You are on page 1of 24

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

. OLEH Dra. YENITA M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BENGKULU 2011

PERCOBAAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

TEORI Salah satu ciri kehidupan tumbuhan adalah bahwa tumbuhan itu mengalami proses tumbuh. Tumbuh adalah pertambahan volume yang tidak dapat balik. Proses pertumbuhan sebagian besar berlangsung selama fase pembesaran sel, dan sebagian kecil dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel.Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku (node).Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya, sebagai contoh, dalam daun, yaitu sel-sel membesar sampai tingkat tertentu. Pertumbuhan secara lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium.

Untuk mengukur pertumbuhan diperlukan pengukuran volumetumbuhan. Tetapi volume sangat bergantung pada perubahan status air di dalam tumbuhan. Dua tumbuhan yang sama pertumbuhannya, dapat perbedaan volumenya jika yang satu diukur dalam keadaan turgid dan yang lain diukur dalam keadaan layu. Oleh karena itu, pengukuran pertumbuhan sering dilakukan dengan mengukur panjang, lebar, atau luas. Karena masih berhubungan langsung dengan volume, cara ini masih dapat berlaku walaupun kurang sempurna sebagai ukuran pertumbuhanParameter pertumbuhan lainnya yang sering digunakan adalah pertambahan berat basah dan berat kering tumbuhan, walaupun dalam kenyataannya pertumbuhan tidak selalu disertai pertambahan berat.

Besarnya pertumbuhan persatuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau sebagainya adlah bertambahnya ukuran atau volume suatu tanaman menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada ordinat dn waktu pada absis, maka grafik itu merupakan suatu kurva dari laju pertumbuhan.

Para ahli biologi dan matematika telah berusaha merumuskan suatu persamaan matematika dari kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu dapat diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah sampai masa panen, hanya dengan menggunakandata pertumbuhan pada fase-fase dini. Hal ini penting sekali baik untuk tujuan pengembangan teori maupun untuk keperluan praktis.

PERCOBAAN 5.1 : PERTUMBUHAN AKAR Tujuan Meneliti pertumbuhan akar kecambah kacang tanah (Arachis hypogea) dan kacang kapri (Pisum setivum) Bahan Dan Alat Bahan : kecambah kacang tanah (Arachis hypogea) dan kacang kapri (Pisum setivum)

berumur 5 hari dalam pot berisi pasir kali. Kertas merang, tinta cina, kertas melimeter, pasir. Alat : Alat pemberi tanda garis, tinta cina, kertas mm, pot dan pasir, gelan karet,

lempengan kaca 7 x 115 cm, gelas piala 600 ml,pot

CARA KERJA 1. Lapisi gelas piala dengan kertas merang dan basahi dengan air. 2. Lapisi pula lempengan kaca dengan kertas merang, kemudian basahi dengan air 3. Pilihlah 5 kecambah yang berakar lurusdan panjangnya paling sedikit 2 cm. 4. Basahi alat pemberi tanda garis dengan tinta cina 5. Letakkan kecambah memanjang kertas mm dan dengan cepat tandailah akar kecambah tersebut mulai dari ujung sebanyak 10 tanda dengan masing-masing tandanya 1 mm. 6. Letakkan dan ikat kecambah-kecambah yang sudah bertanda tadi dengan menggunakan karet gelang kepada lempengan kaca yang telah dilapisi kertas merang basah. Usahakan tanda jangan sampai terhapus. 7. Letakkan hati-hati lempengan kaca bersama kecambah ke dalam gelas pial dan kemudian tuangkan sedikit air ke dalam gelas piala yuntuk mencegah kekeringan. 8. Simpanlah gelas piala tersebut tempat aman. Setelah 48 jamukurlah jarak antar tanda-tanda. Ratakan angka-angka danbuatlah grafik pertumbuhan.

PERCOBAAN 5.2 : PERTUMBUHAN BATANG Tujuan Meneliti laju pertumbuhan batng (epikotil)kecambah/bibit kacang hijau atau kacang kedelai. Bahan Dan Alat Bahan : Kecambah kacang hijau atau kacang kedelai yang ditanam dalam pot berisi pasir kali yang berumur 5 hari setelah biji ditanam. Alat : Alat pemberian tanda garis, tinta cina, kertas mm, pot dan pasir.

Cara Kerja: 1. Tanam 6 biji kacang hijau atau kacang kedelai dalam pot bergaris tengah 10 cm yang berisi pasir kali, kemudian basahi dengan air secukupnya. 2. Biarkan biji tersebut berkecambah selama 5 hari 3. Dengan memakai kertas mm dan alat pemberian tanda garis, tandailah 3 epikotil yang tumbuhnya lurus dengan tanda 10 tanda yang masing-masing berjarak 2 mm mulai dari nodus pertama. 4. Simpanlah pot-pot pada tempat yang aman dan setelah 48 jam ukurlah jarak anbtara tanda-tanda tersebut. 5. Ratakan lah angka-angka yang didapat dan kemudian buatlah grafik pertumbuhan batang (epikotil)

