You are on page 1of 15

ALIRAN SYIAH, (Telaah kritis atas pemikiran aliran Syiah)

Disusun untuk dipresentasikan dalam seminar kelas pada Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran dalam Islam pada program Pasca Sarjana UIN SUSKA Riau

Oleh : Syukron Darsyah NIM : 0804 S2 777

Dosen Pembimbing : DR. Asmal May, MA

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2009
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan dipresentasikan dalam seminar kelas pada Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran dalam Islam , di konsentrasi Pendidikan Islam Program Pasca Sarja Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau. Makalah ini membahas dan membicarakan tentang aliran Syiah sebagai salah satu aliran teologi dalam Islam. Pembahasannya mencakup asal usul kemunculan Syiah, sekte-sekte dalam aliran Syiah dan inti ajaran Syiah. Akhirnya, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik itu referensi buku maupun pandangan, masukan dan diskusi-diskusi yang membangun dengan tema yang diangkat. Kritik dan saran sangat perlu kiranya disampaikan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dimasa mendatang, baik itu isi, penulisan maupun metodologi yang digunakan. Terima kasih Wassalam Wr. Wb

Pekanbaru, Juni 2009

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR............................................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................................

1 2

A. Pendahuluan ............................................................................................... B. Definisi Syiah............................................................................................ C. Sekte dalam Syiah .................................................................................... D. Inti Pemikiran Syiah.................................................................................. E. Penutup.......................................................................................................

4 4 7 10 15

A.

Pendahuluan

Tidak bisa dipungkiri dan dibantah lagi, jika di dalam tubuh agama Islam terdapat benyak sekali golongan atau aliran. Hal ini mungkin selaras dengan hadits Nabi : " " Artinya : Golongan yahudi telah terpecah belah menjadi 71 golongan, golongan nasrani telah telah terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Terlepas dari shahih atau tidaknya hadits ini, tetapi hadits ini sudah menjelaskan kepada kita tentang adanya perpecahan di dalam agama Islam, bahkan Nabi Muhammad Saw. menyebutkannya dengan kata Umatku. Ini berarti menandakan walaupun terpecah belah tetapi mereka juga termasuk umatnya Nabi Muhammad Saw. Kita dapat menggolongkan aliran-aliran tersebut menjadi empat kelompok sesuai dengan fakta yang sudah terjadi pada zaman sekarang. Pertama, kelompok Rasionalis yang diusung oleh Mu'tazilah dengan pelopor yang terkenalnya Wasil bin Atha'. Kedua, kelompok Tekstualis yang didengungkan oleh aliran Salaf yang memunculkan Ibnu Taimiyah. Ketiga, kelompok pemikiran Sintesis yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy'ari. Dan keempat, kelompok yang lahir karena politik seperti Khawarij dan Syi'ah. B. a. Definisi Syi'ah Bahasa Istilah Syi'ah berasal dari bahasa Arab yaitu yang berasal dari Bentuk tunggal dari kata ini adalah Sh` . Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab mempunyai pengertian yaitu: ( Pengikut, penolong, atau pembela ). Sedangkan Menurut kamus Al-Muhith : : Pengikut atau Penolong, atau kelompok kesatuan yang terdiri dari satu orang, dua orang

