You are on page 1of 24

PANCASILA DASAR INDONESIA MERDEKA DAN SUMBER SEGALA SUMBER HUKUM DI INDONESIA DALAM KERANGKA MENUJU TATANAN DUNIA

BARU YANG ADIL DAN BERADAB1 Oleh : Hj. Rachmawati Soekarnoputri, SH.2

MUKADIMAH Pada Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke VI Tahun 1951, Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno memberikan Amanat kepada Bangsa

Indonesia sebagai berikut : Dari mempelajari sejarah orang bisa menemukan hukumhukum yang menguasai kehidupan manusia. Salah satu hukum itu ialah, bahwa tidak ada bangsa bisa menjadi besar dan makmur zonder kerja. Terbukti dalam sejarah segala jaman bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran ialah tidak pernah jatuh gratis dari langit. Kebesaran bangsa dan kemakmuran selalu Kristalisasi keringat. Ini adalah hukum yang kita temukan dari mempelajari sejarah. Bangsa Indonesia tariklah moral dari hukum ini !.3 Pemikiran Bung Karno tersebut masih tetap relevan dalam dalam kondisi tatanan dunia saat ini yang dengan kemajuan dan keunggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah merubah dunia menjadi lebih Liberal dan Kapitalistik. Dengan tidak bermaksud untuk nostalgia tetapi atas dasar niat dan ikhtiar yang memikul dan terpikul natuur agar pemikiran-pemikiran cemerlang dari Bung Karno bisa

2 3

Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Pewarisan Nilai : Pemikiran Tokoh -Tokoh Pendiri Bangsa yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, bertempat di Museum Nasional, Jakarta 26 Nopember 2011. Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno. Soekarno, Capailah Tata Tentrem Kerta Raharja Dibawah Bendera Revolusi Jilid Kedua, (Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi,1964), hlm. 142.

menjadi kereta kencana dalam mengantarkan Bangsa Indonesia mencapai cita-cita dan tujuannya dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila juga untuk bangsa-bangsa dunia menuju pada kehidupan yang lebih adil dan beradab. Setelah 83 tahun Sumpah Pemuda dan 66 tahun Indonesia Merdeka, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ditengah-

tengah hasil dan prestasi pembangunan dalam segenap aspek dan bidang baik spiritual dan material kita masih melihat, mendengar dan merasakan adanya krisis-krisis dalam berbagai aspek dan bidang budaya, hukum, sosial, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta lingkungan. Krisis-krisis tersebut seperti penyerangan tempat ibadah dan kelompok dengan latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda bahkan sampai pada tindakan anarkhis, tumbuh berkembangnya fundamentalisme dan terorisme, carut marutnya prosesnya hukum di Indonesia karena masih lemahnya penegakkan hukum, eforia otonomi daerah dengan pemekaran daerah yang lebih didasarkan pada pendekatan politik dan kepentingan politik, klaim oleh negara tetangga atas produk budaya Indonesia, masih cukup lebar kesenjangan sosial, gerakan separatisme daerah yang semuanya bila tidak terkendali bisa berujung terjadinya Disintegrasi Bangsa. Apakah kita akan berdiam diri selaku generasi penerus

bangsa yang sudah diwarisi nilai-nilai dan ajaran-ajaran dari para pendiri bangsa terhadap fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah menyentuh sendi?

KANDUNGAN Indonesia sebagai suatu negara bangsa memiliki sejarah yang unik berbeda dangan bangsa dan Negara lain diseluruh dunia ini.

Masyarakatnya yang magis religius kata Prof. Vollenhoven, kekayaan alamnya yang tiada duanya di dunia, kebudayaan, etnik, keyakinan, agama dan bahasa yang beraneka ragam. Salah satu Putra Bangsa, Ibu Pertiwi Indonesia yang memahami betul kondisi masyarakatnya, apa yang diinginkan rakyatnya dan apa yang diharapkan dan dicita-citakan rakyatnya dan memperjuangkan keinginan, harapan dan cita-cita rakyatnya adalah Bung Karno. Beliau adalah seorang pemikir dan visioner yang mampu menangkap perkembangan dan kemajuan jaman. Pemikiran dan visi untuk bangsa dan kemanusiaan disusun dalam suatu ajaran yang sistematis. Atas perjuangan Bung Karno dan para founding fathers yang lain serta para pahlawan-pahlawan bangsa maka Indonesia bisa merdeka. Bung Karno menghendaki bangsanya memiliki harkat dan martabat hidup yang sejajar dengan bangsa-bangsa berdaulat lainnya. Bung Karno memiliki kemauan agar Bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang berdikari, menjadi negara-bangsa yang besar, yang tidak menjiplak, menjadi mercusuar yang gilang gemilang bersinar sendiri. Mekaji mengenai perjuangan dan pemikiran-pemikiran Bung Karno tidak bisa dilepaskan dengan Indonesia baik dalam pengertian Sejarah, Geografi, Politik, Sosiologi dan Antropologi. Tuhan telah menciptakan pulau dan kepulauan yang laksana untaian zamrud di Khatulistiwa. Wilayah yang terbentang antara ujung Irian di Timur, Pulau Miangas di Utara dan Pulau Rote di Selatan serta Aceh diujung Barat dalam lintasan Sang Kala telah menorehkan riwayat bahwa dari sekumpulan di wilayah tersebut memiliki rasa senasib

