You are on page 1of 52

OLEH : DRA. HJ.

HADIATI, MM, MSi Disampaikan Pada Acara Perkuliahan UNIVERSITAS PROF DR MOESTOPO JURUSAN ILMU KOMUNIKASI TH. 2007/2008 DI JAKARTA

ETIKA KOMUNIKASI
1. Pengertian Etika

2.Perbedaan Etika dan Moral


3.Definisi Etika 4.Pengelompokan Pengertian Etika 5. Objek Etika 6.Norma 7.Mazhab

8.Prespektif Penilaian

Menurut Wiliam Benton, (Encyclopedia Britannica 1972)

Pengertian Etika :

Etika berasal dari Bahasa Yunani, Ethos yang berarti karakter disebut juga filsafat moral Kata latin 'mores' yang artinya adat istiadat.

Perbedaan Etika dan Moral


Etika : Kajian umum dan sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi prinsip benar dan salah dari perilaku manusia. ditujukan pada suatu sistem pengkajian, suatu sudut pandangan (dalam Islam lebih dikenal Ilmu

Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan nilai baik-buruk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis. Moral : standar benar dan salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama dan diartikan secara kultural. ditujukan kepada sesuatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri (dalam Islam sering disebut akhlak).

Akhlak).

Definisi Etika
I. Etika (menurut Wiliam Benton) Studi yang sistematis dari: konsep2 nilai baik,buruk,harus,benar,salah dsb tentang prinsip-prinsip umum yang membe narkan kita dalam penerapan di segala hal. 2. Etika (Menurut Louis O. Kattsoff dalam bukunya Elements of Philosophy,1953) Cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila). Mempersoalkan sifat-sifat yang menyebabkan seseorang berhak untuk disebut susila atau berbudi.

Definisi Etika Ditinjau Dari Pengertian nya Dikelompokkan Menjadi 3

1. Etika Deskriptif

2. Etika Normatif 3.Etika Kefilsafatan

1. Etika Deskriptif
-

Definisi Etika Ditinjau Dari Pengertiannya Dikelompokkan

2. Etika Normatif
-

Bersifat pemaparan atau penggambaran saja. Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan : Nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. - Pencatatan terhadap corak-corak predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat.

mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. 3. Etika Kefilsafatan Kefilsafatan mempersoalkan tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Objek Etika
Perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran penuh tentang tingkahlaku manusia (implisit hati dan ucapan).

Norma
Pengertian norma yang juga mengandung peraturan tentang perilaku manusia menurut Franz Magnis Suseno dalam buku Etika Dasar yang berarti : Peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimana seyogyanya manusia harus bertingkahlaku dan berbuat dalam masyarakat.

Norma-norma dapat dibedakan :


1. Norma teknis dan permainan Hanya berlaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu atau untuk kegiatan-kegiatan sementara dan terbatas. Contoh: - peraturan dalam olah raga - peraturan dalam perusahaan yang hanya berlaku terbatas bagi mereka yang bekerja di perusahaan tersebut. 2. Norma yang berlaku umum dalam masyarakat dapat dibedakan: a. Norma kepercayaan / keagamaan - Dasar dari norma ini adalah kitab suci. - Tujuannya adalah agar manusia beriman. - Sanksinya tidak di dunia, tapi di akhirat nanti. Contoh: - jangan membunuh - berbuatlah baik b. Norma Moral - Norma moral berhubungan dengan manusia sebagai pribadi. - Pendukung dari norma ini adalah hati nurani manusia. - Hati nurani ini sangat berperan dalam perilaku lahiriah manusia. - Pelanggaran terhadap norma ini adalah penyesalan, karena tidak ada kekuasaan dari luar diri manusia yang. mengancam. - Tujuannya adalah penyempurnaan manusia sebagai manusia. - Contoh: Saya harus berbuat jujur.