PERCOBAAN 5.3 :PERTUMBUHAN DAUN Tujuan Meneliti laju pertumbuhan kecambah/bibit kacang jogo Bahan Dan Alat Bahan Alat : Biji kacang jogo selama 2-3 jam dan kertas mm : Pot, pasir kali, dan pisau silet

Cara kerja : 1. Rendam biji kacang jogoselama 2 sampai 3 jam dalam gelas piala 2. Pilih 30 butir biji kacang jogo yang sudah direndam yang baik dan tidak berkeriput kulitnya. 3. Ambil tiga biji dan buka kotiledonnya, ukur panjang daun pada embrionya dengan kertas millimeter, kemudian hitung nilai rata-ratanya. 4. Tanamkan 25 biji dalam pot yang telah diisi pasir, siram dengan air secukupnya dan pelihara dalam rumah kaca selama 2 minggu 5. Lakukan pengamatan sebagai berikut : a. Ukur panjang daun dan pentiolnya (daun pertama yang merupakan sepasng daun tunggal) pada umur 3, 5, 7, 10 dan 14 hari. b. Pengukuran daun pada umur 3 dan 5 hari dilakukan dengan menggali pasir. Tiap pengukuran dilakukan terhadap 3 tanaman. Jangan menggunakan biji-biji yang kelihatan tidak berkecambah. c. Pengukuran selanjutnya dilakukan tanpa memotong kecambah/tanaman kacang jogo. Gunakan selalu 3 tanaman yang sama untuk pengukuran lanjutan ini. d. Tentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran. 6. Buatlah grafik dengan panjang rata-rata daun (termasuk petiolnya) sebagai ordinat dan waktu pengukuran (umur tanaman) sebagai absis.

PERCOBAAN 2 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI

TEORI Dariair ang diabsorbsi oleh akar tanaman, hanya kurang dari 1 persen yang digunakan dalam reaksi metabolisme tanaman. Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh akar hilang karena proses transpirasi pada daun. Transportasi air oleh tanaman dibagi dengan produksi beat kering selama pertumbuhan disebut rasio transpiasi.

Besarnya rasio transpirasi menunjukkan efesiensi penggunaan air oleh tanaman. Jika rasio besar berarti tanaman tidak efesien dalam menggunakan air. Rasio transpirasi pada kebanyakan tanaman berkisar antara 200 sampai 500, ini artinya adalah bahwa 200 sampai 500 g air digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan 1 g berat kering tanaman sampai tanaman dewasa. Tanaman tinggi yang hidup di darat adalah sangat tidak efesien dalam menggunakan air. Tanaman golongan C4 menghasilkan berat kering 2-3 kali lebih besar persatuan air yang digunakan dibandingkan dengan tanaman golongan C3, hal ini berarti bahwa tanaman C4 lebih efesien dalam menggunakan air daripada tanaman C3.

Kehilangan air karena transpirasi terjadi diseluruh bagaian tanaman yang langsung bersentuhan dengan atmosfer luar. Tetap daun merupakan organ utama yan melakukan transpirasi dan hammpir seluruh tanspirasi terajdi melalui pori-pori stomanta. Kutikula hanya melaepaskan sejumlah kecil uap air karena kutikula dari kebanyakan daun sangat tidak permeabel terhadap air.

Laju kehilangan air suatu tanaman bergantung pada perbedaan potensial air antara atmosfer dan di dalam sel. Jika ruang antar sel dengan uap air, maka laju kehilangan uap air ditentukan oleh kelembaban nisbi uadara diatmosfer. Setiap lingkungan yang menyebabkan prubahan besarnya perbedaaan potensial air antara daun dan udara luar dapat menyebabkan perubahan laju transpirasi radiasi matahari sangat penting bagi reaksi cahaya dala

fotosintesis. Diasamping itu radiasi dapat mennimbulkan panas. Panas yang diterima oleh daun digunakan sumber energi bag tanspirasi. Untuk menguapkan 1 g air, dibutuhkan lebih dari 500 kalori energi panas. Oleh karena itu, transpirasi mempunyai pengaruh

mendinginkan daun tumbuhan. Radiasi matahari diterima oleh daun melalui 3 cara yaitu :

1. Cahaya ( langsung, pantulan atau sebaran) 2. Radiasi panas ( dari atmosfer, tanah atau benda-benda disekeliling tumbuhan) 3. Aliran uadara panas yang melewati daun

Dari seluruh yang diabsorbsi oleh daun hanya sebagian kecil yang diterima secara konduksi dari tumbuhan yang lain. Pergantin siang dan malam menyebabkan perubahan suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, keadaan stomata dan sebagainya,

sehingga laju transpirasi daun biasanya menunjukkan siklus harian. Pada musim panas laju transpirasi meningkat dengan cepat pada waktu pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi

pada waktu siang hari dan semakain sore laju tranpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dkatakan nol.

