You are on page 1of 35

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH GAS

Kegiatan manusia mengakibatkan pembebasan senyawa ke lingkungan. Pencemaran atmosfir memiliki pengaruh nyata dan segera tampak pada manusia, jika masalah ini dibandingkan dengan pencemaran untuk media yang lain. Perkembangan industri mempertinggi tingkat pengaruh ini. Pada sisi yang lain perkembangan peralatan dan teknologi pengendalian pencemaran udara makin baik dan canggih. Penerapan sistem pengendalian pencemaran selalu dikaitkan dengan biaya investasi, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan biaya produksi. Penurunan tingkat pencemaran udara diperlukan untuk mempertahankan kualitas udara yang memenuhi persyaratan bagi makhluk hidup di dalam biosfera, dan meningkatkan kesehatan masyarakat di sekitar daerah industri maupun di daerah yang jauh dari industri. Upaya ini dikaitkan pula dengan dampak terhadap kenyamanan. Kegiatan manusia di kota-kota besar memberikan pula bagian pada pencemaran atmosferik ini. Daya dukung biosfera ini terbatas dalam kapasitas penyerapan senyawa-senyawa dibebaskan ke lingkungan. Perlindungan lingkungan yang ditangani lewat pengendalian pencemaran harus ditinjau secara bersama-sama untuk berbagai media peralihan. Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar, karena industri merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke dalam lingkungan alam yang berkaitan dengan kehidupan makhluk. Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan-peraturan yang telah dan akan diterbitkan akan berdasarkan undang-undang ini. Salah satu peraturan yang akan diterbitkan pula adalah Baku Mutu Lingkungan Udara. Peraturan ini akan mendorong pengelola industri untuk mengurangi dampak negatif kegiatan industri dengan penerapan berbagai jenis peralatan dan sistem pengendalian pencemaran udara yang sesuai agar lingkungan udara tetap memenuhi persyaratan peruntukan. Pemilihan peralatan dan sistem penanggulangan pencemaran ini dilakukan dalam tahap perancangan pabrik dengan rujukan Baku Mutu Lingkungan Udara yang ditetapkan oleh pemerintah. 6.1 Udara

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 1

Lecture Notes

Udara disusun oleh komponen-komponen gas utama: nitrogen [N2], oksigen [O2], dan beberapa jenis gas mulia serta jenis gas hasil kegiatan biologik dan kegiatan alami gunung berapi. Jadi udara alami tidak pernah dalam keadaan murni. Atmosfir dalam kenyataan merupakan sistem dinamik di samping watak nyata yang tidak berubah-ubah karena selalu saling bertukar-alih dengan gas pembentuk udara secara berkesinambungan dari tumbuh-tumbuhan, kelautan, dan mahluk. Siklus gas dalam atmosfir mencakup berbagai proses fisik dan proses kimiawi. Berbagai jenis gas dihasilkan dari proses kimiawi di dalam atmosfir itu sendiri, proses biologik, kegiatan gunung berapi, peluruhan senyawa radioaktif dan kegiatan industri. Gas-gas ini juga disisihkan dari atmosfir oleh berbagai proses kimiawi, proses biologik, proses fisik misal pembentukan partikel, pengendapan dan penyerapan oleh air laut dan kulit bumi. Waktu tinggal suatu jenis molekul gas yang memasuki atmosfir berada dalam rentang hitungan jam hingga jutaan tahun yang bergantung pada jenis gas itu. Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara [ terutama konsentrasi gas itu melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal] baik gas yang berasal dari sumber alami atau sumber yang berasal dari kegiatan manusia ['anthropogenic sources']. Tabel 6.1 menyatakan konsentrasi gas di dalam atmosfir yang bersih dan kering pada permukaan tanah. Lapisan udara yang menjadi perhatian dalam kaitan dengan pencemaran udara adalah troposfir, karena semua mahluk hidup berada di dalam lapisan ini. Perubahan yang tampak akhirakhir ini pada lapisan mencakup peristiwa hujan asam. Hujan asam ini diakibatkan oleh hasil reaksi dari gas SOx dan NOx dengan H2O di dalam atmosfir serta sinar matahari yang berupa asam kuat misal asam sulfat, H2SO4 dan asam nitrat, HNO3. Asam ini dapat merusakkan / mematikan tumbuhan, hewan, bahkan manusia serta benda. Masalah internasional juga akan dapat timbul akibat dari kehadiran pencemar di dalam udara ini, karena masalah udara adalah masalah global yang tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi negara . [Peave et al, 1986]

Tabel 6.1 Konsentrasi Gas di dalam Atmosfir Bersih dan Kering TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri BAB VI halaman 2

Lecture Notes

Jenis gas Nitrogen Oksigen Argon Karbondioksida Neon Helium Metan Krypton Hidrogen Dinitrogen oxida Karbonmonoxida Xenon Ozon Amonia Nitrogen dioxida Sulfur dioxida Hidrogen sulfida [Peave et al,1986:423]

Rumus kimia N2 O2 Ar CO2 Ne He CH4 Kr H N2O CO Xe O3 NH3 NO2 SO2 H2S

Konsentrasi [ppm volum] 280000 209500 9300 320 18 5.2 1.5 1.0 0.5 0.2 0.1 0.08 0.02 0.006 0.001 0.0002 0.0002

Konsentrasi [% volum] 78.09 20.95 0.93 0.032 0.0018 0.00052 0.00015 0.0001 0.00005 0.00002 0.00001 0.000008 0.000002 0.0000006 0.0000001 0.00000002 0.00000002

