You are on page 1of 99

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman didefinisikan sebagai perpaduan seni dan ilmu pengetahuanyang mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanaman dalam populasi sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pada awal perkembangan pemuliaan tanaman hanya didasarkan pada seni saja. Pemuliaan tanaman dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perubahan perubahan susuna genetika sehingga diperole tanaman yang menguntungkan manusia. Hayes, Immer, dan Smith (1955) menyimpulkan bahwa tujuan dari pemuliaan tanaman adalah untuk memperoleh varietas atau hibrida agar lebih efisien dalam penggunaan unsur hara sehingga memberikan hasil yang tertinggi per satuan luasnya serta tahan pada lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, serangan hama dan penyakit, dan sebagainya. Pemuliaan tanaman telah lahir sejak dikenalnya bahan pertanian, yaitu sejak manusia hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan dari alam, berpidah-pindah menjadi menetap sambil bertanam dan beternak. Pada waktu itu orang memilih jernis tanaman atau variasi antar tanaman yang lebih berguna. Pemilihan dalam populasi tanaman didasarkan atas perasaan, keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat pada tanaman. Tanaman yang terpilih selanjutnya dikembangbiakkan untuk dapat memenuhi kebutuhan petani. Jadi memilih (seleksi) dan memelihara (domestikasi) merupakan metode pemuliaan tanaman yang lahir pertama kali. Walaupun didasarkan atas seni, namun hasil pemuliaan tanaman di jaman dahulu cukup menakjubkan. Sejak lahirnya teori Seleksi Alam dan Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin (1858), dan diketemukannya prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme oleh Gregor Mendel (1866), para ahli banyak melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas baru, berdasarkan atas seleksi keturunan. Dengaan dukungan ilmu-ilmu lain seperti: Botani, Fisiologi, Morfologi, Taksonomi, Sistimatik, Hama dam Penyakit, Statistik, Biokimia dan lain-lain, pemuliaan tanaman senbagai ilmu berkembang dengan pesat. Mulai abad ke XX telah banyak dibangun pusat-pusat/ lembaga penelitian pemuliaan tanaman, banyaknya terbit majalah tenang pemuliaan tanaman, dan ilmu pemuliaan tanaman banyak diajarkan di Perguruan tinggi. Pemuliaan tanaman sebagai ilmu telah berkembang berdasarkan teori-teori dan hasil riset yang disusun dengan baik. Akhirnya pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetic menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang artinya

memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan, seperti: memilih plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan memilih galur yang akan dilepas sebagai varietas. Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a). pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi yang mengarah pada pengurangan keragaman. Selama beberapa tahun terakhir, seterategi pemuliaan telah berubah dari pendekatan genetika klasik ke pendekatan baru. Pendekatan klasik dimaksudkan sebagai usaha memindahkan gen-gen pengatur sifat tertentu dari beberapa plasma nutfah, ke dalan galur/varietas yang ingin diperbaiki. Pendekatan baru dimaksudkan sebagai pemuliaan populasi, dimana seluruh populasi tanaman dipandang sebagai satuan pemuliaan, dan bukan individu-individu tanaman. Varietas unggul baru dihasilkan dari komponen populasi asal yang beraneka. Perndekatan baru merupakan evolusi terarah, yang tidak hanya memanfaatkan pengaruh gen major saja, tetapi juga gen minor. Dengan pendekatan populasi, pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai pengurangan frekuensi gen jelek dan peningkatan prekuensi gen baik. Suatu keputusan penting yang pertama diambil dalam setiap program pemuliaan adalah pemilihan plasma nutfah. Plasma nutfah dimaksudkan sebagai suatu substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup dan merupakan sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Plasma nutfah meliputi segala kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitive, jenis yang sudah dimanfaatkan tetapi belum dibudidayakan, kerabat liar, jenis budidaya atau jenis piaraan. Apabila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan yang luas, maka plasma nutfah yang diinginkan mempunyai keragaman genetik, adaptasi luas, relative tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Tetapi bila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan khusus, informasi yang diperlukan adalah potensi hasil relative dari masing-masing plasma nutfah. Pemilihan yang bijaksana terhadap plasma nutfah permulaan merupakan faktor penting untuk keberhasilan program itu.

Pemilihan metode pemuliaan juga merupakan tanggung jawab penting dari pemulia tanaman. Suatu metode telah diketahui efisien baik dengan percobaan atau teoritis untuk tanaman tertentu, mngkin tidak berlaku untuk semua situasi. Effisiensi suatu metode dapat di pengaruhi oleh linkage, intensitas seleksi, besarnya populasi, heritabilitas, dan peran gen (gen action). Waktu yang dibutuhkan untuk setiap siklus pemuliaan harus diperhitungkan. Misalnya di daerah tropika, mungkin diperoleh dua atau tiga generasi setiap tahun, sedang di daerah beriklim sedang mungkin hanya satu kali setahun. Pemulia perlu memiliki pengetahuan dasar yang amat penting untuk melaksanakan program pemuliaan tanaman, yaitu genetika dan sitogenetika. Sifat tanaman yang akan diperbaiki, konsumen, perhitungan statistik untuk menganalisis hasil seleksi, uji galur atau populasi. Mengingat sangat pentingnya tanaman, maka tidak heran jika manusia selalu berusaha untuk memperoleh hasil se-optimal mungkin dari tanaman yang diusahakannya. Cara cara tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan teknik bercocok tanam yang baik dan peningkatan kemampuan produksi tanaman. Peningkatan kemampuan produksi tanaman dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk merubah sifat tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul dari pada jenis atau varietas yang sudah ada, usaha yang demikian biasa disebut sebagai pemuliaan tanaman Manipulasi gen serta genotipe merupakan proses yang terjadi dalam memperoleh varietas tanaman yang diharapkan. Selain itu, mekanisme menurunnya sifat dari generasi ke generasi juga merupakan hal yang penting dalam pemuliaan tanaman. Beberapa proses yang perlu di tempuh ketika kita akan memuliakan tanaman: 1. Penentuan tujuan pemuliaan. Untuk menentukannya, para pemulia perlu mengetahui

masalah serta harapan produsen dan konsumen, serta gagasan pemulia sendiri 2. Penyediaan materi pemuliaan. Suatu tanaman dapat dimuliakan jika terdapat keragaman

pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, para pemulia arus dapat membuat atau menambahkan keragaman yang ada pada tanaman yang akan dimiliki. 3. Penilaian genotipe atau populasi untuk dijadika populasi. Penilaian ini dilakukan dengan

melakukan seleksi. Penggunaan metode seleksi yang efektif sangat terganjung dari jenis tanaman yang akan dimuliakan. Pada tahapan seleksi ini juga sebaiknya diperhatikan kemampuan tanaman untuk bertahan pada lingkungan yang ekstrim. 4. Pengujian. Sebelum suatu galur harapan dilepas menjadi varietas, perlu lebih dahulu

diadakan pengujian atau adaptasi diberbagai lokasi, musim, dan tahun. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk meliat kemampuan tanaman teradap lingkungan dibandingkan dengan varietas unggul yang sudah ada sebelumnya.
3

Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh satu spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu jenis tanaman budidaya. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies tanaman. Indonesia termasuk negara yang miskin plasma nutfahnya, karena pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di berbagai instansi yang dilakukan secara terpisah dan sendiri-sendiri. Belum ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara nasional. Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh satu spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu jenis tanaman budidaya ( Sastrapraja dan Rifai, 1989). Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara nasional (Sumarno, 2007). Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat punah karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga jenis-jenis local yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap kemudian juga dapat terjadi karena alih fungsi lahan, system budidaya monokultur dan perubahan profesi masyarakat. Jadi untuk menghindari hal diatas salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui koleksi. Koleksi plasma nutfah meruapakan bagian penting dalam ilmu pemuliaan tanaman suatu tanaman. Dari koleksi plasma nutfah didapat keragaman genetik yang diperlukan sebagai bahan persilangan dan seleksi dalam perbaikan potensi genetik tanaman. Koleksi plasama nutfah biasanya berasal dari hasil eksplorasi, introduksi, hasil program pemuliaan maupun pertukaran sumber genetik. Banyaknya pulau-pulau yang subur dan hutan-hutan yang penuh dengan tanamantanaman beragam, Indonesia secara alamiah menjadi salah satu pusat keragaman genetik (genetic diversity centre) tanaman, seperti Dioscorea sp. (uwi, yam), jeruk besar (pomelo), pisang, kelapa dan famili Palmae lain, salak, durian, rambutan, tebu, dan sebagian anggrek (Sastrapraja dan Rifai, 1989). Di samping itu, spesies baru asal introduksi terus berkembang dan beradaptasi di Indonesia. Lebih dari 85% tanaman ekonomis Indonesia (seperti tanaman pangan utama, sayuran, buah- buahan, bunga-bungaan, tanaman perkebunan dan rempah) merupakan spesies baru, asal introduksi. Hal ini diperkuat dengan teori Vavilov (1951) yang menyebutkan
4

bahwa Pusat asal spesies tanaman adalah pada wilayah dimana ditemukan keragaman genetik (plasma nutfah) yang terbanyak, termasuk kerabat liar tanaman yang bersangkutan Sebagai negara kepulauan yang sangat luas, yang mempunyai luas 1,3% luas permukaan bumi, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan Plasma Nutfah (PN)/Sumber Daya Genetik (SDG) sangat besar. Sekitar 17% keseluruhan makhluk hidup terdapat di Indonesia (Muchtadi, 2006). Disamping itu, Indonesia juga merupakan salah satu dari dua belas Pusat Keanekaragaman Hayati Vavilov (1951) untuk tanaman pertanian karena merupakan kawasan terluas di Pusat Indomalaya (Sutrisno dan Silitonga, 2003). Menurut Rivai, Rugayah, dan Widjaja (1992), di Indonesia terdapat 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan diantaranya terdapat 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan dan sangat bermanfaat sebagai sumber keragaman genetik bagi program pemuliaan tanaman. Tanaman buah seperti pisang (Musa spp.), durian (Durio spp.), salak (Salacca edulis), dan rambutan (Nephelium spp.) merupakan tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Di sisi lain, menurut Diwyanto dan Setiadi (2003; 2006) kondisi yang sekarang ada di indonesia adalah sebaliknya. Indonesia justru sangat miskin koleksi PN yang dapat dimanfaatkan secara riil dalam proses perakitan varietas tanaman. Di samping itu, untuk mengelola kekayaan Indonesia tersebut ternyata menghadapi tantangan yang luar biasa. Keanekaragaman hayati dan plasma nutfah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional baik sebagai sumber daya hayati (biological resources) sumber gen dalam program pemuliaan tanaman maupun sebagai sistem penyangga kehidupan (sandang, pangan, dan papan). Potensi SDG yang sangat penting sebagai bahan baku untuk merakit varietas unggul baru tanaman bagi pemulia, merupakan modal utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan suatu bangsa. Oleh karena itu pengelolaan terhadap SDG perlu diprogramkan dengan baik dan berkelanjutan, sehingga dapat lestari dan tidak punah. Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau penelitian. Dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan. Dan dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian. Sehingga dengan berbekal pengetahuan pemahaman akan fungsi dan cara

kerja dari alat yang digunakan kita dapat memperoleh hasil suatu percobaan atau penelitian yang maksimal. Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut untuk terampil dalam alat-alat yang kita gunakan. Hal tersebut harus dibarengi dengan ketelitian dalam melakukan suatu percobaan ataupun penelitian sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan alat-alat laboratorium merupakan suatu cara untuk mengetahui nama dan fungsi alat-alat laboratorium. Dalam menggunakan alat-alat laboratorium, sebaiknya pengguna melakukan sterilisasi alat-alat laboratorium yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan mikroba yang tidak di inginkan. Dengan pengenalan alat-alat laboratorium kita dapat mengetahui berbagai macam alat yang terdapat di Laboratorium. Selain itu kita juga dapat meminimalisir resiko kesalahan kerja pada saat melakukan percobaan mikrobiologi. Alat-alat laboratorium mempunyai cara dan prinsip kerja yang berbeda. Setiap pengguna harus mengikuti hal-hal tersebut agar dalam menggunakan alat-alat laboratorium tidak terjadi kerusakan alat ataupun hal-hal yang berbahaya. Salah satu perkembangan sektor pertanian ditunjukkan dengan semakin meningkatnya permintaan akan komoditi pertanian tertentu. Tingginya tingkat permintaan belum bisa diimbangi dengan tingkat produksi komoditi yang dihasilkan. Hal ini terjadi apabila teknik yang digunakan masih konvensional. Sebagaimana diketahui bahwa produksi hasil pertanian membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan pemenuhan permintaan komoditi seringkali diminta dalam waktu yang lebih cepat. Sehingga, untuk mengatasi masalah ini perlu dikembangkan teknik produksi hasil pertanian. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah teknik kultur jaringan. Pemilihan teknik kultur jaringan tentunya karena teknik tersebut memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknik konvensional. Salah satu keunggulan kultur jaringan adalah dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teknik konvensional. Kultur jaringan dilakukan pada lingkungan yang aseptis dan terkendali, yaitu di laboratorium. Sehingga, pengetahuan mengenai laboratorium kultur jaringan sangat penting bagi orang yang ingin mendalami kultur jaringan, dalam hal ini adalah mahasiswa yang melaksanakan praktikum. Bioteknologi sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi pada ilmu terapan dan ilmu lain seperti biokimia, biologi molekuler, mikro biologi, genetika dan lain sebagainya.
6

Bioteknologi juga menerapkan sistem perhitungan seperti pada statistika yang memudahkan kita untuk memporeh sebuah data dari apa yang kita uji sehingga dapat memperoleh hasil/nilai yang signifikan. Bioteknologi juga digunakan dalam bidang pertanian misalnya dalam rekayasa genetika tanaman. Namun, seiring dengan kemajuan bioteknologi, hal ini tidak lepas dari kontroversi yang menghampirinya. Kontroversi yang melingkupi perkembangan

teknologinya seperti contoh kloning dan rekayasa genetik terhadap tanaman pangan yang mendapat kecaman dari berbagai golongan\ Pemulia tanaman selalu berusaha untuk menemukan tanaman-tanaman bersifat unggul guna memenuhi tuntutan mutu dan produktivitas hasil pertanian. Pemuliaan tanaman merupakan suatu mode pemanfaatan keragaman genetik plasma nutfah secara sistematis untuk menghasilkan varietas baru yang lebih baik dari sebelumnya. Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain : Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh. Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur. Tujuan pemuliaan tanaman salah satunya adalah untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik berasal dari gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula. Gen-gen tersebut diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah yang berasal dari hasil mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi tanaman. Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Tujuan pemuliaan tanaman salah satunya adalah untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik berasal dari gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula. Gen-gen tersebut diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah yang berasal dari hasil mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi tanaman.

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan. Cara untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik yaitu dengan fusi protoplas, kultur jaringan, induksi mutasi, transfer gen, dan hibiridisasi. Hibridisasi adalah tindakan menyerbuki suatu tanaman dengan tepung sari yang berasal dari varietas lain pada suatu jenis tanaman. Tanaman yang akan dihibridisasi pada praktikum kali ini adalah tanaman padi. Sebelum dilakukan proses hibridisasi, terlebih dahulu dilakukan proses kastrasi. Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Hibridisasi melalui persilangan buatan antara tetua yang berbeda secara genetik bertujuan untuk memperluas keragaman dan memperoleh rekombinasi gen sehingga seleksi mudah dilakukan dan efektif. Teknik hibridisasi buatan melibatkan kegiatan kastrasi (membuang bagianbagianbunga yang tidak diperlukan termasuk membuang debu/kotoran yang ada pada bunga), emaskulasi (membuanag organ/bagian alat kelamin jantan), isolasi, dan penyerbukan (pollination). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persilangan buatan adalah snkronisasi waktu berbunga antara tetua janatan dan tetua betina (waktu tanam disesuaikan dengan waktu berbunga masing-masing tetua), waktu emaskulasi dan penyerbukan, pelabelan, dan panen benih hasil persilangan. Sebelum melakukan hibridisasi, untuk menghindari tanaman menyerbuk sendiri, terlebih dahulu dilakukan kastrasi. Kastrasi biasanya dilakukan dengan beberapa cara yaitu, clipping method, forcing method, sucking method, dan hot water treatment. Dengan hibridisasi diharapkan akan diperoleh varietas yang mempunyai perpaduan sifat kedua
8

induknya, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan varietas unggul yang mempunyai produksi tinggi, tahan serangan hama dan penyakit, dan tahan kekeringan. Melalui penelitian perkawinan dengan dua pasang alel yang berbeda (dihibrid), Mendel menghasilkan rumusan bahwa pasangan-pasangan gen yang bersegregasi akan memisah dan mengelompok (bergabung) secara bebas padsa pembentukan gamet. Berdasarkan teori probabilitas munculnya suatu kombinasi gen pada suatu gamet merupakan kejadian yang muncul secar serempak, dan probabilitas munculnya suatu kombinasi gen dalam suatu gamet sama dengan hasil kali peluang-pelung gen tunggalnya. Tiga fase penting dalam kegiatan pemuliaan tanaman, yaitu: (1) menciptakan keragaman genotip dalam suatu populasi tanaman, (2) menyeleksi genotip yang mempunyai gen-gen pengendali karakter yang diinginkan, dan (3) melepas genotipe/kultivar terbaik untuk produksi tanaman (Frey, 1983). Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan agar proses seleksi efektif dan efisien, yaitu: keragaman genetik, keragaman fenotipik, heretabilitas, korelasi dan pengaruh dan karakter-karakter yang erat hubungannya dengan hasil. Tanaman yang secara alami menyerbuk sendiri memiliki keragaman genetik yang rendah. Tanpa hibridisasi atau perilangan maka sulit dilakukan perbaikan sifat/karakter. Oleh karena itu ketersediaan plasma nutfah dengan dasar genetik yang luas penting sangat penting bagi tanaman menyerbuk sendiri. Persilangan bauatn yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri bertujuan untuk menggabungkan karakter-karakter baik yang terdapat pada kedua tetua ke dalam suatu tanaman dan meningkatkan keragaman genetik. Baru kemudian dilakukan seleksi terhadap keturunan-keturunan hasil persilangan berdasarkan tujuan program pemuliaan untuk menghasilkan suatu varietas baru yang lebih unggul. Pada dasarnya keberhasilan melakukan penyerbukan sendiri maupun melakukan penyerbukan silang buatan dipengaruhioleh faktor tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan.faktor tanaman yang harus diperhatikan adalah morfologi bunga, waktu matangnya (reseptivitas) bunga jantan dan bunga betina, dan adanya masalah kompabilitas. Faktor lingkungan yang terutama berperan adalah temperatur, intensitas cahaya matahari dan angin. Bunga padi adalah bunga terminal yang berbentuk malai yang terdiri dari bungabunga tunggal (single-flowered spikelets) yang terdiri dari 2 glume, lemma (sekam besar), palea (sekam kecil), 6 buah benang sari yang masing-masing memiliki dua kotak sari dan sebuah putik dengan kepala putik berjumlah dua. Pada dasar bunga terdapat 2 lodiculae yang berperan terhadap mekarnya bunga.
9

Pada waktu padi hendak berbunga, lodikula mengembang dan mendorong lemma serta palea sehingga terpisah dan membuka. Terbukanya bunga kemudian diikuti dengan pecahnya kotak sari yang memungkinkan tepung sari menempel pada kepla putik di bunga yang sama. Lemma dan palea kemudian menutup segera terjadinya pembuahan dengan meninggalkan anther di bagian luar bunga. Viabilitas pollen hanya beberapa menit setelah bunga mekar. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan padi digolongkan sebagai tanaman yang menyerbuk sendiri. Mekarnya bunga padi bermula dari spikelet bagian atas yang kemudian berlanjut ke bawah. Bunga padi mekar dengan lebat pada jam 08.00 11.00. pada saat ini pollen telah matang dan viable. Emaskulasi bunga jantan dilakukan pagi hari sampai sekitar jam 9 atau sorehari. Tanaman yang telah siap untuk emaskulasi ditandai dengan keluarnya malai 50-60% dari dalam spikelet. Pada dasarnya keberhasilan melakukan penyerbukan sendiri maupun melakukan penyerbukan silang buatan dipengaruhi oleh faktor tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Faktor tanaman yang harus diperhatikan adalah morfologi bunga, waktu matangnya (reseptivitas) bunga jantan dan bunga betina, dan adanya masalah kompabilitas. Faktor lingkungan yang terutama berperan adalah temperatur, intensitas cahaya matahari dan angin. Penyerbukan sendiri diharapkan proporsi gen-gen homozigot semakin tinggi dan mendekati 100%. Galur yang dihasilkan disebut galur inbreed. Berbeda dengan galur murni, memperoleh galur inbreed jauh lebih sulit karena adanya masalah depresi inbreeding atau tekanan silang dalam. Depresi inbreeding menyebabkan vigor tanaman yang lemah, fertilitas, dan menurunnya hasil. Walaupun begitu, persilangan antara dua galur inbred berbeda akan menunjukkan efek heterosis pada hibrida. Dengan demikian tujuan pembuatan galur inbred pada jagung adalah untuk menhasilkan hibrida. Jagung merupakan tanaman monoceous yang memiliki bunga jantan dan betina terpisah dalam satu tanaman. Bunga jantan terletak dibagian terminal sedangkan bunga betina merupakan tongkol jagung itu sendiri. Stigma dan stylus adalah rambut (silk) sehingga rambut dapat diserbuki dibagian manapun. Pollennya yang banyak dan ringan dapat dipindahkan hingga sejauh 1 km dengan bantuan angin. Pollen akan menyerbuki bunga betin tanaman yang lain sehingga jagung mengalami penyerbukan silang 95 % dan penyerbukan sendiri sekitar 5 %. Bunga jantan berupa tassel yang akan mekar mulai dari bagian atas ke bawah. Tassel terdiri dari sekumpulan bunga yang setiap tangkainya terdiri dari dua staminate spikelet. Tassel mulai mekar 4-5 hari sebelum rambut tongkol keluar, namun pada genotipe tertentu
10

silklebih dahulu muncul. Sering bunga jantan sudah habis berbunga sedangkan rambut tongkol belum keluar. Dengan demikian penyimpnan pollen dalam hal ini menjadi sangat penting. Masa berbunga jantan sekitar 2-14 hari sedangkan viabilitas pollen berlangsung sekitar 4 hari tergantung pada genotipe.

1.2

Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ini yaitu ;

1)

untuk mengetahui cara mengkolesi benih dan klon tanaman dan juga untuk mengetahui cara pengemasan dan pelabelan pada koleksi; untuk mendapatkan informasi tentang fenologi perkembangan bunga dan buah pada tanaman gambir, untuk menentukan karakter/sifat-sifat unggul yang berpotensi bagi perbaikan tanaman, untuk mengetahui keragaman antar spesies dan di dalam spesies dengan cara mengidentifikasi melalui penampilan fenotipenya, dan juga untuk menentukan besarnya keragaman yang dimiliki oleh suatu karakter tanaman dengan menggunakan statistik ragam,

2)

untuk mengetahui sifat-sifat tanaman yang akan dipersilangkan dan mengetahui bagian-bagian bunga dari suatu tanaman terutama alat reproduksinya

3)

untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang kultur jaringan dan bioteknologi tanaman meliputi peraturan/ tata tertib laboratorium, fasilitas yang diperlukan, dan tata cara pelaksanaan dalam laboratorium kultur jaringan dan bioteknologi tanaman.

