You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat guna tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Dimana untuk merumuskan tujuan pembangunan tersebut, sesuai dengan strategi Departemen Kesehatan dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 perlunya perbaikan-perbaikan dalam segala bidang terutama bidang kesehatan salah satu diantaranya adalah program gizi. (lap) Gizi merupakan unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat dalam jangka panjang. Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktifitas, menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan dan kematian.(lap) Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayananan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah adalah gizi adalah multifaktorial, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus harus melibatkan berbagai sector terkait.(stat) Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah gizi makro dan mikro yaitu Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.(stat) Sampai saat ini 76,4 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin, serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau. Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang anak balita 28%, dan di antara angka tersebut 8,8 % menderita gizi buruk. Pada tahun 2010 dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) angka tersebut berkurang menjadi 17,9 %. Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih

cukup tinggi 36,8% yang berarti pernah menderita kekurangan gizi. Sedangkan Prevalensi gizi buruk 5,4 %. (depkes,OKEZONE) Selain masalah gizi kurang dan gizi buruk Sampai saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik terang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau dikenal dengan sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai terutama di negaranegara sedang berkembang. anemia gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan rendah (wijayanti,Y,1989). (usu) Berdasarkan hasilhasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi anemia gizi yang tinggi pada anak sekolah membawa akibat negatif yaitu rendahnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekuensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia (scrimihow, 1984). (usu) Suatu penelitian menunjukkan bahwa angka kematian ibu sebanyak 265/100.000 penduduk berhubungan erat dengan anemia yang dideritanya ketika hamil (Depkes RI, 2007). Prevalensi anemia ibu hamil belum mengalami perubahan dari tahun 1995-2000, namun Departemen Kesehatan RI sampai dengan tahun 2010 akan berusaha menurunkan prevalensi anemia ibu hamil dari 51% menjadi 40% (Depkes RI, 2000). Sementara dari sumber Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi anemia gizi besi (Fe) pada ibu hamil mencapai 40,1% (Depkes RI, 2004).(usu2) Di Puskesmas Andalas yang jangkauan wilayah kerjanya adalah Kecamatan Padang Timur, masalah gizi mayarakat yang juga masih menjadi masalah adalah masih terdapatnya gizi kurang dan gizi lebih serta masih

ditemukannya

anemia

pada

ibu

hamil.

Karena

itu,

penulis

mencoba

mengidentifikasikan masalah gizi tersebut dengan data-data yang ada. I.2. Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang mengidentifikasikan masalah gizi terutama KEP dan Anemia yang ada di Puskesmas Andalas I.3. Tujuan Penulisan Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi makro terutama KEP dan masalah gizi mikro yaittu anemia defesiensi besi serta penanggulangannya di Puskesmas. Dan juga sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand. I.4. Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada literatur dan pengolahan serta diskusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi-fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energy.(stat) Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.(stat) Status gizi ( Nutrition Status ) adalah ekspresi keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh : gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. (stat)

2.2 Klasifikasi Malnutrisi Malnutrisi adalah gizi salah yang mencakup keadaan gizi kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia dengan masih tingginya angka kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini.(markum) Ada empat bentuk malnutrisi : (stat) 1. Under Nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.

2. Specific Defisiency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain. 3. Over Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. 4. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masalah Gizi Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu, agens dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi, metabolism, dan kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis, serta sanitasi makanan. (stat) Bagan 1.(stat)

Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Daly et al. (1979) membuat model-model faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan. Bagan 2.(stat)

2.4 KEP ( Kurang Energi Protein ) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHONCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita.(stat) 1. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1) KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM). KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

2. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmickwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. a. Kwashiorkor Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok Perubahan status mental, apatis, dan rewel Pembesaran hati

Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut anemia diare.

b. Marasmus: Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) Perut cekung Iga gambang Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) - diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor: Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHONCHS disertai edema yang tidak mencolok.

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA)(Menkes) INDEKS STATUS GIZI Gizi Lebih Berat Badan Menurut Umur Gizi Baik Gizi Kurang (BB/U) Gizi Buruk Tinggi Badan Menurut Umur Normal Pendek (Stunted) (TB/U) Gemuk Berat Badan Menurut Tinggi Normal Kurus (Wasted) Badan (BB/TB Kurus sekali AMBANG BATAS >+2 SD -2SD sampai +2SD <-2SD sampai -3SD < -3SD 2SD < -2SD >+2SD -2SD sampai + 2SD <-2SD sampai -3SD <-3SD