Laju transpirasi tumbuhan dinyatakan dalam jumlah (gram) uap air per detik per tumbuhan. Jika tranpirasi dari daun lebih dipentingkan, maka digunakan fluks transpirasi yang berarti jumlah air yang diuapkan per satuan luas permukaan daun persatuan waktu ( g m-2 jam-1 atau g cm-2 detik-1 ). Dilapangan, laju transpirasi dinyatakan dengan satuan luas lahan, misalnya dalam liter ha-1 hari-1. Hampir 2/3 air yang jatuh dilahan daerah di iklim sedang dikembalikan ke atmosfer dengan cara transpirasi. Dilaboratorium, alat yang biasa yang digunakan untuk mengukur laju transpirasi tumbuhan adalah fotometer. Dengan alat in laju pergerakan gelembung udara pada kolom air didalam bagian hoizontal dari pipa kapiler akan ditentukan. Sebenarnya fotometer mengukur laju absorbsi air oleh tumbuhan dan bukan laju transpirasi, tapi jika tanspirasi tidak berlebihan penyerapan air tidak berbeda teralu besar dengan kehilangan air, maka dapat dikatakan bahwa laju penyerapan air sama besar dengan transpirasi.

PERCOBAAN 2.1 Tujuan Meneliti pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap laju transpirasi menggunakan potometer 1. Pengaruh jumlah daun 2. Pengaruh sirkulasi udara 3. Pengaruh cahaya 4. Pengaruhi jumlah stomata

Bahan Dan Alat Bahan tanaman : cabang Acalypha sp atau daun tanaman lain Bahan kimia : vaselin Alat-alat : potometer, lampu sorot 100 watt, kipas angin, hair dryer, gelas viala kecil dan pengukur waktu Cara Kerja 1. Potongan cabang tanaman Acalypha sp berdaun cukup ( 15-20 lembar daun ) dan segera masukan ke dalam air. 2. Pasanglah cabang tersebut pada fotometer dengan cara sebagai berikut : Masukkan pangkal cabang ke dalam lubang pada tutup botol karet, sehingga ujung cabang tersebut tersembul kurang lebih 5 cm di bawah tutup botol karet. Sambil terendam di dalam air, pangkal cabang tersebut dipotong sepanjang 2 cm dengan pisau tajam. 3. Klep potometer dibuka, ujung pipa kapiler ditutup dengan jari. Potometer diisikan dengan air melalui reservoir. 4. Klep kemudian ditutup dan ujung pipa kapiler dimasukkan ke dalam gelas piala kecil berisi air. 5. Masukkan cabang Acalypha sp pada lubang tutup botol karet. Kemudian pasang tutup botol karet tersebut pada tabung potometer. Jaga agar jangan sampai ada gelembung udara dalam tabung potometer. 6. Biarkan cabang tanaman tersebut bertranspirasi.kemudian ujung pipa kapiler

diangkat sebentar dari gelas piala sehingga terbentuk gelembung udara yang kecil pada ujung pipa. Ujung pipa kemudian dimasukkan kembali ke dalam gelas piala. Biarkan sampai gelembung udara mencapai skala. 7. Tentukan laju transpirasi (jarak yang ditempuh gelembung udara per satuan waktu) pada keadaan : a. Laboratorium b. Di depan kipas angin c. Disorot lampu d. Di depan hair dryer (pperlakuan kombinasi suhu dan angin)

8. Sisakan 7-8 daun pada cabang Acalypha sp dan tentukan laju transpirasinya 9. Pulas permukaan atas daun dengan vaselin, tentukan laju transpirasinya. 10. Pulas permukaan bawah daun dengan vaselin, tentukan laju transpirasinya.

PERCOBAAN 2.2 Tujuan Meneliti laju evaporasi/transpirasi dari lembaran daun tanaman pada kondisi lingkungan berbeda: 1. Di dalam ruangan (suhu ruang dan cahaya tidak langsung) 2. Di luar ruangan (suhu 30-34oC dan cahaya langsung) 3. Di dalam ruangan diberi sirkulasi udara dengan kipas angin

Bahan Dan Alat Bahan tanaman : daun tanaman Alat-alat : Timbangan, kertas,kipas angin, jepitan kertas, selotip dan gunting.

Cara Kerja 1. Hitung luas permukaan daun dengan cara sbb: a. Ambil lembaran daun dari tanaman, lalu tempelkan pada selembar kertas yang telah diketahui luas dan berat kertas b. Kemudian lembaan daun dijiplakkan pada kertas tadi, laku jiplakan gambar daun digunting dan ditimbang. c. Lalu hitung laus permukaan daun dengan menggunakan rumus sbb: Berat guntingan gambar daunX luas kertas = Berat kertas 2. Ambil lembaran daun yang telah diketahui luas permukaannya tersebut, kemudian ditimbang dan diguntung dengan jepitan kertas di dalam ruangan dan di luar ruangan yang kena cahaya matahari langsung. 3. Dalam interval waktu tertentu (30 menit) lakukan penimbang terhadap daun

tersebut. Penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali. 4. Buat daftar penimbangan dan pengurangan berat daun selama evaporasi/transpirasi Kecepatan evaporasi= Besar penguapan /menit(g/cm2/menit)

Luas permukaan daun

Tabel. Perhitungan kecepatan evapoorasi dari lembaran daun tanaman

Jenis tanaman

Berat daun(g/menit)