4)

untuk mengetahui struktur bunga padi, untuk mengetahui saat yang tepat melaksanakan persilangan, dan juga untuk bisa melaksanakan persilangan pada tanaman padi,

5)

untuk mengetahui struktur bunga jagung, dapat memahami dan bisa melaksanakan persilangan pada tanaman jagung, baik silang sendiri maupun silang tunggal,

6)

untuk mengetahui dan memahami seleksi massa serta dapat melakukan seleksi massa di lapangan

7)

dapat melakukan perhitungan sederhana sifat kualitatif dan sifat kuantitaif dengan menggunakan statistik

8)

dapat menduga nilai ragam fenotipik, fenotipik, dan heritabilitas.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman, Identifikasi Sumber Daya Genetik Keragaman Genetik Tanaman

2.1.1 Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tanaman yang sangat besar dengan penyebaran wilayah geografis yang luas. Keanekaragaman tersebut menjadi kekayaan alam yang setiap saat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan nasional. Sebagain besar dari tumbuhan tersebut berada di berbagai daerah yang hingga kini belum dimnfaatkan keberadaan beberapa jenis plasma nutfah menjadi rawan dan langka bahkan ada yang telah punah sebagai akibat konservasi oleh manusia. Plasma nutfah adalah substansi sebagai sumber sifat keturunan yang terdapat di dalam setiap kelompok organisme yang dapat dimnfaatkan dan dikembangkan atau dirakit agar tercipta suatu jenis unggul atau kultivar unggul. Sehingga hal tersebut dapat melalui eksplorasi, introduksi, dan koleksi plasma nutfah. Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pangan. Kecukupan pangan yang diidamkan akan tergantung kepada keragaman plasma nutfah yang dimiliki karena pada kenyataannya varietas unggul yang akan dirakit merupakan kumpulan dari keragaman genetik (Azrai, 2005). Eksplorasi tanaman merupakan kegiatan mencari sumber-sumber material genetik tanaman yang memiliki nilai atau potensi untuk digunakan ataupun dikembangkan lebih lanjut. Eksplorasi dilakukan terhadap berbagai tipe material genetik baik varietas untuk petani, landras ataupun kerabat liar. Eksplorasi bisa dilakukan di lahan milik petani, kebun, pasar-pasar tradisional, toko atau kedai penjual benih ataupun pada vegetasi alami seperti hutan, daerah pinggiran sungai dan lembah (Williams, 1991). Introduksi tanaman selain menambah keragaman tanaman mempunyai manfaat lain yaitu memajukan bidang industri dengan mendatangkan tanaman-tanaman industri seperti tanaman obat-obatan dan tanaman industri lainnya untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi, dan evolusi dari tanaman dengan jalan memelihara tanaman yangdintroduksi di tempat tertentu kemudian dipelajari data-datanya secara mendetail untuk meningkatkan mutu tanaman (Lamadji, 1994).

12

Koleksi plasma nutfah merupakan bagian penting dalam ilmu pemuliaan suatu tanaman. Koleksi dilakukan terhadap sebanyak mungkin material genetik dengan harapan bisa mengumpulkan sebanyak mungkin keragaman genetik yang ada. Tentu saja koleksi yang dilakukan harus sejalan dengan efisien biaya dan waktu. Bagian tanaman yang akan dikoleksi bisa terdiri dari berbagai jenis seperti stek tanaman, planlet dalam bentuk in-vitro, tanaman utuh, pollen atau benih. Penanganan untuk masing-masing material genetik ini dalam rangka koleksi eskaligus konservasi tentu berbeda-beda. Koleksi plasma nutfah ditentukan keberadaannya untuk melestarikan keanekaragaman genetik suatu spesies tanaman dan kerabat liarnya (Grased, 1974). Konservasi plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pangan. Teknik konservasi in-vitro atau pelestarian plasma nutfah dilapang memiliki beberapa kekurangan antara lain membutuhkan lahan yang luas dan biaya yang cukup besar untuk melakukan kegiatan perawatan. Apabila dana tidak tersedia secara berkesinambungan akan menyebabkan perawatan koleksi tidak optimal. Sehingga salah satu cara penyimpanan in vitro yang banyak digunakan adalah pertumbuhan minimal, dengan cara tersebut biakan dapat disimpan dalam jangka waktu menengah. Arti penting pelestarian sumber daya genetik menjadi sangat jelas dan tidak dapat kebenarannya. Walaupun alasan pentingnya pelestarian tersebut kadang-kadang masih diperdebatkan dan metoda konservasi yang harus diikuti masih menjadi topik hangat yang perlu didiskusikan. Namun keinginan melestarikan materi genetik untuk keperluan breeding pada saat sekarang dan keperluan untuk mendapatkan jenis tanaman dengan sifat adapatasi tinggi terhadap lingkungan walaupun sifat tersebut masih belum terlihat kemanfaatannya. Mangondidjojo (2003) mengemukakan bahwa adanya keragaman genetik merupakan faktor penting dalam pemuliaan tanaman, karena tanapa adanya keragaman tidak dapat dilakukan pemilihan tanaman untuk dikembangkan lebih lanjut. Langkah pertama dari pemuliaan tanaman adalah introduksi. Introduksi dilakukan dengan cara mengkoleksi plasma nutfah baik dari dalam maupun luar negeri (Makmur, 1992). Untuk melakukan hal tersebut maka langkah yang dilakukan adalah karakterisasi. Dengan membandingkan penampilan berbagai karakter yang ada pada plasma nutfah yang sudah dikoleksi diharapkan akan didapat beberapa genotipe yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dalam proses pemuliaan tanaman. Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber genetik dalam suatu spesies tanaman yang memiliki keragaman genetik yang luas dan dihasilkan oleh perbedaan varietas, strain, galur atau populasi (Nasir, 2001). Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang
13

dimiliki oleh satu spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu jenis tanaman budidaya ( Sastrapraja dan Rifai, 1989). Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara nasional (Sumarno, 2007). Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber gentik dalam satu spesies tanaman yang memiliki keragaman genetik yang luas. Koleksi plasma nutfah adalah kumpulan varietas, populasi, strain, galur, klon, dan mutan dari spesies yang sama, yang berasal dari lokasi agroklimatologi atau asal-usul yang berlainan (Widyastuti, 2000). Sebagai sumber genetik, plasma nutfah merupakan sumber sifat yang dapat dimnfaatkan dan dikembangkan untuk genetik tanaman dalam rangka menciptakan jenis unggul atau kultivar baru untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia. Tanpa adanya sumbersumber gen, maka upaya untuk memperoleh kultivar-kultivar yang lebih sesuai untuk kebutuhan manusia tidak akan penuh berhasil. Semakin beragam sumber genetik, semakin besar peluang untuk merakit varietas unggul baru yang diinginkan (Sumano, 2007). Dalam hal mengoleksi plasma nutfah bertujuan keragaman genetik diharapkan tidak terbatas, tetapi kenytaannya sumber genetik banyak yang punah karena titik dipelihara oleh manusia (Rao dan Riley, 2004). Konservasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan akan melindungi alam, termasuk menjamin keberadaan dan ketersediaan material genetik dari sekarang dan untuk generasi mendatang. Strategi dalam konservasi secara ex-situ adalah konservasi yang dilakukan pada tanaman akan tumbuhan, diluar dari habitat aslinya atau dikembangbiakkandiluar dari habitat aslinya. Misalnya bunga Raflesia Arnoldi, namun ditanam dan dikonservasi oleh Sir Stanford Raffles di Bengkulu di Indonesia. Yang kedua adalah in-situ merupakan konservasi yang dilakukan pada tanaman yang dikembangbiakkan pada habitat aslinya, misalnya di Indonesia (Nuryani, 1997). Proses pemuliaan tanaman selanjutnya adalah hibridisasi. Menurut Makmur (1992) hibridisasi merupakan kegiatan untuk menggabungkan siat sepasang atau lebih tetua yang memiliki genotipe unggul berbeda sehingga diharapkan dapat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang lebih unggul dari varietas yang ada. Nasir (2001) tujuan utama program pemuliaan tanaman adalah mendapatkan kombinasi genotipe baru untuk diseleksi lebih lanjut sampai menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. Untuk mencapai kegiatan tersebut diperlukan kegiatan persilangan antara tetua jantan dan betina yang memiliki gamet yang diiinginkan yang disebut hibridisasi.
14

Menurut Poehlman dan Sleper (1995) menyatakan keragaman genetik juga dapat terjadi melalui mutai, poliploidisasi, persilangan genetik dan rekayasa genetika. 2.1.2 Identifikasi Sumber Daya Keragaman Genetik Tanaman Keragaman genetik adalah suatu tingkatan biodeversitas yang merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami sebagain atauseluruh permukaan bumi yang dapat didiami (Karmiawan, 2005). Menurut tolak ukurnya,variasi dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Variasi yang bersifat kuantitatif, yaitu variasi yang dapat dilihat bnetuknya secara deret matematis (kontinum) dan ditentukan oleh banyak gen (poligeni). Contohnya adalah tinggi, berat, dan jumlah. 2. Variasi yang bersifat kualitatif, yaitu variasi yang sifatnya diskontinum dan

ditentukan oleh satu gen. Contohnya warna dauan, dan lain-lain. Variasi juga dapat dibedakan berdasarkan penyebab variasi, yaitu variasi genetik adalah variasi yang dihasilkan oleh faktor tanaman (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke sel yang lain. Variai non genetik adalah variasi yang ditentukan oleh faktor lingkungan yang ada disekitarnya dan tidak diwariskan ke keturunannya (Munir, 2000). Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH tanah, dan lain-lain. Keadaan faktor faktor lingkungannya sma dengan pohon yang berbeda. Pengetahua yang memadai tentang komposisi lingkungan akan menentukan genotip yang sesusi untuk kondisi tertentu (Welsh, 1991). Keragaman genetik berperan sangat penting dalam lintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat keragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki sangat sedikit variasi cenderung memiliki resiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapai permasalahan yang ditemui pada penangkaran anak (Syamsuri, 2002)

15

Keragaman genetik dan keanekaragaman hayati bergantung sama lainnya, bahwa keanekaragaman dalam suatu spesies diperlukan untuk menjaga keanekaragaman antar spesies (Welsh, 1991). Untuk keberhasilan program pemuliaan sangat ditentukan oleh tersedianya ragam genetik. Semakin tinggi keragaman genetik yang dimiliki akan semakin besar peluang keberhasilan bagi program pemuliaan. Disamping itu, keragaman yang tinggi juga dapat meningkatkan respons seleksi karena respons seleksi berbanding lurus dengan keragaman genetik (Fehr, 1987; Hallauer dan Miranda, 1988; Simmonds, 1986). Salah satu komponen penting keberhasilan program seleksi dalam program pemuliaan adalah keragaman genetik. Keragaman genetik yang luas untuk beberapa karakter pada populasi ini disebabkan latar belakang genetik populasi yang berbeda. Pengetahuan tentang latar belakang genetik populasi sangat penting untuk memulai seleksi. Menurut Pinaria (1995), keragaman genetik suatu populasi tergantung pada apakah populasi tersebut merupakan generasi bersegregasi dari suatu persilangan, pada generasi ke berapa, dan bagaimana latar belakang genetiknya.

2.1.3 Identifikasi Fenologi Bunga Tanaman Gambir Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan pada menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih (Prawirata, 1988).

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Magnoliophyta Magnoliopsida Gentianales

16

Famili: Genus:

Rubiaceae Uncaria

Spesies: U. gambir

Gambir dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng laut. Biasanya ditanaman sebagai tanaman perkebunan di pekaranganatau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semi intensif jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan. Di Sumatera kegiatan penanaman ini sudah mengganggu kawasan lindung. Gambir merupakan ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir yang disedimentasikan dan kemudian dicetak dan dikeringkan. Hampir 95% produksi dibuat menjadi produk yang dinamakan betel bite atau plan masala. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya coklat kehitaman. Gambir dalam perdagangan antar negara dikenal sebagai gambir biasanya dibuat dalam kemasan 50 kg. Bnetuk lainnya adalah bubuk atau biskuit. Nama lainnya adalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu). Daerah penghasil uatama gambir adalah Sumatera Barat, Sumatera bagian tengah dan Selatan. Harga jualnya ditingkat petani per kg adalah IDR 5.000 hingga IDR 20.000, di pasaran ekspor harganya berkisar dari USD 1,46 hingga USD 2,91. Ekspor gambir juga menunjukkan pertumbuhan yang baik. Umumnya gambir dikenal berasaldari Sumatera Barat. Terutama dari Kabupaten 50 kota, Pesisir Selatan (Kec. Koto XI Tarusan Desa Siguntur Muda) (Daswir dan Kususma. 1993). Kegunaan utama tanaman gambir adalah sebagai komponen menyirih yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara dari Sumatera hingga Papua sejak paling tidak 2500 tahun yang lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan), penyamak kulit, dan bahan pewarna tekstil. Fungsi yang tengah dikembangkan
17

juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsil, kayu Schinopsis balansa, serta kulit polong yang dikembangkan negara lain. Bila ditinjau dari ketersediaan lahan di Sumatera Barat maka terlihat adanya keterbatasan. Sekitar 60 % darilahan yang ada merupakan perbukitan dan lahan miring. Di Sumatera Barat tanaman gambir tumbuh dengan baik di daerah Lima Puluh Kota (Payakumbuh) (Setyabudi, 2004). Prospek gambir sebagai bahan baku perekat untuk bahan berbasis kayu atau bahan berlignosellulosa lainnya terlihat ada. Gambir dapat juga dijadikan sebagaibahan baku utama perekat kayu lapis dan papan partikel. Bila gambir yang diekspor tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku perekat kayu lapis di dalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis. Dalam bidang farmasi kandungan tannin pada gambir dapat digunakan sebagai penawar racun alakaloid dan logam berat (Setyabudi, 2004). Produktifitas hasil gambir untuk meningkatnya perlu usahaterutama dalam pembudidayaan tanaman gambir termasuk mengoptimalkan kesuburan tanaha melalui pemebrian pupuk organic maupun anorganik. Untuk pengendalian bahan organic dan ketersediaan hara yang cukup, keterlibatan dan peran berbagai mikroorganisme sangat penting dan sangat menentukan bagi pertumbuhan tanaman gambir. Kegunaan utama gambir adalah sebagai bahan baku obat dan sangat baik untuk perawatan gigi dan gusi. Masyarakat tradisional memanfaatkannya sebagai bhan campuran makan sirih untuk menyehatkan gigi dan gusi karena kandungan catechinnya cukup tinggi (Said et al, 1989) Tanaman gambir mempunyai system penyerbukan silang pada tanaman tersebut. Karena pada tanaman gambir ini kepala sari masak terlebih dahulu daripada kepala putik.

2.2

Pengenalan Sistem Pembiakan Tanaman Bunga (flos) adalah bagian tanaman dari divisi Angiospermae (tumbuhan berbiji

tertutup), yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan (reproduksi). Oleh karena berfungsi sebagai alat perkembang-biakan, maka bunga dilengkapi organ reproduksi yaitu benang sari dan putik. Bunga merupakan suatu batang atau cabang pendek yang terbatas, neruas pendakpendek dan daunnya telah mengalami perubahan bentukbmenjadi kelopak, mahkota, benang sari dan putik, yang tersusun melingkar rapat sehingga tampaknya seperti bertumpuk pada

18

sebuah buku (Darjanto dan Satifah, 1984). Hasil penelitian lebih lanjut tentang bunga, menunjukkan bahwa : 1. Bunga dapat terletak di ujung batang atau cabang dan di ketiak daun, yang letaknya sama dengan tempat tunas yang akan tumbuh manjadi cabang. 2. Bagian-bagian bunga (kelopak, tajuk, benang sari, putik) kadang-kadang dapat menyerupai daun biasa dengan perbedaan sedikit sampai besar sekali. 3. Pada ketiak daun kelopak atau daun tajuk kadang-kadang dapat terbentuk sebuah kuncup. 4. Kadang-kadang bunga dapat membentuk cabang biasa yang berdau Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air.

Sehari-hari istilah bunga juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.

19

Bagian-bagian (struktur) bunga, yaitu;

Tangkai Bunga (pedicel); bagian bawah bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang atau tempat melekatnya bunga dan sebagai penyambung antara bunga dan batang atau ranting.

Kelopak Bunga (Calix); bagian yang melindungi mahkota bunga ketika masih kuncup. Biasanya, bentuk dan warnanya menyerupai daun.

Mahkota

Bunga

(Corolla);

memiliki

warna

bermacam-macam

sehingga

disebut perhiasan bunga (Periantheum). Warna yang menarik itu berguna untuk memikat kupu-kupu atau serangga lainnya agar hinggap pada bunga, untuk membantu proses penyerbukan.

Putik (Pistillum / alat kelamin betina); terletak di bagian tengah-tengah bunga dan biasanya dikelilingi oleh benang sari. Putik terdiri ataskepala putik (stigma), tempat terjadinya proses penyerbukan, tangkai putik (stillus) terletak di bagian yang akan menjadi buah dan Biji, bakal buah (ovarium) dan bakal biji (ovullum).

Benang Sari (Stamen / alat kelamin jantan); terletak pada bagian tengah bunga yang berdekatan dengan mahkota bunga, bersifat ringan dan mudah terbang tertiup angin. Terdiri atas tangkai sari (filamen) dan kepala sari (antera), tempat

dihasilkannya serbuk sari (pollen). Dapat menempel pada kaki, kepala, dan tubuh kupukupu atau serangga yang hinggap.

Dasar bunga; terletak di pangkal bunga, tempat melekatnya perhiasan bunga dan alat pembiakan. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga.

Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:

Kelopak bunga atau calyx; Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;

Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;

Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: (rumah wanita) berupa putik.

20

Sedangkan, dilihat dari keberadaan alat kelamin jantan dan betina, Nasir (2001) membedakan bunga menjadi : 1. Bunga sempurna, yaitu bunga yang memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu bunga. 2. Bunga tidak sempurna, yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu dari alat kelamin jantan atau alat kelamin betina. Bunga yang memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik) secara bersamasama dalam satu organ. disebut bunga sempurna (bunga banci atauhermafrodit). Jika bunga memiliki semua bagian kecuali putik, maka disebut bunga jantan. Jika memiliki semua bagian kecuali benang sari, maka disebut bunga betina. Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah. Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang umum, spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.

Fungsi Bunga Bunga merupakan wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora), untuk menghasilkan biji. Bunga memiliki fungsi utama sebagai alat perkembangbiakan generatif. Perkembangbiakan generatif merupakan perkembangbiakan yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya kepala serbuk sari ke kepala putik. Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Mahkota yang indah dan berbau menyengat, secara ekologis berfungsi menarik perhatian serangga, seperti kupu-kupu, kumbang, dan lebah. Akibatnya, tanpa disadari proses penyerbukan terjadi. Sedangkan bagi

21

manusia, bunga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat, dan bahan rempah-rempah. Pengelompokan Bunga

1.

Tipe Bunga Berdasarkan tipenya, bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk.

Pada bunga tunggal, satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu tangkai mendukung banyak bunga. Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga. Bunga majemuk dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga majemuk tidak terbatas. Contoh bunga majemuk terbatas adalah monochasiumyang terdiri atas monochasium tunggal, sekrup, dan bercabang seling; dichasiumyang terdiri atas dichasium tunggal dan dichasium majemuk; pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit. Bunga majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang. Contoh yang pertama adalah bunga bulir, tongkol, untai, tandan, cawan, payung, bongkol, dan bunga periuk. Contoh yang kedua adalah bunga malai, thyrse, malai rata, bulir majemuk, tongkol majemuk
22

dan payung majemuk. Tipe lain bunga majemuk adalah bunga karangan semu, cyathium, berkas, tukal, dan lembing.

2.

Berdasarkan kelengkapan bagian bunga Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, bunga dibedakan menjadi bunga lengkap,

bunga tidak lengkap, bunga sempurna (biseksual/hermaprodit) dan bunga tidak sempurna (uniseksual). Bunga uniseksual terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Berdasarkan pada kelamin bunga yang terdapat dalam suatu tumbuhan maka tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan berumah satu (monoecious), tumbuhan berumah dua (diecious) dan polygamous.

3.

Berdasarkan jumlah bunga Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga

tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).

4.

Berdasarkan letak Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di

ujung cabang atau ujung batang; dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun. Bagian bunga seperti daun kelopak dan daun mahkota berada pada susunan tertentu ketika masih kuncup. Hal ini disebut estivasi, contohnya estivasi valvate, valvate induplicate, valvate reduplicate, imbricate, ascending imbricate, descending imbricate, convolute, plicate, open dan quincuncial. Bagian bunga lainnya, seperti dasar bunga dapat mengalami peninggian. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggian dasar bunga, misalnyaanthofor, androfor, ginofor, androginofor dan discus. Bentuk dasar bunga yang biasa dijumpai adalah bentuk rata, kerucut, cawan, dan mangkuk. Untuk memberikan gambaran tentang bunga dapat digunakan diagram bunga dan rumus bunga. Diagram bunga merupakan gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang. Rumus bunga merupakan gambaran mengenai berbagai sifat bunga dan bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan huruf, angka, serta lambang-lambang tertentu. Tanaman berdasarkan tipe reproduksi secara seksual dibagi atas penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Ada beberapa macam penyerbukan di alam yaitu : 1. Penyerbukan tertutup, terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama
23

2.

Penyerbukan terbuka, yaitu terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika putik dan serbuk sari masak setelah terjadi anthesis (Anonymous, 2011). Penyerbukan dapat terjadi dengan berbagai perantara, yaitu perantara angin, perantara

air, perantara hewan dan perantara manusia secara seksual tanaman dibagi menjadi dua yaitu tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan silang merupakan pertemuan sel kelamin betina dengan kelamin jantan dari tanaman yang berbeda atau tidak dalam satu organ tanaman. Sedangkan penyerbukan sendiri merupakan pertemuan sel kelamin betina dan jantan dari satu tanaman yang sama atau pada satu organ. Penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetic dalam pembuahan atau susunan morfologi bunga. Sifat genetic yang dimaksud adalah kemampuan sel kelamin suatu tanaman untuk dapat bergabung dalam pembuahan. Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi adalah autogamie, geitogamie, allogamie, xenogamie atau asing. Autogami adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama. Geitogamie adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda, dalam pollen yang sama. Allogamie adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman yang lain yang sejenis. Xenogamie adalah putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman yang tidak sejenis.