3. Norma sopan santun - Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. - Tujuannya untuk penyempurnaan manusia sebagai masyarakat, yaitu untuk kedamaian, ketertiban, keamanan dalam hidup bersama. - Ancaman dari pelanggaran kaidah ini berupa cemoohan, hinaan dari masyarakat. Seringkali sanksi tidak diucapkan, tapi hanya dengan perbuatan. - Contoh : - hormat pada orang yang lebih tua - hormat bawahan pada atasan 4. Norma hukum - Norma hukum pelaksanaannya dapat dituntut dan dipaksakan. - Pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh penguasa sah dalam masyarakat. - Dasarnya adalah peraturan perundang-undangan, yang dapat dipastikan mulai kapan berlakunya. - Contoh: - penyebaran ajaran komunisme dengan segala pendukungnya di Indonesia terlarang sejak Sidang Istimewa MPRS 1966.

Pengertian mazhab
Menurut kamus bahasa Indonesia dapat berarti: Haluan atau aliran mengenai hukum fikih yang menjadi panutan (menurut Islam) Golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, atau aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dsb dan yang berusaha untuk memajukan hal tsb. Pengertian mazhab dalam etika dapat diartikan pada pengertian yang kedua di atas.

1. Egoisme

2. Deontologisme 3.Utilitarianisme/mazhab teologi.

4. Theonom

Mazhab-Mazhab Dalam Etika 1. Egoisme Kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan yang berlaku dalam egoisme adalah bahwa tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah yang memberi hasil atau manfaat bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan atau dalam waktu yang lama.

(Kesenangan) 1.Hedoni sme 1. H. Etis 2. H. Psikologis 3. Egois 4. Altruistis 5. Universalistis 6. Estetis 7. Religius 8. Analitis 9. Sintetis Empiris

10.Sintetis apriori

2.Eudaemonis me

(Kebahagiaan)

1.Hedonisme
Tema sentral dan tujuan dari Hedonisme adalah memperoleh kesenangan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti kesenangan. Tokoh hedonisme adalah Eudoxus dan Epicures. Menurut Epicurus: hal yang baik adalah hal yang memuaskan keinginan rnanusia, teristimewa keinginan akan kesenangan. Hal yang sering dianjurkan adalah agar manusia mempergunakan waktunya sebanyak mungkin untuk bersenangsenang.

1.1.Hedonisme Dikelompokkan Dalam :


1.1.1.Hedonisme Etis Kesenangan merupakan keharusan tindakan, bagaimana seharusnya orang bertingkahlaku dan berbuat. 1.1.2. Hedonisme Psikologis Sudah merupakan fakta kejiwaan bahwa manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesenangan. 1.1.3. Hedonisme Egois Mementingkan kesenangan diri sendiri.Setiap orang memang seharusnya mencari kesenangan yang sebanyak mungkin.

1.1.4.Hedonisme Altruistis Kaidah kesusilaan yang berlaku adalah segala perbuatan yangmenghasilkan kesenangan yang sebesar-besarnya bagi jumlah manusia yang sebanyakbanyaknya.

1.1.5. Hedonisme Universalistis

1.1.6. Hedonisme Estetis

Setiap manusia seharusnya mencari kesenangan yang sebanyak mungkin bagi kebahagiaan masyarakat banyak. - Faktor penentu baik dan buruknya suatu perbuatan adalah adanya suatu keindahan. - Nilai tertinggi dari suatu kesusilaan adalah merasa senang dengan hal yang indah, dimana keindahan itu ada, dalam alam, kesenian atau dunia manusia.

1.1.7. Hedonisme Religius

1.1.8. Hedonisme Analitis Istilah baik dan menyenangkan berarti sama, maka
1.1.9. Hedonisme Sintetis Empiris
suatu yang baik adalah yang menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan.

Religi diperlukan untuk membangkitkan perasaanperasaan tertentu, yang memberikan keinsyafan tentang kesenangan. Manusia akan merasa senang apabila menjalankan kewajiban keagamaannya. Sehingga manusia yang lain akan menilainya sebagai orang yang, baik.

1.1.10. Hedonisme Sintetis apriori

Diumpamakan bahwa istilah baik tidak sama dengan mernghasilkait kesenangan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa tindakan baik itu menghasilkan kesenangan. - Istilah baik dan menghasilkan kesenangan dianggap tidak sama artinya, tetapi yang satu perlu mempunyai hubungan dengan yang lain atau dikualifikasi oleh yang lain. - Tindakan baik itu tidak hanya menghasilkan kesenangan, melainkan harus menghasilkan kesenangan.