Kecepatan evaporasi(g/cm2/menit)

PERCOBAAN 3 AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN TEORI Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi(keguguran). Misal daun,cabang atau ranting,daun mahkota bunga,bunga dan buah. Proses ini berada di bawah pengaruh auksin. Absisi daun(dan bagian tumbuhan lainnya) terjadi karena berlangsungnya deferensiasi pada suatu lapisan sel tertentu(daerah absisi) pada pangkal petiol,disusul dengan larutnya(hilangnya) senyawa senyawa pektat sehingga sel sel terpisah satu dengan lainnya kecuali sel sel jaringan pembuluh. Selanjutnya daun akan gugur secara mekanis,baik karena gaya berat maupun kerena angin,hujan dan lain lain. Pembentukan daerah absisi itu dipengaruhi oleh aliran suplai auksin dari helai daun ke batang. Selama suplai auksin cukup daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi jika suplai auksin berkurang atau hilang karena berbagai sebab(daun menua,helai daun rusak atau mati secara berangsur angsur) maka daerah absisi mulai terbentuk. Kenyataan bahwa auksin dapat mngontrol proses absisi dapat dilakukan nya tindakan tindakan mengontrol gugur daun,bunga dan buah. Apakah suatu perlakuan dengan suatu zat pengatur tumbuh tertentu efektif untuk mengontrol absisi bergantung pada jenis tumbuhan,waktu,konsentrasi,bentuk auksin,yang di berikan dan sebagainya. Prosedur yang baik harus lah di buat untuk tujuan yang hendak di capai pada keadaan yang berlaku.selain itu perlu pula diingat bahwa auksin termasuk senyawa yang sangat kuat(efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu di hindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh pada tumbuhan lain. Sekarang berbagai cara telah banyak di gunakan pada tanaman budidaya baik untuk merangsang ataupun menghambat absisi. Untuk mencegak absisi kol pada masa panen,dapat dilakukan penyemprotan dengan 2-4-D dengan konsentrasi 25 ppm. Gugur buah apel yang sedang mengalami pematangan dapat di hambat dengan penyemprotan NAA 5-10 ppm. Selain itu beberpa tindakan di lakuakan untuk mengurangi kandungan auksin dalam organ, sehingga absisi di percepat. Misalnya untuk memudahkan panen kapas secara mekanis,menjelang panen tanaman kapas disemprotkan dengan senyawa tertentu yang dapat mematikan helai daun. Tiap tumbuhan memiliki pola pertumbuhan pucuk dan tunas lateral tertentu yang dikontrol secara genetis. Pola ini tampak pada pola percabangan dan pola pertumbuhan tunas pucuknya, sehingga akan menampilkan pola arsitektur tertentu pula. Terdapat pola pengontrolan pada pertumbuhan tunas lateral. Aktivitas ini melibatkan sistem hormon

tumbuh sebagai regulatornya, sebagian berperan sebagai promotor, dan yang lain sebagai inhibitornya. Hormon IAA, sitokinin, dan ABA terlibat langsung pada mekanisme kontrol pertumbuhan pucuk dan tunas lateral (tunas aksiler). Salah satu gejala adanya sistem pengontrolan pertumbuhan pucuk dan tunas lateral adalah adanya peristiwa apikal dominan, yang oleh Adams (1979) diartikan apical control. Apikal dominan merupakan salah satu mekanisme pengaturan pertumbuhan tunas lateral. Keseimbangan dan kadar hormon tumbuh yang dibutuhkan berbeda antara jaringan satu dengan jaringan yang lain. Kebutuhan IAA untuk pertumbuhan daerah pucuk (tunas apeks = ujung batang) lebih tinggi dibanding daerah tunas lateral, daun muda, maupun akar. Pertumbuhan jaringan akan tumbuh optimal pada kisaran dosis tertentu. Bila dosisnya kurang atau berlebih akan menghambat pertumbuhan suatu jaringan. Menurut Brown (1967), apikal dominan terbatas pada penghambatan tunastunas percabangan, dan bukan untuk memberi deskripsi untuk tumbuhan keseluruhan. Di sisi lain, hormon tumbuh, seperti juga IAA akan mengalami proses traanslokasi(ditranspor ke bagian organ lain = mobile), basipetal maupun akropetal. IAA banyak diproduksi di daerah pucuk, dan sebagian ditranspor secara basipetal (ke bawah), sehingga menambah kadar di daerah-daerah tunas aksiler di bawahnya. Bagaimana pola pertumbuhan tunas aksiler di bawah pucuk, tentunya tergantung dari jenis tumbuhannya.

