ini menyediakan dasar ekosistem ekstensif dan kompleks pada ekosistem penghubung daratan, perairan tawar dan perairan laut. Struktur dan fungsi ekosistem mangrove dihubungkan dengan perbedaan proses geomorfologi dan geofisika dari sebuah ekosistem pantai. Pembentukan dan karakteristik sebuah hutan mangrove tergantung pada pola gelombang lokal, pasang surut, karakteristik tanah, dan interaksi biologis. Hutanhutan mangrove bisa berupa hutan kecil di sepanjang sungai atau lembah. Kita harus mencoba untuk memberikan perkiraan nilai atau keuntungan ekonomis dari sumber daya alam untuk benar-benar mengerti dan menghargai peran ekosistem mangrove untuk lingkungan dan perekonomian. Proses ini juga disebut sebagai penaksiran. Penaksiran mangrove dapat memberikan penilaian environmental dan ekonomis untuk penggunaan-penggunaan alternatif sumber daya mangrove dalam mendukung kegiatan pengembangan. Proses ini juga memberikan pilihan dan alternative untuk memperbaiki dampak-dampak negatif dari tindakan manusia terhadap lingkungan dan sumber dayanya, tidak hanya untuk memastikan keuntungan jangka panjang barang dan jasa yang berhubungan dengan lingkungan hidup, tetapi juga untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang digunakan dalam penaksiran ekoistem mangrove meliputi identifikasi dan deskripsi karakteristik dan keuntungan ekosistem mangrove. Karakteristik ekosistem mangrove adalah hal-hal yan berkaitan dengan sifat-sifat yang paling sederhana dan objektif. Diantaranya: a. Luas daerah yang ditutupi tumbuhan mangrove b. Komposisi flora dan fauna -. Struktur tanaman -. Produksi biomassa c. Proses alam di lingkup area tersebut -. Proses geomorfologi -. Proses hidrologi d. Pemanfaatan tanah di lingkup area tersebut. Keuntungan dari ekosistem mangrove adalah sifat, fungsi dan pemanfaatan yang didapatkan dari karakteristik tunggal atau campuran ekosistem mangrove. Sifat Satu sifat dari ekosistem mangrove adalah kombinasi karakteristik yang dinilai oleh sebuah kelompok dalam masyarakat, tetapi yang tidak memberikan keuntungan ekonomis secara langsung. Sifat-sifat mangrove juga dikenal sebagai nilai tidak guna. Sifat dari ekosistem mangrove yang bisa digunakan dalam sistem penaksiran adalah:

Penyusun Alih bahasa

: Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

Keanekaragaman hayati: kekayaan flora, fauna dan keberadaan proses alam yang beragam misalnya proses geomorfologi;

Pelestarian laut: sebagai kolam gen, tempat species atau habitat langka, berbahaya atau endemik Pemandangan alam: kualitas keindahan yang tinggi yang belum terjamah Nilai ilmiah : tempat penelitian dan pengawasan, sumber informasi potensial tentang proses dan sistem

alam, pemanfaatan evolusioner Fungsi Satu fungsi dari sebuah ekosistem mangrove adalah kombinasi karakteristik yang mendukung atau melindungi kegiatan manusia atau harta benda manusia secara tidak langsung. Fungsi adalah apa yang disebut para ahli ekonomi sebagai nilai guna tidak langsung dari sebuah area, termasuk sifat-sifat area yang memberikan keuntungan diluar area itu sendiri (masyarakat mendapatkan keuntungan dari mangrove secara tidak langsung). Fungsi ekosistem mangrove yang dapat digunakan dalam sistem penaksiran adalah: Benteng pertahanan pantai dari gelombang badai: perlindungan dari angin kencang dan gelombang tinggi selama badai berlangsung, perlindungan untuk habitat pantai lainnya, lahan basah dan hutan yang berdekatan, perlindungan untuk kegiatan manusia sehari-hari, harta benda dan infrastruktur lainnya (bangunan dan jalan) selama tsunami. Peraturan tentang kuantitas air: peraturan tentang pengendalian banjir (perlindungan untuk kegiatan seharihari di daerah hilir serta harta benda penduduk), pengendalian erosi dan pengisian akifer. Peraturan tentang kualitas air : penyerapan atau penguraian sampah/polutan atau endapan, pengangkutan sumber makanan, pengendalian gangguan air asin. Habitat dari spesies kerang-kerangan dan ikan: tempat untuk pengembangbiakan, pembibitan, perlindungan atau pemberian makan untuk spesies air tawar dan air laut Habitat bagi margasatwa: tempat mencari makan, minum, beristirahat, bersarang, untuk amfibi, reptil, burung dan mamalia. Pengikatan CO2: konversi CO2 menjadi karbon organik melalui fotosintesis, dan menyimpannya dalam bentuk biomassa, akumulasi karbon dalam tanah (tanah karbon) Penstabilan Iklim Mikro: siklus hidrologis, zat-zat makanan dan material secara keseluruhan dan aliran