sepenanggungan karena pernah mengalami penjajahan selama 350 tahun, memiliki kehendak dan tujuan yang sama untuk menjadi bangsa yang merdeka, bermartabat dan berdaulat. Memiliki karakter
3

religius, suka akan persatuan, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, bermusyawarah dan mencintai keadilan. Namun ketika nilai-nilai tersebut ditinggalkan terutama persatuan maka nyala obor peradaban mulai meredup Nusantara berubah menjadi kepingan-kepingan kerajaan kecil. Padahal pada Abad ke 7 selama 700 tahun Bahkan Coedes pernah mengatakan bahwa Sriwijaya, yang beribu-kota di Palembang, mungkin adalah dinasti terlama dalam sejarah umat manusia dan Abad ke 14 selama 300 tahun, bangsa kita telah menjadi nation state yang pengaruh dan kedaulatannya disegani oleh negera-negera di manca negeri. Soekarno sendiri pernah berkata bahwa sebelum terbentuknya NKRI, Nusantara pernah mengalami 2 kali national state, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Namun karena nilai persatuan melemah maka setelah terjadinya Perang Paragreg, Nusantara mengalami arus balik yang berakibat negeri yang indah permai dan kaya raya kedatangan kekuatan asing dari belahan dunia Eropa yang akhirnya menjalankan Imperialisme dan Kolonialisme. Namun jiwa kepahlawanan bangsa kita belum padam sehingga timbul dan berkobarlah perlawanan dari berbagai daerah yang dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sultan Ageng Tirtayasa, Kapten Pattimura, Sultan Hasanudin, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Diponegoro dan lain-lain. Dampak dari Perang Jawa (1825-1830) mengakibatkan kas pemerintah Hindia-Belanda kosong oleh karena itu pada masa Gubernur Jenderal Graff Johannes Van Den Bosch mendapat ijin menjalankan kebijakan Cuultur Stelsel diperkenalkan pada tahun (1830 1835) dan menjelang 1840 Sistem Tanam Paksa sudah merata di Jawa.

Hasil tersebut mampu membuat impas anggaran belanja Pemerintah Kolonial pada 1831. Beberapa tahun kemudian seluruh utang Kumpeni lunas pula dibayar. Negeri Belanda sendiri masih memperoleh batig slot, keuntungan sebanyak 832 juta gulden selama 1831-1877. Jumlah ini adalah 19 persen dari pendapatan Nederland pada 1851.4 Politik Etis atau Politik Balas Budi merupakan kritik terhadap kebijakan politik Sistem Tanam Paksa (Cuultur Stelsel) yang di pelopori oleh Pieter Broshooft dan C.Th. Van Deventer untuk lebih memperhatikan nasib pribumi yang terbelakang, terbodohkan, tertinggal, dan termelaratkan. Dampak yang paling dahsyat dari Politik Etis adalah tahun 1900 telah berdiri sekolah-sekolah baik untuk kaum ningrat ataupun rakyat biasa, namun kesempatan bagi rakyat biasa masih sangat terbatas oleh karena itu berdasarkan kondisi tersebut pada akhirnya menghasilkan elit pribumi yang terdidik. Dengan demikian

membawakan spirit dan kesadaran untuk mewujudkan kejayaan sebagai suatu bangsa yang pernah memiliki peradaban luhur, menguasai ilmu pengetahuan. Timbul dan tumbuhnya benih-benih kesadaran nasional yang dipelopori oleh kaum priyayi terpelajar maka pada 20 Mei 1908 berdirilah Boedi Oetomo sebagai organisasi modern dan untuk menekankan pendidikan rasa kebangsaan agar mencintai bangsa, tanah air dan berjuang untuk kemerdekaan, maka pada tanggal 3 Juli 1922 hari Senin Kliwon Ki Hajar Dewantoro mendirikan National Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Taman Siswa)
4

P. Swantoro, Dari Buku Ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu, [(Jakarta, (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia, Cetakan Ke-2)], hlm. 306.