8.1 Percobaan Auksin Dan Absisi Bagian Atau Organ Tumbuhan Tujuan: Untuk melihat pengaruh auksin(IAA) terhadap absisi organ tumbuhan

Alat dan bahan 1. Tanaman Coleus sp 2. Pasta IAA 3. Vaselin

Cara kerja 1. Pilih 2 tanaman Coleus sp yang baik 2. Pilih 3 daun pada masing tanaman dan potong daun tadi dan sisakan bagian petiol daunnya 3. Petiol tanaman pertama di beri IAA dan petiol tanaman kedua di beri vaselin 4. Amati setiap 2 hari apakah ada petiol yang gugur,catat waktunya. 5. Setiap 1 minggu ukur panjang masing masing petiol

6. Catat data hasil pengamatan

8. 2 Percobaan Apikal Dominan Tujuan : Untuk mengetahui efek IAA pada gejala apikal dominan

Alat dan bahan 1. Tanaman Coleus sp 2. Pasta IAA 3. vaselin

Cara Kerja 1. Pilih 3 pucuk tanaman Coleus sp yang bagus 2. Pucuk 1 dibiarkan(kontrol) dan pucuk 2 dan 3 di potong 3. Pucuk 2 di olesi pasta IAA dan pucuk 3 di olesi vaselin 4. Lalu amati setiap 2 hari perubahan yang terjadi pada tanaman 5. Catat hasil pengamatan

PERCOBAAN 4 HUBUNGAN AIR DAN DENGAN TANAH TEORI Tanah merupakan media penting bagi tumbuhan karena tanah menyediakan berbagai kebutuhannya. Tanah berperan menopang tegaknya tubuh tumbuhan, disamping mensuplai hampir seluruh nutrisi yang dibutuhkan. Air merupakan salah satu komponen tanah yang menjadi pelarut dan media reaksi kimia dalam tanah. Keberadaan air dalam tanah terdapat dalam beberapa bentuk, meliputi air gravitasi, air kimia, air higroskopis dan air kapiler. Air kapiler dan air higraskopis dapat dimanfaatkan (diserab) akar tumbuhan, sedangkan yang lain adalah tidak. Ketersediaan air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah itu sendiri. Tanah bertekstur pasir, debu dan liah memiliki daya ikat terhadap air yang berbeda. Untuk mengetahui hubungan tanah dengan air perlu dilakukan pengamatan secara cermat, melalui percobaan-percobaan.

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan tanah mengikat air dan gerak kapilaritas air pada beberapa tekstur tanah

ALAT DAN BAHAN 1. Pipa gelas berdiameter 5 cm, panjang 60 cm, 3 bua 2. Tiga jenis sampel tanah : pasir, lempung, liat 3. Kain kasa 4. Beker gelas, 3 buah 5. Statip dan klem secukupnya 6. Karton 7. gelas ukur CARA KERJA

9.1 Percobaan gerak kapilaritas air : 1. Keringkan ke tiga sampel tanah sampai tidak mengandung air 2. Sumbatlah salah satu ujung pipa kaca dengan kain kasa (sebagai alas). 3. Masukkan sampel tanah ke dalam pipa sampai 2/3 bagian 4. Tegakkan pipa dengan statip dan masukkan alas pipa tersebut dalam bekergelas yang telah diisi air setinggi 5 cm

5. Amatilah perambatan air dalam ketiga pipa gelas dari menit ke menit. Amati pada pipamanakah airnya paling cepat merambat. 6. Ukurlah tinggi kenaikan air tiap 5 menit selama 30 menit. 7. Masukkan data hasil pengamatan ke dalam table

9.2 Percobaan kemampuan tanah mengikat air 1. Keringkan ke-3 sampel ( tanah pasir, kebun, liat ) tanah sampai tidak mengandung air. 2. timbang tiap sampel sampel 50 gr dan letakan pada kotak yang terbuat dari karton yang berat nya telah di ketahui. 3. Buat 3 ulangan untuk masing masing sampel. 4. Siram dengan 10 ml air dan biarkan. 5. Lalu timbang setiap 2 hari sekali hingga seterusnya selama 1 minggu 6. Masukan data hasil pengamatan dalam tabel

PERCOBAAN 5 PERGERAKAN TANAMAN TEORI Dengan menggunakan berbagai macam uji biologis untuk auksin termasuk uji pembengkokan irisan koleoptil, para ahli fisiologi tumbuhan telah lebih mendalami pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta tentang fisiologi auksin. Secara umum dapat disimpulkan bahwa didalam tumbuhan, auksin dihasilkan pada bagian yang aktif tumbuh, misalnya pada meristem akar, meristem batang dan daun muda, dan kosentrasi auksin yang paling tinggi terdapat pada bagian-bagian tersebut. Auksin ditransportasikan dari pusat perkembangannya, makin jauh jarak dari daerah meristematik, makin rendah kadar euksin. Kosentrasi auksin pada jaringan tidak ditentukan sepenuhnya oleh kecepatan sintesis dan transpor. Auksin dapat menjadi tidak aktif jika terkena cahaya atau rusak oleh suatu sistem perusak auksin. Jumlah auksin yang terukur adalah selisih antara auksin yang dibuat dan yang rusak. Di dalam koleoptil dan di dalam jaringan batang, auksin ditransportasikan hanya secara basipetal dari puncak batang menuju bawah. Jadi pergerakan auksin pada batang sangat polar. Pergerakannya dapat sangat cepat, misalnya 10-12 mm per jam pada koleoptil Avena. Gerakan ini beberapa kali lebih cepat daripada difusi biasa. Pada keadaan dan tempat tertentu pada akar, auksin bergerak dari puncak /ujung akar menuju pangkal atau dengan arah yang bukan polar. Dengan adanya rangsangan dari lingkungan luar (gravitasi atau cahaya), auksin bergerak pada tunas dan akar secara lateral. Sifat khusus lain adlah bahwa auksin dapat mendorong atau juga menghambat pertumbuhan, bergantung pada kosentrasinya di dalam jaringan. Kosentrasi yang menghambat dan merangsang pertumbuhan bergantung pada macam jaringan/organ.

