You are on page 1of 3

MAKALAH MATA KULIAH FILSAFAT TEMA : RELATIVISME

Di susun Oleh : Nama Mahasiswa Fakultas : Umi Kulsum : Psikologi

UNIVERSITAS AZZAHRA

RELATIVISME BUDAYA

A. Pendahuluan Kajian pemikiran relativisme budaya banyak-banyak menyita. Perhatian berbagai kalangan, baik dari ilmuwan, politisi, ekonomi, ahli hukum, kaum bangsawan ataupun yang lainnya. Tentu saya, sesuai hukum produk pemikiran, ada yang pro dan ada yang menolak dan mencertanya. Relativisme budaya begitu menarik perhatian banyak pemikir salah satunya, karena pemikiran tersebut berani menolak kemapanan dan menisbikan budaya yang ketika kemunculannya sudah establish, terutama pada masyarakat Eropa ia memilih tidak ada suatu masyarakat yang berhak mengklaim budayanya lebih unggul dari yang lain keunggulan suatu budaya sangat relatif, karenanya tidak ada produk budaya yang mesti di anggap unggul abdala (2008) menyatakan relativisme budaya ialah paham bahwa semua budaya baik tidak ada budaya yang superior. Dengan demikian, relativisme budaya menawarkan sebuah pemikiran sederhana apapun bentuk dan wujudnya produk budaya ia harus dihargai. Sebab secara substantif tidak ada suatu produk budaya yang dapat dinilai baik, buruk di banding budaya-budaya lainnya. B. Permasalahan Masalah utama yang ingin di pecahkan dalam mengkaji aliran pemikiran relativisme budaya ini adalah terkait dengan kenyataan bahwa masih banyak komunitas yang merasa diri unggul dan berhak memegang hegemoni, mengukur budaya orang lain berdasarkan budayanya. Selain itu dalam kehidupan nyata di satu sisi semua orang meyakini bahwa budaya lain perlu di hargai dan di hormati. C. Historis lahirnya Relativisme Budaya Istilah Relativisme budaya dapat di lihat dari ragamnya, relativisme terbagi ke dalam relativisme individual, di sebut subjektivisme dan relativisme konvensional (pojman 1990) Relativisme individual adalah bahwa setiap individu menentukan kaidah moralnya sendiri Subjektivisme (Istilah lain dari relativisme individual) memandang bahwa pilihan-pilihan individu menentukan validitas sebuah prinsip moral. Relativisme Budaya secara Epismologi, berasal dari jerman sebagai tanggapan terhadap adanya etnosentrisme barat yang dibiarkan berkembang dan melahirkan rasisme, yaitu adanya kebencian dari suku bangsa terhadap suku bangsa lain, atau istilah Mulyana (1996) etnosentrisme adalah adakah akar rasisme kita bisa melihat rasisme di Jerman yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Hitler, yang menghasilkan kebencian dari ras Jerman terhadap ras Yahudi yang menimbulkan pembantaian Jutaan manusia yang tidak berdosa. D. Relativisme Budaya dalam kajian pemikir modern 1. Gilbert Harman Dalam pandangan Gilbert Harman, versi standar relativisme yang ada selama ini tidak lagi efektif oleh karena itu dia bersama-sama dengan David Wong tokoh Relativisme yang membentuk Relativisme yang rumit dan moderat untuk menghadapi kelompok-kelompok yang menentang paham ini (Somali : 2005.178)

2. David Wong Teori Wong membedakan antara menjadi benar dan memberi alasan bagi tindakan Wong tidak percaya Konvensionalisme moral dan tawar menawar implisit meskipun demikian Wong percaya moralitas yang merupakan kreasi sosial. E. Kesimpulan Pertama, Relativisme budaya muncul sebagai reaksi dari adanya etnosentrisme yang berkembang di Eropa, yang selalu mengukur baik-buruk dan benar salah suatu budaya berdasarkan budayanya, sedangkan Relativisme budaya berprinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas individu harus dipahami berdasarkan budaya di wilayahnya. Masing-masing dan mengajak kepada siapapun untuk menghargai suatu budayanya sehingga menghasilkan penilaian terhadap budaya yang bersifat relatif. Kedua, semua hasil pemikiran dan cara kerja aliran Relativisme budaya merupakan sesuatu yan amat penting untuk di pelajari oleh siapapun yang berminat, baik bagi perkembangan kebudayaan untuk kepentingan membangun dan mengembangkan teori apa pun untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah yang berkemban di masyarakat.

You might also like