energi dapat menyeimbangkan kondisi iklim lokal, terutama kelembaban dan suhu. Mempengaruhi kegiatan pertanian atau yang berhubungan dengan sumber daya alam. Pemanfaatan Pemanfaatan adalah nilai yang muncul dari pemanfaatan karakteristik produktif, sifat dan fungsi ekosistem mangrove. Pemanfaatan-pemanfaatan tersebut adalah keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui beberapa pemanfaatan fisik yang aktual dari sumber daya-sumber daya dalam ekosistem mangrove. Pemanfaatan sumberdaya mangrove di antaranya adalah: Ekstraksi hasil hutan: penebangan pohon mangrove untuk pembangunan, produksi arang, kayu bakar dan furniture dan peralatan rumah tangga

Penyusun Alih bahasa

: Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

Ekstraksi yang bukan hasil hutan: pengumpulan madu, minuman beralkohol, tanaman dan organisme obatobatan, sumber makanan berupa buah dan daun muda, pakan untuk ternak, tanin dan pewarna.

Produksi hewan

: ekstraksi produk hewan darat dan air seperti ikan, udang, kepiting, jenis-jenis

krustasea lainnya, hewan dan burung liar. Produksi mineral : ekstraksi dari benda mati seperti tanah liat, pasir dan garam. : sumber persediaan air domestik, irigasi dan navigasi.

Persediaan air dan alat transportasi Pariwisata dan rekreasi

: pemanfaatan aktual dan potensial area mangrove dan sekitarnya untuk

berlayar, olahraga memancing, menonton burung, pendakian dan melihat margasatwa. Penelitian/pendidikan : pemanfaatan actual dan potensial area mangrove dan sumber daya fisik dan biologis untuk penelitian, penyebaran informasi dan kegiatan kepedulian masyarakat Pengembangan daratan : konversi area mangrove menjadi tanah pertanian, pemukiman, kolam

budidaya perairan dan area industri. Sistem penaksiran Nilai diwujudkan dalam level kegunaan local, regional, nasional dan internasional. Berikut adalah skala yang dapat digunakan: Level 5: kegunaan sangat tinggi: ekosistem mangrove sangat penting kegunaannya dalam level nasional atau internasional; Level 4: kegunaan tinggi: ekosistem mangrove sangat penting kegunaannya dalam level regional dan nasional; Level 3: Kegunaan medium: ekosistem mangrove sangat penting kegunaannya dalam level lokal dan regional; Level 2: Kegunaan rendah: ekosistem mangrove memiliki kegunaan yang biasa atau rendah Level 1: tidak penting: tidak penting atau tidak memiliki kegunaan Skala tersebut memberikan tampilan nilai keuntungan yang berbeda-beda. Selain memberikan alat berharga untuk mengukur kegunaan relatif dari area mangrove atau untuk penilaian dampak langkah-langkah pengelolaan di area tersebut, sistem yang ada sekarang juga memungkinkan kelayakan perencanaan kebijakan dan prediksi trend permintaan dan persediaan sumber daya alam. Matriks berikut ini menunjukkan relevansi penaksiran area mangrove dalam membedakan pentingnya area mangrove dan kebutuhan akan adopsi tindakan pengelolaan. Matriks ini juga memberikan ide yang luas tentang kegunaan dan potensi yang ada dalam hal pembuatan kebijakan, perencanaan dan keputusan, serta gangguan dan ancaman di masa yang akan datang dalam mempertimbangkan perkembangan area tersebut.

Penyusun Alih bahasa

: Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

Matriks Kebijakan Perencanaan Daerah Mangrove

Langkah-langkah Pengelolaan Mangrove


Sifat/ Fungsi 1 Tingkat Nilai Umum 2 3 4 5 C
PERLU PENGELOLAAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA TIDAK PERLU TINDAKAN PERLU KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE

Tingkat Nilai Umum 2 B 3 4 5

D
PERLU KONSERVASI DENGAN SEGERA : PENGELOLAAN HARUS DILAKUKAN

A. Penetapan wilayah dan perencanaan pemanfaatan lahan Perencanaan pemanfaatan lahan tidak hanya diperlukan sebagai pedoman untuk proyek-proyek pengembangan tapi juga sebagai rencana jangka panjang untuk pemanfaatan sumber daya yang berkesinambungan. Sebuah rencana pemanfaatan lahan adalah langkah pertama untuk menyiapkan daerah penetapan wilayah mangrove. Penetapan wilayah bisa dibedakan menjadi dua kategori: - Zona konservasi dan rehabilitasi mangrove. a. Wilayah pelestarian sumberdaya hutan mangrove temporer zona ini meliputi daerah yang dikelompokkan dan direncanakan untuk rehabilitasi dan daerah yang sedang dalam proses regenerasi alami. Ekstraksi hasil hutan mangrove di daerah ini tidak diijinkan. Pengumpulan kepiting dan gastropoda secara terbatas dari ekosistem masih diijinkan dengan akses yang terkendali. b. Wilayah pemeliharaan hutan mangrove permanen zona ini meliputi wilayah mangrove yang berdampingan dengan muara sistem sungai utama, wilayah yang berdekatan dengan daerah dan tempat produktif penangkapan ikan tradisional, yang utama/murni dan diketahui mempunyai keanekaragaman hayati dan produktifitas yang tinggi. Dalam hukum Indonesia, ada ketentuan yang menetapkan bahwa sebagian wilayah mangrove difungsikan sebagai sabuk hijau. Sabuk hijau juga masuk ke dalam wilayah ini. Lebar dari sabuk hijau dihitung dengan rumus berikut ini: lebar sabuk hijau mangrove = 130 x rata-rata perbedaan antara gelombang pasang surut tertinggi dan terendah dalam satu tahun. (Dekrit Presiden no. 32 th 1990) Perkembangan dan zona perkembangan potensial. Zona ini ditujukan untuk perkembangan yang berkesinambungan. Sebuah Penilaian Pengaruh Lingkungan (PPL) harus dilakukan sebelum persetujuan dari pilihan perkembangan dan manajemen. Berikut ini adalah contoh dari pilihan manajemen dari zona ini:
Penyusun Alih bahasa : Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

a. Hutan rakyat yang berkesinambungan kumpulan hasil hutan diberikan pada penduduk lokal. Pengelolaan hutan oleh masyarakat bisa diterapkan. Angka kerugian tertinggi yang diijinkan tidak melebihi kapasitas hutan untuk tumbuh dan berkembang dalam proses yg normal. b. Hutan komersial yang berkesinambungan hasil panen dari volume komersial tertentu dari hasil hutan. Penanaman kembali harus dilaksanakan. c. Aquasilviculture konservasi hutan pada kolam ikan menggunakan budidaya perairan semi-intensif. Observasi dari daerah penyangga yg dibutuhkan. Lebar satu kilometer dari hutan mangrove di depan kawasan pantai harus dipakai sebagai daerah penyangga. d. Budidaya perairan semi-intensif- konversi hutan menjadi tambak dengan menerapkan budidaya perairan intensif. Pengamatan daerah penyangga yang dibutuhkan. Area selebar satu kilometer di bagian depan pinggiran pantai harus disisihkan sebagai daerah penyangga. e. Hutan komersial dan budidaya perairan intensif Banyak pilihan penggunaan yang bertujuan untuk memaksimalkan produksi hutan dan hasil perikanan. f. Hutan rakyat dan budidaya perairan intensif Banyak pilihan penggunaan yang membutuhkan syarat kayu dari masyarakat pinggir pantai dan potensi budidaya perikanan. g. Konversi ke pengembangan daerah kota, perindustrian, dan rekreasi konversi tujuan pengembangan mangrove. B. Pernyataan pengelompokan daerah mangrove ke dalam kategori yang berbeda untuk wilayah perlindungan dan pemanfaatan. Wilayah-wilayah yang digunakan untuk melindungi rencana pemanfaatan lahan harus memiliki status legal sehingga tekanan berkelanjutan pada eksploitasi sumber daya bisa dikendalikan secara efektif. Daerah pengelompokan yang berbeda harus diakui dan diinformasikan sehingga kondisi berbeda untuk perawatan berkesinambungan bisa ditentukan secara efektif. C. Peremajaan Hutan pada daerah mangrove yang mengalami penurunan. Peremajaan hutan pada daerah mangrove yang mengalami penurunan sangat penting untuk mendapatkan kembali karakteristik dan sifat alami dari ekosistem. Hal ini pada saatnya akan mengganti lingkungan dan manfaat ekonomi pada sumber daya mangrove. D. Informasi penyebaran dan kampanye kepedulian masyarakat. Untuk dapat melaksanakan rencana pengelolaan mangrove yang diusulkan, perlu untuk menginformasikan lembaga-lembaga yang terkait, lembaga-lembaga non-pemerintah yang tertarik, penduduk lokal yang terlibat dan masyarakat umum tentang adanya rencana dan konsekuensinya. Kepedulian masyarakat umum tentang pentingnya daerah mangrove secara ekonomi dan ekologi bisa dikembangkan melalui penyebaran pamflet, daya tarik slogan dan billboard, dan pengumuman atau iklan media massa. Kelompok atau forum diskusi kecil bisa diatur dan kegiatan pembudidayaan meliputi peranan-peranan ekosistem mangrove bisa dipromosikan. Peranan sekolah, di semua level, dasar, menengah, kejuruan, dan universitas adalah tempat yang ideal untuk kegiatan penyadaran masyarakat secara formal. Murid-murid dengan pikiran terbuka dan diarahkan untuk menerima informasi pendidikan tingkat tinggi.
Penyusun Alih bahasa : Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