atau lebih, baik itu pria maupun wanita. Jama' dari kata Syi'ah yaitu . Al-Azhari berkata: pengertian Syi'ah yaitu sebagian orang-orang yang mengikuti sebagian yang lainnya. Dari pengertian diatas maka Syi'ah pada mulanya hanya sebagai arti bahasa saja yaitu pengikut atau kelompok, bisa saja contohnya Syi'ah Muhammad Saw., yang berarti kelompok atau pengikut Nabi Muhammad Saw., Syi'ah Isa as yang berarti pengikut Nabi Isa as dan sebagainya. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud Syi'ah pada zaman Nabi hanya sebagai kelompok atau pengikut tertentu saja, tetapi pada zaman Sahabat ada perbedaan sedikit yaitu sebagai suatu kelompok yang berlandaskan politik bukan Aqidah. Dengan bergesernya zaman dan waktu maka pada akhirnya Syi'ah mulai berevolusi menjadi kelompok yang bukan hanya dalam bidang politik tetapi juga dalam masalah aqidah, maka bisa di sebut juga sebagai aliran atau madzhab Syi'ah. Oleh karena itu kata Syi'ah sudah merupakan kependekan dari kalimat yang bersejarah yaitu " Syi'ah Ali" yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinat ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: ( ) yang artinya: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" b. Istilah Menurut termologi syari'at kita dapat mendefinisikan Syi'ah yaitu Suatu kelompok muslim yang mengatakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. adalah orang yang lebih berhak mewarisi kedudukan Khalifah dari pada Sayyidina Utsman bin Affan ra. dan tokoh-tokoh Islam yang lainnya. Bahkan mereka mengatakan ini semenjak Rosulullah Saw Wafat, mereka menganggap bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang berhak menjadi khalifah karena beliau adalah menantu Rosulullah Saw walaupun pada akhirnya Sayyidina Abu Bakar ra. lah yang menjadi khalifah. Akan tetapi jika Sayyidna Ali bin Abi Thalib di angkat menjadi khalifah setelah Rosulullah Saw. Wafat, kemungkinan akan merebaknya isu nepotisme,

karena Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Rosulullah Saw, sama halnya pada masa pengangkatan Sayyidina Umar bin Khattab ra.. Tetapi kelompok ini kembali mengangkat suaranya ketika masa kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan ra. karena mereka melihat kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan ra ada unsur Nepotisme, yaitu beliau mengangkat Walid al-Bughirah yang masih satu keluarga dengan Sayyidina Utsman bin Affan ra. sebagai gubernur di Kuffah padahal Walid al-Bughirah ini sudah dicap sebagai penghuni neraka oleh Rosulullah Saw. Selain itu mereka mendengar perkataan Rosululllah yang mengatakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra adalah pintunya ilmu, Rosulullah Saw bersabda: "Aku adalah kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya ilmu. Oleh karena hadits ini mereka menganggap Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. yang lebih berhak dari pada Sayyidina Utsman bin Affan ra. dan tokoh-tokoh yang lainnya, bahkan ada juga dari mereka yang mengatakan ketiga khalifah islam yang lainnya adalah pemimpin yang batil. Setelah Sayyidina Utsman bin Affan ra meninggal dunia maka geger kembali pencalonan siapakah yang akan menduduki kekhalifahan selanjutnya, oleh kerena itu mulailah ada perpecahan menjadi 2 kelompok. Karena pada saat itu ada 2 calon yang akan menjadi khalifah yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. dan Sayyidina Mu'awiyah ra.. Kelompok pertama mendukung Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. yang dinamakan kelompok Ali, kelompok ini adalah kelompok yang besar dan mempunyai pendukung banyak pada masa itu. Kemudian kelompok kedua yang dinamakan kelompok Mu'awiyah, kelompok ini mendukung Sayyidina Mu'awiyah ra. untuk menjadi kelompok selanjutnya, tetapi kelompok ini mempunyai pendukung yang tidak terlalu banyak dibandingkan kelompok Ali. Memang perpecahan ini tidak dapat dielakkan pada masa itu karena pada saat itu terdapat kelompok-kelompok yang mendukung masing-masing calon untuk naik ke tahta tertinggi dalam kekhilafan Islam. Disebabkan hal ini maka timbullah aliran Islam Syi'ah yang sampai sekarang masih ada, yaitu Syi'ah Sayyidina Ali bi Abi Thalib ra.. bahkan Syi'ah ini bukan hanya sebagai kelompok

