You are on page 1of 116

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi

dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar terjadi di laut. Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air : Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan 3. Turun hujan di permukaan laut Siklus Sedang

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi 3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat

4. Pembentukan awan 5. Turun hujan di permukaan daratan 6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali Siklus Panjang / Siklus Besar

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Uap air mengalami sublimasi 3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es 4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 5. Pembentukan awan 6. Turun salju 7. Pembentukan gletser 8. Gletser mencair membentuk aliran sungai 9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

Pengertian Siklus Hidrologi dan Penyebab Terjadinya


Home Sains IPA on 13 Juni 2012 | 9 Comments

(Pengertian Siklus Hidrologi dan Penyebab Terjadinya) Jumlah air di Bumi adalah tetap. Perubahan yang dialami air di bumi hanya terjadi pada sifat, bentuk, dan persebarannya. Air akan selalu mengalami perputaran dan perubahan bentuk selama siklus hidrologi berlangsung. Air mengalami gerakan dan perubahan wujud secara berkelanjutan. Perubahan ini meliputi wujud cair, gas, dan padat. Air di alam dapat berupa air tanah, air permukaan, dan awan. Air-air tersebut mengalami perubahan wujud melalui siklus hidrologi. Adanya terik matahari pada siang hari menyebabkan air di permukaan Bumi mengalami evaporasi (penguapan) maupun transpirasi menjadi uap air. Uap air akan naik hingga mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk awan. Akibat pendinginan terus-menerus, butir-butir air di awan bertambah besar hingga akhirnya jatuh menjadi hujan (presipitasi). Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) atau mengalir menjadi air permukaan (run off). Baik aliran air bawah tanah maupun air permukaan keduanya menuju ke tubuh air di permukaan Bumi (laut, danau, dan waduk). Inilah gambaran mengenai siklus hidrologi. Jadi siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak. Siklus Hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sirkulasi atau peredaran air secara umum. Siklus hidrologi terjadi karena proses-proses yang mengikuti gejala-gejala meteorologi dan klimatologi sebagai berikut:

Evaporasi, yaitu proses penguapan dari benda-benda mati yang merupakan proses perubahan dari wujud air menjadi gas. Transpirasi, yaitu proses penguapan yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan melalui permukaan daun. Evapotranspirasi, yaitu proses penggabungan antara evaporasi dan transpirasi. Kondensasi, yaitu perubahan dari uap air rnenjadi titik-titik air (pengembunan) akibat terjadinya penurunan salju. Infiltrasi, yaitu proses pembesaran atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah.

Secara umum macam-macam siklus hidrologi berdasarkan jalur yang dilewati air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

Siklus pedek, yaitu penguapan terjadi di permukaan laut, kemudian terbentuk awan dan akhirnya terjadilah hujan di kawasan laut. Siklus sedang, yaitu proses penguapan dari laut maupun dari darat kemudian terbentuk awan. Awan terbawa angin ke wilayah daratan yang menyebabkan hujan di daratan, kemudian air mengalir lagi ke laut melalui sungai di permukaan. Siklus panjang, yaitu penguapan terjadi di permukaan laut, kemudian terbentuk awan. Awan terbawa angin ke daratan yang menyebabkan hujan di daratan, kemudian air mengalir ke laut melalui sungai permukaan dan aliran bawah tanah.