E. Pendirian komisi pengelolaan sumberdaya mangrove tingkat lokal/daerah. Untuk melindungi dan mengembangkan ketahanan sumberdaya mangrove, perlu untuk membangun komisi pengelolaan mangrove tingkat lokal/daerah. Komisi ini dapat mengembangkan program dan strategi yg bertujuan untuk mengimplementasi tindakan pengelolaan mangrove dan pilihan yang sesuai dengan masyarakat. Anggota komisi terdiri dari perwakilan lembaga pemerintah, non-pemerintah dan swasta. Gangguan dan ancaman pada ekosistem mangrove Faktor dan proses alami 1. Topan dan tsunami kecepatan angin dan energi ombak yang tinggi menyebabkan tercabutnya mangrove dan perpindahan endapan dalam jumlah banyak. 2. Erupsi gunung berapi perpindahan aliran lava dan debu vulkanik ke daerah mangrove. 3. Hama dan parasit serangga penggerek menyebabkan infeksi; pengelompokan parasit. 4. Penyakit infeksi jamur, bakteri, dan virus. Intervensi antropogenik 1. Konversi daerah mangrove selama urbanisasi, budidaya pertanian dan pertanian. 2. Polusi akibat praktek budidaya pertanian, polusi industri dan rumah tangga, termasuk tumpahan minyak dan kontaminasi minyak dan eksplorasi gas. 3. Kenaikan permukaan laut dan pemanasan global akibat pemanasan global, daerah mangrove akan terendam dalam air laut, menyebabkan gangguan pada pengelompokan dan penyebaran spesies. 4. Invasi spesies eksotis ketika hutan mangrove telah dipindahkan, spesies tanaman yang tidak ekonomis dan tidak bermanfaat pada lingkungan akan mengambil alih spesies mangrove yang asli, contohnya adalah rerumputan. 5. Pencegahan aliran air tawar perubahan pada aliran drainase dari dataran tinggi dan kumpulan dari banyak sekali endapan sepanjang jalur air akan melemahkan akar mangrove. 6. Peningkatan kadar garam Intrusi air laut akan menyebabkan peningkatan kadar garam pada daratan dan mengganggu komposisi spesies dan penyebaran mangrove. 7. Perubahan dalam konsistensi kimia pada tanah perubahan komposisi fisik dan kimia pada tanah dan endapannya akan mempengaruhi komposisi dan pengelompokan tanaman mangrove. 8. Eksploitasi hasil hutan mangrove secara berlebihan. 9. Eksploitasi sumber daya perikanan secara berlebihan. 10. Kegiatan pertambangan akan menyebabkan polusi dan penurunan daerah mangrove. Pengaruh lingkungan berhubungan dengan musnahnya mangrove (konversi menjadi budidaya perairan, perkembangan perindustrian, perkampungan penduduk, dan ekstraksi kayu yang tidak berkesinambungan) sangat besar. Penurunan pada daerah mangrove berdampak pada: Paparan endapan yang akan mengoksidasi dan mengasamkan dengan cepat.

- Permukaan erosi yang naik dan melepaskan nutrisi tanamanan akibat dari meluapnya permukaan air yang
naik dan gelombang air pasang. Akhirnya, hal ini mengarah pada erosi pinggir pantai dan musnahnya sumber daya yang dasar.
Penyusun Alih bahasa : Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

- Rusaknya batu karang dan padang lamun akibat dari naiknya endapan di lingkungan laut yang mengurangi
penetrasi cahaya di perairan pinggir pantai. Pada akhirnya, siltasi bisa menahan habitat produktifnya.

- Siltasi dari saluran navigasi memerlukan biaya yang tinggi. - Biaya investasi tinggi untuk infrastruktur pelindung pinggir pantai seperti tambak.
Meningkatnya potensi kandungan asam pada air tawar yang mungkin dapat mengurasi kadar garam dan pH pada air pinggir pantai. Potensi musnahnya efek penapis mangrove untuk menghilangkan polutan-polutan di lingkungan terestrial. Kehancuran di dekat industry perikanan tepi pantai dan marga satwa. Endapan yang terpapar dan teroksidasi membuat kondisi yang buruk pada regenerasi hutan dan tertundanya recovery hutan. Peningkatan CO2 di atmosfir, menyumbang pada kelangsungan pemanasan global.

Penyusun Alih bahasa

: Maria de Guia : Mia Asrifaningtyas dan Shandra Nitalinawati

You might also like