politik seperti yang kita ketahui di atas, tetapi sekarang sudah menjadi suatu aliran Islam yang mempunyai pemikiran dan pemahaman aqidah tersendiri tentang Islam. Maka bisa kita pahami bahwa Syi'ah bukan timbul karena murni aliran tertentu, tetapi berangkat dari politik yang berkembang menjadi suatu aliran. C. Sekte dalam Syi'ah Sejalan dengan Khawarij, Syi'ah sendiri mempunyai sekte-sekte yang sangat banyak. Bahkan ada yang mengatakan hingga 22 sekte, tetapi para ahli membagi sekte-sekte Syi'ah menjadi empat kelompok yang besar yaitu, Imamiyah, Zaidiyah, Kaisaniyah, dan Kaum Gulat, sekte-sekte ini muncul karena adanya permasalahan dalam konsep Imamah. Semua sekte Syiah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Sayyidina Ali bin Abi Talib ra., kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun, setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa pengganti Husein bin Ali. Dalam hal ini muncul dua kelompok dalam Syiah. Kelompok pertama meyakini imamah beralih kepada Zainal Abidin, putra Husein bin Ali (Cikal bakal Syi'ah Imamiyah). Sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih kepada Zaid bin Husein (Cikal bakal Syi'ah Zaidiyah). Akibat perbedaan antara kedua kelompok ini, muncullah berbagai sekte dalam Syiah. Sebagian di antara sekte-sekte ini sebetulnya tidak dapat disebut sebagai sekte atau aliran karena hanya merupakan pandangan seseorang atau sekelompok kecil saja. Selanjutnya dalam makalah ini hanya akan mendiskripsikan 2 sekte saja, yang hingga kini masih ada keberadaannya dan merupakan satu nasab dengan Rosulullah Saw., yaitu Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Zaidiyah. a. Syi'ah Imamiyah Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menunjuk Sayyidina Ali bin Abi Talib ra. sebagai imam penggantinya dengan penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq ra., Sayyidina Umar

bin Khaththab ra., maupun Sayyidina Utsman bin Affan ra.. Bagi mereka, persoalan imamah adalah salah satu persoalan pokok dalam agama. Mereka adalah kelompok Syi'ah yang berada ditengah-tengah kita, dan mereka adalah kelompok Syi'ah yang terbesar. Pada saat ini mereka tersebar dan menduduki dibeberapa negara seperti Iran (sepertiga daerah), Irak (setengah daerah), Libanon (100.000 daerah), India (sebagian orang-orang melayu), dan negara-negara Islam dari perpecahan kedaulatan Rusia. Aqidah Imamiyah secara umum yaitu keimanan mereka mutlaq kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. dengan iman secara dzohir dan mensifati Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. sebagai pewaris kekuasan Islam, begitu pula dengan keturunan-keturunannya. Di dalam sekte inipun terpecah menjadi beberapa golongan, golongan yang terbesar adalah Itsna 'Asyariyah. Golongan terbesar kedua adalah golongan Ismailiyah. Dalam sejarah Islam, kedua golongan sekte Imamiyah ini pernah memegang puncak kepemimpinan politik Islam. Golongan Ismailiyah berkuasa di Mesir dan Baghdad. Di Mesir, golongan Ismailiyah berkuasa melalui Dinasti Fathimiyah. Pada waktu yang sama, golongan Itsna 'Asyariyah dengan Dinasti Buwaihi menguasai kekhalifahan Abbasiyah selama kurang lebih satu abad. Semua golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini sepakat bahwa imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib ra., kemudian secara berturut-turut Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, dan Ja'far as-Shadiq. Sesudah itu mereka berbeda pendapat mengenai siapa imam pengganti Ja'far asShadiq. Di antara mereka ada yang meyakini bahwa jabatan imamah tersebut pindah ke anaknya, Musa al-Kadzim. Keyakinan ini kemudian melahirkan golongan Itsna 'Asyariyah. Sementara yang lain meyakini bahwa imamah pindah ke putra Ja'far as-Shadiq, Isma'il bin Ja'far as-Shadiq, sekalipun ia telah meninggal dunia sebelum Ja'far as-Shadiq sendiri. Mereka ini disebut golongan Ismailiyah. Sebagian lain menganggap bahwa jabatan imamah berakhir dengan meninggalnya Ja'far as-Shadiq. Mereka disebut golongan al-Waqifiyah atau golongan yang berhenti pada Imam Ja'far as-Shadiq. Adapun golongan Itsna 'Asyariyah ini meyakini bahwa Rosulullah Saw. Telah menunjuk ke dua belas Imam mereka secara langsung sebagai penerus