Gambar di bawah ini menunjukkan respon berbagai jaringan tumbuhan terhadap kosentrasi auksin. Dari penemuan mengenai auksin ini dua respon fisiologis tumbuhan dapat dijelaskan, yaitu pertumbuhan batang yang menuju kearah datangnya sinar dan respon terhadap gaya tarik bumi (gravitasi) di mana batangtumbuh ke atas berlawanaan dengan gaya tarik bumi dan akar tumbuh ke bawah sesuai dengan gaya tarik bumi. Gerakan ini disebut tropisme, sebagai hasil dari pertumbuhan yang tidak sama dari sel-sel pada kedua sisi organ yang

terkena rangsangan . Seperti terlihat pada grafik respon pertumbuhan gambar di atas, akar dan batang meniliki kepekaan yang berbeda terhadap kosentrasi auksin. Misalnya suatu kosentrasi auksin yang dapat mendorong pembesaran sel-sel pada tunas batang, mungkin menghambat pembesaran sel-sel pada akar. Fototropisme dan geotropisme merupakan aktivitas yang jelas berperan dalam perkembangan tumbuhan. Respon fototropik menentukan letak atau kedudukan daun dan batang untuk dapat menangkap (menerima) cahaya matahari sebanyak-banyaknya bagi keperluan fotosintesis. Tropisme menyebabkan pula tunas tumbuh ke atas dan akar tumbuh ke dalam tanah. Tujuan Melihat respon fototropisme dan geotropisme Bahan Dan Alat Bahan tanaman : 30 biji padi (Oryza sativa) dan 30 biji jagung (Zea mays) Bahan kimia Alat-alat penggaris PERCOBAAN 7.1 : FOTOTROPISME Cara Kerja 1. Hilangkan sekam dari 20 biji padi, rendam dengan air destilata selama 30-40 jam pada suhu 25OC 2. Siapkan tempat tumbuh lembab berupa gelas piala 600 ml yang dilapisi dengan kertas merang pada permukaan dalamnya dan dibashi dengan air. 3. Pilih 12 biji dari biji-biji yang telah direndam dengan ukuran sama dan susun pada rak-rak kawat kasa (lihat gambar) secara vertical dengan bagian koleoptil berada diatas. 4. Isi gelas piala dengan air sampai tepat dibawah permukaan bawah rak kawat kasa. Tutup dengan cawn petri dan masukkan gelas piala ke dalam kaleng untuk memnerikan suasana gelap selam pertumbuhan biji. 5. Letakkan kaleng di ruang gelap pada suhu (25OC) selama 48 jam. : air testilata, lanolin,dan IAA : kertas sring, kapas, pisau silet, cawan petri, gelas piala, rak kawat dan

6. Setelah itu pindahkan gelas piala yang tertutup kaleng dengan kecambahnya ke ruang bercahaya merah merang-merang. Bagi kecambah menjadi tiga kelompok pada jalurjalur rak masing-masing terdiri dari 3 kecambah. Atur kedudukan koleoptil setegak mungkin. a. Kelompok I : dengan pisau silet, potong 3 mm bagian ujung koleoptil, olesi permukaan potongan dengan lanolin. b. Kelompok II : potong 3 mm bagian ujung koleoptil, olesi permukaan potongan dengan lanolin yang mengandung IAA 0,01% (1000 PPM). Periksa agar lanolin menutup seluruh permukaan potongan secara merata. c. Kelompok III : tanaman utuh sebagai kontrol 7. Letakkan gelas piala sedemikian rupa sehingga koleoptil dapat menerima langsung cahaya/sinar putih dari satu sisi gelas piala selama 2 jam. Sinar tersebut jatuh tegak lurus pada kecambah yang tersusun vertikal. 8. Keluarkan rak beserta kecambahnya ukur derajat pembengkokan koleoptil () (lihat gambar). Hitung rata-rata sudut pembengkokandari ketiga kelompok perlakuan.