2.3

Pengenalan Kultur Jaringan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman Dalam Pemuliaan Tanaman Kultur jaringan adalah kegiatan budidaya jaringan (tissue) tanaman untuk

mendapatkan tanaman lengkap atau penanaman jaringan tanaman secara aseptis pada media buatan yang aseptis dan lingkungan yang terkontrol. Kondisi in vitro dan aseptik merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam budidaya secara kultur jaringan. Hal tersebut disebabkan karena bahan dasar yang digunakan adalah bagian-bagian tanaman yang memiliki struktur yang masih sangat sederhana dalam sistem perkembangan organisme. Berdasarkan pengenalan kultur jaringan tanaman dan bioteknologi tanaman yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa kultur jaringan adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protoplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagianbagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap Kultur jaringan sesuai definisinya teknik budidaya sel, jaringan dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas
24

mikroorganisme, mengandung 2 prinsip dasar yaitu : a) bahan tanam yang bersifat totipotensi dan 2) budidaya yang terkendali. Potongan organ tanaman misalnya potongan daun, tunas, umbi, akar dll sebagai bahan tanam dalam kultur disebut eksplan. Eksplan dapat tumbuh dan berkembang membentuk kalus selanjutnya berdiferensiasi membentuk satu tanaman utuh yang lengkap disebut planlet. Ruangan yang paling tidak harus ada dalam laboratorium kultur jaringan adalah ruang dapur, ruang kultur dan ruang penyimpanan. Ruang dapur berisi alat-alat seperti autoclave, alat destilasi air, hotplate, dan wastafel. Autoclave digunakan untuk mensterilisasi alat-alat atau bahan yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan. Prinsip kerja autoclave adalah pengaturan suhu dan tekanan sampai tingkat dapat mensterilkan alat dan bahan kultur. Suhu yang biasa digunakan untuk sterilisasi alat adalah 121oC dengan tekanan 2 atm selama 15-30 menit, biasanya 20 menit sudah cukup. Alat-alat yang disterilisasi seperti petridish, gelas piala, botol erlenmeyer, dan wadah-wadah lain yang digunakan untuk wadah media. Cara kerja autoclave adalah: alat-alat yang akan disterilisasi dibungkus dengan menggunakan kertas atau alumunium foil, kemudian alat-alat tersebut disusun maksimal sampai 3 susun. Setelah itu autoclave ditutup dan kunci, kemudian dinayalakan agar tekanan dan suhu di dalam autoclave bisa tinggi. Setelah suhu mencapai 121oC dengan tekanan 120 psi atau 2 atm (untuk sterilisasi alat), autoclave dibiarkan dalam kondisi tersebut selama 20 menit. Setelah mencapai 20 menit, autoclave dimatikan dan dibiarkan suhu turun hingga 0oC agar ketika dibuka alat-alat yang disterilkan tidak terlempar keluar karena suhu dan tekanannya masih tinggi. Alat lain yang terdapat di ruang dapur adalah alat destilasi air. Alat destilasi air adalah alat yang digunakan untuk membuat air murni dari air keran. Cara kerjanya adalah: air keran dialirkan melalui selang ke alat destilasi tersebut. Air tersebut dipanaskan sehingga air murni akan menguap sedangkan mineral yang terkandung di dalam air keran akan mengendap. Uap air akan ditampung, dan akan mengembun menjadi air kembali, dimana air tersebut adalah air murni atau steril yang hanya mengandung H2O. Selain itu terdapat pula hotplate. Hotplate berfungsi untuk memasak media yang di dalam media diletakkan batu magnet untuk mengaduk media yang dipanaskan. Beralih ke ruang kultur. Di dalam ruang kultur tersebut terdapat laminar air flow yang bekerja secara aseptis. Sebelum laminar air flow digunakan, disemprot dengan alkohol dan dilap dengan tisu. Pada laminar air flow terdapat filter yang fungsinya untuk menyaring udara yang masuk, sehingga udara yang masuk adalah udara steril atau telah bebas dari bakteribakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kultur. Filter
25

tersebut memiliki ukuran lubang 0,02 mmol. Penanaman eksplan dilakukan pada ruang ini (laminar air flow). Pada ruang tersebut tersedia alat-alat yang akan digunakan ketika pengambilan dan penanaman eksplan, seperti pipet, scalpel, petridish, alkohol, lampu bunsen, dan alat lainnya. Setelah eksplan ditanam, kemudian disimpan di ruang penyimpanan. Ada beberapa ruangan yang terdapat pada laboratorium kultur jaringan ini yaitu 1. Ruangan persiapan Pada ruangan ini media yang akan digunakan, alat dan bahan yang yang akan digunakan serta sipemulia sendiri harus dalam keadaan steril. Jadi alat dan bahan yang akan dipakai disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf atau oven. Ini untuk mencegah agar tidak terjadi kontaminasi. Jika sudah terkontaminasi maka media tersebut tidak bisa digunakan lagi. Adapun tanda-tanda media yang kita gunakan terkontaminasi atau tidak yaitu jika terkontaminasi dengan jamur maka akan terbentuk hifa-hifa jamur tersebut, sedangkan jika terkontaminasi dengan bakteri maka akan terbentuk lendir pada botol yang digunakan.

2.

Ruangan pendingin Pada ruangan ini terdapat alat hot plate stirer yang berfungsi untuk memanaskan atau

menghomogenkan. Selain itu terdapat juga larutan stok yang gunanya untuk menghindari penimbangan yang berulang-ulang

3.

Ruangan Transfer Pada ruangan ini, si pemulia akan bekerja pada LAFC (Laminar Air Flow Cabinet).

Pada laminar terdapat sinar UV yang dapat membunuh jamur atau bakteri. Ketika saat bekerja pada LAFC kondisi alat, bahan dan pemulia harus steril dan juga si pemulia dilarang untuk menghembuskan napasnya ke LAFC karena ini akan berakibat terkontaminasinya kultur yang kita lakukan. Sebelum menggunakannya lampu UV dimatikan terlebih dahulu jika tidak ini akan berdampak pada kesehatan kita yaitu terjadinya kanker kulit dan lain-lain Pada LAFC terdapat blower yang berfungsi untuk menyaring udara yang ada disekitar LAFC tersebut.

4.

Ruangan Inkubasi Ruangan ini disebut juga ruangan tempat penumbuhan. Sebab, pada ruangan inilah

kita akan menumbuhkan eksplan yang kita ambil dari jaringan suatu tanaman.

26

Media yang akan digunakan biasanya adalah MS0 karena pada media ini sudah lengkap hara makro, mikro, vitamin, dan besi. Kemudian ditambahkan ZPT berupa auksin, sitokinin atau giberelin. Jika pada eksplan yang kita tanam lebih banyak diberi sitokinin maka tidak akan terbentuk akarnya akan tetapi jika banyak diberikan auksin maka akan tumbuh akar tersebut. Jika medianya sudah habis maka perlu kita subkultur kembali. Subkultur adalah memperbanyak tanaman yang sudah ada dan telah steril. Untuk subkultur pemindahannya cepat dan dibutuhkan ketelitian. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Prinsip utamanya adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan (Hamdan, 2008). Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat
27

steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker (Barahima, 2011). Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organic, berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak, tetapi dapat menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011). Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik (Anonim, 2011). Struktur sel dan jaringan secara umum masih sangat rentan terhadap serangan dan kompetsisi terhadap patogen yang dapat mengaganggu pertumbuhan, perkembangan, dan diferensisiasi sel. Oleh karena itu, kondisis aseptik adalah mutlak dibutuhkan utuk menjamin agar proses pertumbuhan, perkembangan, serta diferensiasi berlangsung dengan baik tanpa kehadiran pesaing lain. Potensi pemanfaatan teknologi kultur jaringan dalam mendukung program pemuliaan tanaman Teknik Kultur Jaringan Kultur biji Aplikasi 1. Peningkatan efisiensi perkecambahan untuk biji yang sukar dikecambhakan secara in-vitro 2. Merangsang kedewasaan dengan palikasi zat pengatur tumbuh 3. Induksi pemebentukan multi pucuk dan organogenesis melalui aplikasi zat pengatur tumbuh 4. Eliminasi virus oleh karena beih tidak membawa virus Kultur embrio 1. Mengatasi masalah pengguran embrio yang disebabkan oleh penghalang inkompabilitas 2. Mengatasi persolan dormansi biji dan strilitas diri biji 3. Embrio rescue hasil hibridisasi interspesies ataupun

28

intergenera dimana perkembangan endosperm sangat kurang 4. Produksi monohibrid 5. Memepresingkat sikulus pemuliaan Kultur ovari atau kultur 1. Produksi tanaman haploid ovule 2. Recoveri embrio hibrid untuk mencegah pengguran embrio pada fase awal perkembangan zigot karena penghalang inkompabilitas 3. Fertilisassi in-Vitro Kultur mikrospora anther dan 1. Produksi tanaman haploid 2. Produksi galur homozigot diploid melalui penggandaan kromosom, sehingga dapat mengurangi siklus pemuliaan 3. Transformasi genetik menggunakan mikrospora 4. Produksi keragaman gametoklomonal 5. Investigasi kromosom dengan kromosom berset tunggal (haploid) 6. Fiksasi karakter genetik dari sumber material heterozigot Pollinasi in-Vitro 1. Produksi hibrid yang sulit dilakukan dengan embrio rescue 2. Produksi hibrida yang memiliki kekerabatan jauh yang terhalang oleh adanya inkompabilitas stilus dan stigma dan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tabung serbuk sari (pollen tube). 3. Produksi transgenik dengan injeksi DNA eksogen ke dalam inti sel gamet dan zigot Kultur organ 1. Produksi massal dari tanaman elit dan plasma nutfah langka 2. Produksi kalus, pucuk, dan akar untuk menghasilkan metabolik sekunder 3. Pengembangan bank plasma nutfah terhadap tanaman langka dan dilindungi Kultur apikal meristem 1. Produksi tanaman bebas virus 2. Produksi massal genotipe yang dikehendaki 3. Memfasilitasi pertukaran plasma nutfah internasional 4. Cryopreservasi atau konservasi invitro plasma nutfah 5. Transpor phytosanitari

29

Embriogenesisi somatik 1. Perbanyakn massal plsma nutfah elite 2. Produksi bibit buatan 3. Sumber material untuk protoplas embriogenik 4. Regenerasi transforman genetik 5. Produksi metabolik primer spesisfik benih seperti lemak di dalam minyak biji 6. Memungkinkan untuk mekanisasi dan bioreaktor. Organogenesis dan pengayaan pertunasan axilar 1. Perbanyakan massal plsma nutfah elite 2. Sumber material untuk manipulasi protoplas, transformasi genetik dan micrografting 3. Konservasi genotipe-genotipeyang dilindungi, melalui suhu normal ataupun sub zero temperatur. Kultur kallus 1. Produksi planlet melalui embriogenesis ataupun

organogenesisi somatik 2. Untuk mendapatkan tanaman bebas virus 3. Regenerasi ataupun mendapatkan varian somaklonal dan gametoklonal 4. Sumber material untuk kultur protoplas dan kultur suspensi 5. Produksi senyawa metabolik sekunder bermanfaat 6. Studi biotransformasi 7. Seleksi galur-galur yang meiliki karakter bermanfaat seperti resistensi terhadap penyakit, herbisisda, overproduksi senyaa metabolik sekunder dan lain-lain. 8. Studi mutagenetik Produksi senyawa metabolik sekunder secara in-Vitro 1. Produksi senyawa bermanfaat seperti obat-obatan, senyawa aromatik, pigmen, tepung, dan lain-lainnya tanpa merusak tumbuhan induknya 2. Produksi senyawa metabolik yang secara normal tidak dihasilkan oleh tumbuhan induknya 3. Biotransformasi dan studi elicitor Kultur sel dan seleksi in- 1. Produksi embrio somatik, morfogenesis nodul dan planlet Vitro pada level seluler seluruh tanaman 2. Over produksi senyawa metabolik sekunder

30

3. Over produksi senyawa metabolik primer 4. Induksi dan seleksi mutan bermanfaat atau somaklonal pada level seluler dalam hal resistensi penyakit, toleransi cekaman dan perbaikan kualitas nutrisi dengan menggunakan ruang dan waktu yang lebih sedikit. Variasi somaklonal (genetik atau epigenetik) 1. Isolasi varian bermanfaat yang memiliki kemapuan adaptasi baik, genotip berproduksi tinggi tetapi kurang dalam beberapa karakter berguna lainnya 2. Isolasi varian dengan kemampuan over produksi senyawa metabolik primer dan sekunder 3. Isolasi varian dengan kapasitas resisitensi penyakit toleransi cekaman yang lebih baik 4. Penciptaan variasi genetik tambahan pada kultivar budidaya tanpa hibridisasi

Sifat kompeten, dediferensiasi dan determinasi sel atau jaringan eksplan sangat penting agar terjadi organogenesis atau embriogenesis pada eksplan. Suatu sel atau jaringan dikatakan kompeten jika sel atau jaringan tersebut mampu memberikan tanggapan terhadap signal lingkungan atau signal hormonal. Bentuk tanggapannya berupa pertumbuhan dan perkembangan diri yang mengarah ke proses organogenesis atau embriogenesis. Eksplan yang dikondisikan di lingkungan dengan penambahan ZPT yang cocok akan menjadi kompeten untuk membentuk organ atau embrio. Istilah lain proses ini adalah induksi (inductive event). Dediferensiasi adalah berubah kembalinya fungsi sel-sel yang tadinya sudah terdiferensiasi menjadi tidak terdiferensiasi. Sedangkan determinasi adalah tertentukan nasibnya. Contohnya, sel atau jaringan eksplan yang dikulturkan terdeterminasi menjadi organ atau embrio (Yusnita, 2004). Sebagai salah satu metode budidaya, maka kultur jaringan memiliki beberapa aspek manfaat. 1. Manfaat aspek perbanyakan Perbanyakan atau propagasi adalah dalam rangka melalukan multiplikasi tanaman utuh yang memiliki akar, batang, dan daun. Aspek propagasi secara kultur jaringan memiliki kesamaan dengan aspek propagasi vegetatif pada budidaya konvensional seperti, perbanyakan dengan stek, cangkok, mengenten, dan merunduk. Dengan

31

demikian perbanyakan yang dihasilkan adalah perbanyakan klonal, dimana individu yang dihasilkan memeiliki keseragaman genetik yang homogen. Hal ini didasari kenyataan, bahwa pertumbuhan dan perkembangan serta perbanyakan bahan tanaman dihasilkan dari proses pembelahan sel secara mitosis yang secara teoritis menghasilkan sel-sel keturunan dengan komposisi genetik yang sama.

2.

Manfaat aspek konservasi Manfaat ini dimungkinkan dengan adanya peluang untuk kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel maupun jaringan dengan mengatur ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan seperti suhu dan cahaya. Penambahan senyawa-senyawa tertentu seperti Paclobutrazol, asam absisat dan lain-lainnya terbukti dapat menahan pertumbuhan dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengurangi kemampuan hidup sel dan jaringan tersebut pada tahap selanjutnya. Disisi lain aspek manfaat untuk konservasi juga dimungkinkan adanya ketersediaan ruang yang cukup luas sebagai akibat bentuk tanaman yang dipelihara hanya merupakan tanaman mikro (planlet).

Jadi manfaat kultur jaringan itu antara lain adalah : 1) Perbanyakan cepat dari klon Kecepatan multiplikasi sebanyak 5 akan memberikan 2 juta plantlet dalam 9 generasi yang memerlukan waktu 9 12 bulan. 2) Keseragaman genetik. Karena kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi karakter genetik acak yang umum terjadi pada perbanyakan seksual melalui biji, dapat dihindari. Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan tetapi, mutasi dapat terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama pada kondisi hormone dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa multiplikasi vegetatif ini disebut variasi somaklonal. 3) Kondisi aseptik Proses kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan kultur tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas patogen. 4) Seleksi tanaman Adalah memungkinkan untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar pada wadah kultur yang relative kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi genetik mungkin terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan kultur untuk

32

meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakuan dengan bahan kimia (bahan mutasi, hormone) atau fisik (radiasi) dapat digunakan. 5) Stok mikro Memelihara stok tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada in vitro culture. Stok induk biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil untuk diakarkan di kultur pengakaran atau dengan perbanyakan biasa. 6) Konservasi genetik Kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman yang terancam (rare and endangered species). Metode dengan pemeliharaan minimal, penyimpanan jangka panjang telah dikembangkan. 7) Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule. 8) 9) 10) Tanaman haploid dapat diperoleh melalui kultur anther. Produksi tanaman sepanjang tahun. Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal dapat dilakukan melalui kultur jaringan.

Sterilisasi ruangan Ruangan disterilisasi dengan menggunakan larutan Formalin. Sterilisasi dilakukan dengan cara penyemprotan keseluruh bagian/sudut ruangan dan diamkan selama beberapa hari. Uji kesterilan rungan dengan melakukan uji Keberhasilan kultur jaringan yaitu kemampuan untuk mengeliminasi segala bentuk kontaminan yang dapat terjadi setiap saat. Sterilisasi Alat dan Media Peralatan dan media tanam disteril dengan menggunakan Autoclave, dengan tekanan 15 PSI dan Suhu 121C. Untuk alat-alat yang akan digunakan seperti pinset, pisau scalpel, gelas beker, labu ukur, pipet ukur, erlemeyer, pengaduk gelas dan botol kultur, alat-alat tersebut terlebih dahulu disterilisasi dengan autoklaf, saat mencapai suhu 121oC dan tekanan 15 psi (pound per square inch = besarnya tekanan pada bidang seluas 1 inci), dipertahankan selama 20 menit, untuk mematikan mikroorganisme dan kontaminan lain yang kemungkinan berkembang setelah pemakaian sebelumnya sehingga tidak terjadi penyebaran bakteri atau spora jamur ketika pencucian.

33

Selanjutnya peralatan tersebut dicuci menggunakan sunlight dan dibilas hingga bersih, setelah itu dilakukan perendaman menggunakan bayclin 5ml/l air selama 24 jam pada botol kultur dan peralatan kaca. Kemudian dilakukan autoklaf ulang pada botol-botol tersebut dan alat-alat yang telah bersih (alat-alat selain botol kultur terlebih dahulu dibungkus dengan kertas) dengan mempertahankan tekanan 15 psi, pada suhu 121oC selama 20 menit, setelah itu dilanjutkan dengan menyimpan alat-alat tersebut di dalam oven sampai saat akan digunakan. Aquadest yang akan digunakan juga disterilkan menggunakan autoklaf dengan mempertahankan tekanan pada 15 psi, dan suhu 121oC selama 30 menit. Proses sterilisasi aquadest membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan proses autoklaf untuk alat dan media, karena biasanya aquadest disterilkan dalam volume yang besar (500 ml - 1000 ml) maka tekanan 15 psi harus dipertahankan lebih lama. Lantai dan dinding bagian dalam LAFC disterilisasi dengan mengusapkan tissue bersih yang telah dicelupkan pada alkohol 70%, dan selanjutnya di sterilisasi dengan lampu ultraviolet (ger medical UV-lamp) minimal 2 jam sebelum dipakai.

Sterilisasi Bahan Tanam Sebatas sterilisasi permukaan atau desinfestasi (menghilangkan infestasi kontaminan). Bukan disinfeksi (menghilangkan infeksi kontaminan dalam eksplan). Membersihkan debu, cendawan dan bakteri atau kontaminan dari bagian permukaan eksplan.

2.2

Bioteknologi Tanaman Bioteknologi tanaman adalah kelompok keilmuan yang mempelajari tentang

fenomena biologis tumbuhan terutama tumbuhan tropis, juga mengembangkan perekayasaan pada tingkat molekuler, seluler sampai pada tingkat ekosistem. (Yuwono, 2006). Pada laboratorium bioteknologi beberapa tata tertib yang berlaku yaitu si pemulia tersebut harus dalam kondisi yang steril dan setelah itu diharapakn untuk memakai sepatu yang tertutup karena pada laboratorium ini terdapat bahan-bahan yang bersifat karsinogenik (dapat memicu kanker). Secara umum ada sedikit perbedaan dengan laboratorium kultur jaringan, dimana pada bioteknologi yang digunakan adalah DNA sedangkan pada kultur jaringan adalah bagian dari jaringan tanaman. Selain itu, pada bioteknologi digunakan tabung-tabung yang ukurannya kecil sedangkan pada kultur jaringan berupa botol-botol yang ukurannya cukup besar sepeeti botol selai dan lain-lain.