risalahnya, yaitu Ali bin Abi Talib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far as-Shadiq, Musa al-Kadzim, Ali ar-Rida, Muhammad al-Jawad, Ali al-Hadi, Hasan al-Asykari, dan Muhammad al-Muntazar (al-Mahdi). Bahkan mereka menganggap bahwa ke dua belas imam tersebut adalah maksum. Sebagai golongan Syiah terbesar, golongan Syiah ini sebenarnya bukan hanya golongan Imamiyah atau golongan yang hanya memusatkan perhatian pada persoalan imamah semata, tetapi juga merupakan golongan yang terlibat aktif dalam pemikiran-pemikiran keislaman lainnya seperti teologi, fikih dan filsafat. Dalam teologi, sekte Itsna 'Asyariyah ini dekat dengan golongan Mu'tazilah, tetapi dalam persoalan pokok-pokok agama mereka berbeda. Pokok-pokok agama menurut Syiah ini adalah at-Tauhid (tauhid), al-'Adl (keadilan), an-Nubuwwah (wahyu, kenabian), al-Imamah (kepemimpinan), dan al-Ma'ad (tempat kembali setelah meninggal). Sementara itu dalam bidang fikih, mereka tidak terikat pada satu madzhab fikih mana pun. Menurut golongan ini, selama masa keghaiban Imam Mahdi urusan penetapan hukum Islam harus melalui ijtihad dengan berlandaskan pada al-Qur'an, hadist atau sunnah Nabi Muhammad Saw., hadist atau sunnah Imam Dua Belas, ijmak, dan akal. Sedangkan golongan Ismailiyah, golongan terbesar kedua dalam golongan Imamiyah, adalah golongan yang mengakui bahwa Ja'far as-Sadiq telah menunjuk Isma'il, anaknya sebagai imam penggantinya sesudah ia wafat. Akan tetapi, karena Isma'il bin Ja'far as-Sadiq telah meninggal lebih dahulu maka imam pun berhenti pada Ja'far as-Shadiq, tetapi penunjukan itu tetap berlaku untuk Isma'il bin Ja'far, sehingga imam yang terakhir adalah Isma'il bin Ja'far. Sebagian dari penganut golongan ini percaya bahwa sebenarnya Isma'il bin Ja'far tidak meninggal dunia, melainkan hanya ghaib dan akan kembali lagi ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka disebut golongan As-Sab'iyah atau golongan yang mempercayai tujuh imam. Untuk sekte ini, imam terakhir adalah Isma'il bin Ja'far.Golongan Ismailiyah sampai saat ini masih ada, namun jumlah mereka sedikit sekali. Pengikut golongan ini terutama di India. Aga Khan adalah salah seorang imam Ismailiyah.

b.

Syi'ah Zaidiyah Zaidiyah adalah sekte dalam Syiah yang mempercayai kepemimpinan Zaid