6.2

Baku Mutu Udara Sekeliling Sasaran Undang-undang Pengelolaan Lingkungan adalah melindungi kesehatan manusia,

mahluk, tumbuhan dan benda, maka Baku Mutu Udara Sekeliling ['Ambient Air Quality Standard'] harus ditetapkan. Penetapan baku mutu didasarkan pada kandungan zat pencemar yang memasuki lingkungan udara. Peraturan Pemerintah tentang Baku Mutu Udara Sekeliling sebagai pengganti S.K. Men. KLH No.2/1988 belum diterbitkan. Baku Mutu Udara Sekeliling di beberapa negara ditetapkan tanpa pemilahan untuk perlindungan manusia atau perlindungan bagi benda dan mahluk lain. Amerika Serikat telah menetapkan baku mutu yang didasarkan kepada kedua sasaran itu dan dikenal sebagai 'primary standard' dan 'secondary standard'. Baku Mutu ini menggunakan konsentrasi senyawa pencemar dan partikulat yang diizinkan di dalam udara sekeliling. Tabel 6.2 menyatakan Baku Mutu Udara Sekeliling.

Tabel 6.2 Baku Mutu Udara Sekeliling */ TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri BAB VI halaman 3

Lecture Notes

Pencemar Konsentrasi ppm g/m3 Partikulat Primer dan sekunder Karbonmonoxida Primer dan Sekunder 140 50 10 40 Nitrogen dioxide Primer dan sekunder Sulfur dioxide Primer 9 35

Baku Mutu Udara Keterangan

konsentrasi selama 24 jam konsentrasi rata-rata tahunan konsentrasi rata-rata dalam 8 jam dan tidak boleh dilampaui lebih dari satu kali dalam satu tahun pengukuran. konsentrasi rata-rata dalam 1 jam dan tidak boleh dilampaui lebih dari satu kali dalam satu tahun pengukuran. konsentrasi rata-rata tahunan konsentrasi rata-rata tahunan konsentrasi Maximum dalam 24 jam dan tidak boleh dilampaui lebih dari satu kali dalam satu tahun pengukuran. konsentrasi Maximum dalam 24 jam dan tidak boleh dilampaui lebih dari satu kali dalam satu tahun pengukuran. konsentrasi rata-rata dalam 1 jam dan tidak boleh dilampaui lebih dari satu kali dalam satu tahun pengukuran. konsentrasi rata-rata maximum dalam catur wulan.

100 80 365 1300

0.53 0.03 0.14 0.5

Sekunder Ozon Primer dan sekunder Timbal Primer dan sekunder

235

0.12

1.5

Baku Mutu Emisi Udara adalah

upaya untuk mencegah zat pencemar memasuki

lingkungan udara dalam volum dan laju yang berlebihan. Baku Mutu Emisi ini dipilah dalam dua kelompok : (1) Baku Mutu Emisi Sumber Tak-bergerak misal tungku peleburan, tungku ketel, dan (2) Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak misal kendaraan bermotor. SK. Men. LH No. 13/1995 menyatakan baku mutu emisi untuk sumber yang tidak bergerak. 6.3 Satuan Pengukuran Lembaga yang harus mengawasi Baku Mutu Lingkungan Udara dan Baku Mutu Emisi harus membandingkan hasil analisis udara dan emisi dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kesulitan yang dialami diakibatkan oleh penggunaan satuan yang berbeda untuk menyatakan kandungan padatan atau partikulat dan gas di dalam udara atau gas buang atau limbah fasa gas. Kandungan partikulat atau debu dinyatakan dalam satuan miligram per luas per satuan waktu misal mg/cm2.bulan atau mg/cm2.tahun. Kadar partikulat tersuspensi atau kadar pencemar gas dinyatakan dalam satuan mass per volum misal mikrogram per m3 [g/m3]. Semula satuan pengukuran konsentrasi pencemar gas ini menggunakan satuan parts per million [ppm] atas dasar volum atau parts per billion [ppb] [Catatan ppm = bagian per juta (bjp)]. Rumus pengubahan g/m3 ke ppm:

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 4

Lecture Notes ppm x mol zat x 103 g/m3 = L / mol zat Satuan L/mol untuk gas dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas. Hukum Avogadro menyatakan bahwa suatu jenis gas akan memiliki volum yang sama dengan jenis gas yang lain pada temperatur dan tekanan yang sama. Pada keadaan baku ['standard condition'] T : 273 K [ 0
o

C] dana tekanan 1 atm [ 760 mmHg] volum gas itu adalah 22,4 L per mol gas. Peraturan untuk penentuan kualitas udara menyatakan bahwa hasil analisis dilaporkan

pada temperatur 25 oC dan tekanan 760 mmHg, tetapi seringkali kemampuan pengukuran alat ukur dinyatakan pada temperatur 21,1 oC dan tekanan 760 mmHg sehingga pernyataan volum gas harus mengalami normalisasi. Persamaan yang digunakan untuk pengubahan ini adalah persamaan Boyle - Gay Lussac V1.P1/T1 = V2.P2/T2 V1, P1, T1 adalah 22,4 L/mol, 760 mmHg, dan 273 K yang merupakan kondisi normal dan V2,P2, dan T2 adalah kondisi nyata . Temperatur harus dinyatakan dalam satuan derajat Kelvin. Contoh : Hitung volum gas yang ditempati oleh 2 mol gas pada 25 oC dan 820 mmHg . Penyelesaian : V1.P1/T1 = V2.P2/T2 atau {[2 mol x 22,4 L/mol x 76 mm Hg] / 273 K} = {[V2 x 820 mmHg] / 298 K} V2 = 45,32 L Jika nilai L/mol telah diketahui, maka nilai ini digunakan dalam persamaan pengubahan g/m3 ke ppm . Contoh : Hasil analisis suatu cuplikan udara yang dilaporkan pada temperatur 0 oC dan 1 atm mengandung 9 ppp gas CO . Hitung konsentrasi CO dalam satuan g/m3 dan mg/m3. Penyelesaian: ppm x mol zat x 103 g/m
3