1.2.Eudaemonisme
Berasal dari bahasa Yunani eudaemonia yang berarti bahagia atau kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa bahagia. Tujuan eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan badaniah maupun kebahagiaan rohaniah. Sebab timbulnya rasa bahagia sebagai akibat adanya suatu keharmonisan, keselarasan dan keseimbangandalamdirinya sendiri, dengan dirinya sendiri bahkan dengan alam sekitamya. Perbedaan pokok dengan hedonisme adalah pada kebahagiaan rohaniah. Pangkal dari kebahagiaan adalah pengalaman Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam kegiatan yang merealisasikan bakat-bakat dan kesenangan manusia, setiap manusia harus hidup dengan mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dengan demikian kebahagiaan yang

Deontologisme berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti yang diharuskan atau yang diwajibkan. Deontologisme berpendapat bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, melainkan berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan. Suatu tindakan tidak dinilai dari hasil yang dicapainya, tetapi dinilai dari kewajiban moral dan keharusan. Baik buruknya suatu perbuatan tidak dinilai dari hasil suatu kerjanya, tetapi yang dinilai adalah sejauh mana ia berusaha untuk mendapatkan hasil tersebut.

2. Deontologisme

Bentuk Deontologisme ada 2, yaitu:


2.1. Deontologisme Tindakan (bersifat individual
subjektif) Tema sentralnya adalah baik dan buruknya suatu tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. (sering disebut etika situasi). Setiap situasi itu unik, antara situasi yang satu dengan situasi yang lain berlainan, sehingga tidak mungkin ada suatu peraturan yang berlaku umum untuk semua orang. Kaidah moral yang berlaku adalah baik buruknya suatu tindakan diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik buruknya akibat

2.2.Deontologisme Peraturan

3. Utilitarianisme/mazhab teologi
Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang menjadi tujuan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan yang dikerjakan. Akibat baik berarti menguntungkan dan bermanfaat terutama bagi kepentingan banyak manusia dan menghindarkan akibatakibat buruk.

Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu:


3.1. Utilitarianisme Tindakan Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat baik yang sebesar mungkin. Semua cara harus ditempuh dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari tindakan tersebut. Utilitarianisme tindakan melihat norma-norma moral yang universal tidak berlaku lagi. Yang terpenting adalah pergunakanlah semua cara dan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, singkatnya tujuan menghalalkan semua Contoh: Berbohong terkadang diperbolehkan demi untuk

cara.

menyenangkan pasangan hidup kita. 3.2. Utilitarianisme Peraturan

Semboyan dari Utilitarianisme peraturan adalah bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasil kan kelebihan akibatakibat baik yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat-akibat buruk. Suatu tindakan dianggap baik apabila pada akhirnya menghasilkan kelebihan akibat baik bagi berlakunya suatu peraturan.

4. Theonom
Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan. Perbuatan susila harus mendasarkan pada kehendak dan sifat-sifat Allah, sehingga teori ini sering disebut Theological Theory.

4.1.Teori Theonom Murni

Ada 2 macam teori theonom yaitu:

Kaidah umum yang berlaku dalam teori ini adalah: Suatu perbuatan dianggap benar atau susila apabila sesuai dengan kewajibankewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia. Allah adalah sumber kebaikan, sumber kebijaksanaan, maka apabila manusia ingin menjadi baik dan bijaksana ia harus mengikuti perintah Allah. Contoh : Membunuh tidak diperbolehkan karena mengakibatkan hal-hal yang buruk, tetapi membunuh itu dilarang karena sesungguh nya Allah tidak menyukai perbuatan membunuh. 4.2.Teori Theonom Umum Kodrat sering disebut sebagai etika perwujudan diri. Sesuai dengan.hukum kodrat bahwa Allah menciptakan manusia, dan memang keberadaan manusia sudah dikehendaki oleh Allah Dengan demikian suatu perbuatan dinilai sejauh adanya manfaat yang diberikan akibat perbuatan

Perspektif Dalam Penilaian Etika Komunikasi


(Richard L. Johannesen)

1. Perspektif Politik Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya sistem politik Amerika": a. Penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual. b. Keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan. c. Kebebasan yang disertai tanggung jawab. d. Keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat demokrasi. Untuk mewujudkan ke-4 nilai di atas, diperlukan suatu pedoman etika, yaitu: Mengembangkan kebiasaan meneliti yang tumbuh dari pengenalan bahwa selama kita berkomunikasi, Menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dengan memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka. Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi. Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat.