bin bin Husein setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Zainal Abidin bin Husein seperti yang diakui sekte Imamiyah, karena menurut mereka Zainal Abidin bin Husein dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dalam persoalan imamah, sekte Zaidiyah ini berbeda pendapat dengan sekte Itsna 'Asyariyah atau Syiah Dua Belas yang mengaggap bahwa jabatan imamah harus dengan nash. Menurut Zaidiyah, imamah tidak harus dengan nash tetapi boleh dengan ikhtiar atau pemilihan. Dari segi teologi, penganut paham Zaidiah ini beraliran teologi Mu'tazilah. Oleh karena itu, tidak heran kalau sebagian tokoh-tokoh Mu'tazilah, terutama Mu'tazilah Baghdad, berasal dari kelompok Zaidiyah. Di antaranya adalah Qadi Abdul Jabbar, tokoh Mu'tazilah terkenal yang menulis kitab Syarh al-Ushul alKhamsah. Hal ini bisa terjadi karena adanya hubungan yang dekat dengan pendiri Mu'tazilah, Wasil bin Atha', dan Imam Zaid bin Husein bin Ali. Akibatnya muncul kesan bahwa ajaran-ajaran Mu'tazilah berasal dari Ahlulbait atau bahkan sebaliknya, justru Zaid bin Husein bin Ali yang terpengaruh oleh Wasil bin Atha' sehingga ia mempunyai pandangan-pandangan yang dekat dengan sunnah. D. a. Inti Pemikiran Syi'ah Konsep Tauhid Syi'ah mempunyai empat konsep tauhid. Yang pertama adalah bahwa mereka beriman bahwa Allah SWT wujud yang Esa, yang tidak ada yang sekutu baginya, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Kita mengatahui bahwa mentauhidkan Allah Swt berarti mengesakan-Nya dengan cara beribadah, maka tidak khusu', tidak patuh, dan tidak ta'at kecuali kepada Allah Swt. tetapi ini berbeda dengan apa yang dipahami oleh mereka, ketika mereka berdoa maka mereka akan menyebut di dalam doanya dengan nama

10

selain Allah Swt. misalnya wahai Ali, wahai Hasan, wahai Husein, wahai Zainab dan lain sebagainya, mereka meminta suatu keperluan kepada orang yang telah meninggal dunia. Konsep yang kedua adalah bahwa mereka menyifati Allah dengan sifat yang melekat pada-Nya. Mereks berkeyakinan bahwa sebenarnya Allah Swt. tidak mempunyai sifat-sifat, tetapi sifat itu tidak melekat pada Allah karena sifat yang disandarkan kepada Allah adalah sifat yang dibuat-buat. Misalnya perkataan bahwa Allah Swt mempunyai sifat Hidup, Mendengar, dan Melihat. Dalam hal ini mereka berkata bahwa "Allah Swt menafikan makna sifat-sifat ini karena jika sifat ini melekat pada Allah Swt berarti Allah Swt adalah merupakan sesuatu yang baru, seperti manusia" Konsep selanjutnya adalah bahwa Allah Swt mengetahui segala sesuatu yang belum sempurna. Dalam hal ini mereka mengatakan bahwa Allah Swt tidak mengetahui sesuatu yang akan terjadi, dan tidak mengetahui pula rincian-rincian kejadian tersebut. Jadi Allah Swt tidak mengetahui peristiwa yang akan datang. Pemahaman ini hampir sama seperti konsep bada. Yang terakhir bahwa kewajiban bagi Allah Swt adalah mustahil. Syi'ah mengatakan bahwa kewajiban bagi Allah Swt sangat banyak sekali. Salah satunya adalah kewajiban Allah Swt untuk memberi beban kepada hambanya, memerintahnya, dan melarangnya. Allah memberikan suatu perintah dan larangan melalu jalan risalah. Sama seperti wajibnya Allah Swt mempunyai sifat lemah lembut kepada hamba-Nya, bagi mereka lemah lembut yang dimiliki oleh Allah Swt ini mempunyai arti Allah mendekat bagi orang yang ta'at dan Allah menjauhi orang yang maksiat. Ath-Thusy mengatakan bahwa sifat lemah lembut harus dimiliki oleh Allah Swt karena Allah yang menciptakan makhluk dan menjadikan syahwat di dalam ciptaan-Nya itu, maka jika tidak Allah Swt mempunyai sifat ini, berarti Allah menyesatkan hamba-Nya, perbuatan ini adalah buruk dan Allah Swt tidak akan berbuat buruk. b. Konsep Imamah

