You are on page 1of 16

TUGAS PORTOFOLIO ASKEP APPENDIKSITIS

DI SUSUN OLEH : NAMA : MUAMAR GHOZALI NIM : G2A011032

PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH

SEMARANG

ASKEP APPENDIKSITIS
1. PENGERTIAN :
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). Appendiksitis adalah peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katub ileocekal. (Long, 1996 ). Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000). Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995). Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

2. ETIOLOGI/PREDISPOSISI :
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : 1. 2. 3. 4. 5. Hiperplasia dari folikel limfoid. Adanya fekalit dalam lumen appendiks. Tumor appendiks. Adanya benda asing seperti cacing askariasis. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

3. PATOFISIOLOGI :
Menurut Mansjoer, 2000: Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi. Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah. Tahapan Peradangan Apendisitis 1. 2. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi) Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)

4.MANIFESTASI KLINIK :
a). Menurut Betz, Cecily, 2000 :
o o o o o o o o o o o o

Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah Anoreksia Mual Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar). Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis. Nyeri lepas. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali. Konstipasi. Diare. Disuria. Iritabilitas. Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.

b). Manifestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 : Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan denghan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturatorpositif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

5. KOMPLIKASI :

Perforasi dengan pembentukan abses Peritonitis generalisata. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

6.PENATAKSANAAN :
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 : a). Sebelum operasi:
o o o o o

Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi Pemasangan kateter untuk control produksi urin. Rehidrasi Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

b).Operasi:
o o o

Apendiktomi. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

c).Pasca operasi:
o o o o o o

o o o

Observasi TTV. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
o o o

Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi. Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
o o o o

Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

7. PENGKAJIAN FOKUS > pengkajian yang di fokuskan pada fokus a. DEMOGRAFI (TERFOKUS PADA KASUS) Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register. b. RIWAYAT KESEHATAN (TERFOKUS PADA KASUS) : 1) Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual ,muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. 2) Riwayat Kesehatan masa lalu Apakah sebelumnya pasien pernah di rawat di rumah sakit atau pernah mengalami sakit seperti ini c. DATA TERFOKUS TERKAIT PERUBAHAN POLA FUNGSI DAN PERIKSAAN FISIK 1). Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. 2). Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali. 3). Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. 4). Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. 5). Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

d. PEMERIKSAAN PENUNJANG (1). Laboratorium (a). Pemeriksaan darah leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.

(b). Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis. (2). Radiologis (a). Foto polos abdomen Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis) tampak : scoliosis ke kanan psoas shadow tak tampak bayangan gas usus kanan bawah tak tampak garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak

(b). USG Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. (c). Barium enema Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. (d). CT-Scan Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses. (e). Laparoscopi Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix (appendectomy).

8. PATHWAYS :

9.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a). Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi. b). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri. c). Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi. d). Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral.

e). Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. f). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. g). Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

10. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL A). Diagnosa Keperawatan 1. : Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi Tujuan : Nyeri berkurang / hilang dengan Kriteria Hasil : Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat. Intervensi : a). Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. b). Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. c). Dorong ambulasi dini. d). Berikan aktivitas hiburan. e). Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. Rasional : a). Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. b). Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. c). Meningkatkan kormolisasi fungsi organ. d). meningkatkan relaksasi. e). Menghilangkan nyeri.

B). Diagnosa Keperawatan 2. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri Tujuan : Toleransi aktivitas

Kriteria Hasil : a). Klien dapat bergerak tanpa pembatasan b). Tidak berhati-hati dalam bergerak.

Intervensi : a). catat respon emosi terhadap mobilitas. b). Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien. c). Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. d). Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan. Rasional : a). Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan. b). Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan. c). Memperbaiki mekanika tubuh. d). Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

C). Diagnosa Keperawatan 3. : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria Hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan Intervensi : a). Ukur tanda-tanda vital b). Observasi tanda-tanda infeksi

c). Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik d). Observasi luka insisi Rasional : a). Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi b). Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah c). Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri. d). Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka. D). Diagnosa Keperawatan 4. : Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi Intervensi : a). Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh b). Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa c). Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena Rasional : a). Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti. b). Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi c). Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

E). Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya. Intervensi : 1) Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi. 2) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi. 3) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan. Rasional : 1). Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

2). Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan. 3). Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.

F). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri Intervensi : 1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien 2) Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal 3) Timbang berat badan sesuai indikasi 4) Beri makan sedikit tapi sering 5) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan 6) Tawarkan minum saat makan bila toleran. 7) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres. 8) Memberi makanan yang bervariasi

Rasional : 1). menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. 2). Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. 3). Mengawasi keefektifan secara diet. 4). Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan. 5). Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan 6). Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. 7). Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan. 8). Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

G). Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri Intervensi : 1) Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien. 2) Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih. 3). Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri. 4). Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya. 5). Bimbing keluarga / istri klien memandikan. 6). Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Rasional : 1). Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan. 2). Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman 3). Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene. 4). Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan 5). Agar keterampilan dapat diterapkan 6). Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA :
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC. Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc. Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI. Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc. Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC. Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC ____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni 2008.

You might also like