Dalam suasana hiruk pikuk pergerakan kebangsaan untuk memperjuangkan kemerdekaan, sedikit kita flash back mengenai bagaimana sejarah dari manusia yang tercipta oleh sejarah dan menciptakan sejarah yang kemudian menjadi Tokoh Sentral Pergerakan Kemerdekaan Kebangsaan, Bangsa Penggali Pancasila, Proklamator Lidah Rakyat

Indonesia,

Penyambung

Indonesia, Bapak Bangsa dan Guru Bangsa Bung Karno, nama yang melekat di hati sanubari rakyat dari Soekarno. Pada Hari Kamis Pon, Tanggal 6 Juni 1901, Wuku : Wayang, Tanggal Jawa : 17 Sapar 1831 Dal, Tanggal Hijriah : 18 Shafar 1319 (H) di Lawang Seketeng Surabaya lahirlah Putra Sang Fajar. Soekarno mulai tumbuh rasa cinta tanah air dan mengenal politik ketika sekolah di HBS dan tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto seorang tokoh Sarekat Islam yang punya pengaruh besar dan disegani. Kata Bung Karno dalam Sukarno : An Autobiohraphy, Cindy Adams,

halaman 49 : I Soaked Up More And More Politics At Tjokros House, The Cookshop Of Nationalism. Soekarno pada masa itu sudah menulis banyak artikel di Majalah Utusan Hindia dengan nama samaran Bima. Tulisantulisannya menjadi bahan pembicaraan orang di seluruh HindiaBelanda. Ketika di HBS (Hoogere Burgere School) Surabaya, Soekarno sudah sering diramalkan oleh beberapa tokoh pergerakan dan gurunya akan menjadi pemimpin. Bahkan pemimpin besar,

pemimpin bangsa. Ramalan tersebut oleh Soekarno disebut golden prophecy. Profesor Hartagh mengatakan bahwa Soekarno akan

menjadi pemimpin dunia, peramal berikutnya Dr. Douwes Dekker Setiabudi mengatakan, Anak kecil ini akan menjadi penyelamat bangsanya. Tjokroaminoto pun berpesan kepada seluruh
6

keluarganya pada suatu malam yang sedang diguyur hujan, Ikutilah anak ini. Ia diutus Allah untuk menjadi Pemimpin Besar. Saya bangga memberinya tempat berteduh dirumah saya. Sedangkan yang mulamula meramalkan Bung Karno akan menjadi pemimpin adalah Ibunya setelah Soekarno baru saja lahir. Pada masa studinya di THS (Technische Hooge School) Bandung suatu hari Bung Karno berjumpa dengan seorang petani miskin, Bung Karno bertanya kepadanya : Tanah ini siapa pemiliknya? Saya yang memiliki kata petani miskin. Pacul ini siapa yang memiliki? Saya. Segala sesuatu alat-alat ini siapa yang memiliki? Saya. Lantas Bung Karno bertanya kepada Petani Miskin tersebut : namamu siapa? Marhaen. Lantas Bung Karno memberikan nama petani itu kepada teori yang sedang disusun dan dijalankan, yaitu Marhaenisme. Marhaen ini diketemukan oleh Bung Karno di daerah Cigareleng, Bandung, Jawa Barat. Kemudian Bung Karno dengan Mr. Sartono, Mr. Iskhak Cokroadisuryo, Maskoen, Soepriadinata mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927 yang pada Kongres pertama berubah menjadi Partai Nasional Indonesia dengan strategi Non-Cooperatif dan program utamanya adalah Indonesia Merdeka Sekarang Dijalankan Dengan Segala Cara. Tentu saja penjajah

Belanda merasa sangat geram dan berupaya menghancurkan PNI dan Bung Karno. Akan tetapi Bung Karno tidak gentar tetap dengan semangat dan tekad yang menyala-nyala berjuang ditengah-tengah rakyat untuk mewujudkan dan mempersatukan kembali semangat, rasa dan jiwa persatuan. Untuk itu Bung Karno menjadi sponsor utama dan aktor intelektual dibelakang layar terselenggarannya Kongres Pemuda ke-2 di Kramat Raya Jakarta yang dihadiri oleh Jong Sumatra,
7

Jong Batak, Jong Borneo, Jong Java, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon. Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah tonggak sejarah sebagai hari Lahirnya Bangsa Indonesia dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda yaitu : Bertumpah darah yang satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia, Menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Dalam Kongres Pemuda tersebut disepakati juga bahwa lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan dan Bendera Merah-Putih sebagai Lambang Bendera Nasional. Setelah berpidato dan terjung langsung mengembleng rakyat untuk menumbuhkan National Will dan National Daad pada tanggal 29 Desember 1929, Bung Karno ditangkap karena dituduh menghasut, menebarkan rasa kebencian dan akan mengobarkan pembrontakan kemudian dijebloskan dalam Penjara Sukamiskin setelah divonis 4 (empat) tahun. Pembelaanya yang spektakuler dan sangat cerdas berjudul Indonesia Menggugat (Indonesische Klaag Aan) membuat gempar dan goncang Kerajaan Belanda karena mendapatkan kritik keras dari ahli-ahli hukum baik yang di Batavia maupun Eropa karena melanggar kemanusiaan disebabkan tuduhan dari Pemerintah Hindia-Belanda tidak bisa dibuktikan, sehingga membuat Gubernur Jenderal Jhr ACD De Graeff (1926-1932) memberikan remisi 2 (dua) tahun penjara. Setelah Bung Karno

dibebaskan dari penjara kemudian menulis Risalah Mencapai Indonesia Merdeka maka Pada Bulan Agustus 1933 kembali ditangkap dan atas Hak Istimewa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda (Exorbitante Rechten) tanpa melalui proses peradilan, Bung Karno diasingkan ke Endeh Flores dan kemudian dipindahkan ke Bengkulu pada Tahun1937.