= L / mol zat

Hitung bobot molekul [BM] gas CO ; BM gas CO = (12 + 16) = 28 g/mol. 1. Volum 1 mol gas CO pada 273 K dan 1 atm adalah 22,4 L. 9 x 10-6 ppm x 28 g/mol CO x 103 L/m3 x 106 g/g g/m3 = 22,4 L / mol CO Konsentrasi CO = 11250 g/m3 atau 11,25 g /m3 .
TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri BAB VI halaman 5

= 11250

Lecture Notes

6.4

Jenis dan Pengaruh Senyawa Pencemar Udara alami tidak pernah dalam keadaan murni, karena gas-gas misal SO2, H2S, dan CO

akan dibebaskan ke atmosfir akibat proses-proses alami yang berlangsung misal pembusukan [putrefaction] tumbuhan atau bangkai, kebakaran hutan, letusan gunung berapi. Gas dan partikel padat atau cair akan disebarkan oleh angin ke seluruh bagian dan sebagian partikel ini akan mengendap akibat kecepatan yang dimiliki tidak dapat melawan gaya tarik bumi. Pencemaran alami dan pencemar dari berbagai kegiatan manusia mengakibatkan kualitas udara tidak sesuai dengan kualitas udara bersih. Pengenceran senyawa-senyawa pencemar ini oleh udara tidak berlangsung secara keseluruhan pada tiap ketinggian dan tiap saat. Difusi atmosferik adalah sangat kecil di daerah ketinggian 3.000 4.000 meter dan bahkan pada keadaan nyata senyawa pencemar tidak ditemui pada ketinggian lebih dari 600 meter. Hambatan geologik dan hambatan manusia mengakibatkan hambatan pada gerakan udara sehingga terjadi penurunan kemampuan pencampuran dan pengenceran udara. Istilah senyawa pencemar digunakan untuk berbagai senyawa yang asing dalam susunan udara bersih dan senyawa-senyawa ini dapat mengakibatkan gangguan atau penurunan kualitas udara bersih serta penurunan kondisi fisik atmosfir. Senyawa-senyawa pencemar udara dikelompokkan dalam senyawa-senyawa yang mengandung: a. unsur karbon, misal CO dan hidrokarbon, b. unsur nitrogen, misal NO dan NO2, c. unsur sulfur, misal H2S, SO2 dan SO3, d. unsur halogen, misal HF, e. partikel padat atau cair, f. senyawa beracun, dan g. senyawa radioaktif. Senyawa pencemar digolongkan sebagai (a) senyawa pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber, dan senyawa pencemar sekunder adalah senyawa baru yang dibentuk akibat antar aksi dua atau lebih senyawa pencemar primer selama berada di atmosfir. Lima jenis senyawa pencemar yang umum dikaitkan dengan pencemaran udara (1) karbonmonoksida [CO], (2) oksida nitrogen [NOx], (3) oksida sulfur [SOx], (4) hidrokarbon, dan (5) partikel [debu].
TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri BAB VI halaman 6

Lecture Notes

Satuan konsentrasi yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi senyawa pencemar adalah g/m3 yang menyatakan bobot zat dalam satu satuan m3 udara atau mg/m3 untuk keadaan yang tercemar berat atau ppm volum yang diukur pada keadaan standar [25 0C dan 1 atm]. 6.5 Pencemaran Udara Alam dan kegiatan manusia serta industri membebaskan senyawa kimia ke lingkungan udara. Jika senyawa itu adalah asing untuk komposisi udara, atau konsentrasi suatu jenis senyawa itu melebihi nilai ambang batas (TLV: threshold limit value), maka udara itu mengalami pencemaran. Pencemaran udara adalah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan alam dan manusia, sehingga temperatur dan udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik atau nilai lingkungan udara itu menurun. Dampak lingkungan akibat pencemaran udara dapat diamati pada: 1. lingkungan fisik, dan 2. lingkungan kesehatan. Dampak lingkungan fisik diakibatkan oleh padatan renik atau debu, gas-gas karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, dan sulfur oksida. Dampak ini dapat mengakibatkan dampak lanjutan pada lingkungan kesehatan. Dampak ini tampak pada: a. penurunan jarak-pandang dan radiasi matahari, b. kenyamanan yang berkurang, c. kerusakan tanaman d. percepatan kerusakan bahan konstruksi dan sifat tanah, dan e. peningkatan laju kematian atau jenis penyakit. Senyawa pencemar udara ini adalah padatan renik atau debu, gas karbon dioksida (CO), gas sulfur oksida (SOx), gas nitrogen oksida (NOx), serta senyawa hidrokarbon. Senyawa pencemar udara ini dikelompokkan dalam dua jenis kelompok. Jenis kelompok ini adalah: a. pencemaran primer yang merupakan pencemar mematikan sejak titik pengeluaran, b. pencemar sekunder yang merupakan pencemar hasil reaksi dari pencemar primer. Golongan senyawa pencemar primer adalah golongan senyawa-senyawa yang memiliki daya untuk mematikan sejak dari sumber. Golongan senyawa sekunder adalah golongan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh reaksi senyawa primer dan memiliki daya yang