11

Dalam masalah imam, mereka berpendapat bahwa Sesungguhnya imam adalah dasar dari ajaran Islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam, dan mereka percaya bahwa kedudukan imam sama seperti kedudukan Nabi, bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa kedudukan imam lebih tinggi dari kedudukan Nabi. Mengapa mereka mengatakan seperti itu, karena meraka mempercayai bahwa imam tidak ada kecuali dengan nash dari Allah Swt melalui lisan Nabi Muhammad Saw atau lisan-lisan imam setelahnya bukan dari pilihan manusia. Oleh karena itu mereka menetapkan imam adalah salah satu rukun agama atau Ushuluddin. Oleh karena mereka anggap imam hampir sama dengan Nabi atau bahkan sedarajat, maka imam juga mempunyai sifat maksum seperti Nabi-Nabi. Anggapan ini bukan hanya tanpa bukti, banyak sekali kitab-kitab Syi'ah yang menjelaskan hal ini, contohnya Dinyatakan dalam Kitab `Aqaid al-Imamiah oleh Syeikh Muhammad Redha al-Muzaffar, hal. 72: Akidah Kami Tentang Imam itu Maksum. Kami mempercayai bahwa imam-imam itu seperti Nabi-Nabi, ia wajib maksum dan terpelihara daripada sifat-sifat yang buruk dan keji yang nyata dan yang tersembunyi, semenjak daripada kecil sampai mati, sengaja atau lupa sebagaimana mereka juga terpelihara daripada sifat lupa, tersalah dan lain-lain. Khomeini menyatakan bahwa "Kita tidak dapat menggambarkan para imam itu mempunyai sifat lupa dan lalai." . Dari penjelasan di atas sudah jelas dan tergambar bahwa Syi'ah sangat mensucikan imam mereka karena Imam-Imam mereka mendapatkan wasiat dari Nabi Muhammad Saw. untuk menggantikan kedudukan Nabi Muhammad Saw.. Nabi Muhammad Saw. berwasiat kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., begitu juga Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. berwasiat kepada Hasan bin Ali, dan seterusnya sampai Imam yang terakhir menurut golongan Syi'ah masing-masing. c. Konsep Bada' Menurut bahasa ' Bada'' yaitu tampak atau jelas. Sedangkan menurut istilah Syi'ah yaitu suatu keyakinan bahwa Allah SWT mampu mengubah suatu

12

peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Artinya Ilmu Allah itu berubah sesuai kebutuhan dan fenomena yang baru dan juga sesui dengan kemaslahatan. d. Konsep Taqiyyah Kata berasal dari kata atau yang mempunyai arti takut, sedangkan menurut istilah Syi'ah adalah Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya, serta menyembunyikannya dari orangorang yang berbeda dengan mereka. Mereka tidak menampakkannya kepada orang lain karena untuk menjaga bahaya yang akan datang terhadap harta, wilayah, agama, dan aqidahnya. Menurut mereka sebenarnya Taqiyyah ini diperbolehkan oleh agama Islam ketika berbahaya bagi dirinya, keduniannya (pangakat, harta, wilayah dan lain sebagainya), dan untuk kemashlahatan, bahkan mereka mengatakan Taqiyyah ini sederajat dengan sholat, jadi jika meninggalkan Taqiyyah adalah dosa besar dan bisa jadi kafir. Mereka mengatakan juga bahwa Taqiyyah adalah sembilan per sepuluh agama, artinya jika tidak melakukan Taqiyyah belum sempurna imannya karena ini merupakan bagian dari Agama. Dan mereka berdalil dengan firman Allah surat Ali 'Imran ayat 28: Artinya: "kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka" e. Konsep Roj'ah Menurut bahasa ' Roj'ah' berasal dari kata ' Roja'a' yang berarti keluar], sedangkan menurut Istilah Syi'ah yaitu suatu keyakinan bahwa imamimam mereka akan dihidupkan kembali ke dunia setelah kematiannya, pada satu zaman sebelum hari kiamat. Mereka dihidupkan kembali bersama orang-orang paling dzalim, sehingga para Imam-Imam yang suci menghukumi orang-orang