2.5 Anemia Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nili normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2. Batas normal Kadar Hemoglobin Defenisi pasti anemia pada wanita dipersulit oleh adanya perbedaan normal konsentrasi hemoglobin antara wanita dan pria, antara wanita berkulit putih dan hitam, antara wanita yang hamil dan yang tidak hamil, dan antara wanita hamil yang mendapat suplemen besi dan mereka yang tidak. (obswil) Berbagai pengukuran hematologis yang ekstensif pernah dilakukan pada wanita sehat tidak hamil, yang tidak satupun mengalami defesiensi besi karena masing-masing secara histokimiawi terbukti memiliki cadangan besi, dan tidak mengalami. (obswil) Tabel 3. Konsentrasi hemoglobin pada 85 Wanita Sehat yang Terbukti Memiliki Cadangan Besi (obswil) Hemoglobin (g/dl) Tidak Hamil Pertengahan Akhir Kehamilan 12,3 36% 6% 1% 9,8

Kehamilan Rata-Rata 13,7 11,5 Kurang dari 12,0 1% 72% Kurang dari 11,0 Tidak ada 29% Kurang dari 10,0 Tidak ada 4% Terendah 11,7 9,7 Dari Scott dan Pritchard (1967) dengan izin

Berdasarkan data yang disajikan di Tabel 3, anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan Hemoglobin Kelompok Anak Umur Hemoglobin

6 bulan s/d 6 tahun 11 6 tahun s/d 14 tahun 12 Dewasa Laki-laki 13 Wanita 12 Wanita hamil 11 kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, seperti diperlihatkan pada Tabel 3. Pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for Disease Control (1990) mendefinisikan

anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.(obswil)

BAB III Program, Masalah, dan Penanggulangan Gizi di Puskesmas Andalas Berkaitan dengan KEP dan Anemia

3.1 Program Gizi Puskesmas Andalas Pusekasmas Andalas memiliki 13 program gizi yang dijalankan oleh petugas gizi bekerja sama dengan pembina wilayah dan lintas program lainnya. 13 program gizi tersebut adalah : 1. Penimbangan 2. Penyuluhan Gizi 3. Distribusi Vitamin A Bayi dan Balita 4. Distribusi Vitamin A Ibu Nifas 5. Tablet Fe 6. Pojok Gizi (Pozi) 7. Pemberian PMT Pemulihan 8. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) 9. Pemantauan Balita Gizi Buruk 10. Survey Kadarzi dan PSG (Pemantauan Status Gizi) 11. Pemantauan Garam Beryodium 12. Pemantauan Status Gizi

13. Pencatatan dan pelaporan

3.2 Analisis Masalah Program Gizi Terkait KEP 3.2.1 Penimbangan Kegiatan penimbangan bertujuan untuk mengetahui dan memantau perkembangan berat badan dengan menggunakan timbangan dacin bagi balita, timbangan injak (bathscale) untuk ibu hamil dan ibu nifas. Kegiatan penimbangan ini dilakukan setiap sebulan sekali di setiap posyandu pada 10 kelurahan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Andalas.(lap) Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Andalas berjumlah 88 posyandu. Tabel 4. Jumlah dan tingkat perkembangan posyandu Puskesmas Andalas tahun 2011(lap) No. Kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jumlah Strata Pratama -

Posyandu Sawahan 6 Jati Baru 11 Jati 11 Sawahan Timur 6 Simpang Haru 3 Kubu Marapalam 6 Andalas 9 KD.PRK.Karakah 11 Parak Gadang 11 Timur Ganting Gadang Jumlah Parak 14 88

Madya 1 2 3 1 3 2 2 2 16

Purnama 5 9 6 2 2 2 5 8 8 6 53

Mandiri 2 3 1 1 2 3 1 6 19

Di wilayah kerja Puskesmas Andalas, jumlah posyandu yang ada untuk tahun 2011 sebanyak 88 buah posyandu dari 10 kelurahan di kelurahan wilayah kerja Puskesmas Andalas. Dengan jumlah posyandu pratama sudah tidak ada, posyandu madya 16 buah, posyandu purnama 53 buah dan posyandu mandiri 19 buah. Adapun jumlah posyandu purnama dan posyandu mandiri di wilayah kerja

Puskesmas Andalas tahun 2011 sudah mencapai 81,8% (72 buah). Bila dibandingkan dengan target tahun 2010 (40%)(wordpress) maka pencapaian Puskesmas Andalas dalam pengadaan dan pelaksanaan posyandu sudah mencapai target dan perlu dipertahankan Hasil penimbangan ini akan dituangkan dalam Balok SKDN yang merupakan indicator berhasilnya suatu kegiatan posyandu dan untuk mengidentifikasi masalah gizi di masyarakat. Balok SKDN ini terdiri dari D/S (ditimbang per sasaran), N/D (BB naik per ditimbang), M/D (BB di bawah garis merah per ditimbang).