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 7

Lecture Notes

mematikan sesudah reaksi itu berlangsung. Pencemaran udara yang merupakan akibat dari kegiatan manusia dibangkitkan oleh enam sumber utama : a. pengangkutan, b. kegiatan rumah tangga, c. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara, d. pembakaran sampah, e. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan, dan f. pembakaran bahan bakar dari emisi proses. Ross [1972] menyatakan bahwa penentuan bagian tiap jenis sumber emisi pencemar adalah sulit, karena dokumentasi yang lengkap tentang masalah ini adalah langka. Pengangkutan sering dinyatakan sebagai sumber yang memberikan iuran paling besar dalam emisi pencemar per tahun. Bagian ini dapat meningkat lebih tinggi, jika tingkat penambahan kendaraan dalam lalu-lintas di jalan raya bertambah seperti tampak pada lima tahun terakhir. Gambar 6.1 merupakan hasil pengamatan di Amerika Serikat tentang bagian emisi senyawa pencemar dari berbagai sumber pencemar.
Keterangan : 1. Karbon monoksida 2. Hidrokarbon 3. Nitrogen oksida 4. Debu 5. Sulfur dioksida 5 2 20 3 3 10 4 4 5 A 2 A. B. C. D. 1 2 3 4 Pengangkutan Pembakaran Bahan Bakar Emisi Proses Lain-lain

80

70
Ton per tahun

60

5 1 2 4 3 D 5

Gambar 6.1 Histogram Kontribusi Jenis Sumber Dalam Emisi Senyawa Pencemar (adaptasi Ross, 1972 : 4, Table 1.1 ) Data di atas menunjukkan bahwa industri memberikan bagian yang relatif kecil pada pencemaran atmosferik, jika dibandingkan dengan pengangkutan. Meskipun industri dalam kenyataan memberikan bagian yang kecil dalam emisi senyawa pencemar, tetapi sumber ini mudah diamati, karena industri merupakan golongan sumber pencemaran titik (point source of

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 8

Lecture Notes

pollution). Bagian paling besar yang dibebaskan oleh industri adalah padatan renik atau debu. Debu ini memberikan dampak negatif yang nyata bagi ingkungan biotik dan fisik. Jadi pencemaran oleh industri akan lebih mudah diamati oleh masyarakat di sekeliling daerah industri. Hal ini lebih menampilkan dampak negatif industri bagi masyarakat, sedangkan senyawa-senyawa pencemar yang lain dalam fasa gas tidak akan tampak langsung, meskipun tingkat bahaya senyawa-senyawa ini tidak lebih rendah daripada tingkat bahaya yang diakibatkan oleh debu. Gambar 6.2 menyatakan bahwa debu merupakan bagian yang paling besar dibebaskan ke lingkungan oleh industri dalam kaitan dengan pencemaran udara oleh industri. Meskipun industri memberikan sumbangan pada pencemaran atmosferik yang relatif rendah, namun industri harus dan wajib melakukan penanggulangan pencemaran. Tabel 6.3 menyatakan emisi tahunan senyawa-senyawa pencemar dari beberapa jenis industri di Amerika Serikat yang dilakukan US-EPA [Ross,1972; Snell, 1981]data yang sejenis untuk industriindustri di Indonesia belum dapat disajikan. Emisi senyawa pencemar, jika pertumbuhan industri di Indonesia lebih tinggi daripada pertumbuhan industri saat ini. Pengendalian pencemaran ini akan mengakibatkan tingkat : a. kesehatan masyarakat yang lebih baik, b. kenyamanan hidup yang lebih tinggi, c. risiko lebih rendah, d. kerusakan materi yang rendah, dan e. kerusakan lingkungan lebih rendah atau menurun. Kendala yang harus dipertimbangkan adalah watak pencemaran itu sendiri. Watak ini bergantung: a. jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan, b. kondisi geografik, dan c. kondisi meteorologik.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 9

Lecture Notes
Tabel 6.3 Emisi Senyawa Pencemar oleh Industri (*) Jenis Industri Semen Kertas pulp Batubara Besi dan baja Asam fosfat Minyak bumi (pengilangan)
(*)

Produksi (juta ton) 74 47 190 214 4,5 11 x 106 bbl per hari

Emisi Tahunan (juta ton) 0,8 3,3 2,3 1,8 0,31 4,2

Jenis Pencemar debu debu, CO, SOx debu, CO, SOx debu, CO, SOx debu, kabut asam flurida debu, CO, SOx hidrokarbon

adaptasi Snell (1981) : 4 dan Ross (1972) : 207


Keterangan : 1. Karbon monoksida 2. Hidrokarbon 3. Nitrogen oksida 4. Debu 5. Sulfur oksida

50

40
% berat

30

20

5 2 1 3
jelas

10

Gambar 6.2 Histogram Jenis Senyawa Pencemar % berat Senyawa Pencemar Total yang Dibebaskan oleh Industri [Ross,1972; Snell, 1981] Upaya pengendalian pencemaran udara oleh industri yang pertama kali adalah penanggulangan emisi debu, sedangkan penanggulangan emisi senyawa pencemar fasa gas sering diusahakan pada tingkat akhir. Masalah ini lebih menonjol, karena industriawan swasta atau penanam modal swasta lebih mudah memahami masalah debu yang tampak dibandingkan dengan masalah senyawa pencemar yang tidak tampak. Perancang pabrik selalu berkeinginan agar kedua masalah itu dapat dipertimbangkan sejak awal rancangan, karena penambahan unit yang khusus digunakan untuk penghilangan senyawa pencemar fasa gas akan memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi, jika penambahan unit dilakukan pada waktu pabrik telah beroperasi. Uraian dalam bab berikut akan meliputi metoda pengurangan kandungan senyawa pencemar dan jenis alat pengendali pencemaran udara yang diterapkan di dalam industri.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 10