34

Tahap pertama dalam bioteknologi adalah mengisolasi DNA yaitu untuk mendapatkan DNA sel. DNA dalam sel terdapat pada 3 tempat yaitu : DNA pada inti sel, DNA pada mitokondria, dan DNA pada kloroplas. Cara untuk mendapatkan DNA sel tersebut maka alat yang digunakan adalah mortar / lumpang dan alunya atau untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus digunakan nitrogen cair dengan suhu 80oC. Akan tetapi nitrogen cair ini cukup berbahaya maka diharapkan ketika bekerja dengan bahan ini harus lebih hati-hati. Kemudian elependrop dengan ukuran ml. DNA sel yang sudah dihancurkan tersebut dimasukkan dalam tabung yang ukurannya cukup kecil. Setelah itu, dimasukkan. Water bath (penanas air) yang berfungsi untuk mengoptimalkan kerja zat kimia yang kita gunakan dalam proses isolasi DNA dan juga untuk menginkubasi sampel. Selanjutnya dimasukkan pada sentrifuge. Sentrifuge berfungsi untuk memisahkan material berdasarkan beratnya. Tabung yang berisi DNA sampel tadi disusun dengan posisi seimbang agar hasilnya lebih baik. Kecepatan sentrifuge ini bisa mencapai 14.000 rpm. Larutan yang disentrifuge tadi yang diambil adalah suparnatannya. Larutan ini terbagi atas 3 bagian, yaitu : suparnatan, debrish, dan natan. Suparnatan itu digunakan untuk pemanenan DNA, yaitu untuk mendapatkan DNA yang kita inginkan dalam jaringan tersebut. Langkah selanjutnya setelah isolasi DNA yaitu DNA dalam bentuk cair. Pada langkah ini adalah cara untuk mengkoleksi DNA. DNA disimpan dalam kulkas dengan suhu maksimal 4oC dan paling bagus adalah dengan suhu -20oC. Untuk mengetahui DNA yang kita inginkan ada atau tidak maka digunakanlah alat elektroforesis. Elektroforesis terbagi 2 macam yaitu elektroforesis horizontal dan elektroforesis vertikal. Elektoforesis tersebut berfungsi untuk memisahkan DNA berdasarkan muatan listriknya sedangkan DNA bermuatan negatif. Cara kerjanya yaitu kita menggunakan gel agarosa yang berasal dari rumput laut kemudian dicampur dengan TBE dan setelah itu dimasak dengan menggunakan microwave. Setelah masak dimasukkan bahan kimia yaitu ethidium bromida dan selanjutnya dituang ke dalam cetakan dan ditunggu gel menjadi padat (terendam dalam larutan). Setelah itu, dijalankan dengan energi listrik ( 30 menit / 1 jam). Setelah dielektroforesis didokumentasikan pada gel document system. Langkah selanjutnya yaitu memperbanyak DNA dengan invitro (memperbanyak DNA dengan menggunakan tabung). Pada tahap ini langkah kerjanya yaitu DNA dimasukkan dalam tabung kemudian masukkan dalam termocyler yang berfungsi untuk menyediakan kondisi optimal untuk perbanyakan DNA secara in vitro. Setelah itu, ditutup dan dikunci dan

35

kita lakukan antara 30 45 kali dengan waktu 2 jam 4 jam. Setelah selesai kemudian dimasukkan pada elektroforesis dan dimasukkan pada alat dokumentasi. Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkahol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (Susilowarno, 2009). Perkembangan dan kemajuan teknologi yang dicapai dalam bidang molekuler telah melahirkan dan mengembangkan teknologi rekombinan DNA atau yang dikenal dengan sebutan rekayasa genetik. Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan suatu kumpulan tekhnik-tekhnik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan melipatgandakan suatu fragmen dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya. Manipulas-manipulasi tersebut dilakukan secara invitro dengan menggunakan material-material biologi. Peran bioteknologi diantaranya: 1. Untuk menghasilkan tanaman kebal terhadap serangan insekta. 2. Merekayasa tanaman sebagai pembunuh serangga. 3. Mempermudah pengelolaan pangan (Susilowarno, 2009)

Pembagian Ruangan Laboratorium Bioteknologi Standar Internasional Laboratorium bioteknologi pada dasarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian ruang persiapan media dan bahan tanam, kemudian ruang inkubasi atau penanaman dan ruang penyimpanan eksplan yang sudah ditanam atau sedang dalam proses penanaman. Ruang Persiapan Media dan Bahan Tanam Di dalam ruang pesiapan ini ditempatkan bahan kimia, air suling, alat-alat dari gelas, alat steril yaitu autoclave dan microwave/oven. Hot place dan magnetik stirer untuk memasak media agar pH meter untuk mengukur keasaman media. Timbangan 5 desimal dan 2 desimal. Refrigerator dan freezeer diperlukan untuk menyimpan media yang belum diapakai (stock solution) dan hormon zat tumbuh (ZPT). Rak tempat tabung dan kereta untuk mengangkut media dari ruang satu ke ruang dua (Wardiati, T., 1998) Ruang Inokulasi Dalam ruang ini disediakan transfer box/Laminar Air Flow Cabinet (LAF) yang dapat disterilkan dengan Lampu Ultra Violet (LUV). Ruang disini harus bersih dan nyaman untuk bekerja, karena kunci terletak pada kepandaian/kerapian waktu inokulasi. Bahan yang harus tersedia ialah alkohol, formalin, kertas tissue, dissecting set, lampu spirtus atau bunsen burner

36

dan sprayer, botol plastik, mikroskop stereo juga harus tersedia untuk mengisolasi meristem apeks, tepung sari atau mengamati pertumbuhan organ (Wardiati, T, 1998) Ruang Penanaman Ruang penanaman ini merupakan ruangan yang dipakai untuk menumbuhbiakkan dengan membutuhkan syarat-syarat tertentu. Harus ada Air Conditioner (AC) untuk mengatur suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Cahaya pada umumnya memerlukan intensitas antara 1000-3000 lux dengan panjang hari 12-16 jam. Untuk penggunaan media cair disediakan pengocok (shacker) dengan gerak berputar (centrifugal) atau bolak-balik (reciprokal). Rakrak dari besi untuk meletakkan tabung-tabung yang berisi tanaman yang sedang dibiakkan. Setiap tingkatan rak diberi lampu TL 40 watt dengan sinar putih untuk setiap luasan 1 m2. Jumlah lampu disesuaikan dengan kebutuhan karena setiap spesies tanaman memerlukan intensitas cahaya yang berbeda-beda, dengan kisaran 1000-3000 lux. Suhu optimal yang umumnya dipakai antara kisaran 60-85%, namum dengan pemberian AC maka kelembaban bisa ditekan menjadi 60 % atau kurang sehingga memperkecil kemungkinan berkembangnya jamur atau bakteri (Wardiati. T, 1998)

Standar Keselamatan di Laboratorium Bioteknologi Terdapat beberapa standard keselamatan yang harus diperhatikan di dalam Laboratorium Bioteknologi, diantaranya adalah : 1. Rencanakan sebelumnya, tentukan potensi bahaya yang terkait sebelum memulai eksperimen siapkan rencana untuk menangani limbah yang dihasilkan di laboratorium sebelum memulai pekerjaan apapun. 2. Batasi paparan terhadap bahan kimia. Jangan sampai bahan kimia laboratorium bersentuhan dengan tubuh dan menggunakan perlindungan diri seperti masker dan sarung tangan. 3. Jangan menganggap remeh resiko yang dapat terjadi. 4. Bersiaplah terhadap kecelakaan sebelum memulai eksperimen, ketahui terlebih dahulu tindakan-tindakan tertentu yang harus diambil jika terjadi pelepasan zat berbahaya secara tidak sengaja dan ketahui letak semua peralatan keselamatan. 5. Bersiaplah memberikan tindakan darurat dasar, selalu beritahukan aktivitas anda kepada teman /rekan anda agar mereka dapat menanggapi secara tepat. Sejarah biteknologi sebenarnya telah dimulai sejak 2500 yahun seblum masehi. Pada masa itu orang-orang mesir kuno telah menerapkan teknologi fermentasi yang sudah maju

37

dan kegiatan-kegiatan pemuliaandengan berbasis kepada pendekatan-pendekatan ilmiah. Beberapa bukti yang diperoleh adalah : 1. Teknologi fermentasi anggur berbasis kepada pemahaman proses-proses mikrobiologi yang berlangsung secara anaerob 2. Orang-orang mesir kuno juga menggunakan teknologi fermentasi dalam pembuatan roti. Bukti penerapan teknologi ini, telah tercatat lebih dari 50 jenis roti selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. 3. Di daerah-daerah yang lebih basah di lembah Sungai Nil, orang-orang mesir kuno juga memuliakan angsa dan sapi untuk memenuhi kebutuhan makan dan nutrisi masyarakatnya. Manfaat bioteknologi tanaman adalah : 1. Peningkatan efisisensi produksi Bioteknologi dapat membantu para pemulia tanaman untuk menghasilkan tanaman dengan kemampuan produksi yang lebih baik. Dengan menggunakan lahan yang samam atau bahkan lebih kecil luasnya serta input yang sama atau bahkan lebih besar. 2. Penggunaaan bioteknologi memiliki peluang yang besar dalam rangka menghasilkan tanaman-tanaman dengan tingkat resistensi yang sangat baik dari cekaman biotik (patogen). Konsekuesi dalam penggunaan tersebut akan menurunkan penggunaan pestisida yang akan digunakan dalam perawatan dan perlindungan tanaman selama budidaya berlangsung. 3. Bukan hanya kemampuan pertahanan terhadap cekaman biotik yang dapat diciptakan dengan mengunakan bioteknologi, akan tetapi kemampuan ketahanan terhadap cekaman biotik juga dapat ditingkatkan. Dengan demikian, tanaman-tanaman akan mampu dibudidayakan pada lahan-lahan yang marjinal. 4. Paradigma produksi pertanian saat cenderung mulai mengalami perubahan dari

sistem tanah sebagai satu-satunya media menjadi sistem non tanah sebagai media pertumbuhan.

2.4

Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Sendiri Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang

sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip yang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada

38

kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%. Terjadinya penyerbukan sendiri disebabkan oleh : a. b. c. d. e. Bunga tidak membuka. Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka. Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bunga yang sudah terbuka. Stigma memanjang melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka. Bunga matang serempak. Penyerbukan diawali oleh pembungaan proses ini disebut anthesis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan, yaitu: 1. Periode bunga tertua jantan dan betina Pengaturan waktu tanam yang perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga saat keluarnya bunga hampir serentak antara kedua tetua yang disilangkan 2. Waktu emaskulasi dan persilangan. (M. Nasir, 2001) Metode pemuliaan yang terbukti telah berhasil terhadap species perbanyakan sendiri berada pada kategori sebagai berikut : a. Seleksi galur murni Seleksi ini digunakan untk memilih varietas baru dari varietas yang dahulu telah melewati petani dari generasi ke generasi. Sebagian besar tanaman diseleksi dari varietas tersebut dan dapat diharapkan bersifat homozigot dan inilah titik awal dari perkembangan pemuliaan. b. Seleksi massal Seleksi ini berbeda dengan seleksi galur murni dalam jumlah tanaman dimana tidak hanya sebatang yang diseleksi untuk mendapatkan varietas baru. Varietas yang dikembangkan dengan cara ini mencakup beberapa genotipe yang lebih banyak dibandingkan populasi induknya. c. Metode hibridisasi, dengan pemisahan secara : 1) Metode catatan terhadap galur asal usul Metode silsilah digunakan secara luas oleh pemuliaan tanaman saat ini. Ia menurunkan namanya dari catatan yang disimpan oleh pendahulunya. Seleksi ini keungulanya didasarkan pada keadaan fisik dan sifat yang lain dari individu 2) Metode curah

39

Metode ini digunakan jika seleksi buatan dilakukan selama perbanyakan massal, pemilihan iini biasanya didasarkan atas tabiat dari individu tanaman 3) Metode persilangan kembali Dalam metode ini diulang manjadi induk yang dikehendaki selama seleksi di kerjakan terhadap sifat karakteristik yang sedangdipindahkan dari dari satu donor induknya (R.W. Allard, 1992).

Pemuliaan tanaman yang dikembangbiakn secara vegetatif dapat ditempuh melalui hibridisasi. Oleh karena itu perlu membuat variasi, maka dilakukan hibridisasi. Dengan jalan ini akan diperoleh sumber variabilitas atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksian klon baru. Berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri, dalam tanaman yang diperbanyak dengan jalan aseksual karena sifatnya heterozigot maka segregasi terjadi pada F1. Jadi tiap tanaman dalam F1 adalah sumber potensi dari klon baru, menghasilkan F2 jarang dilakukan. Selfing dapat menurunkan vigor (Sunarto, 1997). Langkah pertama hibridisasi pada tanaman menyerbuk sendiri yaitu memilih tetua yang berpotensi. Pemilihan tetua ini tergantung pada sifat yang akan dimuliakan apakah sifat kualitatif atau sifat kuantitatif. Pemilihan kualitatif lebih mudah karena perbedaan penampakan tetua menunjukkan pula perbedaan gen pengendali sifat itu. Pemilihan tetua untuk sifat kuantitatif lebih sulit karena adanya perbedaan fenotipe yang belum tentu. Oleh karena itu, pemilihan tetua perlu dipertimbangkan dari segi lain, yaitu sifat fisiologi, adaptasi, dan susunan genetik (Wels, 1981). Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang disebut padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia (Plantus, 2008). Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian
40

besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi (Plantus, 2008). Pemuliaan padi biasanya mengunakan cara hibridisasi buatan, yaitu upaya untuk mendapatkan kombinasi genetik melalui persilangan dua atau lebih tetua yang memiliki komposisi genetik yang berbeda (Nasir, 2001). Persilangan (penyerbukan) dilakukan dengan cara meletakkan serbuk sari (polinia) pada putik bunga. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah pada pagi hari. Setelah ditentukan tanaman induk, penyerbukan dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Mula-mula ditentukan tanaman yang akan digunakan sebagai induk jantan dan induk betina. Dengan sepotong lidi runcing atau tusuk gigi yang telah dibasahi atau ditempelkan ke putik supaya lengket, polinia diambil dari kantong sari (anther cap) bunga tetua jantan. Anther cap dicungkil dan diusahakan agar serbuk sari berwarna kuning menempel diujung lidi. Selanjutnya, serbuk sari ditempelkan ke lubang putik bunga pada tetua betina (Ramadiana, 2008) Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga, berkelamin dengan dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kantung serbuk. Putikmempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang bebrentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Hasyim, 2000). 2.5 Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Silang Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan. Akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusa melakukan penyerbukan silang

buatan (Wels, 1981). Setiap individu memiliki variasi dalam sifat-sifat kecepatan pertumbuhan

pembungaan dan kemampuan reproduksi, resistensi, kualitas, bentuk batang, dan lai-lain. Dalam perkawinan silang antara induk jantan dan induk betina, akan terjadi penggabungan untuk sifat antara keduanya. sifat-sifat baik Penyerbukan yang silang oleh buatan induk
41

dimaksudkan

menggabungkan

dimiliki

jantan dan induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memiliki gabungan dari sifat-sifat baik tersebut. Teknik penyerbukan silang buatan yaitu : 1. Persiapan pengamatan bunga : pembungaan, benang sari, putik. Mengumpulkan informasi mengenai : asal usul dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik. Pemilihan induk jantan dan betina. Pemilihan bungabunga yang akan disilangkan. 2. 3. Isolasi kuncup terpilih Kastrasi/emaskulasi Membuang dijadikan semua induk benang betina sari dari sebuah kuncup silang. bunga yang akan untuk

dalam

penyerbukan

Dimaksudkan

menghindarkan penyerbukan sendiri. Dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum masak). 4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari. Hal-hal yang harus diperhatikan : serbuk sari tidak dapat disimpan terlalu lama pada kelembaban relatif tinggi, makin tua umur serbuk sari makin rendah kemampuan kecambahnya untuk membentuk tabung serbuk sari, serbuk sari membutuhkan penyimpanan dengan kelembaban rendah (10-50%) dan suhu rendah (2-8C). Biasanya serbuk sari disimpan dalam desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4 dengan konsentrasi tertentu. 5. Melakukan penyerbukan silang. Pada bunga hermafrodit, kastrasi harus

dilakukan. Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga betina (femineus), putik dapat langsung diserbuki (tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga mekar. Waktu terbaik untuk melakukan penyerbukan adalah pada saat tanaman berbunga lebat. Suhu yang baik untuk melakukan penyerbukan adalah 20-25 C. Hindarkan kompetisi nutrisi antar putik yang diserbuki (dalam satu cabang, sebaiknya jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu banyak). Kepala putik harus sudah mencapai masa reseptif, dan serbuk sari sudah benar-benar masak. Materi penyerbukan dan pembuahan pada bunga ini merupakan materi yang patut diperhatikan dan dipelajari dikarenakan tanpa penyerbukan dan

pembuahan tidak akan ada regenerasi dari suatu makhluk hidup (Nasir,2001). Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain. Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh:
42

a. Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri. b. Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik. c. Sterilitas dan inkompatibilitas d. Adanya bunga monocious dan diocious. Jagung adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang. Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih. Ada perbedaan besar dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman. Beberapa species mempunyai sifat tidak serasi dan dapat dikawinkan tanpa adanya kesulitan terhadap sifat yang tidak cocok. Metode penting yang sesuai dengan penyerbukan silang antara lain: 1. Seleksi massal Seleksi ini merupakan cara yang penting dalam pengembanan macam-macamvarietas yang disilangkan.Dalam seleksi ini jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya . 2. Pemuliaan persilangan kembali Metode ini digunakan dengan species persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan species yang berpolinasi sendiri. 3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkan Varietas hibrida tergantung dari keunggulan keragamanyang mencirikan hibrid F1 diantara genotipe tertentu. Tipe genotipe yantg disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan varietas. 4. Seleksi berulang Seleksi yang diulang, genotip[e yang diinginkan dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan. 5. Pengembangan varietas buatan. (R. W. Allard, 1992). Tanaman jagung (Zea mays L) mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah tetapi masih dalam satu pohon (monoceus). Bunga jantan yang berupa malai muncul dipucuk tanaman. Biasanya malai mulai mekar sekitar 45 50 hari setelah tanam (HST). Bunga betina yang berupa tongkol muncul pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari mulai dihasilkan 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik.

43

Dalam kondisi yang menguntungkan tepung sari akan tetap baik selama 12-18 jam tetapi tepung sari dapat rusak akibat panas atau kekeringan. Tepung sari dapat bertahan selama seminggu samapai 10 hari jika malai (tassel) terlebih dahulu dikumpulkan lalu disimpan dalam kulkas (refrigerator). Tongkol berisi satu ovule fertile dan satu ovule steril. Pembuahan pada ovule fertile menghasilkan tongkol dengan barisn biji yang teratur sedangkan pada ovule steril menghasilkan tongkol dengan barisan biji yang padat dan tidak teratur. Jagung yang diperoleh dari benih yang asal serbuk sarinya tidak dketahui disebut dengan jagung bersari bebas (Anonym, 2012). Pada tanaman menyerbuk silang pemulia dapat juga melakukan persilangan sendiri untuk membentuk inbreed line (galur murni) yang akan dimanfaatkan untuk membentuk varietas hibrida. Penyerbukan silang buatan sering dilakukan untuk menghasilkan silang tunggal (single cross), double cross, three ways cross atau persilangan majemuk. Pada penyerbukan silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi atau pengujian ketegaran hibridisasi dalam rangka pemebntukan varietas hibrida. Selain itu hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman. Factor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain sinar matahari, aiar, hujan, dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optimal. Keberadaan angin juga sangat penting dalam membantu penyerbukan. Temperature untuk jagung berkisar antara 23oC 27oC (Handoko, 2002). Tanaman jagung merupakan tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuhnya terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri dari akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. System perakaran serabut yang berfungsi sebagai alat untuk menghisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah, berupa mineralmineral senyawa kimia yang mengeluarkan zat organic dari tanah dan alat pernafasan. Batang jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung tidak bercabang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm (Rukmana, 1997). Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama dan penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen opaque2 yang mengendalikan kadar protein. Ahli pemuliaan mulai mengembangkan tanaman jagung yang memiliki kadar protein gen opaque-2 ke dalam suatu varietas, tetpi cara tersebut
44

memunculkan sifat yang tidak diinginkan seperti rendahnya produksi dan sifat kerapuhan biji (Hamid, 1989). Pada tanaman jagung bunga jantan berupa tassel yang akan mekar mulai dari bagian atas ke bawah. Tassel terdiri dari sekumpulan bunga yang setaip tangkainya terdiri dari dua staminate spikelet. Tassel mulai mekar 4-5 hari sebelum rambut tongkol (silk) keluar, namun pada genotype tertentu, silk lebih dahulu muncul. Sering bunga jantan sudah habis berbunga sedangkan rambut tongkol belum keluar. Dengan demikian penyimpanan pollen dalam hal ini menjadi sangat penting. Masa berbunga jantan sekitar 2-14 hari sedangkan vaibilitas pollen berlangsung sekitar 4 hari, tergantung apada genotype (Siregar, 1981)

2.6

Seleksi Massa Positif dan Negatif Pada Padi, Jagung Seleksi massa dalam pemuliaan tanaman atau seleksi indidvidu dalam pemuliaan

tanaman merupakan salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang lebih pendek baik pada generasi berikut. Seleksi massa adalah seleksi yang digunakan untuk mengembangkan varietas bergalur banyak yang populasi dasarnya mempunyai keragaman genetik yang diperoleh dari dasar persilangan antar sejumlah varietas. Seleksi ini juga merupakan yang paling sederhana dan banyak pemulia hanya mengendalikannalurinya dalam menjalankan metodeini, meskipun dasar ilmiah untuk pelaksanaannya sudah tersedia (Makmur, 2000). Tujuan seleksi massa antara lain, yaitu untuk memperbaiki populasi secara umum dengan memilih dan mencampur genotipe-genotipe superior. Dalam praktik sehari-hari, pemulia mengamati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak. Macam-macam seleksi massa yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Seleksi massa positif merupakan pemulia mengamati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak. Pada seleksi massa positif dari populasi tanaman, biasanya dipilih individu-individu tanaman yang sesuai dengan tujuan pemuliaan. Pada waktu panen dilakukan pemilihan lagi, kemudian yang terpilih diadakan atau digunakan sebagai bahan tanaman pada musim berikutnya. Tanaman yang tidak terpilih dapat dipanen atau dikonsumsi. Proses pemilihan tersebut diulang kembali pada beberapa generasi penanaman sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Sedangkan seleksi massa negatif, terutama untuk memelihara kemurnian sifat suatu populasi individu-individu yang menyimpang dari enampilan normal di buang. Pada seleksi massa negatif populasi tanaman, tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat yang dikehendaki
45

disingkirkan. Sedangkan tanaman yang tersissa dipanen bersama dan dicampur untuk digunakan sebagai bahan tanaman berikutnya. Proses seleksi ini diulang kembali seperti proses seleksi massa positif. Dalam praktik, kedua cara ini dapat dilakukan bersama-sama khususnya bila dalam populasi yang digunakan dijumpai sifat-sifat individu yang menonjol. Tanaman dengan sifat tersebut dilakukan seleksi massa positif dan sisanya dilakukan seleksi massa negatif (Warisno, 2000). Kalangan pemulia tanaman menamakan seleksi massa karena biasanya cara seleksi ini dilakukan terhadap ukuran populasi yang besar dalam peratanaman jagung di ladang (Allard, 1960). Seleksi massa akan cepat memberikan hasil jika gen yang terlibat dalam pengontrolan karakter yang diperbaiki memiliki heritabilitas yang tinggi, sedangkan karakter yang ingin dibuang bersifat resesif. Korelasi antar karakter yang dipertahankan serta karakter yang ingin diperbaiki juga penting. Karakter-karakter tersebut memiliki korelasi positif. Variabilitas genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu nilai heritabilitas meruapakan parameter genetik yang memiliki sistem seleksi yang efektif dan efisien (Pinaria et al, 1995). Bila seleksi telah dilakukan terhadap suatu populasi tanaman, diharapkan tanamana yang terpilih akan memberikan hasil yang lebih baik. Besar kenaikan hasil yang akan diperoleh dapat diperkirakan dengan menghitung kemajuan genetikanya secara teoritis. Kemajuan genetik secara praktetk diartikan sebagai kemajuan seleksi yang dilakuka. Untuk dapat memperkirakan, diperlukan pengertian dan pengenalan seacar baik terhadap populasi beserta keragamannya dan pengetahuan mengenai besarnya angka heritabilitas

(Mangoendidjojo, 2003). Adanya keragaman genetik, yang berarti tingkat perbandingan nilai antara individu genotipe dalam populasi merupakan syarat keberhasilan seleksi terhadap sifat yang diinginkan. Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung pada keragaman genetik dari karakter yang dapat diwariskan dan kemapuan memilih genotipe-genotipe unggul dalam proses seleksi. Nilai duga heritabilitas juga sangat penting rtinya dalam menentukan efektivitas metode seleksi. Seleksi akan efektif bila nilai duga heritabilitas dan kemjuan genetik harapan tinggi. Untuk memperbaiki kekeliruan seleksi berdasarkan fenotipe tanaman perlu memperhatikan korelasi genotipe dan fenotipe antar sifat, lingkungan yang cocok untuk seleksi sfat yang diinginkan. Ciri sifat genetik sifat yang diseleksi, cara seleksi langsung atau tidak langsung dan keragaman genetik bagi tanaman (Rosmini, 1998).
46

Kemajuan seleksi dalam seleksi massa adalah yang terbesar dari metode seleksi yang ada, namun harus memperhatikan beberapa hal. Latar belakang lingkungan harus diperhatikan dalam melakukan seleksi massa karena seleksi didasarkan dengan fenotipe. Masalah lainnya adalah apabila suatu sifat tidak dapat diamati langsung pada suatu individu, seperti produksi susu per hari dari sapi pejantan. Untuk mengetahuinya, metode seleksi berbaris kerabat perlu dilakukan. Pemggunaan seleksi dengan penanda berpotensi menghilangkan masalah-masalah ini. Kelebihan seleksi massa mudah dilaksanakan, dapat dilakukan pada populasi besar dan murah. Sedangkan kelemhana seleksi massa merupkan kemajuan seksnya kecil/rendah, perlu lahan penanaman yang terpisah dari populasi lain. Kemudian kelemahannya tidak ada kontrol terhadap gen-genjelek yang berasal dari gamet jantan (pollen). Seleksi massa juga efektif utnuk perbaikan karakter-karakter yang memiliki heritabilitas yang rendah seperti karakter hasil pada jagung (Syona, 1995). Dalam pelaksanaan seleksi, utnutk mendapatkan tanaman dan kestabilan depresi potensi yang tinggi, para pemulian tanaman harus membuat seleksi apada sifat genetik. Sifatsifat morfologi hanya menyertai. Sifat-sifat yang akan dipilih pada tanaman yang akan dileksi pada umunya meliputi bulir yang paling besar, umur pendek, produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan hamada dan penyakit, tahan terhadap perubahan suhu atau iklim, tahan terhadap kekeringan, batangnya kokoh agar tidak mudah roboh terkenan angin, tahan terhadap kemasaman tanah, tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Sifat jelek yang tidak ekonomis dibuang (Soemarjo, 1998). Varietas hasil seleksi massa dapat terdiri dari gentotipe berbeda. Perbedaan ini biasanya pada sifat kuantitatif seperti produksi dan kualitas. Sedangkan untuk sifat kualitatif seperti tinggi tanaman, ukuran, warna (biji atau buah) dan ketahanan terhadap penyakit tertentu dusahakan sama karena sifat-sifat ini secara fenotipe lebih mudah dinilai (R.W. Allard, 1995). Pada seleksi massa terdapat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah sederhana dan mudah karena seleksi massa hanya didasarkan fenotipe tanpa uji keturunan. Kekurangannnya yaitu : 1. Oleh karena fenotipe yang dipengaruhi lingkungan, maka tanaman yang memepunyai fenotipe baik, tertentu mempunyai genotipe yang baik 2. Tanaman homozigot dan heterozigot mempunyai fenotipe yangsma untuk sifat yang dikendalikan oleh gen dominan (Dahlan, 1994).