PERCOBAAN 7.2 : GEOTROPISME Cara Kerja 1. 2. Pilih 12 biji jagung yang telah direndam selama 1 malam dalam air destilata. Siapkan cawan petri, masing-masing permukaan dalamnya diberi kaertas saring dan dibasahi dengan air. 3. Susunlah 6 biji pada tiap cawan petri sepanjang garis tengah cawan dengan posisi biji yang sama (lihat gambar). 4. Letakkan kertas saring lembab di sekitar dan di antara biji sehingga letak biji tidak akan berubah. 5. Letakkan kedua cawn pada posisi vertical dengan titik tumbuh biji berada di bawah. Tumbuhkan di tempat gelap pada suhu 25OC. 6. Setelah 48 jam, potong ujung akar setiap kecambah pada cawan 2 sepanjang 2 mm. Susunlah agar semua kara terletak sejajar. Tutup kembali dengan kertas saring lembab. Kecambah pada cawan 1 juga diatur agar akarnya sejajar, tapi tetap utuh. 7. Putar posisi cawan 1 dan 2sejauh 90O sehingga kedudukan akar horizontal (lihat gambar). 8. Kembalikan kedua cawan di tempat gelap (25OC). Setelah 2 jam amati pertumbuhan akar pada masing-masing perlakuan. Catat hasilnya dalam bentuk diagram.

PERCOBAAN 6 PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI AEROBIK

TEORI Laju respirasi secara langsung dipengaruhi oleh dua faktor lingkungan yaitu konsentrasi oksigen(tekanan oksigen atau tekanan parsial di atmosfer) dan suhu. Gas oksigen di serap dari atmosfer direduksi menjadi air oleh hidrogen yang dilepaskan oleh substrat respirasi. Jika laju difusi oksigen kedalam sel terganggu, laju respirasi akan menurun karena pelepasam hidrogen dari substrat tidak terjadi. Tumbuhan akan mati lemas jika tidak kekurangan oksigen. Akar menjadi mati jika tanah tergenang atau tanpa aerasi,akhirnya perkembangan tumbuhan terhambat. Respirasi merupakan serangkaian reaksi kimia, yang pada masing-masing tahapan reaksi sangat peka terhadap suhu. Suhu mempengaruhi laju reksi kimia,baik kimia organik maupun anorganik. Keadaan ini juga berlaku pada reaksi yang dikatalis oleh enim,tetapi terbtas sampai suhu tertentu. Oleh karena itu pada suhu tinggi enzim menjadi tidak aktif. Kebanyakan enzim mulai tidak aktif pada suhu kurang lebih 500 C. Kenaikan suhu memberikan dua akibat yang berlawanan pada laju reaksi enimatik yaitu: (1) reaksi dipercepat dan (2) reaksi diperlambat(ketidakaktifan enzim dipercepat). Jadi dalam keadaan tertentu ada suhu optimal untuk suatu reaksi. Suhu optimal ini tidak tertentu, karena dipengaruhi oleh lamanya waktu pengamatan. Jika waktu pengamatan sangat singkat, maka enzim tidak perlu bekerja lama dan suhu tinggi akan menyebabkan reaksi dipercepat. Tetapi jika waktu pengamatan agak lama suhu tinggi menyebabkan enzim rusak sehingga mengurangi konsentrasi enzim yang aktif. Dengan demikian laju reaksi secara keseluruhan menurun. Pada percobaan ini akan dicobakan beberapa suhu di bawah ketidak aktifan enzim.

Tujuan Mengukur laju respirasi per satuan waktu.

Bahan Dan Alat Kecambah kacang hijau umur 1 hari KOH Timbangan, Respirometer Eosin - Kapas Vaselin Jam/Pengukur waktu

Cara Kerja 1) Isi Tabung skala respirometer dengan larutan eosin hingga kedua permukaan yang sama 2) Cata skala awal. (nb: larutan eosin tidak boleh putus.) 3) Isi tabung pertama dengan kapas yang sebelumnya telah diisi dengan butiran kristal KOH. 4) Masukkan kecambah ke dalam tabung pertama. 5) Oleskan vaselin pada tabung agar tidak ada kebocoran udara pada saat pengamatan. 6) Hubungkan tabung pertama dengan kedua hingga tidak ada udara lagi yang berada di dalam. 7) Amati perubahan skala yang terjadi selama 5 menit dan catat skala akhirnya. 8) Untuk mengetahui jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan digunakan rumus berikut;

PERCOBAAN 7 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

TEORI Fotosintesis adalah proses penyerapan dan perubahan energi cahaya (dalam bentuk foton) menjadi energi kimia (ATP dan NADPH) oleh pigmen kloroplas yang selanjutnya digunakan untuk mengfiksasi CO2 menjadi karbohidrat. Reaksi fotosintesis sacara lengkap baru dapat digambarkan pada tahun 1864 dengan bentuk reaksi umumnya sebagai berikut : Energicahaya 6 CO2 + 6H2O C6 H12 O6 + 6O2 Klorofil Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya, menunjukkan adanya