Lecture Notes

6.6

Metoda Pengendalian Pencemaran Udara Jika pengendalian pencemaran ingin diterapkan, maka berbagai pendekatan dapat dipilih

untuk menentukan metoda pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran yang dapat dilakukan mencakup: pengendalian pada sumber dan pengenceran, sehingga senyawa pencemar itu tidak berbahaya lagi baik untuk lingkungan fisik dan biotik maupun untuk kesehatan manusia. Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasilguna bahkan pengendalian ini dapat menghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar senyawa pencemar dalam aliran udara atau fasa gas yang dibebaskan ke lingkungan. Pengendalian pencemaran dapat dicapai dengan pengubahan : (a) jenis senyawa pembantu yang digunakan dalam proses, (b) jenis peralatan proses, (c) kondisi operasi, dan (d) keseluruhan proses produksi itu sendiri. Pemilihan tingkat kerja (actions) itu selalu dikaitkan dengan penilaian ekonomik seluruh produksi. Hal-hal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah lisensi. Jika pembentukan senyawa pencemar itu tidak dapat dihindarkan lagi, maka pemasangan alat untuk menangkap senyawa ini harus dilakukan. Secara umum penghilangan senyawa pencemar dengan tuntas tidak mungkin diterapkan tanpa pembiayaan yang besar. Metoda pengumpulan senyawa pencemar yang akan memasuki atmosfir adalah metoda yang didasarkan atas pengurangan (reduction) senyawa pencemar. (2) Berbagai jenis alat pengumpul (collectors) didasarkan atas pengurangan kadar debu saja atau kadar debu dan gas. Prinsip pengurangan kadar debu dalam aliran gas yang dibebaskan ke lingkungan dipaparkan dalam tabel 6.4 dan prinsip pengurangan kadar debu dan gas secara simultan dituliskan dalam tabel 6.5. Metoda pemisahan ini diterapkan dalam berbagai rancangan alat pemisah debu dari aliran gas atau udara. Alat pemisah debu atau pengumpul debu ini dapat dipilah dalam : a. pemisahan secara mekanis, b. pemisahan dengan cara penapisan, c. pemisahan dengan cara basah, dan d. pemisahan secara elektrostatik.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 11

Lecture Notes

Upaya pembersihan aliran gas atau udara sebelum dibebaskan ke lingkungan dapat dihubungkan dengan kebutuhan proses produksi, perolehan produk samping atau perlindungan lingkungan. Seringkali alat ini merupakan bagian integral suatu proses, jika sasaran utama adalah penghilangan gas yang beracun atau mudah terbakar. Debu ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas (true, apparent, bulk density), daya kohesi, sifat higroskopik dan lain-lain. Variabel yang aneka ragam ini mengakibatkan bahwa pemilihan alat dan sistem pengendalian pencemaran udara oleh debu dan gas harus berhubungan dengan sasaran masalah pembersihan gas dan watak kinerja alat di samping penilaian ekonomik. Misal : pembersihan debu dengan cara kering memiliki keunggulan dalam biaya proses ulang untuk pengumpulan produk samping, jika dibandingkan dengan pemisah debu dengan cara basah. Kerugian sistem kering ini adalah penambahan alat untuk penggantian udara segar, karena debu yang halus yang beterbangan di ruang atau debu yang higroskopik tidak dapat ditangani dengan baik. Tabel 6.4 menyatakan watak operasi berbagai alat pemisah debu. Gambar atau sketsa yang dicantumkan tidak merupakan alat utama yang harus digunakan, melainkan contoh alat dan menyatakan gambaran aliran gas atau udara kotor dan pemisahan debu yang berlangsung di dalam alat itu. Gambar 6.3 adalah sketsa gravity chamber dan prinsip pemisahan yang diterapkan adalah perbedaan densitas atau gaya gravitasi terhadap massa partikel. Alat ini merupakan alat yang sederhana, tetapi kekurangan yang dimiliki alat ini adalah efisiensi yang sangat rendah. Gambar 6.4 adalah alat pemisah debu yang menggunakan penyekat, dan alat ini membutuhkan luas lantai yang lebih kecil daripada gravity chamber. Gambar 6.5 dan 6.6 menyatakan berbagai jenis siklon kering baik dengan aliran gas secara axial atau tangensial. Efisiensi siklon ini ditentukan pula oleh rancangan saluran masuk dan pembangkitan vortex di dalam siklon. Gambar 6.7 dan 6.8 merupakan jenis penapis debu yang dapat bekerja secara manual atau otomatik dalam pembersihan/pengumpulan debu yang menempel pada kain penapis. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan getaran, cincin yang bergerak ke bawah, atau aliran udara-tekan. Gambar 6.10 adalah gambar suatu pengendap elektrostatik. Pembangkitan arus searah dilakukan pada unit itu sendiri.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 12

Tabel 6.4 Prinsip pemisahan debu (*) 1. Pemisah Brown Pemisahan jenis ini menerapkan gerakan partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 - 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak antar filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel. Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) akan dapat menghilangkan debu hingga ukuran diameter 0,1 mikron. Penapis ini dibatasi oleh pembebanan yang rendah, karena pembersihan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi, Susunan penapis yang dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. Temperatur gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis. tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran dalam rentang 0,2 - 0,5 mikron, tetapi secara teoritik ukuran partikel yang dapat dikumpulkan tidak memiliki batas minimum. Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehmgga debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel besar dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron atau lebih. Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas. Pemisah ini menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Kendala daya-guna ditentukan oleh jarak antar penyekat. Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia bekerja dengan baik untuk partikel yang memiliki ukuran diameter lebih besar daripada 20 mikron. Rancangan yang baru dapat memisahkan partikel yang berukuran hingga 5 mikron. Rancangan alat ini didasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran diameter yang lebih besar daripada 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir.