Grafik 1. Persentase Balok SKDN D/S,N/D, dan M/D pada Bayi dan Balita(lap)

Dari Grafik 1 di atas didapatkan target D/S belum mencapai target yaitu 41,4 % Hasil penimbangan diolah dan direkap oleh petugas gizi sekaligus melakukan validasi terhadap balita BGM yang ada berdasarkan standar BB/U, TB/U, dan BB/TB.

Grafik 2. Grafik Klafisifikasi BALITA berdasarkan BB/U di Puskesmas Andalas tahun 2010

Grafik 3. Grafik Klasifikasi BALITA berdasarkan BB/TB di Puskesmas Andalas tahun 2010

3.2.2 Pemberian PMT Pemulihan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) khusus untuk anak yang menderita gizi buruk atau BGM (Bawah Garis Merah), dan ibu hamil KEK (Kurang energi Kalori). PMT ini berupa (lap) 1. Susu Frisien Fleg untuk bayi (6-12 bln) 2. SGM 2 untuk anak umur (1-2 thn) 3. SGM 3 untuk anak umur (>2 thn) 4. SGM 4 untuk anak umur (1-4 thn) 5. Vineral untuk ibu hamil KEK dan Anemia Gizi Besi 6. Milna Biscuit untuk anak umur (>6 bln) PMT Pemulihan ini diberikan secara bertahap selama 90 hari (3 bulan).

3.2.3 Pemantauan Status gizi Pemantuan status gizi dilakukan terhadap kasus gizi buruk. Dilakukan 2 minggu sekali sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan. Pemantauan ini dilakukan ke lapangan oleh pelaksana gizi bersama dengan Pembina wilayah. Dari kasus yang ada intervensi yang dilakukan terhadap balita tersebut adalah memberikan PMT Pemulihan selama 90 hari, baik berupa susu maupun biscuit.(lap)

PROTAP PELAYANAN PENINGKATAN GIZI DI PUSKESMAS ANDALAS Langkah-langkah Kegiatan(lap) A. Terhadap sasaran yang berkunjung ke Puskesmas 1) Petugas menerima pasien/sasaran yang berkunjung dari loket pendaftaran/ Ruang Pengobatan.

2) Petugas melakukan wawancara terhadap pasien/sasaran meliputi : Identitas sasaran dan anggota keluarga Masalah yang sedang dihadapi/yang mau dikonsulkan Riwayat penyakit yang sering diderita Keadaan pola konsumsi makanan termasuk keadaan pemberian ASI bagi bayi/balita Petugas melakukan penimbangan berat badan pasien/sasaran (Bayi, Anak Balita) dan pengukuran lingkaran lengan (Bumil, Bufas, dan WUS) Petugas melakukan penilaian dan analisa hasil penimbangan berat badan (Bayi, Anak Balita) dan hasil pengukuran lingkaran lengan (Bumil, Bufas, WUS) berdasarkan pedoman/standar yang berlaku. Petugas melakukan konseling dan penyuluhan terhadap sasaran / keluarga sasaran sesuai masalah yang sedang dihadapi. Petugas merencanakan dan mengusulkan kegiatan serta melakukan intervensi sesuai kebutuhan dan masalah yang dihadapi Petugas melaksanakan pencatatan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan Petugas membuat laporan hasil kegiatan sesuai kebutuhan.

B. Terhadap sasaran yang ada di lapangan 1) Petugas melakukan pemantauan pertumbuhan balita / PSG,

dilaksanakan setiap bulan melalui penimbangan di posyandu bersama kader, petugas melakukan penilaian K/S, D/S, N/S dan penemuan dini terhadap kemungkinan adanya Balita bermasalah ( Gizi Buruk ) untuk kemudian merencanakan intervensi yang diperlukan.

2) Petugas melakukan pemantauan gizi buruk (KEP berat) yang ditemukan langsung atau yang dirujuk oleh kader Posyandu, petugas melakukan seleksi dengan penimbangan ulang serta melakukan penilaian BB/U median WHO-NCHS, petugas melakukan konsultasi dokter terhadap kasus yang ditemukan, petugas/dokter merujuk kasus Gizi Buruk dengan komplikasi ke RSU, terhadap kasus Gizi Buruk tanpa komplikasi dilakukan penyuluhan, konseling diet KEP berat, pemeriksaan fisik dan pengobatan yang diperlukan serta intervensi gizi sesuai kebutuhan dan kemampuan (merencanakan, melaporkan / mengusulkan intervensi ke kabupaten). Petugas melakukan pemantauan mingguan, mencatat dan melaporkan perkembangan berat badan dan kemajuan asupan makanan. 3) Petugas melakukan pemantauan perubahan pola konsumsi setiap bulan per desa dengan mengambil sampel sebanyak 20 KK, meliputi frekuensi makan keluarga, jenis makanan pokok dan jumlah makanan yang dimasak. 4) Petugas melaksanakan pendistribusian kapsul vitamin A yang disorder / diterima dari Gudang Obat setiap 6 bulan sekali (bulan februari dan Agustus) terhadap bayi (6-12 bulan), anak balita (13-60 bln), bufas, balita penderita diare, campak, pneumonia, dan gizi buruk