13

yang dzalim itu secara adil. Bahkan ada yang mengatakan yang dihidupkannya semua Ahlibait dan para sahabat bersamaan kemunculan Imam al-Mahdi, imam al-Mahdi sebenarnya adalah imam kesebelasnya Syi'ah Hasan al-Asykari, mereka percaya bahwa Imam mereka yang kesebalas ini sebenarnya belum meninggal tetapi hanya sedang mengalami Ghaibah Kubra, di dalam keyakinan Syi'ah ada dua keghaiban, yang pertama Ghaibah Sugra dan Ghaibah Kubra. Jadi ketika pada waktunya nanti Imam Hasan al-Asykari akan kembali lagi tetapi dengan menjadi Imam kedua belas yaitu Muhammad al-Muntazar atau al-Mahdi. Jadi sekarang aliran Syi'ah sedang menunggu imam kedua belasnya yaitu al-Mahdi. f. Nikah Mut'ah menurut kamus al-Munawwir berarti kesenangan atau kenikmatan, tetapi ketika sudah menjadi sebuah kata maka mempunyai arti perkawinan yang hanya untuk waktu tertentu atau istilah kerennya 'Kawin Kontrak'. Nikah ini suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya Mereka mengatakan nikah mut'ah adalah hukumnya halal, bahkan nikah mut'ah ini sebagai ajang silaturahim dan merupakan kebiasaan yang baik.mereka mengatakan seperti itu karena didasari oleh firman Allah Swt.: Artinya: "Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna)." (QS. An-Nisa': 24) Bukan hanya ini saja sabagai landasan, mereka juga mengatakan bahwa hampir semua para pembesar sahabat dan tabi'in seperti 'Abdullah Ibnu 'Abbas, Jabir bin 'Abdullah al-Ansary, Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, dan 'Imran bin alHashin, mereka semua berfatwa menghalalkan nikah Mut'ah ini. g. Al-Qur'an dan Syi'ah

14

Mereka mempunyai keyakinan bahwa al-Qur'an sudah ada perubahan. Yakni mereka mengi'tiqadkan telah terjadi perubahan besar-besaran di dalam al-Qur'an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi atau ditambah oleh para shahabat Nabi, di bawah pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq ra., Sayyidina Umar bin Khaththab ra. dan Sayyidina Utsman bin Affan ra.. Menurut mereka al-Qur'an yang ada sekarang adalah al-Qur'an yang tidak sebenarnya artinya sudah dirubah. Ja'far ash-Shadiq berkata: (ada) Sesungguhnya al-Qur'an yang dibawa Jibril kepada Muhammad 17.000 ayat.". Dari Abu Abdillah ia berkata: "Sesungguhnya disisi kami ada mushaf Fathimah 'alaihas salam, mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata: 'Apa mushaf Fathimah itu?' Ia (Abu Abdillah) berkata: 'Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur'an kalian'."

E.

Penutup Menelurusi jejak-jejak Syi'ah memang tidak akan cukup dengan tulisan

dikertas polio yang terbatas ini. Mungkin kita akan membutuhkan beratus-ratus lembar untuk menjelaskan secara detail dan terperinci. Banyak sekali buku yang menjelaskan tentang aliran-aliran dalam Islam yang sudah semestinyalah kita menelurusi dan meneliti tentang apa makna yang terkandung di dalamnya. Mungkin tulisan ini bukanlah sebagai patokan yang harus kita ikuti, karena apa yang dipaparkan mungkin banyak sekali kesalahan dan kekhilafan yang seharusnya tidak dipaparkan di sini. Dan terakhir kita minta perlindungan kepadaNya agar kita selalu diteguhkan dengan kemanisan iman dan taqwa yang menjadi arah dan tujuan kita, untuk mencari ridha-Nya. Amin.

15

You might also like