2. Perspektif Sifat Manusia


Sifat manusia yang paling unik adalah kemampuan berpikir dan kemampuan menggunakan simbol. Menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang benar-benar manusiawi adalah berasal dari seorang rasionalis yang sadar apa yang dilakukannya dan dengan bebas untuk memilih melakukannya. Etika komunikasi dinilai dari kriteria : maksud si pembicara. sifat dan cara-cara yang diambil keadaan yang mengiringi Ketiga kriteria ini saling berkaitan.

3. Perspektif Dialogis
Komunikasi lnsani bukanlah jalur satu arah, melainkan transaksi dialog dua arah. Dalam hubungan dialogis, sikap dan perilaku setiap partisipan komunikasi ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan hati, kelangsungan, kejujuran, spontanitas, keterus terangan, tidak berpura-pura, niat yang tidak manipulatif, kerukun intensitas dan kasih sayang dalam arti bertanggungjawab dan seorang manusia kepada manusia lainnya. Dialog tampaknya paling mungkin berkembang dalam situasi komunikasi pribadi, dua orang berhadap-hadapan, lisan, yang berlangsung meskipun sebentar-sebentar, selama periode panjang.

Dialog sebagai jenis perilaku komunikasi yang lebih menyenangkan, sebaiknya menggantikan persuasi. Pendapat seperti itu biasanya ketika persuasi didefinisikan persis sama dengan monolog yang tidak etis. Sebaliknya, dialog depat dipakai sebagai pelengkap teori tradisional, praktik, dan etika persuasi. Thomas Nilsen mengatakan bahwa untuk mencapai komunikasi antar personal yang etis perlu dipupuk sikapsikap berikut ini Penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status, atau hubungan dengan pembicara. Penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud, dan integritas Orang lain. Sikap suka memperbolehkan, keobjektifan, dan keterbukaan pikiran yang mendorong kebebasan berekspresi Penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai alernatif. Terlebih dahulu mendengarkan dengan hal-hal bersimpati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan.

John Malay dan William Brown mendata sepuluh kondisi dialog yang dapat digunakan sebagai. pedoman etika untuk menentukan sejauh mana sikap-sikap dialogis terungkap dalam transaksi komunikasi insani :
1. Keterlibatan manusia dari kebutuhan yang dirasakan untuk berkomunikasi 2. Suasana kererbukaan, kebebasan, dan pertanggung jawaban. 3. Berurusan dengan isu dan ide nyata yang relevan dengan komunikator 4. Apresiasi terhadap perbedaan dan keunikan individual. 5. Penerimaan terhadap ketidaksetujuan dan konflik dengan keinginan untuk menyelesaikannya. 6. Umpan balik yang efekfif. 7. Saling menghargai dan diharapkan saling mempercayai. 8. Ketulusan hati dan kejujuran dalam sikap terhadap komuniikasi. 9. Sikap yang positif untuk pemahaman dan belajar. 10. Kemauan menerima kesalahan dan membiarkan persuasi.

4. Perspeketif Situasional
Faktor situasional atau kontekstual konkret yang mungkin relevan bagi penilaian etika yang murni situasional antara lain adalah: Peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak. Standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan. Derajat kesadaran khalayak tentang caracara komunikator. Tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator. Tujuan dan nilai khalayak. Standar khalayak untuk kommikasi etis.