pengaruh intensitas cahaya yang besar terhadap laju keseluruhan reaksi fotosintesis. Pada keadaan intensitas cahaya rendah, laju fotosintesis akan rendah pula. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai faktor pembatas. Pada percobaan ini mempelajari laju fotosintesis sebagai fungdi dari intensitas cahaya. Cahaya menjadi faktor pembatas fotosintesis pada intensitas cahaya yang rendah. Pada keadaan ini laju dari keseluruhan proses ditentukan oleh laju suplai energi cahaya. Di bawah intensitas cahaya tertentu kenaikannya tidak akan mempengaruhi produksi oksigen, keadaan ini disebut sebagai jenuh cahaya. Laju difusi CO2 ke dalam sel juga dapat mengontrol laju fotosisntesis secara keseluruhan. Ada kemungkinaan jenuh cahaya dicapai karena CO2 menjadi faktor pembatas. Jika demikian , maka kenaikan kosentrasi CO2 akan menghilangkan pembatas/kejenuhan tadi dan dapat diharapkan bahwa peningkatan intensitas cahaya selanjutnya akan dapat meningkatkan laju fotosintesis. Jika intensitas cahaya atau konsentrasi CO2 menjadi faktor pembatas fotosintesis, maka suhu tidak akan mempengaruhi fotosintesis atau sangat kecil pengaruhnya, karena rekasi-rekasi fotokimia tidak peka terhadap suhu (Q10 = 1,0) dan difusi mempunyai Q10 = 1,5. Laju fotosintesis baru bersifat tanggap terhadap suhu pada keadaan di mana cahaya bukan merupakan faktor pembatas. Pada reaksi selanjutnya, yaitu reaksi enzimatik, kenaikan suhuakanmempengaruhilajunkeseluruhanfotosintesis. Selain factor factorluar(intensitas

cahaya,CO2dansuhu) yang mempengaruhilajufotosintesis,factordalam yang jugapentingdalam

mengontrol

proses

iniadaahkonsentrasiklorofil,deficit

air,

konsentrasienzimdankoenzimfotosintetik. 6.1 PecobaanPengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis Tujuan Melihatpengaruhperbedaanintensitascahayaterhadapaktivitasfotosintesisdenganmengukur volume O2 yang di hasilkan. Bahandanalat Bahan tanaman: tanamanHydrilla sp Bahan kimia: air koLam atau larutan Hoagland dan Na-bikarbonat 0,5 % (NaHCO3) Alatalat: mikro buretaudus,tabungreaksi, beker glass, pipet, spidol, gela sukur, kertas warna trasparan (merah,kuning,biru,hijau).

Cara kerja: 1. Potongpangkatanamanbatanghydrilaspdalam kemudianmsukanduapotongdenganpanjangdanukuran samadenganpangkaldiataskedalamtabungreaksi. (tigatabungreaksiuntukditempatkanpadacahayalangsungdantigatabungreaksiuntuk tempatkanpadaruangan. 2. Isi masingdengan air kolam yang telahditambahkanlarutan Na-bikarabonat 0.5 % sampaipenuhlauletakkansecaraterbalikdalambeker glass yang beisi air kolamjuga. Padasaatmemasukankedalamtabungreaksi di jaga agar tidakadagelembungudara. 3. Satubeker glass yang berisitigatabungreaksiditempatkan di di air yang

bawahcahayalangsungdansatubeker glass lagi di ruanganmasingmasingselama 2 jam. 4. Pukulpukuldindingtabung agar

gelembungudaraterlepasdaritanamandanpadaakhirnyapengamatandengantabungreaksi berdirilurus. Tandaibatasruangudara yang

terbentukpadabagianujungtabungdenganspidol. 5. Kemudiankeluarkansemuaisitabung ,keringkandanmasukandanmasukan air pipet

kedalamtabungreaksidenganmenggunakan

berskalasampaibatastandaspidolyangdihasilkanJumlah air yang dimasukanmerupakan volume O2fotosintesisolehhydrillaspselama 2 jam. Lalu banding kanantaraluarruangan (cahayalangsung) denganyngdidalamruangan(cahayataklangsung)

6.2 Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis Tujuan : Melihatpengaruhperbedaanintensitascahayaterhadapaktivitasfotosintesisdenganmengukur volume O2 yang di hasilkan. 1. Potongpangkatanamanbatanghydrilaspdalam kemudianmsukanduapotongdenganpanjangdanukuran samadenganpangkaldiataskedalam 4tabungreaksi. 2. Isi masingdengan air kolam yang telahditambahkanlarutan Na-bikarabonat 0.5 % sampaipenuhlauletakkansecaraterbalikdalambeker glass yang beisi air kolamjuga. Padasaatmemasukankedalamtabungreaksi di jaga agar tidakadagelembungudara. 3. Letakan di luarruangandanTutupdengankertaswarnatrasparan air yang

(merah,kuning,biru,putih) 4. Pukulpukuldindingtabung agar

gelembungudaraterlepasdaritanamandanpadaakhirnyapengamatandengantabungreaksi berdirilurus. Tandaibatasruangudara yang

terbentukpadabagianujungtabungdenganspidol. 5. Kemudiankeluarkansemuaisitabung ,keringkandanmasukandanmasukan air

kedalamtabungreaksidenganmenggunakan pipet berskalasampaibatastandaspidol yang dihasilkanJumlah air yang dimasukanmerupakan volume

O2fotosintesisolehhydrillaspselama 2 jam. Lalu banding kanjumlah volume O2 antaramasingmasingkertaspenutupnya.

SISTEMATIKA LAPORAN JUDUL : BAB I. Tujuan BAB II. Landasan Teori BAB III. Prosedur Kerja BAB IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan BAB V. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

You might also like