- See more at: http://www.diwarta.com/pengertian-siklus-hidrologi-dan-penyebabterjadinya/839/#sthash.1svhfz0y.dpuf

Siklus Air Dibumi [Siklus Hidrologi]


Written By M Mustafa on Rabu, 30 Januari 2013 | 19.11

Blogger Bodoh - Siklus Air Dibumi [Siklus Hidrologi] - Daur hidrologi sering juga dipakai istilah water cycle atau siklus air. Suatu sirkulasi air yang meliputi gerakan mulai dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut lagi atau dengan arti lain siklus hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air permukaan bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya. Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi sehingga cukup tinggi/dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi embun dan seterusnya jadi hujan atau salju. Curahan (precipitation) turun ke bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut melengkapi siklus air. Dalam perjalanannya dari atmosfer ke luar, air mengalami banyak interupsi. Sebagian dari air hujan yang turun dari awan menguap sebelum tiba di permukaan bumi, sebagian lagi jatuh di atas daun tumbuhtumbuhan (intercception) dan menguap dari permukaan daun-daun. Air yang tiba di tanah dapat mengalir terus ke laut, namun ada juga yang meresap dulu ke dalam tanah (infiltration) dan sampai ke lapisan batuan sebagai air tanah. Sebagian dari air tanah dihisap oleh tumbuh-tumbuhan melalui daun-daunan lalu menguapkan airnya ke udara (transpiration). Air yang mengalir di atas permukaan menuju sungai kemungkinan tertahan di kolam, selokan, dan sebagainya (surface detention), ada juga yang sementara tersimpan di danau, tetapi kemudian menguap atau sebaliknya, sebagian air mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut ( surface run off ), sebagian lagi infiltrasi ke dasar danau-danau dan bergabung di dalam tanah sebagai air tanah yang pada akhirnya ke luar sebagai mata air. Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu: 1. Siklus Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang.

2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di daratan dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air.

3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan salju atau es di pegununganpegunungan yang tinggi. Bongkah-bongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungai-sungai kembali ke laut.

Unsur-unsur utama dalam siklus hidrologi : * Evaporasi: penguapan dari badan air secara langsung * Transpirasi: penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan * Respirasi: penguapan air dari tubuh hewan dan manusia * Evapotranspirasi: perpaduan evaporasi dan transpirasi

* Kondensasi: proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan * Presipitasi: segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, hujan salju * Infiltrasi: air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah * Perkolasi: air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater * Run off: air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut.

Siklus hidrologi digambarkan secara leng

Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintikbintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air Permukaan Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali.

Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluransaluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat

(zone) jenuh di bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari stomata daun.

Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai.

Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.

Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal vegetasi, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim.

Siklus Hidrologi Karakteristik siklus Hidrologi : Pertama, daur hidrologi dapat berupa daur pendek, misalnya hujan yang jatuh di laut, danau ataupun sungai yang segera dapat mengalir kembali ke laut.

Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Pada musim kemarau terlihat kegiatan daur berhenti, sedangkan pada musim penghujan daur berjalan kembali. Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung pada keadaan geografis dan iklim. Hal ini diakibatkan adanya letak matahari yang berubah-ubah terhadap meridian bumi sepanjang tahun (pada kenyataannya yang berubah-ubah adalah letak planet bumi terhadap matahari). Keempat, berbagai bagian dari daur dapat menjadi sangat kompleks, sehingga kita hanya dapat mengamati bagian akhirnya saja dari suatu hujan yang jatuh di permukaan tanah dan kemudian mencari jalan untuk kembali ke laut. Meskipun konsep daur hidrologi telah disederhanakan, namun masih dapat membantu memberikan gambaran mengenai proses-proses penting dalam daur tersebut yang harus dimengerti oleh ahli hidrologi. Untuk memperjelas proses daur hidrologi maka diberikan ilustrasi pada gambar di atas. Penjelasan gambar siklus Hidrologi : Terjadi penguapan yang bersumber dari matahari, penguapan (evaporasi) terjadi dari air laut, air sungai, permukaan tanah maupun penguapan dari permukaan tanaman(transpirasi). Uap air tersebut akan naik dan terbawa oleh angin. Pada ketinggian tertentu uap air tersebut akan berubah menjadi awan yang kemudian berubah menjadi awan penyebab hujan. Jika kondisi alam memungkinkan maka akan terjadi presipitasibaik itu berupa hujan, hujan salju dan sebagainya. Sebagian kecil air akan diuapkan kembali sebelum sampai ke permukaan bumi. Air yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan mengalir sebagai overland flow yang kemudian menjadi surface run-off, sedangkan yang lainnya akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan menguap. Apabila kondisi tanah memungkinkan sebagian air terinfiltrasi akan mengalir secara horisontal sebagai interflow, sebagian lagi akan tinggal di dalam massa tanah sebagaisoil moisture content dan sisanya akan mengalir secara vertikal yang kemudian menjadi air tanah.

