You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS MULTIPEL SKLEROSIS

DISUSUN OLEH MARTIN ROMADONA ARGA ANDI AMNAS DIANA PUTRI SARI RIKA RELINA BUDIMAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2010

A. Konsep Penyakit 1. Definisi


a. Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf) (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)

b. MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.
(rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)

c. Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif. d. MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis. (KMB, Brunner, hal 2182)

2. Etiologi a. Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus)


b. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin

c. Racun yang beredar dalam CSS d. Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing)

3. Manifestasi Klinis a. Kelelahan b. Kehilangan keseimbangan c. Lemah

d. Kebas, kesemutan e. Kesukaran koordinasi f. Gangguan penglihatan diplobia, buta parsial / total g. Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen h. Depresi i. Afaksia

4. pemeriksaan penunjang a. MRI b. CT SKAN c. Potensil eveket pusat d. Fungsi lumbat e. EEG : Menentukan adanya karakteristik plak dari MS : Menggambarkan adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilan ventrikel otak : Mengetahui kelaionan awal dalam perkembangan penyakit pada pendengaran, penglihatan, somatosensor : Mengetahui kadar Cg.c dan Cg.M melalui CSS : Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus

5. Penatalaksanaan a. Terapi imunosepresan pada permulaan eksaserbasi mungkin dapat membatasi serangan otoimun b. Obat-obatan antivirus dapat memperlambat progresifitas penyakit c. Penyuntikan sub kutis bahan umum beta-interferon mungkin dapat menurunakn jumlah keparahan eksaserbasi pada sebagian pasien sklerosis multiple. d. Pendidikan untuk mengontrol kandungan kemih, fungsi seks dan menghindari komplikasi yang berkaitan dengan penurunan mobilitas, dapat meningkatkan kepuasan hidup dan kesehatan keseluruhan. e. Pendidikan mengenai perlunya menghindari kelelahan berat dan suhu tinggi dapat mengurangi gejala.

f. Sekarang dicobakan terapi-terapi obat inovatif yang ditujukan untuk meningkatkan toleransi diri antigenik denganmemberikan protein mielin untuk dimakan. Terapi ini berdasarkan pada hipotesis bahwa seseorang dapat mentoleransikan (tidak menyerang secara imunologik) suatu benar yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna.

6. Diagnosa Banding Perkinson GBS Mestenia Gravis

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th) dan dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria. b. Keluhan Utama Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan. c. Riwayat Penyakit Dahulu Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun. d. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif e. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot T T V - Tekanan darah : menurun - Nadi : cepat lemah - RR : normal - Suhu : normal - BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan. f. Body System

1. Sistem Respirasi I : Bentuk dada d/s simetris P : Pergerakan dada simetris d/s P : Sinor A : Tidak ada suara nafas tambahan 2. Sistem Kardiovaskuler I : Ictus cordis tidak nampak P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 P : Pekak A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur 3. Sistem Intergumen Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas 4. Sistem Gastrointestinal Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis yang ditimbulkan. 5. Sistem Eliminasi Urine BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri 6. Sistem eliminasi alvi BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses 7. Sistem Murkulus skeletal Kesadaran : -Apatisi 3-4-6 -Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu) 8. Sistem Neurologis

Terjadi perubahan ketajaman berkomunikasi (disastria) g. Diagnosa Keperawatan.

penglihatan

(diplobia),

kesulitan

dalam

1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas 2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan 3. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis 4. PPP (kehilangan memori, demetia, euforia 5. Ketidak efektifan koping 6. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d keterbatasan fisik, psikologis, sosial. 7. Resiko disfungsi sex b/d reaksi psikologis terhadap kondisi

h. Rencana Asuhan Keperawatan NO 1. Diagnosa keperawatan intervensi rasional


berikan informasi untuk mengembangkan rencana perawtan bagi program rahabilitasi R/ berikan kesempatan untuk memecahkan masalaha untuk mempertahankan / meningkatkan mobilitas. meningkatkan kemandirian dan rasa mobilitas diri dan dapat menurunkan perasaan tidak berdaya atihan berjalan Kerusakan mobilitas fisik 1. Tentukan dan kaji b/d kelemahan,paresisi, tingkat aktivitas spastisitas sekarang dan derajat gangguan fungsi dengan skala 0-4. 2. Identifikasi faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif, misalnya pemasukan makanan yang tidak adekuat, insomnia, penggunaan obat-obat tertentu. 3. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki pasien. 4. Evaluasi kemampuan

untuk melakukan mobilisasi secara aman dan berikan alat bantu berjalan.

5. Buat rencana perawatan dengan periode istirahat konsisten diantara aktivitas 6. Lakukan kolaborasi bermanfaat dalam dengan ahli terapi fisik / mengembangkan terapi kerja program latihan individual dan mengindentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme otot, meningkatkan fungsi motorik, emncegah / menurunkan atrofi fan kontraktur pada sistem muskular. Resiko cedera Identifikasi tipe mengidentifikasi berhubungan dengan gangguan epnglihatan tipa gangguan kerusaakan sensori dan yang dialami klien visual yang terjadi penglihatan. (diplopia, nigstagmus, dan batasan neuritis optikus / keparahan. penglihatan kabur)

dapat meningkatkan keamanan dan keefektifan pasien untuk berjalan dan alat bantu gerak dapat menurunkan kelemahan, meningkatkan kemandirian. menurunakn kelelahan, kelemahan otot yang berlebihan

You might also like