2. Penapisan

3. Pengendap elektrostatik

4. Pengumpul sentrifugal

5. Pemisah inersia

6. Pengendapan akibat gaya gravitasi

(*) (Teller, 1972)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 13

Lecture Notes

Tabel 6.5 Metoda pemisahan gas dan debu secara simultan (*) 1. Menara percik Prinsip kerja pada menara percik in! adalah aliran gas yang berkecepatan rendah bersentuhan dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butir. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana dengan kemampuan penghilangan pada tingkat sedang (moderate). Alat dengan prinsip ini dapat mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10- 20 mikron dan gas yang larut dalam air. Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air yang Mengandung dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry ini dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih efektif daripada menara percik. Rentang ukuran diameter debu yang dapat dipisahkan adalah 3 - 5 mikron. Rancangan pemisahan venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan berkisar antar 30 - 150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan di daerah itu. Alat ini dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut dalam air Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini berkecepatan antara 10 hingga 30 meter per detik. Gas ini membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap dengan air dalam alat ini. Ukuran partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron. Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di daerah antara packing. Aliran gas dan cairan dapat searah arus atau berlawan arah-arus atau aliran melintang. Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu. Ukuran debu yang dapat diserap adalah lebih besar daripada 10 mikron. Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat ditangani berukuran hingga 0,01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan filamen. Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola berdiameter 1 - 5 cm. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena debu bertumbukan dengan bola-bola itu. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan.

2. Siklon hasah

3. Pemisah venturi

4. Tumbuhan pada piringan yang berlubang

5. Menara dengan packing

6. Pencuci dengan pengintian 7. Pembentur turbulen

(*) (Teller, 1972)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 14

Aliran gas masuk

Aliran gas keluar

Gambar 6.3 Gravitychamber Chamber Gambar 4.3 Gravity

Aliran gas bersih

Aliran gas kotor

Debu

Gambar 4.4 Pemisahan debu dengan penyekat Gambar 6.4 Pemisahan Debu dengan Penyekat

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 15

Lecture Notes

Aliran gas bersih keluar Aliran gas bersih kotor

Hopper

Debu

Gambar 4.5.a SusunanSiklon siklon Aksial aksial dengan denganSirip sirip Gambar 6.5.a Susunan
Tabung pembentuk vortex

Sirip

Debu keluar

Gambar 4.5.b Tabung aksial dengan sirip Gambar 6.5.b Tabung Aksial dengan Sirip

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 16

r0

r0 Gas masuk -B Gas daerah keluar daerah masuk

Aliran aksial

Aliran masuk tangensial

A D L

Gas dan debu

Efisiensi tinggi, kapasitas rendah

Efisiensi tinggi, kapasitas tinggi

Efisiensi tinggi, kapasitas rendah

Hopper Debu

Gambar 6.6 Siklon (Aliran Masuk Aksial dan Tangensial Gambar 4.6 Siklon kering (aliran masukKering aksial dan tangensial)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 17

Gas bersih

Gas kotor masuk

Debu

Gambar Susunan Empat Siklon Involute Gambar6.7.a 4.7.a Susunan empat siklon involute

Saluran keluar gas kotor

Saluran keluar gas bersih

Penghambat vortex

Debu

Gambar Siklon Involute involuteTunggal tunggal Efisiensi efisiensi Gambar 4.7.b 6.7.b Siklon tinggi

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 18

Lecture Notes

Saluran udara bertekanan Saluran keluar

Kantung penapis (bag filter)

Manometer

Gas Saluran masuk Hopper Penutup udara Saluran debu keluar

Dinding penampug debu

Gambar 4.8 6.8 Penapis Debu dengan Pembersihan Udara Gambar Penapis debu dengan pembersihan udara tekanan

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 19

Lecture Notes

Aliran gas masuk Cincin Saluran gas keluar

Kain berlapis felt Debu jatuh

Debu

Gambar 4.9.a PenapisDebu debudengan dengan cincinPembersih pembersih Gambar 6.9.a Penapis Cincin

Saluran gas keluar

Saluran udara

Saluran gas masuk

Saluran debu Siklus penapisan Siklus pembersihan

Gambar 4.9.b 6.9.b Penapis Otomatik Udara Gambar Penapis otomatikdengan denganPembersihan pembersihan udara (Jet Cleaning ) tekan (Tekan jet cleaning )

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 20

Lecture Notes

Transformer Penggetar

Lempeng Berlubang untuk Melicinkan gas masuk

Eletroda pengumpul

Pembobot untuk penegangan elektroda

Gambar6.10 4.10 Pengendap debu elektrostatik Gambar Pengendap Debu Elektrostatik

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 21

Lecture Notes

Gambar 6.11 dan 6.12 menyatakan sketsa pemisah yang dapat menyerap debu dan gas yang terlarut dan merupakan pengembangan unit gravity chamber. Gambar 6.13 dan 6.14 adalah alat pencuci gas yang didasarkan atas penggunaan piringan (plate, tray) dan packing.