Bagan 4. Alur Tindakan Berdasarkan Hasil Penimbangan(lap)

1 2 3

T : BB naik secara angka, tapi tidak mengikuti garis tumbuh pada KMS T : BB tetap dari bulan sebelumnya T : BB turun dari bulan sebelumnya

3.3 Analisis Masalah Program Puskesmas Terkait Anemia Tabel 3. Laporan Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Andalas 2010(lap)

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kegiatan Sasaran Jumlah Kunjungan Ibu Hamil baru/lama Jumlah Ibu hamil yang 6323

Target Hasil % 2058/4238 3243 122 35 95% 90% 2058 2033 32-52 98,7 97,5 51,2 37,6

diperiksa Hb Jumlah ibu hamil anemia (Hb 3243 < 11 gr%) Jumlah Ibu hamil dengan 2085 LILA < 23,5 Jumlah Kunjungan K1 Ibu 2085 Hamil Jumlah Kunjungan K4 Ibu 2085 hamil Jumlah kunjungan ibu hamil dengan faktor resiko (umur <20 th atau >35 th) (paritas >4; jarak kehamilan < 2th; LILA<23,5 cm; Tinggi Badan <145 cm Jumlah Bumil resiko tinggi (Pendarahan, Abortus, Infeksi, Keracunan

2-3

8.

Kehamilan, partus lama) yang 9. ditangani Jumlah Bumil resiko tinggi (Pendarahan, Abortus, Infeksi, Keracunan 2

kehamilan, partus lama) yang 10. dirujuk ke RS Jumlah persalinan oleh tenaga 1990 kesehatan, termasuk 90% 1832 90

didampingi kesehehatan

tenaga

Dari table diatas dapat dilihat bahwa Jumlah Ibu hamil yang anemia berjumlah 122 orang dari 3243 Ibu hamil yang diperiksa Hbnya, yaitu sekitar 37,6%. Puskesmas Andalas menggunakan batasan Hb < 11 gr% untuk kriteria menentukan anemia ini dan cara pemeriksaannya di laboratorium dengan menggunakan Hb Sahli. Pemeriksaan Hb ini merupakan salah satu yang dikerjakan petugas Puskesmas pada setiap kunjungan K1 ibu hamil. Adapun pemeriksaan ANC (Antenatal Care) yang dikerjakan di Puskesmas Andalas meliputi : (lap) 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2. Nilai status gizi dari pengukuran lingkar lengan atas 3. Ukur tekanan darah 4. Ukur tinggi fundus uteri 5. Menentukan persentasi janin dan denyut jantung janin 6. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toksoid) TT 7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Tes laboratorium rutin dan khusus Laboratorium rutin meliputi pemeriksaan Hb untuk mendeteksi anemia 9. Temu Wicara dalam rangka persiapan rujukan Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-tanda resiko tinggi kehamilan termasuk perencanaan persalinan, pencegahan komplikasi, dan KB pasca persalinan 10. Kesehatan gigi dan mulut

3.5 Pendistribusian Tablet Fe Sasaran pemberian tablet Fe adalah Ibu hamil (bumil) dan Ibu Nifas (bufas). Untuk Ibu hamil tablet Fe1 diberikan pada kunjungan pertama (K1) dan Fe 3 diberikan pada kehamilan trimester ke III K4, tablet Fe diberikan pada ibu hamil

yang datang ke Puskesmas, Pustu, dan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas(lap) Tabel 4. Pendistribusian Fe1,Fe3 dan Fe Bufas Tahun 2010(Lap) No 1. 2 3 4 5 6. 7. 8. 9. 10. Kelurahan Sawahan Jati Baru Jati Sawahan Timur Simpang Haru KB. Marapalam Andalas Kb.Prk.Karakah Pr.Gdg. Timur Gtg.Pr.Gadang Puskesmas Fe 1 sasaran 168 177 275 142 155 167 243 275 207 276 2085 Fe 3 sasaran 168 177 275 142 155 167 243 275 207 276 2085 Fe Bufas sasaran 160 169 262 135 148 160 232 263 198 263 1990

hasil 166 175 270 146 176 222 232 256 157 265 2085

% 98 98 98 102 113 132 95 93 75 96 98

hasil 166 172 261 144 168 234 222 244 155 271 2033

% 98 97 94 101 108 140 91 88 74 98 97

hasil 137 149 218 122 142 192 196 215 139 208 1733

% 85 88 83 90 95 120 84 81 70 79 87

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 4.2

You might also like