47

Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang lebih baik pada generasi berikut. Dalam program pemuliaan, seleksi ini juga merupakan yang paling sederhana dan banyak pemulia hanya mengandalkan nalurinya dalam menjalankan metode ini, meskipun dasar ilmiah untuk pelaksanaannya sudah tersedia. Dalam praktik sehari-hari, pemulia mengamati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak. Praktek yang demikian juga disebut seleksi massa positif. Seleksi massa negatif (disebut juga roguing) juga dapat dilakukan, terutama untuk memelihara kemurnian sifat suatu populasi: individu-individu yang menyimpang dari penampilan normal dibuang. Kalangan pemuliaan tanaman menamakan seleksi massa karena biasanya cara seleksi ini dilakukan terhadap ukuran populasi yang besar dalam pertanaman di ladang. Pemuliaan hewan mengistilahkan sebagai seleksi individu karena seleksi didasarkan atas dasar penampilan individu, bukan kerabat dari individu tersebut. Kemajuan seleksi dalam seleksi massa adalah yang terbesar dari semua metode seleksi yang ada, namun harus memperhatikan beberapa hal. Latar belakang lingkungan harus dipertimbangkan dalam melakukan seleksi massa karena seleksi didasarkan dengan fenotipe. Masalah lainnya adalah apabila suatu sifat tidak dapat diamati langsung pada suatu individu, seperti produksi susu per hari dari sapi pejantan. Untuk mengatasinya, metode seleksi berbasis kerabat perlu dilakukan. Penggunaan seleksi dengan penanda (markerassisted selection) berpotensi menghilangkan masalah-masalah ini (Makmur, 2000.)

2.7

Perhitungan Sederhana Sifat Kualitatif dan Kuantitatif dan Perhitungan Nilai Heritabilitas Keragaman sifat juga dibedakan atas sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat

kualitatif yaitu variasi yang langsung dapat diamati (dilihat), misalnya: a). b). perbedaan warna bunga (merah, hijau, kuning, putih, oranye, ungu), dan perbedaan bentuk bunga,buah, biji (bulat, oval, lonjong, bergerigi dan lain-lain).

Sifat kuantitatif yaitu variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tinggi tanaman 3(cm), produksi (kg), jumlah anakan (batang), luas daun dan lain-lain. Perbedaan sifat kuantitatif dengan kualitatif disajikan pada tabel berikut. Kriteria Bentuk sebaran Kualitatif Tegas (Discrete) Kuantitatif Berlanjut (continue)

48

Penilaian. Gen pengendali

Pengamatan visual Satu atau dua

Pengamatan pengukuran Banyak (polygenic)

Pengaruh lingkungan Sedikit Mudah terpengaruh Pewarisan sifat kepada keturunannya dapat merupakan sifat kualitatif dan kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif atau kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif lebih mudah karena sebarannya discrete dan dapat dilakukan dengan melihat apa yang tampak. Sebaliknya untuk sifat kuantitatif dengan sebaran continue,

pengelompokannya relatif lebih sulit karena dengan kisaran-kisaran tertentu. Pengujian untuk sifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Chi-Square Test, sedangkan untuk sifat kuantitatif dilakukan dengan analisis varian dan modifikasinya. Pengujian untuk sifat kualitatif atau di antara sifat kualitatif nyata atau tidak nyata digunakan rumus berikut: Dimana: X2 = Chi-Square, O = data hasil pengamatan (observation) dan E = nilai dugaan (expected). Selanjutnya hasil perhitungan (X2 hitung) dibandingkan dengan (X2 tabel) nyata atau tidak. Menurut Crowder (1981), bahwa variasi karakter kuantitatif ditentukan oleh banyak gen yang pengaruhnya kecil terhadap karakter yang dapat diukur. Diduga pula bahwa masing-masing gen memperlihatkan perbedaan dalam mengekspresikan karakterkarakter secara bebas, tetapi suatu penampilan tanaman merupakan hasil kumulatif antar gen, karena itu variasi dalam populasinya bersifat kontinyu. Pewarisan sifat kuantitatif tidak cukup hanya dengan kajian hukum Mendel saja, tetapi perlu bantuan kaidah-kaidah statistika. Data atau informasi sifat kuantitatif umumnya tidak cukup hanya dengan pengamatan tetapi membutuhkan pengukuran-pengukuran pada suatu percobaan yang terrencana menggunakan rancangan-rancangan yang sesuai. Data hasil pengamatan dianalisis dengan modifikasi analisis statistik yang ada sesuai dengan masalah pemuliaan yang dihadapinya, kemudian dilanjutkan untuk diinterpretasikan sesuai dengan masalah pemuliaan tanaman. Karakter karakter tanaman dapat berupa karakter kualitatif atau kuantitatif. Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara itu karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan. Pola pewarisan masing-masing karakter diperlukan dalam menentukan strategi pemuliaan tanaman.

49

Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kualitatif dan karakter kuantitatif menurut (Allard, 1960 dan Burns,1976) adalah sebagai berikut: 1). Pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi dengan munculnya kembali ragam tetua di dalam generasi bersegregasi (F2, BC, F3), dan munculnya kembali salah satu ragam tetua bila terdapat pengaruh dominansi penuh dalam generasi F1. 2). Pada karakter kuantitatif terdapat ragam kontinu pada kurva sebaran frekuensi di dalam generasi bersegrerasi (F2, BC, F3) dengan ragam F2 (VF2) yang lebih besar dari ragam F1 (VF1) Pada penelitian pewarisan suatu karakter, sering diperlukan analisis segregasi dari populasi yang bersegregasi (populasi F2). Dengan demikian analisis statistik dan analisis genetik yang digunakan untuk melacak gen-gen pengendali karakter tersebut dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan/asumsi : (1) tidak ada efek lingkungan, (2) tidak ada efek dominansi antar alel, (3) tidak ada efek epistasis, (4) gen memberikan efek yang sama dan bersifat aditif untuk semua lokus, (5) tidak ada pautan gen, dan (6) tetua dalam keadaan homozigositas lengkap, dan tanaman F1 dalam keadaan heterozigositas lengkap (Burns, 1976; Poehlman, 1979). Pada gen-gen yang mengikuti prinsip Mendel (disebut gen mayor) peranan ragam lingkungan relatif kecil dibandingkan peranan ragam gen-gen minor karena jumlah gen mayor umumnya tidak banyak dan peranan faktor lingkungan relative kecil, maka ragam fenotipe yang ditampilkan dalam populasi bersegregasi sebagian besar merupakan ragam genetik, bersifat diskontinu dan merupakan akibat adanya efek dominan. Analisis genetik terhadap karakter yang dikendalikan oleh gen mayor, umumnya dilakukan dengan bantuan uji Chikuadrat (2) (Strickberger, 1976). Untuk menentukan apakah ragam pada karakter tersebut disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan dilakukan pendugaan nilai heritabilitas. Heritabilitas sering juga dipakai sebagai tolok ukur kemajuan genetik yang dapat diharapkan dalam suatu program seleksi (Allard, 1960). Heritabilitas adalah proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun (Poespodarsono, 1988). Heritabilitas dapat juga diartikan rasio ragam genotipe terhadap ragam fenotipe (Sjamsudin, 1990). Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peranan faktor keturunan dibanding faktor lingkungan dalam memberikan pengaruh pada penampilan akhir atau sifat fenotipe yang bersangkutan (Poespodarsono, 1988). Pendugaan heritabilitas arti sempit dilakukan dengan pendugaan nilai ragam lingkungan dengan mengikutsertakan satu set tanaman induk kedua tetua (P1 dan P2), F1 (P1 x P2), silang balik B1 (F1 x P1), silang balik B2 (F1 x P2) dan F2 (F1 x F1) (Warner, 1952). Menurut Nasir (2001)

50

heritabilitas dalam arti luas dapat dianggap sebagai suatu batas dugaan tertinggi dari heritabilitas dalam arti sempit. Oleh karena itu, selama heritabilitas dalam arti sempit dapat dihitung, nilai heritabilitas dalam arti luas tidak banyak digunakan, bila nilai heritabilitas arti sempit tinggi, maka metode seleksi yang paling tepat digunakan adalah seleksi massa sebaliknya apabila rendah sebaiknya digunakan seleksi silsilah, uji kekerabatan (sib-test), dan uji keturunan (progeny test).

Heritabilitas merupakan suatu parameter untuk mengukur sampai sejauh mana suatu penampilan tanaman lebih disebabkan oleh faktor genetik atau factor lingkungan (Allard, 1992). Pendugaan heritabilitas sangat penting artinya dalam pemuliaan tanaman (Knight, 1979). Nilai duga heritabilitas diperlukan untuk melakukan seleksi, nilai duga heritabilitas yang tinggi akan menyebabkan seleksi menjadi lebih efektif karena pengaruh lingkungan sangat kecil sehingga faktor genetik lebih dominan dalam penampilan genotip tanaman, sedangkan pada karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah seleksi akan berjalan kurang efektif karena penampilan fenotipik tanaman lebih dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetiknya. Dengan nilai duga heritabilitas yang tinggi, intensitas seleksi, dan standar deviasi fenotip yang tinggi akan menyebabkan kemajuan genetik suatu karakter tanaman menjadi tinggi. Informasi mengenai kemajuan genetik diperlukan untuk seleksi. Kemajuan genetik yang tinggi akan menyebabkan seleksi menjadi lebih efektif. Heritabilitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana penampilan suatu karakter tanaman apakah banyak dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan (Hadiati, dkk., 2003). Penampilan suatu karakter akan optimal jika tanaman tersebut berada pada lingkungan yang sesuai, sebaliknya penampilan tidak akan optimal jika berada pada lingkungan yang tidak sesuai. Penampilan suatu karakter yang heritabilitasnya tinggi memiliki pengaruh lingkungan sedikit sehingga penampilannya akan relatif tetap, tetapi karakter yang heritabilitasnya rendah memiliki pengaruh lingkungan yang besar sehingga penampilannya akan berubah, oleh karena itu lingkungan harus optimal. Agar kegiatan seleksi dapat berjalan efektif maka terhadap genotipe yang beragam tersebut perlu penilaian terhadap keragaman genetik, fenotipik maupun heritabilitasnya serta besarnya kemajuan genetik harapan yang ingin dicapai. Menurut Poehlman (1983), keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman pada hakekatnya sangat tergantung kepada adanya keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas. Sementara itu Knight (1979) menyatakan bahwa pendugaan nilai keragaman genetik, dan nilai duga heritabilitas bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan. Bila tingkat
51

keragaman genetik sempit maka hal ini menunjukkan bahwa individu dalam populasi tersebut relatif seragam. Dengan demikian seleksi untuk perbaikan sifat menjadi kurang efektif (Wilson, 1981). Sebaliknya, makin luas keragaman genetik , makin besar pula peluang untuk keberhasilan seleksi dalam meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan. Dengan kata lain, kesempatan untuk mendapatkan genotipe yang lebih baik melalui seleksi semakin besar (Allard, 1960; Poespodarsono, 1988). Heritabilitas dapat dijadikan landasan dalam menentukan program seleksi. Seleksi pada generasi awal dilakukan bila nilai heritabilitas tinggi, sebaliknya jika rendah maka seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena peluang terjadi peningkatan keragaman dalam populasi (Falconer, 1970). Dalam hubungannya dengan seleksi adalah jika heritabilitasnya rendah maka metode seleksi yang cocok diterapkan adalah metode pedigri, metode penurunan satu biji (singlet seed descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji keturunan (progeny test), bila nilai heritabilitas tinggi maka metode seleksi masa atau galur murni. Lebih lanjut Dahlan dan Slamet (1992) menyatakan bahwa heritabilitas menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh.

2.8

Perhitungan Nilai Duga Heritabilitas dan Variabilitas Dalam pemuliaan tanaman adanya keanekaragaman (variabilitas) pada populasi

tanaman yang digunakan mempunyai arti yang sangat penting. Besar kecilnya variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata populasi tanaman yang digunakan sangat menentukan keberhasilan pemuliaan tanaman. Bila suatu populasi tanaman kita perhatikan dan dicermati , akan dilihat bahwa setiap individu tanaman akan memiliki perbedaan antara tanaman yang satu dan tanaman lainnya berdasarkan sifat yang dimiliki. Keragaman sifat individu setiap populasi tanaman tersebut dinamakan variabilitas. Manfaat variabilitas dalam pemuliaan tanaman adalah akan menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman. Sebagai contoh bila kita hendak mengadakan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan suatu varietas baru berproduksi tinggi, maka sebagai populasi dasar (populasi awal) haruslah mempunyai variabilitas besar dengan rata-rata produksi yang relatif tinggi pula. Keragaman dalam spesies tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keragaman yang disebabkan faktor lingkungan dan keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik.
52

Ragam lingkungan dapat diketahui, dengan menumbuhkan tanaman yang memiliki genetik sama, pada lingkungan berbeda. Ragam genetik disebabkan karena diantara tanaman memiliki sifat genetik yang berbeda. Ragam genetik dapat diamati dengan menanam galur atau vaerietas berbeda pada lingkungan yang sama. Keragaman genetik dari tanaman dapat disebabkan oleh rekombinasi gen setelah hibridisasi, mutasi dan poliploidi. Proses tersebut dapat berlangsung secara alami selama fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peningkatan keragaman genetik pada populasi dasar disamping ditentukan oleh genotipe penyusunnya, juga ditentukan oleh sifat perkawinan setiap individu anggota populasi dasar itu. Perbedaan sifat kulaitatif dan kuantitatif adalah : Ukuran besar kecilnya variabilitas dinyatakan dengan variasi (variation), yaitu besarnya simpangan dari nilai rata-rata. Terjadinya variasi bisa disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan atau faktor keturunan atau genetik. Variasi yang timbul karena faktor lingkungan sering disebut sebagai non-heritable variation. Artinya adanya variasi tersebut tidak diwariskan kepada keturunannya. Variasi yang timbul karena faktor genetik dinamakan heritable variation, yakni variasi yang diwariskan kepada keturunannya. Variasi genetik dapat terjadi karena adanya pencampuran material pemuliaan, rekombinasi genetik sebagai akibat adanya persilangan-persilangan, dan adanya mutasi ataupun poliploidisasi. Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya perbedaan warna bunga, daun, dan bentuk biji. Namun ada pula variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan lain-lain. Untuk sifat kualitatif, pengujian banyak dilakukan dengan menggunakan Chi-Squared Test, dihitung dengan rumus: x2 = (O E)2 E dimana X adalah rataan populasi, O = hasil pengamatan, E = hasil harapan, dengan db k-3. Sedangkan untuk sifat kuantitatif dilakukan dengan analisis varian dan modifikasinya. Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak dipakai dalam pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam fenotip dari suatu karakter. Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan besarnya ialah :

53

dimana G2 merupakan total ragam genotipe, dan E2 adalah total ragam lingkungan. Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan apakah disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor-faktor lingkungan. Sehingga diperlukan suatu pernyataan yang bersifat kuantitatif antara peranan faktor keturunan relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dalam memberikan penampilan akhir atau fenotipe yang kita amati. Heritabilitas yang demikian, kita sebut sebagai heritabilitas dalam arti sempit, yang besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana A2 adalah ragam genetik-aditif, sedangkan G2 dan E2 telah didefinisikan dibawah (1). Nilai heritabilitas pada (2) tentu saja lebih kecil dari/atau maksimum sama dengan nilai heritabilitas pada (1). Hal ini akan menjadi jelas kalau kita ingat bahwa sA2 adalah merupakan sebagian daripada : G2= A2 + D2 + E2 Banyak cara untuk memperoleh nilai heritabilitas. Satu cara dengan lainnya belum tentu memberikan nilai yang persis sama. Cara perhitungan heritabilitas di atas adalah merupakan pendugaan heritabilitas berdasarkan komponen ragam. Pada umumnya dilakukan terhadap populasi awal yang baru terbentuk. Metode pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam pemuliaan tanaman, metode ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi PO). Pendugaan heritabilitasnya didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung (fullshib). Untuk tanaman menyerbuk silang, bila progeny (keturunan) saudara tiri diregresikan dengan tetua tunggal, maka berlaku h2 = 2b, di mana b = Cov (P,O)/Var (P). Sedangkan untuk tanaman menyerbuk silang bila saudara sekandung diregresikan dengan mid parent atau pada tanaman menyerbuk sendiri antara F1 dan F2, atau F2 dan F3, dan seterusnya, maka berlaku h2 = b. Dengan P-O regression ini pendugaan dapat berbias bila asumsi yang digunakan (tidak ada hubungan antara tetua P1dan P2 atau peran gen tidak aditif, atau skala yang berbeda) tidak berlaku sehingga untuk pengujian lebih lanjut terdapat koreksi yang disebabkan oleh hubungan tersebut.
54

Untuk pendugaan heritabilitas dalam arti luas dengan cara lain, secara sederhana dapat memperoleh dengan jalan menanam dalam satu percobaan, kedua populasi F1, F2 dari pertanaman tersebut. Keragaman F1 merupakan ragam lingkungan, sedangkan ragam pada F2 adalah ragam genetik dan ragam lingkungan. Dengan demikian heritabilitas dari karakter tersebut adalah : h2bs = G2/(G2 + E2) = (F22 F12)/F22 Contoh yang lain adalah apabila kita mempunyai satu set dari populasi kedua tetua (A dan B), F1 dari A x B, Silang balik F1 ke masing-masing tetua [BC1 = ( A x B ) B dan BC2 = ( A x B ) A], dan F2 dari persilangan A x B. Pendugaan heritabilitas berdasarkan populasi ini akan lebih baik karena lebih telitinya pendugaan ragam lingkungan, yakni berdasarkan ratarata dari A , B dan A x B. Ketiga populasi ini diharapkan tidak bersegregasi dan memberikan nilai ragam lingkungan yang lebih baik dari pada ragam F1 saja. Dengan mengikutsertakan induk kedua tetua, F1, BC1, BC2 , dan F2 maka kita bisa menduga heritabilitas dengan arti sempit, dalam hal ini : h2ns = 1/2 x A2/(1/2 A2 + 1/4 D2 + E2), di mana pembilang dapat diperoleh dari : 2F22 (BC12 + BC22). Sedang penyebut adalah ragam dari F2 sendiri. Kemajuan dalam proses seleksi yang tergantung pada evaluasi visual pada fenotip dapat menyebabakan kesalahan yang lebih besar, khususnya jika heritabilitas rendah. Variasi genotip suatu karakter sukar diperkirakan secara visual, misalnya jumlah daun, kekuatan tanaman dan komponen panen. Pada karakter yang heratibilitas rendah, pertumbuhan gen berlangsung lambat walaupun penggabungan gen-gen dapat dicapai. Seleksi akan sangat efektif pada tanaman yang heritabilitas tinggi. Tanaman yang heritabilitas tinggi akan mudah terlihat dalam populasi (Welsh, 1991). Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh genetik dari penampakan fenotif yang dapat diwariskan dari tetua dan keturunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varian genetik besar dan varian lingkungan kecil. Dalam kebanyakan program pemuliaan tanaman, tujuan dari pemuliaan tanaman meliputi lebih dari satu sifat. Heritabilitas dapat diduga dengan menggunakan cara perhitungan, antara lain sdengan perhitungan varian keturunan dan dengan perhitungan komponen varian dan nalisis varian (Mangundidjojo, 2007).
Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai bagian keragaman genetik dan keragaman total

(keragaman fenotif).besarnya heritabilitas suatu karakter kuantotatif dapat diduga melalui suatu desain persilangan galur murni. Ragam fenotip = ragam genetik = ragam lingkungan.
55

Besarnya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi dalam suatu program pemuliaan.

56

III. BAHAN DAN METODA

3.1

Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman, Identifikasi Sumber Daya Genetik Keragaman Genetik Tanaman

3.1.1.

Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman

3.1.1.1 Waktu dan Tempat Waktu dan tempat pada praktikum ini yaitu Hari Selasa tanggal 18 September 2012 pukul 15.00 - 16.40 WIB di Laboratorium Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

3.1.1.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah Benih jagung (Zea mays L.), benih kedelai (Glycine max), benih cabai (Capsicum annum), benih kacang tanah (Arachis hypogaea), benih buncis (Phaseolus vulgaris L.), benih kacang panjang (Vigna sinensis), dan benih kacang hijau (Vigna radiata) masing-masing 20 g, botol film atau botol selai, kertas label, selotip, alat tulis.

3.1.1.3 Pelaksanaan / Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini adalah benih yang akan dikoleksi dipilih benih yang memiliki vigor dan viabilitas yang baik kemudian benih dimasukkan atau disimpan dalam botol bekas film atau botol bekas selai disesuaikan dengan besarnya benih. Setelah itu, ditutup dan diberi label. Disarankan untuk memberi silika gel.
Tanggal koleksi Nama Kolektor Tanaman Varietas : : : :

3.1.2

Identifikasi Sumber Daya Keragaman Genetik Tanaman

3.1.2.1 Waktu dan Tempat


57

Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggal 29 September 2012 pukul 08.00 11.00 WIB di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

3.1.2.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini tanaman gambir budidaya (Uncaria gambir) sebanyak 5 tanaman, busur, jangka sorong, penggaris, alat tulis.