Seksi percikan Saluran air

Seksi pengabutan

Gas kotor

Pompa Lumpur Pengeluaran lumpur

Gambar 6.11 Pencuci (Scrubber) dengan Pengendapan Ruang dasar gravitasi Atas Dasar Gravitasi

Gambar 4.11 Pencuci (scrubber) dengan pengendapan ruang atas

Seksi percikan

Seksi pengabutan

Gas kotor Penyekat Lumpur

Gambar 4.12 dengan penyekat basah Gambar 6.12 Pencuci Pencuci dengan Penyekat Basah

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 22

Lecture Notes

Gas bersih Pengabutan butir air

Pemecah kabut

Air pencuci Piringan

Aliran gas

Air untuk percikan Gas kotor masuk

Saluran lumpur keluar

Gambar 4.13 Pencuci butir air Gambar 6.13 Pencucidengan dengan piringan Piringan pemecah Pemecah Butir Air

Gas keluar

Gambar 6.14 Pencuci dengan Unggun Terbasahi Gambar 4.14 Pencuci dengan unggun terbasahi

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 23

Lecture Notes

Gambar 6.15 dan 6.16 adalah gambar tentang pencuci venturi dengan aliran gas kotor ke bawah dan ke atas. Gambar 6.17 adalah pencuci aliran gas dengan aliran melintang terhadap packing yang teratur dan tetap. Gambar 6.18 menyatakan sketsa pencuci gabungan.

Gas kotor

Air

Gambar 4.15 6.15 Pencuci Aliran keke Bawah Gambar PencuciVenturi venturi dengan dengan aliranGas gas bawah
Gas bersih

Pemecah kabut Saluran pengumpul Tanki umpan Slurry Venturi Gas panas

Diffuser

Gambar 4.16 venturi dengan aliran gas Gas ke atas Gambar 6.16Pencuci Pencuci Venturi dengan Aliran ke Atas

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 24

Lecture Notes

Distributor cairan

Daerah tak terbatasi Packing

Gas kotor

Gas bersih

Pemercik

Penampung

Gambar Pencuci dengan packing pada arus melintang Gambar 4.17 6.17 Pencuci dengan Packing Pada Arus Melintang

Gas bersih Air pencuci masuk ke dalam pusat kipas

Pemecah kabut sentrifugal Aliran caiaran

Aliran gas

Kipas pembersih Gas kotor masuk tangensial Aliran caiaran Lumpur

Gambar Pemisah Debu Gabungan (Basah) Gambar6.18 4.18 Pemisah debu gabungan (basah)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 25

Lecture Notes

Penggunaan alat pengendalian pencemaran di dalam suatu sistem produksi harus dikaji sesuai dengan watak proses, watak gas yang dibuang, kondisi operasi, dan biaya. Masalah rancangan proses pengendalian merupakan kegiatan yang menentukan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengendalian pencemaran udara di dalam industri.

6.7

Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau tahap proses dirancang

untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan yang telah disusun dalam rancangan proses. Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam peraturan pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus mempertimbangkan faktor ekonomi. Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu dikaitkan dengan perkembangan proses produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai ekonomik yang paling rendah baik untuk instalasi, operasi, dan pemeliharaan. Nilai ekonomik yang dihubungkan dengan biaya produksi ini masih sering dianggap cukup besar. Penilaian ekonomik yang dihubungkan dengan kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena analisis ini kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan. Dengan demikian penerapan peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan baik, agar penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar memasang alat pengendalian pencemaran udara, tetapi kinerja alat ini tidak memenuhi persyaratan. Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan. Sistem pengendalian ini harus diawali dengan pemahaman watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan dengan dimensi alat, kebutuhan energi, kinerja, keselamatan kerja, dan mekanisme reaksi.(5) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau rancangan sistem pengendalian meliputi : a. watak gas buang atau efluen, b. tingkat pengurangan yang dibutuhkan, c. teknologi komponen alat pengendalian pencemaran udara, dan d. kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomik.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 26

Lecture Notes

Watak efluen merupakan faktor penentu dan tidak dapat digunakan untuk penyelesaian semua jenis pengendalian pencemaran. Jadi watak fisik dan kimia efluen dan lingkungan penerima harus difahami dengan baik. Kemungkinan fenomena sinergetik yang dapat berlangsung harus dapat diperkirakan, jika perubahan watak atau komposisi efluen atau proses produksi berlangsung dalam waktu yang akan datang. Tabel 6.7 adalah tabel penggunaan alat pengendalian pencemaran udara untuk berbagai keadaan fisik senyawa pencemar. Rancangan sistem pengelolaan udara di daerah industri meliputi semua langkah perbaikan dan metoda perlakuan yang menjamin hasil-guna dan ekonomis untuk penyelesaian masalah. Pengkajian yang rinci harus dilakukan untuk sistem yang lengkap. Penilaian masalah pencemaran udara untuk sistem produksi meliputi tahap-tahap : a. penilaian, b. kajian teknis dan rekayasa, dan c. rancangan dan konstruksi. Tahap penilaian masalah meliputi : a. penyigian plant, b. pengujian dan pengumpulan data, c. penentuan kriteria rancangan, yang mencakup pengkajian watak efluen dengan Baku Mutu Lingkungan Udara. Tahap kajian teknis dan rekayasa melaksanakan : 1. penilaian sistem dan teknologi pengendalian pencemaran, a. sumber perbaikan, b. metoda perlakuan yang memperhatikan cara pengumpulan, pendinginan, dispersi, dan pembuangan, dan c. perolehan kembali senyawa yang bernilai ekonomik. Kajian ekonomik, yang meliputi investasi dan operasi Tahap ketiga mencakup : a. pemilihan sistem pengendalian, dan b. rancangan proses dan rekayasa, serta konstruksi. Sistem pengendalian pencemaran ini akan selalu memasang cerobong sebagai upaya untuk mengurangi konsentrasi senyawa pencemar pada saat pembebasan ke lingkungan. Rancangan cerobong ini harus memenuhi persyaratan tingkat konsentrasi di permukaan dan watak lingkungan udara yang meliputi kemantapan dan derajat inversi.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 27