PENGERTIAN SIKLUS HIDROLOGI


Posted on 07.57 by Muhammad Rizal

Pengertian Siklus hidrologi Hidrosfer adalah lapisan air di permukaan Bumi. Hidrosfer tidak selalu dalam bentuk cair atau padat dan menempati tempat yang tepat,tetapi dapat mengalami perubahan. Volume atau banyaknya air di Bumi relatif sama dari waktu ke waktu, karena air selalu mengalami yang namanya Siklus Hidrologi atau perputaran. Siklus hidrologi adalah suatu proses perputaran atau daur ulang air yang berurutan secara terus-menerus. Dengan adanya siklus hidrologi maka keberadaan air di permukaan Bumi secara keseluruhan relatif tetap. Air yang ada di permukaan Bumi, misalnya air danau, air sungai, rawa-rawa, gletser, lautan dan waduk, karena penyinaran Matahari berubah menjadi uap dan karena tiupan angin dapat membubung tinggi, serta karena suhu semakin rendah uap air dapat membeku sehingga jatuh ke Bumi yang disebut hujan.
Hidrosfer (perairan) terbagi menjadi dua, yaitu perairan daratan dan perairan laut. Termasuk dalam perairan darat yaitu air tanah, sungai, gletser, danau dan rawa. Perairan laut berasal dari air hujan yang meresap dan mengalir di permukaan Bumi yang akhirnya ke laut.

Air di permukaan Bumi selalu mengalami perputaran (Sirkulasi) yang disebut siklus hidrologi. Sinar Matahari merupakan sumber tenaga penyebab terjadinya penguapan air dari laut, danau dan sungai yang disebut evaporasi. Uap air di atmosfer berubah menjadi awan dengan adanya kondensasi (berubahnya awan menjadi titik-titik air), selanjutnya awan menjadi hujan yang disebut presipitasi. Hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Air di dalam tanah terkumpul dan keluar ke permukaan tanah menjadi mata air. Dari mata air ini mengalir melalui sungai dan bermuara di laut atau danau. Begitulah seterusnya air berputar secara terus menerus.

Jenis siklus hidrologi ada tiga macam, yaitu :


1. Siklus pendek, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air membentuk awan dan selanjutnya terjadi hujan yang jatuh ke laut lagi.

2. Siklus sedang, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air terbawa angin dan membentuk awan di atas daratan, hujan jatuh di daratan menjadi air darat, selanjutnya kembali ke laut.

3. Siklus panjang, yaitu air laut menguap, terjadi kondensasi, uap air terbawa angin dan membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan tinggi, jatuh sebagai salju, terbentuk gletser, mengalir ke sungai, selanjutnya kembali ke laut.

Sumber : http://www.winapedia.org/2013/03/pengertian-siklus-hidrologi.html#ixzz2XzRR6gFA

SIKLUS HIDROLOGI

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air Permukaan Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir

ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Sumber: http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htm

SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali. Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat (zone) jenuh di bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari stomata daun. Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai. Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi. Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal vegetasi, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim.