3.1.2.3 Pelaksanaan / Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini adalah ditentukan terlebih dahulu 4 arah mata angin yaitu utara, selatan, timur dan barat pada satu tanaman gambir. Setelah itu, tentukan pada tanaman gambir tersebut daun keenam dan amati beberapa karakter yang tertera pada tabel dibawah ini : Utara Selatan Timur Barat

Karakter 1) Cabang a. Sudut cabang (o) b. Panjang ruas (cm) c. Diameter cabang (mm) d. Diameter kait (mm) e. Warna permukaan cabang f. Warna permukaan kait g. Bentuk stipula h. Warna stipula i. Warna permukaan bawah daun j. Warna permukaan atas daun 2) Daun a. Bentuk helaian daun b. Bentuk ujung daun c. Bentuk pangkal daun d. Panjang tangkai daun (cm) e. Diameter tangkai daun (mm) f. Panjang daun (cm)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

58

g. Lebar daun (cm) h. Indeks panjang / lebar daun 3) Bunga a. Panjang tangkai bunga (cm) b. Diameter tangkai bunga (mm) 4) Buah a. Panjang tangkai buah (cm) b. Diamater tangkai buah (mm) c. Warna buah matang d. Warna buah muda Kemudian untuk yang merupakan data kuantitatif, tentukan rata-rata dan ragam dari masing-masing karakter dengan menggunakan formula sebagai berikut : 1. Nilai tengah = n adalah banyaknya populasi atau contoh

2. Ragam Merupakan rata-rata penyimpangan kuadrat dari nilai tengah populasi (contoh) / sample. =
i-

/N

/ n-1

3. Standar Deviasi (SD) Merupakan penyebaran nilai individu (x) disekitar nilai tengah populasi ( ) S.D = = 3.1.3 = =s

Identifikasi Fenologi Bunga Tanaman Gambir

3.1.3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggal 06 Oktober 2012 pukul 08.00 11.00 WIB di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

59

3.1.3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini tanaman gambir budidaya (Uncaria gambir) dengan 4 varietas/4 tipe yaitu : udang, riau gadang, mancik, dan cubadak, kamera.

3.1.3.3. Pelaksanaan / Cara Kerja Pertama kali yang dilakukan adalah ditentukan terlebih dahulu 4 varietas tanaman gambir tersebut yaitu udang, riau gadang, mancik, dan cubadak kemudian pada masingmasing varietas tersebut lihat fenologi bunga tanaman gambir dari masing-masing varietas. Selanjutnya foto fenologi bunga tanaman gambir tersebut berdasarkan tahapan-tahapan dibawah ini yaitu : Pentil (bunga masih kecil dengan ciri-ciri permukaan bunga masih halus) Bunga majemuk (permukaan bunga mempunyai duri-duri dan terasa kasar) Bunga sudah mengeluarkan kuncup Bunga telah mengalami penyerbukan (bunga membuka) Buah Buah matang

3.2 3.2.1

Pengenalan Sistem Pembiakan Tanaman Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 13 November 2012 pukul

15.00-17.00 WIB di Laboratorium Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Anadalas Padang

3.2.2

Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah bunga tomat (Solanum

lycopersicum), bunga cabai (Capsicum annum), bunga kacang tanah (Arachis hypogeal), bunga kedelai (Glycine max), bunga buncis (Vigna sinensis), bunga kacang panjang (Phaesolus vulgaris L), bunga kacang hijau (Vigna radiata), bunga markisa (Passiflora quadrangularis), bunga mentimun (Cucumis sativus L)

60

3.2.3

Pelaksanaan / Cara Kerja Praktikum ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu di Laboratorim Dasar-Dasar

Fisiologi Tumbuhan dan dilanjutkan pada ruang kuliah C 1.12. Praktikum mengenai materi ini berupa presentasi dari semua kelompok yang telah ditunjuk untuk mencari mengenai sistem pembiakan tanaman dari bahan-bahan yang terdapat di dalam modul. Setelah dipersentasikan satu perasatu terhadap masing-masing kelompok.

3.3

Pengenalan Kultur Jaringan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman Dalam Pemuliaan Tanaman

3.3.1

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 16 Oktober 2012 pukul 15.00

17..00 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.3.2

Alat dan Bahan Alat-alat yang diperkenalkan pada praktikum kultur jaringan adalah botol kultur dan

tutupnya,dissecting kit, timbangan analitik, wrapping plastic, cawan petri/kaca blok, laminar air flow,oven, ph meter, autoclave dan pipet mikro/pipet tipis 1 set. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bahan kimia untuk media biakan, tissue, aluminium foil dan kertas . Alat-alat yang diperkenalkan pada praktikum bioteknologi adalah lemari asam, cawan petri, gelas ukur, autoclaf, erlenmeyer, laminar air flow, waterbath (penangas air), kulkas, spektrofometer. Bahannya yaitu berupa DNA yang telah disolasi. 3.3.3 Pelaksanaan Pertama kali dijelaskan tentang kultur jaringan secara umum. Kemudian ruangruang yang berada pada laboratorium kultur jaringan. Setelah itu, diberikan penjelasan ruang persiapan tentang sterilisasi alat dan media serta alat-alat yang digunakan untuk sterilisasi. Kemudian pada ruang kultur, diberikan penjelasan tentang laminar air flow dan penggunaan alat kultur secara aseptis serta dijelaskan tentang bekerja secara aseptis. Pada ruang penanaman atau ruang inkubasi dijelaskan tentang tanaman-tanaman yang dikulturkan serta teknik kultur tanaman tersebut. Kemudian pada laboratorium bioteknologi dijelaskan tentang bioteknologi secara umum. Kemudian diberikan penjelasan tentang pelaksanaan dalam laboratorium

61

bioteknologi. Setelah itu, diberikan penjelasan tentang alat-alat dan cara kerja tentang isolasi DNA, kultur DNA dan sebagainya.

3.4 3.4.1

Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Sendiri Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 09 Oktober 2012 pukul 09.00

11.00 WIB di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.4.2

Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah 2 varietas padi IR 42

yang sinkron pembungaannya, alkohol 70 %, gunting kecil, pinset dengan ujung tajam, loupe, sungkup kertas ukuran 23 x9 cm, clip/staples/hecter, label, pensil.

3.4.3

Pelaksanaan / Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini adalah ditentukan tanaman yang dijadikan tanaman

betina dan jantan. Kemudian pada tanaman induk betina, pilih bunga yang telah keluar 1/3 bagian. Malai yang terpilih dijarangi bunganya ditinggalkan 10-20 bunga pada bagian tengah malai. Selanjutnya, dilakukan kastrasi yaitu membuang bagian-bagian yang tidak diperlukan pada waktu persilangan. Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi sebelum jam 9 pagi. Setelah itu, emaskulasi yaitu membuang semua benang sari yang masih muda atau belum masak dari sebuah kuncup bunga pada taaman induk betina. Dilakukan pada bunga yang diperkirakan mekar dalam waktu 1-2 hari yaitu benang sari berada di bagian tengah bunga. Pada bagian atas ujung spikelet digunting miring 45 o sehingga terdapat lubang kecil agar memudahkan pengeluaran benang sari. Emaskulasi dilakukan dengan cara mendorong gunting ke atas sehingga anther terbuang semua. Benang sari yang tersisa dibuang dengan pinset halus melalui lubang halus. Emaskulasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu benang sari (stamen) diberi perlakuan air panas 40 45oC selama 10 menit atau mencabut langsung benang sari dengan pinset atau alat penghisap. Periksa kebersihan kepala putik (tidak ada pollen yang jatuh) dengan loupe. Selanjutnya, bunga-bunga tersebut ditutup/disungkup dahulu agar tidak diserbuki oleh benang sari / pollen yang tidak diinginkan.
62

Setelah itu barulah dilakukan penyerbukan (pollination) yaitu menempelkan / mengusap / mengoleskan / serbuk sari ke kepala putik. Buka sungkup bunga tanaman induk betina, tempelkan langsung benang sari ke kepala putik dan sungkup kembali. Kemudian beri label dengan mencantumkan tetua jantan dan betina yang digunakan dalam persilangan dan tanggal penyerbukan.

3.5 3.5.1

Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Silang Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 09 Oktober 2012 pukul 09.00

11.00 WIB di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.5.2

Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah dua varietas jagung,

gunting kecil, pinset dengan ujung tajam, plastik berukuran 6 cm x 20 cm sungkup kertas ukuran 23 cm x 15 cm, clip/stapler/hecter, pensil.

3.5.3

Pelaksanaan / Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini adalah disungkup malai yang keluar dari ujung

tanaman tapi sebelum malai tersebut masak dengan menggunakan kertas roti/minyak. Kemudian sungkup tongkol dengan menggunakan pastik. Setelah itu, malai yang masak dan rambut (silk) sudah keluar, dipotong malainya lalu taburkan / goyangkan ke rambut tongkol. Jika rambut tongkol terlalu panjang maka potong dengan meninggalkan + 2 cm. Selanjutnya, ditutup kembali tongkol dengan menggunakan sungkup malai (tetapi jika sudah rusak/basah diganti). Terakhir baru tulis pada sungkup nama persilangan dan tanggal persilangan atau dengan menggantungkan kertas label pada tongkol tersebut.

3.6 3.6.1

Seleksi Massa Positif dan Negatif Pada Padi, Jagung Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 November 2012 di ruang

kuliah C 1.12 Universitas Andalas Padang.


63

3.6.2

Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diguankan dalam praktikum ini adalah peralatan tulis.

3.6.3

Cara kerja Pelaksanaan parktikum ini berupa penjelasan materi oleh asisten mengenai definisi

seleksi massa, klasifikasi seleksi massa tersebut dan prinsip dasar dari seleksi massa itu.

3.7

Perhitungan Sederhana Sifat Kualitatif dan Kuantitatif dan Perhitungan Nilai Heritabilitas

3.7.1

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 November 2012 di

Laboratorium Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.7.2

Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah alat-alat peralatan tulis

3.7.3

Pelaksanaan Cara kerja praktikum ini adalah asisten menjelaskan tentang sifat kualitatif dan sifat

kuantitatif dan penggunaan statistik dalam menghitung sifat kualitatif dan siaft kuantitatif ini. Kemudian praktikan diberi soal yang berkaitandengan perhitungan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif tersebut.

3.8 3.8.1

Perhitungan Nilai Duga Heritabilitas dan Variabilitas Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 November 2012 di ruang

kuliah C 1.12 Universitas Andalas Padang.

3.8.2

Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam parktikum ini adalah peralatan tulis.

3.8.3

Pelaksanaan Praktikum ini berupa penjelasan materi heritabilitas, definisi heritabilias, dan rumus

yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas.


64

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman, Identifikasi Sumber Daya Genetik Keragaman Genetik Tanaman

4.1.1

Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman

4.1.1.1 Hasil Hasil praktikum ini adalah berupa foto seperti dibawah ini :

Kacang Hijau (Vigna radiata)

4.1.1.2 Pembahasan Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat punah, karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga jenis-jenis lokal yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap. Untuk menghindari terjadinya hal demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui koleksi. Koleksi plasma nutfah merupakan bagian penting dalam progran pemuliaan suatu tanaman. Dari koleksi ini akan diperoleh keragaman genetik yang diperlukan sebagai bahan persilangan dan seleksi. Koleksi plasma nutfah biasanya berasal dari hasil eksplorasi, introduksi maupun dari pertukaran sumber genetik. Koleksi plasma nutfah dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melestarikan penanamannya dan dengan menyimpan biji atau tepung sari pada suhu dingin. Biji atau tepung sari dapat disimpan lama bila ditempatkan pada suhu dan kelembaban
65

rendah. Kondisi penyimpanan yang optimal tergantung dari spesies tanaman. Sebaliknya penyimpanan yang salah dapat menurunkan daya hidup benih atau tepung sari secara tajam. Identifikasi merupakan suatu kegiatan karakterisasi semua sifat yang dimiliki atau terdapat pada sumber keragaman genetik sebagai database sebelum memulai rencana

pemuliaan tanaman. Identifikasi dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu : 1) identifikasi berdasarkan morfologi, 2) identifikasi berdasarkan sitologi, dan 3) identifikasi berdasarkan pola DNA ( Swasti dan Jamsari, 2005). Jadi, kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini berupa koleksi dan identifikasi merupakan salah satu usaha untuk melakukan konservasi pasma nutfah atau sumber daya gentik sehingga plasma nutfah tersebut tidak punah. Koleksi ini ditujukan untuk menghindari terjadinya kepunahan misalnya bahan praktikum ini adalah kacang hijau. Dilakukan koleksi kacang hijau tersebut kemudian diidentifikasi varietas-varietas apa saja yang terdapat dalam koleksi kacang hijau tersebut. Hal ini bertujuan agar varietas lokal yang ada tidak punah dan apabila varietas tersebut hampir langka maka dilakukan konservasi sehingga keberadaannya tetap ada dan tidak punah karena adanya varietas atau kultivar yang lebih unggul dari varietas lokal. Upaya pengumpulan varitas unggul yang seragam, atau varieatas lokal tanaman yang sudah sejak lama dilakukan, namun belum dikelola secara optimal, karena minimnya pra sarana pendukung seperti alat pengering kemasan (Grasel, 1974). Dari varietas-varietas yang ada, sebaiknya dilakukan koleksi plasma nutfah. Koleksi plasma nutfah diperlukan keberadaannya untuk melestarikan keregaman genetik suatu spesies tanaman dan kerabat liarnya (Williams, 1991). Dengan adanya kerawanan erosi genetik dan kepunahan spesies maka konservasi ex-situ meruapak satu-satunya pilihan karena lebih baik menyimpan sebagian spesies daripada membiarkan seluruhnya punah. Teknik konservasi exsitu memiliki kelebihan, yaitu memberikan kemudahan memanfaatkan plasma nutfah, dan meteri genetik dapat segera tersedia pada saat dibutuhkan. Konservasi plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pangan. Teknik konservasi in-vitro atau pelestarian plasma nutfah dilapang memiliki beberapa kekurangan antara lain membutuhkan lahan yang luas dan biaya yang cukup besa untuk kegiatan perawatan. Apbalia dana tidak tersedia secara berkesinambungan akan menyebabkan perawatan kolkesi tidak dapat optimal. Sehingga salah
66

satu cara penyimpanan in-vitro yang banyak digunakan adalah pertumbuhan minimal. dengan cara tersebut biakan dapat disimpan dalam jangka waktu menengah. Dalam pelaksanaan praktiku, praktikan juga membahas tentang ekplorasi tanaman. Eksplorasi tanaman merupakan kegiatan menjelajah keragaman genetik yang ada diseluruh area untuk diguankan ataupun dikembangkan lebih lanjut. Sedangkan introduksi tanaman merupakan suati proses memperkenalkan tanaman dari tempat asal tumbuhan ke suatu daearah baru. Introduksi tanaman juga dimaksudkan sebagai usaha mendatangkan material geneteik (tanaman) tertentu ke suatau wilayah yang baru. Introduksi memberikan arti penting tidakhanya dari sisi pertanian namun juga dari sisi ekonomis. Tanaman yang dintroduksikan bisa berupa tanaman yang memiliki keunggulan tertentu atau introduksi dengan tujuan koleksi/penelitian antar lembaga (Asrai, 2005). Introduksi tanaman selain menambah keragaman tanaman mempunyai manfaat lain, yaitu memajukan bidang industri dengan mendatangkan tanaman-tanaman industri seperti tanaman obat-obatan dan industri lainnya, untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi dari tanaman dengan jalan memelihara tanaman yang diintroduksi di tempat tertentu kemudian dipelajari data-datanya secara mendetail untuk meningkatkan mutu tanaman. Kacang hijau merupakan polong bulat memanjang. Warna buahnya hijau ketika masih muda dan ungu tua setelah cukup tua. Tetapi ada juga yang berwarna kunig atau coklat berbintik-bintik hitam. Varietas-varietas kacang hijau juga bervariasi. Sehingga koleksi sangat penting bagi keaslian dari jenis tanaman. Koleksi dapat berguna di massa yang akan datang sebagai sumber tanaman yang mungkin masih belum digali manfaatnya. Benih yang akan dikoleksi dipilih benih yang memmiliki vigor dan viabilitas yang baik. Tumbuhan yang hampir punah wajib dilindungi dan benihnya diperbanyak dengan berbagai metode yang digunakan. Salah satu tahap awal yang digunakan adalah dengan eksplorasi atau melakukan pertukaran koleksi. Dari praktikum yang dilaksanakan memberikan pengetahuan bagi paraktikan bagaimana cara untuk mengkoleksi sebanayak mungkin materaial genetik dari berbagai keragaman yang ada dengan tujuan kedepana agar material genetik tersebut tidak akan punah dana dapat dinikmati oleh masayarakat sekitar. Secara harfiah, plasma nutfah tersebut adalah bahan baku dari pemuliaan tanamankarena disini tersimpan berbagai kenakeragaraman sifat dimiliki oleh masing-masing koleksi. Selain dari usaha diatas dari berbagai cara untuk menyelamatkan plasma nutfah
67

adalah dengan cara menyimpan pollen, DNA, material untuh dan bagian tanaman stek. Namun, usaha-usaha diatas tidak dapat dipraktikumkan karena mengingat waktu praktikum yang sangat singkat. Seperti dari analisis diatas, bahwa benih yang dikoleksi adalah benih unggul atau benih yang bermutu baik. Benih tersebut didapatkan pada hasil hibrid pada persilangan pada tanaman maupun tumbuhan. Hibrid merupakan keturunan pertama dari persilangan dua tetua yang berbeda secara karakter maupun genetik. Membentuk hibrida, dapat dibentuk melalui beberapa proses, yaitu sebagai berikut : 1. Kastrasi, yaitu proses pembuangan bagian-bagian bunga yang menghalangi penyerbukan 2. 3. Emaskulasi yaitu proses penonaktifan alat kelamin jantan pada bunga Poliansi, yaitu tahap akhir menggabungkan jantan dan betina yang digunakan untuk membentuk spesies baru.

4.1.2

Identifikasi Sumber Daya Keragaman Genetik Tanaman

4.1.2.1 Hasil Hasil praktikum ini terlampir pada lampiran.

4.1.2.2 Pembahasan Praktikum ini menggunakan metode obeservasi secara langsung di lapangan, yaitu dengan mengamati morfologi tanaman gambir dan tahap-tahap pembuangaan sampai tahap perkembangan buah tanaman gambir. Bagian yang pertama praktikan amati adalah morfologi tanaman gambir. Objek yang digunakan adalah 5 batang tanaman gambir dengan pengamatan 4 arah mata angin Pada satu arah mata angin, contohnya utara praktikan mengamati karakter tanaman gambir yang terbagi atas cabang, daun, bunga, dan buah. Pada karakter pengamatan cabang praktikan mengamati sudut cabang, panjang ruas, diamater cabang, diameter kait, warna permukaan cabang, dan warna permukaan kait. Sedangkan karakter daun, praktikan mengamati bentuk helai daun, bentuk ujung daun, panjang tangkai daun, diamter tangkai daun, panjang daun, lebar daun, warna permukaan bawah daun dan warna permukaan atas daun .bunga dan buah. Begitu juga dengan arah mata angin selatan, timur, dan barat. Praktikan mengamati sama dengan halnya pada arah mata angin utara.

68

Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat punah, karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga jenis-jenis lokal yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap. Untuk menghindari terjadinya hal demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui koleksi. Koleksi plasma nutfah merupakan bagian penting dalam progran pemuliaan suatu tanaman. Dari koleksi ini akan diperoleh keragaman genetik yang diperlukan sebagai bahan persilangan dan seleksi. Koleksi plasma nutfah biasanya berasal dari hasil eksplorasi, introduksi maupun dari pertukaran sumber genetik. Identifikasi merupakan suatu kegiatan karakterisasi semua sifat yang dimiliki atau terdapat pada sumber keragaman genetik sebagai database sebelum memulai rencana

pemuliaan tanaman. Identifikasi dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu : 1) identifikasi berdasarkan morfologi, 2) identifikasi berdasarkan sitologi, dan 3) identifikasi berdasarkan pola DNA ( Swasti dan Jamsari, 2005). Jadi, kegiatan yang dilakukan pada merupakan identifikasi berdasarkan morfologi (bentuk luar) tanaman gambir yang terdiri dari karakter kualitatif maupun karakter kuantitatif. Seperti warna permukaan bawah daun, bentuk stipula, bentuk pangkal daun serta panjang daun, lebar daun dan lain sebagainya. Ini merupakan salah satu strategi dalam pelestarian plasma nutfah. Sebelum melakukan kegiatan pemuliaan tanaman maka dilakukan terlebih dahulu identifikasi untuk data base setelah itu barulah dilakukan kegiatan pemuliaan. Sehingga tanaman yang sudah diiidentifikasi dapat dirakit menjadi varietas unggul. Pada hasil terlihat secara umum warna pemukaan cabang, bentuk stipula, warna stipula, bentuk helaian daun, bentuk ujung daun dan lain-lain dari 5 tanaman adalah sama walaupun tiap tanaman itu terdiri dari varietas yang berbeda. Hanya yang membedakannnya adalah pada karakter kuantitatif yaitu panjang daun, lebar daun, diameter tangkai bunga, panjang tangkai daun, panjang tangkai buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga dan lain-lain. Jadi karakter mudah untuk menentukannya adalah karakter kualitatif karena pada karakter ini terdapat variasi / keragamannya jelas/diskrit dan mudah diamati secara langsung dapat dilihat dari morfologinya sedangkan untuk karakter kuantitatif variasi / keragamannya besar sehingga diperlukan pengamatan yang lebih teliti dan perhitungan untuk melihat variasi dari setiap tanaman. Pada lampiran terlihat bahwa pada tiap arah mata angin terdapat berbagai macam rata-rata masing-masing karakter berdasarkan arah mata anginnya tersebut.

69

4.1.3

Identifikasi Fenologi Bunga Tanaman Gambir

4.1.3.1 Hasil 1. Varietas Udang Pentil (F1) Bunga majemuk (F1-1) Bunga mengeluarkan kuncup ( F2)

Bunga Membuka (F3)

Buah (S0)

Buah Matang(S0-1)

2.

Varietas Riau Gadang Pentil (F1) Bunga majemuk (F1-1) Bunga mengeluarkan kuncup ( F2)

70

Bunga Membuka (F3)

Buah (S0)

Buah Matan (S0-1)

3.

Varietas Mancik Pentil (F1) Bunga majemuk (F1-1) Bunga mengeluarkan kuncup ( F2)

BungaMembuka (F3)

Buah (S0)

Buah Matang (S0-1)

71

4.