Panggung dunia kembali menggelar Perang Dunia II dimana berhadapan antara Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dan Sekutu dengan Negara-negara AS (Jerman, Jepang dan Italia)

memeperebutkan daerah-daerah jajahan untuk mendapatkan bahan mentah industri dan juga atas dasar kepentingan ekonomi dan politik. Perang meluas ke kawasan Pasifik sehingga pada tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan Penjajah Belanda yang sudah ratusan tahun menjajah lari tunggang langgang meninggalkan dan

meyerahkan rakyat Indonesia bulat-bulat kepada Pendudukan bala Tentara Jepang. Pada masa pendudukan Bala Tentara Jepang itulah digunakan sebaik-baiknya oleh Bung Karno untuk meraih kemerdekaan. Sehingga pada saat Jepang mulai mengalami kekalahan-kekalahan dalam Perang Dunia ke-2 terutama di kawasan Pasifik maka setelah Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan dengan Bom Atom pada tanggal 6 Agusutus 1945 dan 9 Agustus 1945. Kaisar Tenno Heika tertunduk sedih mendengar laporan hancurnya Nagasaki dan Hiroshima tersebut. Sehingga pada tanggal 14 Agustus 1945, Kaisar

memutuskan untuk menyerah kepada Sekutu. Dengan dilandasi semangat dan jiwa perjungan yang berkobar-kobar untuk menjadi bangsa yang merdeka para pemimpin membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indoensia) dalam pembukaan sidang dan sekaligus sidang yang pertama Ketua Sidang Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat bertanya : Apa yang akan menjadi Dasar Negara kelak pada saat Indonesia Merdeka?.

Pada tanggal 1Juni 1945 Ir.

Soekarno menyampaikan

pidatonya dihadapan anggota BPUPKI (Badan Penyelidik UsahaUsaha Persiapan Ketua Kemerdekaan BPUPKI Indonesia) untuk menjawab mengenai

pertanyaan

dengan

menyampaikan

Philosofische Grondslag dan Welatanschauung yang akan mendasari dari negara Indonesia yang hendak didirikan yaitu atas dasar lima prinsip yang kemudian disebut sebagai Pancasila. Pancasila 1 Juni 1945 terdiri dari 1) Kebangsaan Indonesia, 2) Perikemanusiaan atau Internasionalisme, 3) Mufakat atau Demokrasi, 4) Kesejahteraan Sosial dan 5) Ketuhanan Yang Maha Esa. Usulan dasar negara

tersebut diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota sidang BPUPKI dan di iringi tepuk tangan yang meriah. Dalam pidatonya Bung Karno menguraikan satu persatu dari tiap-tiap sila. Diawali dengan Dasar pertama Kebangsaan Indonesia; Bung Karno mengkritisi Otto Bauer maupun Ernest Renan sebagai kurang lengkap karena pada saat itu telah mulai berkembang cabang ilmu (wetenschap) baru yang disebut Geopolitik, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara orang dan tempat dengan berbagai aspeknya dalam kehidupan. Bung Karno mengatakan : orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada dibawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan Gemeinschaft-nya dan perasaan orangnya, Lame et le desir.5 Menurut Bung Karno: Bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah SWT,
5

Soekarno, Lahirnya Pancasila, (Jakarta : UPT Ajaran Bung Karno, Universitas Bung Karno, 2009), hlm. 12.

10

tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!6 Prinsip Kedua Perikemanusiaan, Bung Karno menyampaikan bahwa : Nasionalisme Indonesia bukanlah Nasionalisme yang sempit, bukan Chauvinisme. Perikemanusiaan atau Internasionalisme bukan Kosmopolitanisme. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya Nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya Internasionalisme.7 Dasar yang ketiga ialah Mufakat, dasar Perwakilan, dasar Permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan untuk Negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah Permusyawaratan, Perwakilan. . Permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.8 Prinsip Keempat yang diusulkan Bung Karno yaitu Prinsip Kesejahteraan Sosial. Tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Demokrasi Politik-Ekonomi (Politieke-Economische Democratie) yang mampu mendatangkan Keadilan Sosial (Social Rechtvaardigheid). Bukan Demokrasi Parlementer (Parlementaire Democratie) yang hanya bisa memberikan Demokrasi Politik (Politieke Rechtvaardigheid). Badan Permusyawaratan yang bisa mewujudkan Keadilan Politik dan

6 7

Ibid., hal. 13. Ibid., hal. 15-16. 8 Soekarno. Loc. Cit., hal 16.