Lecture Notes

Industri-industri di Indonesia terutama industri milik negara telah menerapkan sistem pengendalian pencemaran udara, dan sistem ini terutama dikaitkan dengan proses produksi serta penanggulangan pencemaran debu. Masalah lain belum dirancang dengan seksama, meskipun Baku Mutu Emisi Udara untuk Sumber yang Tak-bergerak yang akan digunakan sebagai acuan di Indonesia telah diterbitkan. Jika rancangan sistem menggunakan acuan Baku Mutu Emisi Udara dari negara-negara yang sudah mantap dalam pengelolaan lingkungan udara, maka teknologi yang dipilih akan lebih mahal. Hal ini diakibatkan oleh peralatan yang telah diproduksi itu berdasarkan acuan Baku Mutu Emisi Udara yang berlaku di negara tersebut.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 28

Lecture Notes

Tabel 6.6 Watak alat pengendalian pencemaran udara (5, 6, 8) No Jenis Alat Bentuk atau fasa Ukuran partikel optimum, mikron > 50 5 - 25 < 1
A E R O S O L S

Konsentrasi optimum kg/m3 > 0,011 > 0,002 > 0,0002

1 2 3

Gravity settling Siklon Penapis

Batas Temperatur, 0C 370 370 370

Efisiensi (%) < 50 50 - 90 < 99

Gaya Operasi Gravitasi Sentrifugal

Bentuk fisis kumpulan Debu kering Debu kering Debu kering

Keterangan

Baik sebagai pembersih awal Penapis/kantung peka terhadap humiditas, kecepatan, temperatur Pengolahan limbah diperlukan Asap tampak Korosi Operasi dapat pada temperatur tinggi Peka terhadap perubahan sifat milik partikel Biaya awal dan operasi tinggi Biaya awal dan operasi tinggi Biaya tinggi

4 5 6

Menara percik Siklon basah Pencuci venturi Pengendap Eletrostatik Penyerap gas

25 > 5 < 1

> 0,002 > 0,002 > 0,0002

4 - 370 4 - 370 4 - 370

< 80 < 80 < 80 Sentrifugal

Cairan Cairan Cairan

< 1
G A S

> 0,0002

455

95 - 99

Listrik

Debu kering

Insinerasi langsung

< 2 ppm tanpa regenerasi > 2 ppm dengan regenerasi Uap mudah terbakar

4 - 38 4 - 38 1094

> 90 > 90 > 95

Cairan atau padatan Cairan atau padatan Nihil

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 29

Tabel 6.7. Penerapan peralatan pengendalian pencemaran udara

Pencemar Gas

A e r o s o l s Diameter Partikel, mikron

Fume Dust

Mis Spray t

Electrostatic precipitator

Mechanic al separator

Wet Collector

Packed Bed

Coarse Bed

Electrostatic precipitators

Wet Collector High energy Low Energy

Bag Filter

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 30

Lecture Notes

II

Impingem ent separators Cyclone & mech. separators Settling chamber

I. Watak pencemar, II. Pencemar Organik, III. Pencemar Anorganik, IV. Debu dan butiran, V. Debu dan uap. A. C. E. G. Titik embun dan konsentrasi tinggi, Permukaan penyerap padat, Kondensor gas, Penyerap gas, B. Larut dalam air atau pelarut yang sesuai, D. Uap mudah terbakar, F. Pencuci gas, H. Insinerasi atau Pembakaran Katalitik

Gambar-gambar 6.19, 6.20 dan 6.21 merupakan contoh penerapan teknologi pengendalian pencemaran dalam suatu plant. Gambar 6.19 menyatakan penggunaan Pengendap Elektrostatik dan gambar 6.21 menyatakan sistem pengendalian pencemaran yang dihubungkan dengan perolehan kembali senyawa yang memiliki nilai ekonomik.

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 31

Lecture Notes

Clean gas Fume Cleaner

Secondary dust collector

To main dust collector Collector

Iron ladle

Mixer

Clean gas Discharge wire driving unit Discharge electrode Collecting electrode plate To high voltage generator Clean gas Exhaust blower

Conveyor Side view

Particulatecontaining gas

Conveyor

Gambar 6.19 4.19 Sistem Sistem Pembersihan pembersihan gas dengan menggunakan pengendap debu Gambar Gas Dengan Menggunakan Pengendap electrostatik (Aoyagi, 1976) Debu Elektrostatik (Aoyagi, 1976)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 32

Lecture Notes

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 33

Exhaust Water Waste


liquid

Brine
3 6

water

Steam
1

Steam
5

Alkali Air
4 2

HCl 100%
9

Gambar Sistem pengendalian pencemaran udara dalam insinerasi limbah cairdan dan persoalan Gambar 4.20 6.20 Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Dalam Insinerasi Limbah Cair Persoalan senyawa kimia. (Tsurata, 1980) Senyawa Kimia (Tsurata, 1980)
1. Incinerator 2. Sub-X Tank 3. Absorption Columns 4. Concentrated CaCl2 Solution Tank 5. Caustic Scrubber 6. Extraction Distillation Column 7. No. 1 Condensor 8. No. 2 Condensor 9. Condensate Receiver

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 34

Lecture Notes

Steam or Compressed

Air

Wate

Wate
7

Fuel
6

8 5

12

13

Wate

Air

10 9 14 11 3 1 15

Recovered salt

Waste liquid

Gambar 6.21 Sistem Pengendalianpencemaran Pencemaran udara Udara Pada Gambar 4.21 Sistem pengendalian pada Pengolahan pengolahanLimbah limbahCair cairMetoda Insinerasi (Tsurata, 1980) metoda insinerasi. (Tsurata, 1980)

TK- 366 Pengelolaan Limbah Industri

BAB VI halaman 35

You might also like