Varietas Cubadak Pentil (F1) Bunga majemuk (F1-1) Bunga mengeluarkan kuncup ( F2)

Bunga Membuka (F3)

Buah (S0)

Buah Matang (S0-1)

4.1.3.2 Pembahasan Berdasarkan paraktikum yang telah dilakukan maka ada 4 varietas tanaman gambir yang digunakan yaitu cubadak, riau gadang, udang, dan mancik. Secara umum fenologi bunga tanaman gambir dari 4 varietas tersebut hampir sama hanya perbedaannya pada karakteristik varietas tersebut. Misalnya varietas udang dengan ciri-ciri daun yang cenderung berwarna merah karena banyak mengandung catechin, dan sebagainya. Fenologi bunga tanaman gambir ini terbagi atas beberapa fase yaitu : Fase Inisiasi (F0) Fase inisiasi adalah stadia paling awal dari proses perkembangan bunga setiap spesies tanaman. Pada fase ini bunga tanaman gambir hanya memiliki dua bagian yaitu tangkai bunga dan kuncup. Keseluruhan sampel bakal bunga yang diamati memperlihatkan penampilan warna tangkai bunga yang hijau serta warna kuncup bunga yang juga hijau.
72

Posisi bakal bunga pada tanaman gambir terdapat di bagian atas ketiak daun pada ranting. Posisi tersebut adalah sama dengan posisi tunas yang tumbuh menjadi kait, yaitu bagian dari tanaman gambir yang berguna untuk merambat atau mengaitkan diri pada benda-benda yang disentuhnya. Jumlah kuncup bunga yang paling banyak berasal dari ketiak daun cabang primer. Kuncup bunga tersebut nantinya akan berkembang menjadi bunga dengan struktur bergerombol (klaster) (Jamsari, dkk).

Fase kuncup kecil (F1) Penampilan menonjol yang dapat diamati pada saat fase kuncup kecil adalah

terdapatnya gerombolan bakal buah yang membentuk bongkol/klaster. Bakal buah yang menempel pada receptale yakni suatu struktur perantara yang menghubungkan ovary dengan tangkai bunga. Pada fase ini belum terlihat adanya struktur petal, sedangkan sepal sudah muncul dengan jelas. Dari pengamatan struktur luar selama stadia ini, tidak terlihat adanya perubahan warna pada bagian-bagian bunga sejak fase inisasi dimana seluruhnya berwarna hijau.

Fase Kuncup besar (F2) Pada fase ini, saat awal stadia kuncup besar, tabung mahkota terlihat sudah keluar

dari ovary yang sesungguhnya, akan tetapi putik dan benang sari masih dibungkus atau ditutup oleh petal yang pada saat tersebut belum mekar. Warna tangkai petal pada saat baru keluar dari bakal buah ataupada awal kuncup besar rata-rata berwarna hijau dengan sedikit kemerahan dan akhirnya berwana kemerahan, sedangkan lembaran petal berwarna hijau keputihan. Tahap selanjutnya tangkai petal berangsur-angsur menjadi merah muda sedangkan lembaran petalnya berwarna hijau keputihan.

Fase Bunga Terbuka/Anthesis (F3) Fase bunga terbuka terjadi sejak fase kuncup besar berakhir. Fase anthesis ditandai

dengan terjadinya pemekaran yang sempurna dari kuncup bunga dimana petal membuka secara sempurna sementara putik mulai keluar dari dalam selubung petal. Benang sari yang melekat pada petal sudah mulai kelihatan dari luar. Setelah tercapai secara penuh, maka tidak ada lagi terjadi pertumbuhan pada beberapa bagian bunga terutama dari segi panjang. Mekarnya bunga gambir didahului dengan terbukanya petal kemudian diikuti dengan munculnya putik dari tabungmahkota. Pollen (serbuk sari) terlihat sudah keluar dari anther (kantong sari) sehingga terlihat bertebaran ke berbagai arah, tetapi stigma (kepala
73

putik) terlihat belum siap untuk dibuahi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bunga tanaman gambir bersifat protandri. Mekarnya bunga diduga terjadi pada mala atau pagi hari. \ Setelah bunga mengalami pemekaran sempurna, struktur morfologi bungayang ada dapat bertahan 4-7 hari.setelah itu beberpa bagian bunga seperti petal, anther, dan stigma akan menjadi layu dan perlahan-lahan berubah menjadi berwarna kecoklatan untuk selanjutnya satu per satu mengalami keguguran. Bakal buahnya dapat tetap segar berwarna hijau meskipun selanjutnya mengalami pertumbuhan membesar dan mengalami perubahan warna ke arah kecoklatan.

Fase Perkembangan Buah (F4 = So) Fase pembentukan buah (pembuahan) dimulai sejak akhir fase bunga terbuka.

Proses ini ditandai dengan gugurnya beberapa struktur perhiasan bunga seperti petal, stigma, dan ather. Peristiwa pembentukan buah ditandai dengan adanya perkembangan bakal buah menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Buah tanaman gambir yang masak biasanya akan pecah atau mengalami dehiscend setelah beberapa saat apabila polong telah mencapai kadar air tertentu. Pecahnya buah tersebut diduga merupakan salah satu mekanisme dalam upaya penyebaran biji tanaman gambir sebagai suatu strategi pelestarian generasi spesies yang bersangkutan.mengingat struktur biji gambir yang memiliki sayap dan sangat ringan penyebaran spesies tersebut akan sangat terbantu oleh adanya pergerakan angin.

4.2 4.2.1

Pengenalan Sistem Pembiakan Tanaman Hasil Hasil praktikum ini adalah foto dibawah ini.

Vigna radiata

74

4.2.2

Pembahasan Pelaksanaan praktikum ini mengenai biologi bunga dan tipe penyerbukan tanaman

terutama tanaman kacang hijau. Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau adalah tanaman berumur pendek (60 hari). Panen kacang hijau dilakukan beberapa kali dan berakhir pada hari 84 setelah tanam. Susunan tubuh tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil akar (nodul) akar. Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai berikut. Akar tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakaran dibagi menjai dua, yaitu mesophites dan xerophites. Mesophites mempunyai banyak cabang akar pada permukaan dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophites memiliki akar cabang lebih sedikit memanjang ke arah bawah . Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masingmasing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang menyebar ke semua arah Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua, letak daun berselip. Tangkai daun lebih panjang dari pada daunnya sendiri. Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu. Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mkrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Bagian-bagian bunga yaitu callyx
75

(kelopak), corolla (mahkota), stamen (benag sari), filamen (tangkai sari), anther (kepala sari), pollen (serbuk sari). Pistillum (putik), stigma (kepala putik). Styluus (tangkai putik), ovarium (bakal buah), ovullum (bakal biji). Berdasarkan morfologinya bunga dikelompokkan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengakap yaitu bunga yang memiliki kelopak, makota, stamen, dan pistillum. Contohnya bunga kacang hijau. Sedangkan bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak memeiliki salah saru dari organ pokok diatas. Contohnya bunga pepaya. Bunga sempurna adalah bunga yang memiki alat kelamin jantan dan alata kelamin betina secara bersamaan dalam satu bunga. Bunga ini disebut bunga banci (hermafrodit). Sedangkan bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki salah satu alat kelamin pada satu organ (Ashari, 1998). Bunga-bunga majemuk pada tanaman mengelompok pada poela tertentu yang disebut inflorescense. Secara seksual tanaman dibagi menjadi dua, yaitu tanaman yang menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan silang merupakan pertemuan sel kelamin betina dan jantan dari tanaman yang sama atau tidak dalam satu organ tanaman. Sedangkan penyerbukan sendiri adalah penyerbukan yang terjadi karena sifat genetik dan susunan morfologi bunga. Sifat genetik yang dimaksud adalah kemampuan sel kelamin suatu tanaman untuk dapat bergabung dalam pembuahan. Sedangkan susunan morfologi bunga dikaitkan dengan susunan bunga yang dapat menghalangi masuknya tepung sari tanaman lain (Sutarno, 1997). Penyerbukan dapat terjadi dengan berbagai perantara, seperti : a. angin yang disebut anemogami; dapat terjadi bila bulir serbuknya amat ringan, kecil, dan kering. Contohnya damar. b. c. air yang disebut hidrogami; contohnya tanaman air hewan yang disebut zoogami, bila serangga disebut entogami, burung disebut ornitogami d. manusia yang disebut antropogami, contohnya penyerbukan vanili atau buah naga di Indonesia Bunga kacang hijau (Vigna radiata)

4.3

Pengenalan Kultur Jaringan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman Dalam Pemuliaan Tanaman

4.3.1

Hasil Hasil praktikum ini adalah foto seperti gambar dibawah ini.
76

Tabel : Hasil dan pembahasan praktikum pengenalan alat alat laboratorium kultur jaringan No Nama Alat Gambar Fungsi Sebagai tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan 1 Botol Kultur

sebagai media perkembangan 2 Cawan Petridish mikroorganisme

untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub 3 Laminar Air Flow kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV

Autoclave

untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media tanaman.

77

Hotplate

untuk homogen dan juga untuk pemanas. Hot plate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media kultur. Hot plate digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan pemanas.

Oven

Digunakan untuk sterilisasi botol kultur, gunting, pinset, pisau, dan lain sebagainya yang digunakan dalam kultur jaringan

Shaker

mesin pengguncang, yang digunakan dalam proses perbanyakan sel atau pertumbuhan PLB (Protocrm Likes Body) dalam kegiatan kultur jaringan, setelah dilakukan inokulasi eksplan.

Pinset

Untuk mengambil eksplan

Gelas Ukur

Untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan aquades dalam pembuatan media.

78

No

Nama Alat

Gambar

Fungsi untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk inkubasi pada analisis mikrobiologis.

Waterbath

Lemari asam ini digunakan untuk tempat mereaksikan berbagai jenis reaksi 2 Lemari Asam kimia, terutama dalam

mereaksikan zat-zat yang berbahaya, beracun, maupun dalam mereaksikan zat-zat yang menghasilkan zat lain yang mengeluarkan gas berbahaya, hingga percikan api sebagai media perkembangan mikroorganisme

Cawan Petridish

Memiliki fungsi untuk bekerja secara aseptis karena mempunyai pola 4 Laminar Air Flow pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan menggunakan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Tabel : Hasil dan pembahasan praktikum pengenalan alat alat laboratorium bioteknologi

79

Autoclave

untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media tanaman

Gelas Ukur

Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu.

alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara 8 Spektrofotometer melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet 6 sebuah peralatan yang sangat dibutuhkan dalam pemisahan partikulat 9 Sentrifuge padat dalam cairan. Sentrifus banyak digunakan dalam pemisahanan partikulat biologis seperti DNA, protein dan lain-lain. Untuk penyimpanan DNa (koleksi DNA) 10 Kulkas

80

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume 11 Mikropipet cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 l.

Digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia 12 Mortar

4.2 4.2.1

Pembahasan Kultur Jaringan Alat alat yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan terdiri atas: botol kultur,

wrapping plastik, cawan petridish, laminari air flow, autoclave, aluminium foil, hot plate, oven, rak kultur, dan planlet. Botol kultur merupakan tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Pada umumnya dalam budidaya jaringan yang biasa digunakan sebagai penutup botol kultur adalah aluminium foil. Aluminium foil dipotong persegi dan ukuran potongan aluminium foil dibuat sedemikian rupa sehingga aluminium foil tersebut menutupi bagian terbuka dari botol kultur sampai 2 inchi ke bawah pada tepi botol kultur atau wadah lainnya. Dan untuk lebih merapatkan penutupan dapat dipakai karet gelang. Aluminium foil tahan panas sehingga pada saat pembuatan media setelah media dimasukkan ke dalam botol dan kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclaf maka dengan aluminium foil ini tidak masalah karena aluminium foil sifatnya tahan panas ( Wetherel, D. F. 1982 ). Wrapping plastik adalah suatu alat yang berfungsi untuk menutup media atau botol kultur agar tidak terkontaminasi oleh cendawan, terkadang juga digunakan untuk penutup parsel atau buah-buahan. Dengan adanya plastik ini media akan bebas dari serangan cendawan (Suryowinoto, 1991 ).
81

Cawan petridish adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik ataukaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petridish selalu

berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petridish plastik dapat

dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri. Cawan Petridish plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri, terbuat dari kaca atau plastik yang berbentuk silider, yang digunakanuntuk membiakan bakteri. Selain itu fungsi dari cawan petridish adalah sebagai media perkembangan mikroorganisme (Hallmann, 2001 ). Laminar air flow adalah suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan: persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur jaringan. Alat ini disebut Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama, yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan blower. Fungsi laminar air flow iniI untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV ( Wetherel, D. F. 1982 ). Autoclave adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk menampung udara panas bertekanan. Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat bioteknologi seperti tip, e-tube,mortar pestle, dan lain-lain. Selain itu alat ini juga digunakan untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media tanaman. Pada umumnya, tangki ini terdiri dari bagian bodi shell yaitu bagian silinder dari tangki, bagian tutup heads yang merupakan penutup tangki, dan nozzle yang merupakan sebuah pipa yang menjadi jalur masuk dan keluarnya fliuda (Hallmann, 2001). Aluminium foil adalah lembaran aluminium tipis yang dapat dipakai untuk berbagai macam aplikasi memasak ataupun lainnya. Salah satu keuntungan dari menggunakan aluminium foil adalah karena sifatnya yang dapat digunakan kembali hingga beberapa kali. emula aluminium foil lebih banyak dipakai sebagai penahan tampias atau kebocoran atap dari hujan. Tapi, kemudian dikembangkan juga sekaligus sebagai penepis panas. Hotplate adalah suatu alat yang berfungsi untuk homogen dan juga untuk pemanas. Hotplate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media kultur. Hotplate
82

digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan pemanas. Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi listrik. Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur berdasarkan keperluan (Suryowinoto,1991). Oven adalah salah satu mesin yang digunakan sebagai mesin pengering berbagai komoditas bahan, dilengkapi dengan alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis. Rangka mesin pengering terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body dibuat dari plat stainless steel food grade (khusus makanan) yang difinishing sehingga mengkilap dan elegan. Mesin oven kapasitas minidigunakan sebagai mesin pengering, pemanas, pengembang aneka produk pertanian dan makanan Anda. Beberapa komoditas yang dapat dikeringkan dengan mesin bisnis ini antara lain: sale pisang, ikan, dan tanaman obat (Anonim, 2011 ). Rak kultur adalah tempat yang bersusun biasanya digunakan sebagai tempat planlet atau hasil kultur. Rak kultur dalam suatu laboratorium dipisahkan agar mengurangi terkontaminasinya bakteri atau jamur dengan media. Rak kultur biasanya disimpan berjajar dengan rakrak yang lainnya agar mudah mengamati media yang dikultur (Anonim, 2011). Planlet adalah bibit hasil perbanyakan secara generatif. Biasanya planlet di tempatkan pada botol kultur. Planlet sering di jumpai dilaboratorium. Planlet berfungsi sebagai media penelitian khususnya dibidang pertanian (Anonim, 2011).

4.2.2

Bioteknologi Tanaman Alat alat yang digunakan dalam kegiatan bioteknologi tanaman terdiri atas: cawan

petridish, LAFC (laminar Air Flow Cabinet), autoclave, oven/waterbath, sentrifuge/sentrifus, spektrofotometer, mortar, lemari asam, mikropipet, kulkas, gelas ukur. Cawan petridish adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik ataukaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petridish selalu

berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petridish plastik dapat

dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri. Cawan Petridish plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri, terbuat dari kaca atau plastik yang berbentuk silider, yang digunakanuntuk membiakan bakteri. Selain itu fungsi dari cawan petridish adalah sebagai media perkembangan mikroorganisme (Hallmann, 2001 ).

83

Laminar air flow adalah suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan : persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur jaringan. Alat ini disebut Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama, yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan blower. Fungsi laminar air flow iniI untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV ( Wetherel, D. F. 1982 ). Autoclave adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk menampung udara panas bertekanan. Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat bioteknologi seperti tip, e-tube,mortar pestle, dan lain-lain. Selain itu alat ini juga digunakan untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media tanaman. Pada umumnya, tangki ini terdiri dari bagian bodi shell yaitu bagian silinder dari tangki, bagian tutup heads yang merupakan penutup tangki, dan nozzle yang merupakan sebuah pipa yang menjadi jalur masuk dan keluarnya fliuda (Hallmann, 2001). Oven adalah salah satu mesin yang digunakan sebagai mesin pengering berbagai komoditas bahan, dilengkapi dengan alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis.Rangka mesin pengering terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body dibuat dari plat stainless steel food grade (khusus makanan) yang difinishing sehingga mengkilap dan elegan. Mesin oven kapasitas mini digunakan sebagai mesin pengering, pemanas, pengembang aneka produk pertanian dan makanan anda. Beberapa komoditas yang dapat dikeringkan dengan mesin bisnis ini antara lain: sale pisang, ikan, dan tanaman obat (Anonim, 2011 ).

4.4 4.4.1

Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Sendiri Hasil Hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah kurang berhasil atau tidak ada.

4.4.2

Pembahasan Praktikum tentang teknik penyerbukan sendiri pada tanamanpadi ini kurang berhasil

dilakukan. Penyebab kurang berhasil praktikum ini adalah kurang melakukan perawatan pada
84

tanaman padi dan juga tanaman yang ditanam mempunyai mutu yang kurang bagus sehingga ini mempengaruhi pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman padi itu sendiri. Tanaman padi yang sudah ditanam dirumah kaca kurang dipehatikan oleh praktikan sehingga tanaman padi mengalami kekurangan air dan praktikan juga kurang serius dalam melakukan praktikum ini. Sehingga ini menjadi salah satu faktor kurang berhasilnya praktikum ini. Selain itu, tanaman padi yang ditanam berasal dari tanaman yang kurang bagus sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatifnya lambat yang terjadi adalah tanaman itu tidak menghasilkan bulir padi yang diharapkan akan tetapi padi yang telah diserbuki secara silang tersebut mati dan layu. Pengawasan, pengontrolan tiap hari dan keseriusan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan praktikum ini. Karena suhu atau temperatur pada rumah kaca yang cukup tinggi/panas menyebabkan adanya pengontrolan dan pengawasan oleh praktikan untuk melihat dan mengamati apakah tanaman padi tersebut tumbuh dengan baik, kekurangan air atau bunga jantannya sudah keluar atau belum. Keadaan ini membutuhkan keseriusan yang cukup tinggi karena materi praktikum ini cukup sulit dan membutuhkan konsentrasi dan keseiusan dalam melakukan teknik ini. Akan tetapi, praktikan lalai dan kurang melakukan kontrol setiap hari sehingga ketika dilakukan pengamatan ada tanaman padinya yang sudah mengeluarkan malai ada yang kekurangan air atau ada yang sudah mati. Jika malainya sudah keluar maka tanaman padi itu telah melakukan penyerbukan sendiri secara alami yang seharusnya ketika bunga jantannya sudah keluar dikumpulkan pollennya tersebut dan ditunggu sampai bunga betinanya sudah keluar dan kemudian diserbuki secara buatan oleh praktikan sendiri. Kemudia pollen yang dikumpulkan tersebut dimasukkan secara hati-hati oleh praktikan dengan menggunakan pinset dan disungkup sehingga nanti terbentuk bulir padi yang diharapkan. Akan tetapi kondisi yang terjadi adalah hal tersebut tidak ada dan praktikum ini bisa dikatakan kurang berhasl dilakukan oleh semua praktikan. Kemudian penyebab yang lainnya adalah pengaruh organisme hidup, hal ini bisa terjadi karena pada saat penyerbukan banyak sekali semut yang bersarang pada tongkol dan anter yang dibungkus oleh penutup. Selain itu, pengaruh iklim sebab pada saat penyerbukan, kondisi cuaca tidak baik (ada hujan dan angin) sehingga ada kemungkinan tepung sari jatuh dan tidak sampai ke ovule karena terbawa air atau angin dan juga kurangnya unsur hara. Hal yang paling mendasar tidak berhasilnya praktikum ini adalah praktikan kurang memahami pelaksaan/cara kerja mengenai materi ini sehingga ketika saat dilakukan banyak praktikan yang mengerjakannya dengan asal-asalan dan kurang berhati-hati. Selanjutnya,
85

pada saat menyerbuki si bunga betina, tangan praktikan tidak dalam keadaan steril sehingga ini juga akan mepengaruhi proses penyerbukan atau polinasi tersebut. Seharusnya sebelum melakukan silang secara buatan, praktikan harusnya dalam keadaan yang steril agar tidak terjadi kontaminan dengan mikroorganisme yang lain. Berdasarkan factor-faktor diatas maka praktikum tentang teknik persilangan padi secara buatan kurang berhasil dilakukan umumnya semua praktikan hanya 2 atau 3 kelompok saja yang berhasil melakukannya dengan baik dan menghasilkan bulir padi yang diingginkan. Ini berarti praktikan harus lebih banyak belajar dan paham prinsip-prinsip dasar mengenai praktikum ini.

4.5 4.5.1

Teknik Persilangan Buatan Pada Tanaman Menyerbuk Silang Hasil Hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah kurang berhasil atau tidak ada.