11

Keadilan Sosial (Politieke Rechtvaardigheid).9

Rechvaardigheid

en

Sociale

Prinsip yang kelima Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya : Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan saja Bangsa Indonesia berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhan-nya sendiri. Hendaknya Negara Indonesia ialah Negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhan-nya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama. Hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan. Marilah kita amalkan agama dengan cara berkeadaban, hormat menghormati satu sama lain.10

Sebelum Bung Karno menyampaikan pandangannya, memang sudah ada anggota lain yang mengemukakan pikirannya tentang dasar negara, tetapi hanya Bung Karno saja yang secara jelas merumuskan dasar negara yang kemudian disebut Pancasila. Pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno dalam pidatonya

menyampaikan Philosofische Grodslag dari pada Indonesia Merdeka adalah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan Indonesia Merdeka. Pancasila sebagai

Dasar Negara adalah sebuah dasar falsafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Weltanschauung (pandangan atau filosofi hidup suatu bangsa) diatas mana kita mendirikan Negara Indonesia Merdeka. Tidak ada weltanschauung dapat menjelma dengan sendirinya menjadi realitet, menjadi kenyataan jika tidak dengan perjuangan. Dasarnya Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi haruslah
9 10

Ibid., hal 17-18. Ibid., hal 19-20.

12

Pancasila. Bung Karno berjuang sejak tahun1918 sampai 1945 untuk weltanschauung membentuk Nasionalisme Indonesia, Kebangsaan Indonesia yang hidup dalam Perikemanusiaan; untuk Permufakatan; untuk Kesejahteraan Sosial dan untuk Ketuhanan. Bung Karno memandang Pancasila dalam praktek kehidupan sebagai Meja Statis dan Leitstar Dinamis. Pancasila sebagai Dasar Statis meletakkan Negara diatas suatu Meja Statis yang dapat mempersatukan semua elemen/unsur/golongan dalam bangsa itu. Pancasila sebagai Leitstar Dinamis memiliki tuntunan dinamis kearah mana kita gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini. 11 Pancasila sebagai Dasar Statis dan Leitstar Dinamis adalah merupakan satu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Pancasila sebagai Dasar Statis adalah menggunakan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Leitstar Dinamis menjadikan

Pancasila sebagai Ideologi Negara yang memberi tuntunan kearah mana rakyat, bangsa dan negara harus dikelola dan diarahkan dalam perjuangannya untuk mencapai cita-cita kemerdekaannya. Dengan demikian maka Indonesia memiliki dasar Negara

yang kuat karena Philosofische Grondslag dan Weltanschauung-nya digali dari nilai-nilai mutiara yang ada dan hidup dari Bumi Pertiwi sendiri, bahkan nilai-nilai tersebut sudah ada dan hidup ribuan tahun. Sari Pati Pancasila adalah Gotong Royong. Gotong Royong sebagai suatu prinsip yang lebih dinamis daripada kekeluargaan. Gotong Royong adalah memeras keringat bersama, membanting tulang bersama, hasilnya untuk bersama-sama. Amal semua buat kepentingan semua. Keringat semua buat kebahagiaan semua.

Holopis Kuntul baris buat kepentingan bersama.

11

Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila di Istana Negara tanggal 16 Juni 1958.

13

Setelah Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, hari terakhir dari Sidang BPUPKI yang pertama, maka dibentuk Panitia kecil yang terdiri dari 8 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota Drs. Muhammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Mr. A.A.Maramis, Oto Ikandardinata, Sutarjo Kartohadikusumo, Ki Bagus Hadikusumo dan Wachid Hasyim. Namun kemudian komposisinya dirubah oleh Bung Karno menjadi sembilan orang. Dalam Rapat PPKI tanggal 21 Juni 1945 Panitia Kecil atau kemudian disebut Panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno, (Wakil Ketua) Drs. Moh. Hatta dan

anggota Mr. Muhammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. Achmad Soebarjo, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abikusno

Tjokrosoeyoso dan Haji Agus Salim merumuskan Pancasila pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian menghasilkan Piagam Djakarta dimana susunan Pancasila menjadi : 1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya. 2) 3) 4) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Persatuan Indonesia Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan 5) Keadilan Sosial Indonesia.

Namun rumusan tersebut ditolak oleh utusan dari Indonesia Timur yang mayoritas beragama Kristen dan Katholik. Tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu maka di wilayah Indonesia mengalami vacuum of power sehingga kesempatan tersebut digunakan oleh Bung Karno yang didukung oleh sebagian besar rakyat untuk mempersiapkan kemerdekaan yang sudah didepan mata. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Pukul 10.00 pagi dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
14

Bangsa Indonesia atas nama Bangsa Indonesia Soekarno Hatta di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Dengan demikian Bangsa