5. Perspektif Religius
Kitab suci seperti AI-Quran, Injil dan Taurat dapat dipakai sebagai Standar mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa yang seharusnya dilakukan manusia dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. Biasanya sanksi dan pahala juga secara jelas tertulis, sehingga manusia dalam menaatinya sering karena merasa takut apabila melanggarnya Contoh: Seorang anak harus berkata dengan lemah lembut kepada kedua orang tuanya, ,juga kepada siapa saja yang lebih tua dari padanya. Apabila seseorang anak berkata dengan nada suara yang keras berarti dia durhaka pada orang tuanya. Dalam contoh di atas adalah etika komunikasi dalam AIQuran. Sebenarnya menempatkan posisi orangtua sedemikian rupa adalah agar anak menghormati orang tuanya, dan sebaliknya orang tua dapat menyayangi anaknya. Namun timbul permasalahan, bagaimana dengan orangtua yang melakukan perbuatan yang sebenarnya dilarang oleh agama? bagaimana sikap anak dalam memberitahu bahwa orang tuanya itu telah berbuat salah?

6. Perspektif Utilitarian
Kriteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah: - adanya kegunaan. - adanya kesenangan. adanya kegembiraan. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dinyatakan dalam pertanyaan: Apakah cara atau tujuan dapat meningkatkan kebaikan terbesar untuk sejumlah terbesar dalam jangka waktu yang lama? Perspekfif utilitarian biasanya diterapkan dalam bentuk kombinasi dengan perspektif-perspektif lain. Konsep kegembiraan dari kaum utilitarian menjadi lebih luas sehingga mencakup nilai-nilai yang secara intrinsik berharga, seperti persahabatan, kesehatan dan pengetahuan.

7. Perspekif Legal Perilaku komunikasi yang legal, yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dianggap perilaku komunikasi yang etis. Muncul persoalan, bagaimana dengan suatu yang legal flu sendiri? Banyak orang mengkhawatir dengan pendekatan etika komunikasi murni legal ini. Ada banyak hal yang legal, tapi menurut etika sebenarnya diragukan.

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


1. Pengertian Kebudayaan 2. Kerangka kebudayaan

3. Sistem Budaya dan Sistem Sosial

4. Konsep Nilai, Sistem Inist, Diri Orientasi Nilai (budaya)

Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897).

1. Pengertian Kebudayaan

2. Kerangka kcbudayaan
1.Konsep Kebudayaan

2. Unsur Kebudayaan

dan Sistem Sosial


1.

Sistem Budaya

2.

Sistem sosial

Nilai
(1) konsep nilai, (2) watak nilai, (3) sistem nilai, (4) orientasi nilai (budaya).

Munculnya Suatu Kebudayaan (Peradaban).


1.Pertama, anggapan bahwa adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia (baca kebudayaan) disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama. 2.Kedua, anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya. Proses sejarah bukan hal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adat-istiadat, dan kehendak semua masyarakat

Teori Kebudayaan

Kebudayaa dapat dipelajari. Kebudayaan berasal atau bersumber dan segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia, Kebudayaan mempuyai struktur. Kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek. Kebudayaan bersifat dinainis. Kebudayaan mempunyai variabel. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah anti bagi kesan kreatifnya.

(Kluckhohn 1951)

bahasa

Kebudayaan Di dunia (B. Malmnowski)


sistem teknologi sistem mata pencaharian

kesenian

Sistem budaya

sistem pengetahuan

organisasi sosial

Sistem budaya
Sistem sosial Kebudayaan fisik sistem pengetahuan

BEDA
Sistem sosial lebih banyak dibahas dalam kajian sosiologi, Sistem budaya banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya. Istilah sistem ini dapat dipakai untuk berbagai cara, fenomena, undang-undang dan lain-lain.

ciri sistem
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. fungsi (function), satuan (unit), batasan (boundary) bentuk (strukture), ungkungan (enviroment), hubungan (relation), proses (process), masukan (input), keluaran (output), pertukaran (exchange).

Cycle Diagram
Add Your Text Text Text

Text

Cycle name
Text

Text

Progress Diagram
Phase 1 Phase 2 Phase 3

1.Hedo nisme1. Hedoni sme

Block Diagram

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

Table
TEXT TEXT

Title A Title B Title C Title D Title E

Title F

3-D Pie Chart

TEXT
TEXT TEXT

TEXT
TEXT TEXT

Marketing Diagram
Title

TEXT

TEXT

TEXT

TEXT

You might also like