4.5.2

Pembahasan Praktikum tentang teknik penyerbukan silang pada tanaman jagung ini kurang

berhasil dilakukan. Penyebab kurang berhasil praktikum ini adalah kurang melakukan perawatn pada tanaman jagung dan juga tanaman yang ditanam mempunyai mutu yang kurang bagus sehingga ini mempengaruhi pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jagung itu sendiri. Tanaman jagung yang sudah ditanam dirumah kaca kurang dipehatikan oleh praktikan sehingga tanaman jagung mengalami kekurangan air dan praktikan juga kurang serius dalam melakukan praktikum ini. Sehingga ini menjadi salah satu faktor kurang berhasilnya praktikum ini. Selain itu, tanaman jagung yang ditanam berasal dari tanaman yang kurang bagus sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatifnya lambat yang terjadi adalah tanaman itu diserang oleh ulat atau hama yang biasa menyerang jagung sehingga tanaman itu pun menjadi layu dan akhirnya mati karena kekuranga nutsisi dan kurangnya perawatan oleh praktikan. Pengawasan, pengontrolan tiap hari dan keseriusan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan praktikum ini. Karena suhu atau temperatur pada rumah kaca yang cukup tinggi/panas menyebabkan adanya pengontrolan dan pengawasan oleh praktikan untuk melihat dan mengamati apakah tanaman jagung tersebut tumbuh dengan baik, kekurangan air atau bunga jantannya sudah keluar atau belum. Keadaan ini membutuhkan keseriusan yang
86

cukup tinggi karena materi praktikum ini cukup sulit dan membutuhkan konsentrasi dan keseiusan dalam melakukan teknik ini. Akan tetapi, praktikan lalai dan kurang melakukan kontrol setiap hari sehingga ketika dilakukan pengamatan ada tanaman jagungnya yang sudah mengeluarkan rambut (silk), ada yang kekurangan air atau ada yang sudah mati. Jika rambut (silk)nya sudah keluar maka tanaman jagung itu telah melakukan penyerbukan silang secara alami yang seharusnya ketika bunga jantannya sudah keluar dikumpulkan pollennya tersebut dan ditunggu sampai bunga betinanya sudah keluar sebelumkeluar rambutnya. Kemudia pollen yang dikumpulkan tersebut ditaburkan atau digoyang-goyangkan pada bunga betina tersebut dan disungkup sehingga nanti terbentuk tongkol dengan teknik penyerbukan sendiri secara buatan. Akan tetapi kondisi yang terjadi adalah hal tersebut tidak ada dan praktikum ini bisa dikatakan kurang berhasl dilakukan oleh semua praktikan. Kemudian penyebab yang lainnya adalah pengaruh organisme hidup, hal ini bisa terjadi karena pada saat penyerbukan banyak sekali semut yang bersarang pada tongkol dan anter yang dibngkus oleh penutup. Selain itu, pengaruh iklim sebab pada saat penyerbukan, kondisi cuaca tidak baik (ada hujan dan angin) sehingga ada kemungkinan tepung sari jatuh dan tidak sampai ke ovule karena terbawa air atau angin dan juga kurangnya unsur hara, hal ini terjadi sebab kondisi yang kurang baik, mungkin tanaman ini kekurangan unsur phosfor untuk pengisian biji jagung. 4.6 4.6.1 Seleksi Massa Positif dan Negatif Pada Padi, Jagung Hasil Praktikum ini berupa penjelasan oleh dan pemberian materi oleh asisten

4.6.2

Pembahasan Seleksi massa memberikan banyak keuntungan seperti memiliki daya adaptasi luas

karena lebih dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang beragam, memberikan kestabilan yang cukup stabil pada kondisi lingkungan yang beragam, lebih tahan terhadap kerusakan secara menyeluruh terhadap serangan suatu penyakit, namun memiliki kelemahan karena tidak diketahui secara pasti tetuanya. Seleksi massa sangat efektif dalam menaikkan frekuensi gen. Dalam seleksi massa maka tanaman individual yang diinginkan dipilih, dipanen dan bijinya disusun tanpa uji coba keturunan untuk membuat generasi berikutnya. Seleksi massa efektif dalam menaikkan frekuensi gen untuk sifat yang mudah dilihat atau diukur. Jadi seleksi massa telah berguna dalam membentuk varietas supaya mereka cocok dengan area
87

produksi yang baru. Sebaliknya seleksi massa tidak efektif dalam meodifikasi sifat seperti produksi (hasil) yang dihimpun oleh banyak gen dan tidak dapat disaksikan dengan cermat atas dasar penampakan satu tumbuhan tunggal. Seleksi massa mudah dilakukan dan amat sederhana.sulit dilakukan karena perlu keterampilan khusus. Tidak perlu tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Hasil yang diperoleh adalah heterozigot atau tidak uniform. Tidak dilakukan pengujian keturunan dan tidak perlu adanya control persilangan. Sehingga dapat diketahui kelebihan dan kelemahan seleksi massa. Metode seleksi massa kelebihannya mudah dilaksanakan, murah, dapat dilakukan apad populasi besar dapat menekan terjadinya silang dalam inbreeding. Sedangkan kelemahannya adalah perlu lahan penanaman yang terpisah dari populasi lain dan kemajuan seksnya kecil/rendah. Dahlan (1988) menyatakan, bahwa seleksi massa dapat diperbaiki dengan memilih tetua jantan dan tetua betina pada waktu berbunga, tanaman-tanaman terpilih disilangkan, seperti yang dilaporkan Sridanti (1997) dan Wahyudi(1997). Mengingat seleksi dilakukan terhadap hasil, maka perlu ditetapkan sifat yang dapat dipilih sebelum berbunga yang berkorelasi erat dengan hasil. Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang lebih baik pada generasi berikut. Dalam program pemuliaan, seleksi ini juga merupakan yang paling sederhana dan banyak pemulia hanya mengandalkan nalurinya dalam menjalankan metode ini, meskipun dasar ilmiah untuk pelaksanaannya sudah tersedia. Dalam praktik sehari-hari, pemulia mengamati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak. Praktek yang demikian juga disebut seleksi massa positif. Seleksi massa negatif (disebut juga roguing) juga dapat dilakukan, terutama untuk memelihara kemurnian sifat suatu populasi: individu-individu yang menyimpang dari penampilan normal dibuang. Kalangan pemuliaan tanaman menamakan seleksi massa karena biasanya cara seleksi ini dilakukan terhadap ukuran populasi yang besar dalam pertanaman di ladang. Pemuliaan hewan mengistilahkan sebagai seleksi individu karena seleksi didasarkan atas dasar penampilan individu, bukan kerabat dari individu tersebut. Kemajuan seleksi dalam seleksi massa adalah yang terbesar dari semua metode seleksi yang ada, namun harus memperhatikan beberapa hal. Latar belakang lingkungan harus dipertimbangkan dalam melakukan seleksi massa karena seleksi didasarkan dengan fenotipe. Masalah lainnya adalah apabila suatu sifat tidak dapat diamati langsung pada suatu individu, seperti produksi susu per
88

hari dari sapi pejantan. Untuk mengatasinya, metode seleksi berbasis kerabat perlu dilakukan. Penggunaan seleksi dengan penanda (marker-assisted selection) berpotensi menghilangkan masalah-masalah ini.

4.7

Perhitungan Sederhana Sifat Kualitatif dan Kuantitatif dan Perhitungan Nilai Heritabilitas

4.7.1

Hasil Dalam suatu populasi padi diperoleh data sebagai berikut. anakan 20 18 14 19 16 17 18 21 16 19 17,8 4,4 2,09 0,11 25 28 20 18 21 23 27 18 21 19 anakan produktif 15 13 10 10 15 14 13 13 15 16 13,4 4,27 2,06 0,15 19 15 16 15 13 17 22 13 15 14
89

Varietas

No Tanaman 1 2 3 4 5 6

Tinggi Tanaman(cm) 69 79 90 84 74 86 77 83 79 88 80,9 42,77

Cisokan

7 8 9 10

Sd CV 1 2 3 4 Nias 5 6 7 8 9 10

6,53 0,08 120 110 98 112 119 94 105 110 122 117

110,7 88,68

22 13,11 3,62 0,16

15,9 7,88 2,80 0,17

Sd CV

9,41 0,08

4.7.2

Pembahasan Pada praktikum ini perhitungan sederhana sifat kualitatif dan sifat kuantitatif

menggunakan rumus yang digunakan dalam statistic. Hal ini berguna untuk melihat perbedaan variasi keragaman antar dua jenis varietas padi yaitu varietas Cisokan dan varietas Nias. Pewarisan sifat kepada keturunannya dapat merupakan sifat kualitatif dan kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif atau kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif lebih mudah karena sebarannya discrete dan dapat dilakukan dengan melihat apa yang tampak. Sebaliknya untuk sifat kuantitatif dengan sebaran continue, pengelompokannya relatif lebih sulit karena dengan kisaran-kisaran tertentu. Pengujian untuk sifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Chi-Square Test, sedangkan untuk sifat kuantitatif dilakukan dengan analisis varian dan modifikasinya. Pengujian untuk sifat kualitatif atau di antara sifat kualitatif nyata atau tidak nyata digunakan rumus berikut: Dimana: X2 = Chi-Square, O = data hasil pengamatan (observation) dan E = nilai dugaan (expected). Selanjutnya hasil perhitungan (X2 hitung) dibandingkan dengan (X2 tabel) nyata atau tidak. Menurut Crowder (1981), bahwa variasi karakter kuantitatif ditentukan oleh banyak gen yang pengaruhnya kecil terhadap karakter yang dapat diukur. Diduga pula bahwa masing-masing gen memperlihatkan perbedaan dalam mengekspresikan karakter-karakter secara bebas, tetapi suatu penampilan tanaman merupakan hasil kumulatif antar gen, karena itu variasi dalam populasinya bersifat kontinyu. Pewarisan sifat kuantitatif tidak cukup hanya dengan kajian hukum Mendel saja, tetapi perlu bantuan kaidah-kaidah statistika. Data atau informasi sifat kuantitatif umumnya tidak cukup hanya dengan pengamatan tetapi membutuhkan pengukuran-pengukuran pada suatu percobaan yang terrencana menggunakan rancangan-rancangan yang sesuai. Data hasil pengamatan dianalisis dengan modifikasi analisis statistik yang ada sesuai dengan masalah pemuliaan yang

90

dihadapinya, kemudian dilanjutkan untuk diinterpretasikan sesuai dengan masalah pemuliaan tanaman. Karakter karakter tanaman dapat berupa karakter kualitatif atau kuantitatif. Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara itu karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan. Pola pewarisan masing-masing karakter diperlukan dalam menentukan strategi pemuliaan tanaman.

4.8 4.8.1

Perhitungan Nilai Duga Heritabilitas dan Variabilitas Hasil Hasil praktikum ini adalah penjelasan materi oleh asisten.

4.8.2

Pembahasan Heritabilitas menempati posisi penting dalam analisis genetika

populasi dan genetika kuantitatif, dan menjadi salah satu pertimbangan utama dalam menentukan (assessment) metode seleksi yang tepat bagi suatu populasi pemuliaan. Heritabilitas bukan pengukur bagi besarnya komponen genetik yang terekspresikan pada suatu sifat, melainkan bagi besarnya komponen genetik pada keragaman yang teramati pada suatu sifat dalam populasi. Menurut Baker (1986), heritabilitas dalam arti luas sesuai diterapkan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan seleksi tanaman antar galur murni, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit (h2) lebih tepat digunakan untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan seleksi dalam populasi kawin acak. Hasil pendugaan heritabilitas dalam arti luas menunjukkan bahwa sifat jumlah daun, panjang daun, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen dan bobot 100 butir biji kering tergolong tinggi yaitu lebih besar dari 50 persen. Adanya variasi lingkungan yang kecil untuk sifat jumlah daun dan sifat yang lain menunjukkan bahwa variasi yang ada, adalah sebagian besar disebabkan oleh faktor genetic (Stanfild, 1991; Widiartha, 1993). Untuk menilai keseragaman karakter dalam setiap genotipe hasil seleksi silang balik dianalisis mengikuti cara Lysbeth (2008), yaitu dengan menghitung nilai standar deviasi (std) dari masing-masing genotipe: std (genotipe) ( 1,27 x std (tetua)) = seragam; std (genotipe)
91

> ( 1,27 x std (tetua)) = tidak seragam. Dimana, std (genotipe) = standar deviasi genotipe hasil persilangan; std (tetua) = standar deviasi tetua. Untuk menentukan sumbangan ragam genetik terhadap ragam fenotipe dalam populasinya digunakan rumus berdasarkan Shakoor et al.1978 dalam Mugiono (1996). h2 = 2p 2t 2 p Pembagian nilai heritabilitas menurut Whirter (1979) sebagai berikut : tinggi ( h2 > 0,50), sedang (0,20 < h2 < 0,50) dan rendah (h2 <20). Heritabilitasnya rendah seleksi akan berjalan relative kurang efektif, karena penampilan fenotipe tanaman lebih dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetiknya. Nilai heritabilitas tinggi yang diikuti dengan kemajuan genetik harapan tinggi akan lebih meningkatkan keberhasilan seleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasno, Basri, Matjik, Salahudin, Somaatmadja dan Subandi (1989) dimana heritabilitas akan lebih bermanfaat bila dipandu dengan simpangan baku fenotipik dan intensitas seleksi untuk mengetahui kemajuan genetik atau respon seleksi suatu karakter. Nilai heritabilitas tinggi yang diikuti oleh respon seleksi tinggi merupakan hasil kerja gen aditif. Sebaliknya suatu sifat yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dan diikuti dengan respon seleksi rendah akibat pengaruh gen bukan aditif (dominan, epistasis). Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan keragaman dengan nilai 1 berarti keragaman fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah (Poespodarsono, 1988). Heritabilitas adalah parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman untuk mewariskan karakter yang dimiliki atau suatu pendugaan yang mengukur sampai sejauh mana variabilitas penampilan suatu genotype dalam populasi tanaman terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik (Poelman dan Sleeper, 1995). Heritabilitas mengacu kepada peranan faktor genetik dan lingkungan terhadap pewarisan suatu karakter tanaman (Allard, 1960). Heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif dari faktor keturunan dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam memberikan penampilan akhir. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan heritabilitas merupakan estimasi proporsi keragaman suatu sifat yang disebabkan oleh faktor genetik relatif terhadap faktor lingkungan. Aplikasi pemuliaan tanaman tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan
92

yang ada, karena tanman dalam pertumbuhannya merupakn fungsi dari genotipe dan lingkungan. Respon tanaman yang spesifik terhadap lingkungan yang bergam

mengakibatkan adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan (GXL). Pengaruh interaksi yang besar secara langsung akan mengurangi kontribusi dari genetik dalam penampilan akhir. Ragam fenotipik merupakan fungsi penjumlahan dari ragam genetik, ragam lingkungan dan ragam interaksi genotipe x lingkungan. Ragam genetik merupakan ragam yang disebabkan oleh keragaman genetik. Ragam lingkungan adalah ragam yang ditimbulkan akibat lingkungan yang berbeda. Ragam interaksi genotipe dan lingkungan adalah ragam yang ada antar genotipe yan sama dalam lingkungan yang berbeda. Besarnya ragam interaksi dan ragam genetik tersebut sangat menentukan apakah suatu genotipe mempunyai daya adaptasi yang luas atau sempit. Genotipe yang mempunyai ragam genetik lebih kecil dibandingkan ragam interaksi genotipe dan lingkungan maka genotipe tersebut belum stabil karena penampilannya akhirnya pengaruh lingkungan lebih berkontribusi mempengaruhi penampilannya. Pendugaan komponen ragam genetik, ragam interaksi genotipe dengan lingkungan, ragam lingkungan , dan ragam fenotipe menurut Gomez dan Gomez (1984), dilakukan dengan cara sebagai berikut : Ragam genetik / 2 g = (M3 - M2) rl Ragam galat / 2 e = M1 ; Ragam interaksi G x L / 2 gl = (M2 - M1) r ; Ragam fenotipe/ 2 p = 2 g + 2 gl + 2 e 2 g 2 p Kriteria dugaan heritabilitas (h) menurut stansfield (1983), sebagai berikut : 0 < h2 20 : rendah 20 h2 < 50 : sedang 50 h2 < 100 : tinggi Untuk menghitung koefisien keragaman genetik (KKG) dihitung dengan rumus: KKG = V 2 g XT dimana : 2 g ragam genetik , dan XT : Nilai tengah peubah dati total seluru genotipe

Heritabilitas arti luas plot basis

93

94

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa setai tanaman yang memiliki varietas berbeda, memepngaruhi pada hasil dan morfologinya. Benih yang dihasilkan dari varietas unggul lebih baik daripada varietas biasa. Benih unggul bisa didapatkan dari persilangan antara kedua tetua biasa dengan varietas unggul. Pada biologi bunga dan tipe penyerbukan tanaman diperole kesimpulan bahwa biologi bunga berfungsi wadah menyatunya gamaet jantan dan gamet betina untuk menghasilkan biji. Berdasarkan morfologinya, bunga dikelompokkan bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Kemudian bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Secara seksual tanaman dibagi menjadi dua yaitu tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan dapat terjai dengan berbagai perantara atau vektor yaitu angin, serangga, dan angin. Macam-macam penyerbukan di alam ada penyerbukan tertutup dan penyerbukan terbuka. Pada keragaman genetik disimpulkan bahwa pengamatan morfologi tanaman gambir mengamati berbagai karakteritik, yaitu cabang, daun, bunga, dan buah. Dari masingmasing karakteristik tersebut diperoleh rata-rata pengamatan yang ada terlampir. Kemudian pada tahap-tahap pembungaan disimpulkan bahwa dimulai dari fase inisiasi sampai tahap fase bunga terbuka. Dimana kepala sari masak terlebih dahulu dari pada kepala putik. Sehingga tanaman gambir terjadi sistem penyerbukan silang. Kultur jaringan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemulia tanaman untuk menjaga dan mempertahankan keragaman sumber daya genetik dan palsma nutfah yang ada sehingga tidak punah. Alat-alat yang digunakan pada labor kultur jaringan yaitu botol kultur, autoklaf, oven, timbangan analitik, hotplate magnetik stirer, wrapping plastik, aluminium foil, dan lain-lain. Eksplan merupakan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pernbanyakan pada kultur jaringan. Planlet merupakan eksplan yang sudah jadi dan sudah merupakan tanaman lengkap yang ukurannya lebih kecil (mini). Sedangkan shootlet adalah hanya tunasnya saja yang tumbuh, sedangkan rootlet hanya akarnya yang tumbuh. Persilangan terdapat tiga tahap yaitu tahap kastrasi, emaskulasi, dan tahap polinasi. Persilangan pada tanaman padi dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
95

mempengaruhi hasil persilangan yaitu pada waktu melakukan kastrasi, dan emaskulasi serta proses pemberian pollen ke bunga betina atau polinasi. Faktor yang mempengaruhi persilangan juga bergantung pada pemilihan tetua dan ketelitian pada saat pengerjaannya. Dari praktikum persilangan buatan dan penyerbukan sendiri pada tanaman jagung dismpulkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi pada tanaman persilangan buatan yaitu kondisi lingkungan, struktur bunga, jenis varietas,danketelitian si pemulia. Persilangan pada tanaman menyerbuk silang lebih mudah dilakukan tapi harus teliti. Tahap persilangan yang memiliki resiko kegagalan lebih besar yaitu saat isolasi jagung. Apabila saat pengisolasian jagung kurang tepat maka jagung akan tersebuki opleh benang sari yang ada pada tanaman jagung yang lain,sehingga akan menyebabkan kegagalan dalam melakukan persilangan. Seleksi massa merupakan salah satu metode seleksi yang tetua yang akan memilih bahan tanaman yang lebih baik pada generasi berikut. Proses seleksi massa ini digunakan untuk meurnikan varietas yang telah berbaur dengan genotipe-genotipe yang tidak diharapkan. Caranya yaitu dengan menyingkirkan tanaman-tanaman yang tidak dikehendaki dan mempertahankan tanaman-tanaman yang diperlukan. Contohnya didapatkan jumlah malai padi yang banyak, rumpunnya banyak, tingginya normal terhindar dari hama dan penyakit. Pewarisan sifat kepada keturunannya dapat merupakan sifat kualitatif dan kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif atau kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif lebih mudah karena sebarannya discrete dan dapat dilakukan dengan melihat apa yang tampak. Sebaliknya untuk sifat kuantitatif dengan sebaran continue, pengelompokannya relatif lebih sulit karena dengan kisaran-kisaran tertentu. Menurut Baker (1986), heritabilitas dalam arti luas sesuai diterapkan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan seleksi tanaman antar galur murni, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit (h2) lebih tepat digunakan untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan seleksi dalam populasi kawin acak. Hasil pendugaan heritabilitas dalam arti luas menunjukkan bahwa sifat jumlah daun, panjang daun, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen dan bobot 100 butir biji kering tergolong tinggi yaitu lebih besar dari 50 persen. Adanya variasi lingkungan yang kecil untuk sifat jumlah daun dan sifat yang lain menunjukkan bahwa variasi yang ada, adalah sebagian besar disebabkan oleh faktor genetic (Stanfild, 1991; Widiartha, 1993)
96

60 cm, daunnya hijau

5.2

Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan kepada praktikan untuk memperhatikan

beberapa hal berikut ini, 1. 2. Disiplin waktu Praktikan lebih serius dan konsentrasi dalam melaksanakan praktikum terhadap materi yang diberikan oleh asisten 3. 4. Praktikan harus tepat waktu dalam menyerahkan laporan Praktikan harus dan tetap mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disepakati bersama 5. Hal yang lebih penting adalah menghargai asisten maupun dosesn pembimbing praktikum dan mendengarkan semua penjelasan assiten agar tidak terjadi diskomunikasi oleh praktikan.

97

DAFTAR PUSTAKA
Allard,R.W, 1960. Principles of Plant Breeding. New York: John Wiley and Sons Inc. 157 p. Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. New York: John Wiley & Sons. 485 p. Allard, R.W. 1992. Pemuliaan Tanaman 1. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 336 hal. Anonymous, 2011. http://edugreen.teri.res.in/explore/bio/breed.htm Anonymous, 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Plant_breeding Azrai M, Aswidinnoor H, Koswara J, Surahman M. 2005. Pendugaan Model Genetik dan Heribilitas Karakter Ketahanan Terhadap Penyakit Bulai Pada Jagung. Zuriat 16(2): 101-111 Baker, R.J., 1986. Selection Indices in Plant Breeding. Inc Boca Raton Florida. Burns, G. W. 1976. The Science of Genetics: An Introduction to Heredity 3rdedition. New York: Macmillan Publ. Co. 564 p. Crowder, L.V. 1981. Genetika Tumbuhan. Terjemahan Lilik Kusdiarti dan Sutarso. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Dahlan, M. dan S. Slamet. 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Komda Jawa Timur. hal. 17-38. Falconer, D.S. 1970. Introduction To Quantitative Genetic. . New York: The Ronald Press Company. 365 p. Hadiati, S., Murdaningsih H.K., A. Baihaki, dan Neni Rostini. 2003. Parameter Genetic Karakter Komponen Buah Pada Beberapa Aksesi Nenas. Zuriat. Vol 14 (2): 5358K., Kasno,A., A.Basri, A.A. Matjik, S.Salahudin,S. Somaatmadja dan Subandi. 1989. Telaah Interaksi Genotype X Lingkungan Pada Kacang Tanah. Pendugaan Parameter Genetik Hasil Dan Komponen Hasil Kacang Tanah (Arachis Hypogaea Merr.). Penelitian Palawija 2(2): 81-88 Knight, R. 1979. Quantitative Genetics, Statistics and Plant Breeding. In G.M. Halloran, R. Lysbeth. 2008. Data analysis dusting uniformity and stability training in Nederland 19-28 May . 8 p.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bandung: Rineka Cipta. Jakarta. 79 hal.

Makmur, A. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bandung : Rineka Cipta Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar -Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius Mugiono. 1996. Pengaruh Radiasi Sinar Gama Terhadap Mutu Klorofil dan Variasi Genetic Ketahanan Penyatik Blas Pada Padi Gogo. Zuriat 7 (1):15-21.

98

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Poelhman, J. M.1983. Crop Breeding A Hungry Word,In: D.R. Wol(Ed.). Crop Breeding.Am.Soc. Of Agron. Crop. Sci Of Amirica. Madicon Wisconsin. P103-111 Poehlman, J.M., and D.A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. USA: Iowa State University Press. Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bekerja sama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi-. Data analysis dusting uniformity and stability training in Nederland 19-28 May . 8 p IPB: Bogor. 169 h. Stanfield, W.D., 1985. Theory and Problems of Genetics. Mc. Graw Hills, Inc. 417 p. Strickberger, M. W. 1976. Genetics. 2nd. New York: Macmillan Publ. co. 914 p. Wilson,D., 1981. Breeding For Morphological and Physiological Traits. In K.J.Free (Ed). Plant Breeding II. Minnesota : The Gowa Sate University Press 237 p http://pttipb.wordpress.com/category/04-pembentukan-keragaman-genetik/pengujiannya/42pengujian-nilai-tengah-ragam-dan-pendugaan-heritabilitas/feed/ diakses pada tanggal 23 November 2012 pukul 11.00 WIB http://taniyoook.blogspot.com/2012/06/heritabilitas-dan-interaksi-genotipe.html. diakses pada tanggal 23 November 2012 pukul 11. 00 WIB http://smart-pustaka.blogspot.com/favicon.ico diakses pada tanggal 16 November 2012 pukul 16.00 WIB

99

You might also like