Indonesia telah menjadi Bangsa yang Merdeka terbebas dari belenggu penjajahan yang sudah berabad-abad lamanya. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agusutus 1945 dalam Persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 axiological hierarchy-nya berubah. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam diangkat ke atas menjadi Norma Utama (norma normarum). Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI yang beranggotakan wakil-wakil seluruh Indonesia mengubah rumusan Pancasila dengan mengurangi Tujuh Kata (Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya) dan menambahkan Tiga Kata (Yang Maha Esa). Fakta sejarah ini merupakan hasil kompromi para founding fathers dan founding mothers bahwa mereka memiliki sikap kenegarawanan dan dijiwai oleh rasa untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan meskipun ada perbedaan suku, agama dan budaya. Dalam Piagam Jakarta terdapat lima unsur yang disebutkan dalam alenia ke empat, yang meskipun rumusan kalimatnya berbeda tetapi mempunyai esensi dasar yang sama dengan apa yang telah disebutkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 yaitu Pancasila yang diajukan sebagai Philosofische groundslag Negara yang akan dibentuk. Secara yuridis formal, tidak ditemukan dasar hukum di dalam UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI yang menyebut lima unsur yang terkandung dalam alenia ke empat Pembukaan UUD bernama Pancasila. Akan tetapi, telah menjadi kesepakatan bangsa bahwa lima dasar yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dinamakan Pancasila.

15

Dengan demikian maka Pancasila mampu menjadi Falsafah Bangsa dan juga sebagai identitas nasional yang membedakan dari bangsa lain. Oleh karena itu maka Pancasila adalah sebagai Jatidiri Bangsa. Sehingga mulai dari rakyat sampai penyelenggara negara dan para pemimpin bangsa harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Oleh karena Pancasila merupakan nilai-nilai yang

menghikmati dalam keseluruhan sikap dan perilaku dalam kehidupan Bangsa Indonesia maka Pancasila menjadi sifatnya Bangsa Indonesia sehingga dengan demikian menjadi Sumber Segala Sumber Hukum bagi terselenggaranya seluruh aspek kehidupan baik Budaya, Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi dan Lingkungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur maka wajib mengacu kepada Pancasila dimana aturan-aturan hukum baik Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah bahkan sampai Peraturan Daerah dan Norma pada ruang lingkup yang paling kecil sekalipun selama berada pada wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka bersumberkan kepada Pancasila. Negara Republik Indonesia bukan hanya sekedar sebagai lembaga yang berdasarkan kekuasaan belaka (Machtstaat) yang tidak memiliki tujuan yang terukur dan pasti. Kekuasaan sebagai inti dari Negara harus berdasarkan Pancasila agar tidak hanya kekuasaan untuk dirinya sendiri. Negara Pancasila adalah sebuah negara

republik yang berkedaulatan rakyat. Kekuasaan yang bersumber dari rakyat merupakan wujud kedaulatan rakyat. Pembukaan UUD 1945 menjadikan kedaulatan rakyat sebagai sumber kekuasaan negara tetapi juga memberikan prasyarat pelaksanaan kedaulatan rakyat.

16

Hal tersebut dapat kita pahami dalam Pembukaan UUD 1945, alenia ke IV : maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta dengan mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bung Karno juga telah menyumbangkan Konsep Trisakti kepada Perjuangan Bangsa Indonesia. Trisakti adalah konsekuensi logis Bangsa Indonesia yang sejak lama memperjuangkan kedaulatan tanah air dengan kemampuan sendiri menghadapi usaha-usaha Imperialis yang ingin menghancurkan Indonesia. Trisakti itu harus dipenuhi ketiga-tiganya, tidak bisa dipretelpreteli. Tidak ada kedaulatan dalam politik dan kepribadian dalam kebudayaan, bila tidak berkari dalam ekonomi dan sebaliknya! Seluruh minat kita, seluruh jerih payah kita harus kita abdikan kepada pelaksanaan seluruh Trisakti, yang sebenar-benarnya inti daripada perjuangan kita.12

Jadi Trisakti adalah : 1. Berdaulat Dalam Bidang Politik Bangsa dan Negara Indonesia tidak bisa didikte oleh siapapun lagi, tidak menggantungkan diri kita kepada siapa-siapa lagi, tidak mengemis-ngemis. Kedaulatan politik ini harus kita tunjang dan
12

Soekarno, Capailah Bintang-Bintang Di Langit (Tahun Beridkari), Pidato Presiden Republik Indonesia pada tangal 17 Agusutus 1965, Selasa Legi, Pukul 08.20 WIB di Istana Merdeka Jakarta, (Departemen Penerangan, Cetakan Kedua), hal. 44.

