You are on page 1of 12

TB PARU A. Pengertian Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 m, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson, 2006). Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002) Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. (Smeltzer & Bare, 2002) B. Etiologi/factor predisposisi Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 4 um dan tebal 1,3 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara. Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u). droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. C. Manifestasi Klinis Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah : a. Batuk lebih dari 3 minggu Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif. b. Dahak (sputum) Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan. c. Batuk Darah Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah. d. Sesak Napas Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan. e. Nyeri dada
1

Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk. f. Wheezing Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi. g. Demam dan Menggigil Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi. h. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif. i. Rasa lelah dan lemah Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk. j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. D. Klasifikasi a. Pembagian secara patologis : Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ). Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ). b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu : Tuberkulosis Paru BTA positif. Tuberkulosis Paru BTA negative c. Pembagian secara aktifitas radiologis : Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif. Tuberkulosis non aktif . Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ). d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi ) Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis. e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society memberikan klasifikasi baru: Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
2

Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik. E. Patofisiologi

F. Anatomi Fisiologi Jalan napas yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah : Hidung Pharynx Larynx Trachea Bronchus dan bronchiolus.
3

Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu ; disaring, dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100 %. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentu seperti sepatu 5 inchi. Struktur kuda yang panjangnya trachea dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk, kalau saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya hampir vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-gas di luar bronchiolus terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru tempat pertukaran gas.Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang kadangkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan tebal garis tengah sel darah merah.Dalam setiap paru-paru
4

terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada alveolus pada waktu ekspirasi. Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru Pleura ada 2 macam : Pleura parietal yang melapisi rongga dada/thoraks sedangkan Pleura viceral yang menutupi setiap paru. Diantara pleura parietal dan pleura viceral, terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu 1). Arteri bronkhialis. 2). Arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchialis menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengeluarkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah itu mengambil bagian dalam pertukaran gas. G. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas). b. Pemeriksaan Radiologis

Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa. H. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut dikenal 2 (dua) macam alternatif pengobatan. 1). Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 24 bulan, obat relatif murah. a). Pengobatan intensif : setiap hari 1 3 bulan INH +, Rifampicin + Streptomicyn dan diteruskan dengan. b). Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH + Rifampicin atau Ethambutol. 2). Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 9 bulan obat relatif murah. a). Pengobtan intensif : tiap hari selama 1 2 bulan INH + Rifampicin + Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan b.) Pengobatan intermitten 2 3 kali seminggu selama 4 7 bulan : INH + Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.

I. Asuhan Keperawatan 1. Dasar data pengkajian klien Data tergantung pada tahap poenyakit dan derajat yang terkena. a. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk. Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut). b. Integritas EGO Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tdk berdaya/ tdk ada harapan. Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang. c. Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan. Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan. d. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah. e. Pernapasan Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan pada individu terinfeksi. Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus, karakteristik sputum
6

(hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut. f. Keamanan Gejala : Adanya kondisi penekanan imun. Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut. g. Interaksi social Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisikuntuk melaksanakan peran. h. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam terapi. 2. Pemeriksaan Diagnostik a. Kultur sputum b. Tes kulit. c. Elisa/Western Blot d. Foto thorak e. Histologi atau kultur jaringan f. Biopsi jarum pada jaringan paru g. Elektrosit h. GDA i. Pemeriksaan fungsi paru.

3. Diagnosa Keperawatan 1). Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang) berhubungan dengan: Pertahanan primer tdk adequate Kerusakan jaringan/ tembahan infeksi Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi Malnutrisi Terpajan lingkungan Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Intervensi : 1. Kaji patologi penyakit Rasional : membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi. 2. Identifikasi orang lain yang beresiko Rasional : Orang ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
7

3. Anjurkan klien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah disembarang tempat.. Rasional : Perilaku ini diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi. 4. Awasi suhu sesuai indikasi Rasional : Reaksi demam merupakan indicator adanya infeksi lanjut. 5. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan antiinfeksi sesuai indikasi. 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan : Sekret kental/darah Kelemahan, upaya batuk buruk Edema tracheal/faringeal Ditandai dengan : Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal Bunyi nafas tidak normal dan dispnea. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : Mempertahankan jalan nafas klien Mengeluarkan secret tanpa bantuan Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas Berpartisipasi dalam program pengobatan Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi : 1. Kaji fungsi pernafasan Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis dan kelainan bunyi nafas lainnya. 2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif Rasional : Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. 3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam. Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. 4. Kolaborasi dalam pemberian udara lembab/oksigen inspirasi Rasional : mencegah pengeringan membran mukosa, membantu pengenceran secret. 5. Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkhodilator dan kortikosteroid Rasional : Mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkhodilator untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan trakheobronkhial dan kortikosteroid berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bilarespon inflamasi mengancam hidup. 3). Resiko terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
8

Kerusakan membran alveolar-kapiler Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi : 1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan fibrosis luas. 2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. 3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai. Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar paru. 4). Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Kelemahan Sering batuk/produksi sputum Anoreksia Ketidakcukupan sumber keuangan Ditandai dengan ; Berat badan dibawah 10 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat. Melaporkan kurang tertarik pada makanan Tonus otot buruk Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat. Intervensi : 1. Catat status nutrisi klien Rasional : berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan piliha intervensi yang tepat. 2. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai dan yang tidak Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. 3. Dorong makan sedikit dan sering dengan diet TPK Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu. 4. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan klien kecuali kontra indikasi. Rasional : Membuat lingkungan social lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural.
9

5. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet Rasional : Memeberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adequate untuk kebutuhan metabolic dan diet. 6. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik tepat sesuai indikasi. Rasional ; Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan juga konsumsi kalori. 5). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan : Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi Keterbatasan kognitif Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada. Ditandai dengan : Permintaan informasi Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adequate. Intevensi : 1. Kaji kemampuan klien untuk belajar Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik serta ditingkatkan pada tahapan individu. 2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. 3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan adekuat Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengeluarkan/mengencerkan secret. 4. Dorong untuk tidak merokok Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.

10

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1 & 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC. Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta. Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2002. Pedoman Nasional

11

Doenges, ME at.all., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III, Cetakan I, EGC, Jakarta. Price, S., & Wilson. (2003). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. Mansjoer, Arif, dkk.(2000). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : FKUI

12

You might also like