17

tegakkan bersama-sama. Nation Building dan Character Building harus diteruskan sehebat-hebatnya demi memperkuat

kedaulatan politik itu. 2. Berdikari Dalam Bidang Ekonomi Bangsa dan Negara Republik Indonesia harus bersandar pada dana dan tenaga yang memang sudah di tangan kita dan menggunakannya semaksimal-maksimalnya. Indonesia memiliki segala syarat yang diperlukan untuk memecahkan masalah sandang pangan. Alam yang kaya raya dan ethos kerja rakyat kita yang rajin. 3. Berkepribadian Dalam Bidang Kebudayaan Bukan saja bumi, air dan udara kita kaya raya, juga kebudayaan Bangsa Indonesia kaya raya. Kesusastraan, seni rupa, seni tari, musik kita semuanya kaya raya. Juga untuk membangun

kebudayaan baru Indonesia, Indonesia memiliki segala syarat yang diperlukan. Kebudayaan baru itu harus berkepribadian

nasional yang kuat dan harus tegas-tegas mengabdi kepada rakyat. Bila Trisakti ditekankan dalam rangka menggalang kekuaran rakyat didalam negeri, gagasan Berdikari 1965 ditegakkan dalam rangka menggalang kekuatan internasional Internasional dalam yang rangka dalam

menghadapi

Kapitalisme

perkembangannya telah melahirkan wajah baru, yaitu NeoImperialisme dan Neo-Kolonialisme. Berdikari merupakan asas untuk masa yang panjang, selama kita masih mengkosolidir kemerdekaan nasional kita dan selama kita masih berhadap-hadapan dengan Imperialisme. Mungkin seluruh dasawarsa atau seluruh dwi dasawarsa atau

18

seluruh tri dasawarsa yang ada dihadapan kita ini merupakan Dasawarsa Berdikari.13 Berdikari 1965 merupakan tahapan lanjut dari penggalangan kekuatan ditingkat internasional untuk menghancurkan Stelsel Imperialisme-Kapitalisme. Sebab terjadinya penindasan dan

penghisapan manusia oleh manusia, bangsa oleh bangsa disebabkan oleh praktek-praktek dari Imperialisme dan Kapitalisme tersebut. Dalam era Globalisasi ini wujudnya menjadi Multi National Coorporation (MNC) dan Trans National Coorporation (TNC). Bung Karno dalam perjuangannya untuk terwujudnya Tatanan Dunia Baru ditengah suasana Perang Dingin (1947-1991) antara Blok Barat yang Liberal-Kapitalis dan Blok Timur yang Komunis menyampaikan kepada dunia dalam Sidang Umum Ke-XV

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York tanggal 30 September 1960, mengusulkan agar Pancasila diterima menjadi Piagam Dunia. Dalam kesempatan tersebut Bung Karno menyanggah teori dari Bertrand Russell yang mendalilkan bahwa masyarakat dunia terbagi menjadi dua yaitu antara yang menganut Declaration of

Independence dan yang menganut Manifesto Comunis. Pendapat tersebut seolah-olah melegitimasi terjadinya pembelahan dunia tersebut yang dapat menggiring umat manusia dalam jurang kehancuran. Padahal dalam realitasnya tidak demikian. Maafkan Lord Russell, akan tetapi saya kira tuan melupakan sesuatu. Saya kira Tuan melupakan adanya lebih dari seribu juta rakyat Asia-Afrika dan mungkin pula Amerika latin yang

13

Ibid, hal. 49.

19

tidak menganut Ajaran Manifesto Komunis dan Declaration Of Independence14 Oleh karena itu Bung Karno mengusulkan supaya Pancasila dijadikan sebagai Piagam PBB. Kata Bung Karno: Saya yakin bahwa Pancasila akan memungkinkan PBB sejajar dengan perkembangan terakhir dari dunia. Saya yakin bahwa Pancasila akan memungkinkan PBB untuk menghadapi hari kemudian dengan kesegaran dan kepercayaan. Akhirnya saya yakin bahwa diterimanya Pancasila sebagai dasar piagam, akan meyebabkan piagam ini dapat diterima lebih ikhlas oleh semua anggota, baik yang lama maupun yang baru. 15 Bung Karno dalam Pidato Kenegaraan 17 Agustus 1960 berjudul Jalannya Revolusi Kita mempertegas arti, fungsi dan sejarahnya Pancasila. Pancasila adalah lebih memenuhi kebutuhan manusia lebih meyelamatkan manusia daripada Declaration of Independencenya Amerika atau Manifesto Komunis. Pancasila adalah suatu pengangkatan ketaraf yang lebih tinggi, satu hogere optrekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.16 Kita Bangsa Indonesia melihat Declaration of Indepence yang dicetuskan oleh penanya Thomas Jefferson pada tahun 1776 itu, tidak mengandung keadilan sosial atau sosialisme dan kita melihat bahwa Manifesto Komunis yang dicetuskan Karl Marx dan Friedrich Engels itu tahun 1848 masih harus disublimir (dipertinggi jiwanya) dengan Ketuhanan Yang Maha Esa,

14

15 16

Soekarno, To Build The World A New - Pidato Presiden Republik Indonesiadi Sidang Umum KeXV PBB, 30 September 1960, (Surabaya : Penerbit Permata, 1961) hlm. 319-320. Ibid., hlm 333. Soekarno, Laksana Malaekat Yang Menyerbu Dari Langit Jalannya Revolusi K ita Dibawah Bendera Revolusi Jilid Kedua, (Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964), hlm. 433.

20

Dengan demikian Bung Karno telah secara konsisten berjuang dan melaksanakan Ketiga Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia, yaitu: Kesatu : Pembentukan satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk Negara-Kesatuan dan Negara-Kebangsaan, yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai ke Merauke. Kedua: Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu. Ketiga: Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara didunia terutama sekali dengan negaranegara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar kerja sama membentuk satu Dunia yang bersih dari Imperialisme dan Kolonialisme, menuju kepada Perdamaian Dunia yang sempurna.

REFLEKSI KRITIS 1) Bung Karno semenjak muda pada usia 25 tahun sudah menulis, mengajak dan berjuang untuk Persatuan Nasional, sampai akhir hayatnya juga Bung Karno tetap berjuang untuk tetap utuhnya Persatuan Nasional. Pengabdian yang dilandasi akan ketulusan dan keikhlasan serta dengan semangat tanpa mengenal menyerah demi kemerdekaan dan kejayaan atas bangsa, negara dan rakyat yang sangat dicintainya. 2) Bung Karno adalah figur Pemimpin bangsa, Presiden yang sangat gandrung akan ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa, tanah air, rakyat dan kemanusiaan serta untuk menegakkan kebenaran sehingga

21

Bung Karno mendapatkan gelar 26 Doktor Honoris Causa (HC) dari berbagai disiplin ilmu dan dari berbagai universitas ternama baik dari dalam negeri dan universitas luar negeri berbagai benua. 3) Bahwa Bangsa Indonesia bisa merdeka, bangsa Indonesia memiliki Falsafah Bangsa dan Dasar Negara yang mampu mempersatukan keragaman etnik, bahasa, keyakinan, agama dan budaya dengan Pancasila, Bangsa Indonesia mampu melahirkan Negara Republik Indonesia sehingga sejajar dan berdaulat dengan Negara dan bangsa lain adalah kita semua tidak bisa memungkiri peran sentral, perjuangan dan

pengorbanan dari Bung Karno. Berkaitan dengan hal tersebut dalam kesempatan yang mulia ini saya selaku anak bangsa mengingatkan kepada seluruh peserta Seminar Nasional Pewarisan Nilai : Pemikiran Tokoh-tokoh Pendiri Bangsa dan kepada seluruh Bangsa Indonesia yang masih memiliki hati nurani suci, menghormati serta menghargai jasa para

pahlawannya agar meletakkan sejarah pada tempat yang sebenarnya, yaitu mencabut TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 yang menyebabkan Bung Karno dicopot dari jabatannya sebagai presiden dan dikenai tahanan rumah sampai akhir hayatnya pada tanggal 21 Juni 1970. 4) Seperti kita ketahui Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 adalah bagian dari strategi Neo-Kolonialisme dan Neo-Imperialisme untuk menghancurkan Persatuan Nasional yang dibangun Bung Karno. 5) Maka sudah selayaknya dan sewajarnya apabila Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, dicabut demi hukum dan kebenaran serta merehabilitir nama Bung Karno. Rakyat sendiri sebagai
22

pemegang kedaulatan tidak pernah meragukan apa yang sudah dikerjakan dan diperjuangkan oleh Bung Karno untuk kejayaan Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adams Cindy. 1965. Sukarno : An Autobiography. The Bobbs-Merrill Company, Inc. United States Of America. Rahardjo Pamoe dan Islah Gusmian (Penyunting). 2002. Bung Karno dan Pancasila Menuju Revolusi Nasional. Yogyakarta : Galang Press. Soekarno. 1961. To Build The World A New. Pedoman Untuk Melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat. Surabaya : Penerbit Permata. ________. 1964. Dibawah Bendera Revolusi Jilid Kedua, Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964. ________. 1965. Capailah Bintang-Bintang Dilangit ! (Tahun Berdikari) Pidato Presiden Soekarno pada Hari Ulang Tahun ke- 20 Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus 1965, Cetakan Kedua, Departemen Penerangan Republik Indonesia. ________. 2009. Lahirnya Pancasila. Jakarta : UPT Ajaran Bung Karno, Universitas Bung Karno.

23

Swantoro. P. 2002. Dari Buku Ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu. Jakarta : Cetakan 2, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia),

RIWAYAT HIDUP Diah Pramana Rachmawati Soekarnoputri atau lebih akrab dengan nama Hj. Rachmawati Soekarnoputri, S.H., Lahir di Istana Merdeka Jakarta pada tanggal 27 September 1950. Sejak kecil sudah tinggal di Jakarta. Pendidikan : SD Perguruan Cikini, SMP Perguruan Cikini Jakarta, SMA Santa Ursula Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Bung Karno. Jabatan yang pernah diduduki diantaranya Ketua Umum Yayasan Pendidikan Soekarno dari tahun 1981 dan Sekarang sebagai Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno. Ketua Umum Gerakan Pemuda Marhaenis tahun 1998, Pendiri Universitas Bung Karno tahun 1999, Ketua Umum Partai Pelopor tahun 2002-2007, Pendiri Utama Partai Pelopor tahun2007, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Politik tahun 2007-2009.

24

You might also like