SIKLUS HIDROLOGI (SUMBER : SOEMARTO, 1987)

Gangguan Siklus Hidrologi Picu Banjir dan Kekeringan


Kapanlagi.com Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan, karena air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi air larian, kata pakar air Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Budi Santosa. Beban yang harus diterima saluran atau sungai di hilir menjadi lebih besar. Gangguan seperti ini bisa dilihat pada karakteristik sungai yang memiliki fluktuasi aliran cukup besar, katanya. Ia menjelaskan pada musim hujan debit aliran air sungai sangat besar bahkan terlalu besar, tetapi pada musim kemarau debit aliran air sungai sangat kecil bahkan kering sama sekali. Idealnya fluktuasi aliran sungai tidak terlalu besar atau hampir seragam. Aliran air sungai pada musim kemarau berasal dari air di dalam tanah yang keluar dari mata air. Kontribusi terbesar aliran sungai pada musim kemarau sebenarnya dari mata air, katanya. Ia menduga banjir disebabkan menurunnya kapasitas saluran atau sungai akibat proses sedimentasi, buangan sampah atau bangunan air yang menghambat aliran. Banjir yang terjadi di musim penghujan, karena sebagian besar air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dialirkan sebagai air larian yang akan terbuang percuma ke laut. Ekses yang ditimbulkan adalah berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah yang berarti bahwa simpanan air di dalam tanah juga akan berkurang.

Padahal simpanan air tersebutlah yang memberikan kontribusi terhadap aliran air pada mata air dan sungai pada musim kemarau, katanya. Banjir dan kekeringan yang sering terjadi hampir setiap tahun khususnya di Jawa Tengah, telah menunjukan adanya kerusakan lingkungan dalam skala yang cukup luas. Banjir dan kekerangan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa mendatang. Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah meningkatkan besaran resapan air ke dalam tanah yang antara lain bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian hutan dan menghambat laju air larian melalui pembuatan sumur resapan. Air hujan sebelum masuk ke saluran dibelokan terlabih dahulu ke sumur resapan sehingga kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar, kata Budi Santosa. (*/tut) Sumber: Kapanlagi.com, Kamis, 17 Februari 2005 09:29

Diposkan oleh RUDI HARTONO, S.Pd di 19:54

Pengertian dan Faktor Infiltrasi


Oleh Duwi Santosa Rabu, 27 Maret 2013 0 komentar

PENGERTIAN INFILTRASI Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju ke daerah yang lebih kering.

Infiltrasi (sumber : valdosta.edu)

Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsung-angsur sampai dicapai kondisi konstan; di mana laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi melalui tanah.

Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu; sedang laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan. Pada grafik dibawah ini menunjukkan kurva kapasitas infiltrasi (fp), yang merupakan fungsi waktu. Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, kapasitas infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler

berkurang yang menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai suatu nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perkolasi.

Kurva Kapasitas Infiltrasi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFILTRASI Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman penutup, intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah.

Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh Perhatikan skema gambar di bawah ini !

Genangan Pada Permukaan Tanah

Dalam gambar di atas, air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan

tanah (D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L.

Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.

Kelembaban tanah Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat.

Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.

Pemampatan oleh hujan Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.

Penyumbatan oleh butir halus Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.

Tanaman penutup

Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.

Topografi Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.

Intensitas hujan Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan I lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.

SUMBER REFERENSI : Bambang Triatmodjo. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset advertisement

Sumber : http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-dan-faktor-infiltrasi.html#ixzz2XzSn5aZa

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui poripori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap : a. Proses Limpasan Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil. b. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah: 1. Karakteristik karakteristik hujan 2. Kondisi-kondisi permukaan tanah Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori -pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi. Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan. Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi selama tahapan awal hujan berikutnya. Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan. 3. Kondisi-kondisi penutup permukaan Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori -pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah. Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi. 4. Transmibilitas tanah Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui tanah. Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah. 5. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti. Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :

a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal lapisan jenuh b. Kadar air dalam tanah c. Pemampatan oleh curah hujan d. Tumbuh-tumbuhan e. Karakteristik hujan f Kondisi-kondisi permukaan tanah Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain : a. Jenis permukaan tanah b Cara pengolahan lahan c. Kepadatan tanah d. Sifat dan jenis tanaman.

Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air kepermukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran disungai. Pengertian infiltrasi (infiltration) sering dicampur-adukkan untuk kepentingan praktis dengan pengertian perkolasi (percolation) yaitu gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh, yang terletak diantara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah (zona jenuh). Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi (infiltration Capaciti) dan laju infiltrasi (Infiltration rate). Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu. Infiltrasi ini pada umumnya dan yang lebih jelasnya terjadi pada saat hujan

Gambar : "Hujan di FPIPS UPI" Tanggal : 14 Oktober 2012 Lokasi : Halaman FPIPS UPI Bandung

Deskripsi : Ketika hujan turun ke tanah, air tersebut akan mengalami suatu proses hidrologi yang disebut Infiltrasi. Karena air yang jatuh ketanah akan menyerap kedalam pori-pori tanah dengan bantuan gaya gravitasi dan gaya kapiler.

Gambar : "Proses Infiltrasi" Tanggal : 14 Oktober 2012 Lokasi : Halaman FPIPS UPI Bandung

Deskripsi : Dengan gambar di atas kita dapat membuktikan bahwa air tersebut lama kelamaan akan menghilang dan tersedot kedalam tanah dikarenakan telah terjadi proses infiltrasi.

Gambar : "Media Infiltrasi" Tanggal : 14 Oktober 2012 Lokasi : Halaman FPIPS UPI Bandung
Deskripsi : proses infiltrasi ini dapat di buktikan dengan suatu media. Media itu berupa sebuah wadah kosong yang diberi tanah sebagai replika di alam. Dengan media itu kita dapat membuktikan terjadinya infiltrasi dengan cara menyiramkan air kedalam wadah tersebut. Maka kita akan melihat sebuat fenomena infiltrasi yang ditandai dengan menyerapnya air tersebut kedalam poripori tanah.
Proses infiltrasi yang demikian, melibatkan tiga proses yang tidak saling tergantung : 1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah 2. 3. tertampungnya air hujan rtersebut di dalam tanah proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah, samping, dan atas).

Infiltrasi (peresapan) merupakan perjalanan air melalui permukaan tanah dan menembus masuk kedalamnya. Tanah dapat ditembusi air karena adanya celah yang tak kapilar melalui mana aliran air grafitas mengalir kebawah menuju air tanah, dengan mengikuti suatu jalan berhambatan paling lemah. Gaya-gaya kapilar mengalihkan air grafitas secara terus menerus kedalam rongga-rongga pori kapilar, sehingga jumlah air grafitas yang melalui horizon-horizon yang lebih rendah secara berangsur-angsur berkurang. Hal ini menyebabkan bertambahnya tahanan pada aliran grafitas di lapisan permukaan dan berkurangnya laju infiltrasi pada saat hujan meningkat. Air hujan yang jatuh ketanah akan masuk kedalam tanah dengan adanya gaya grafitasi, viskositas dan gaya kapilar dan disebut juga sebagai proses infiltrasi. Laju infiltrasi aktrual tergantung dari karakteristik tanah dan jumlah air yang tersedia dipermukaan tanah untuk membuat tanah lembab. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1.Waktu dari saat hujan atau irigasi 2. Tekstur dan stuktur tanah 3. Persediaan air awal (kelembaban awal) atau jumlah air yang tersedia di permukaan tanah. 4. Kemampuan tanah untuk mengosongkan air diatas permukaan tanah 5. Penghantar hidrolik 6. Kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan kedalaman seresah 7. Tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah lainnya Kedalaman air yang masuk ketanah tergantung dari beberapa faktor, yaitu : jumlah air hujan, porositas tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta lapisan yang tidak dapat ditembusi oleh air. Air yang tertahan oleh lapisan kedap air (misalnya batu) membentuk air tanah. Pengaruh tumbuh-tumbuhan terhadap daya serap sukar ditentukan, karena tumbuh-tumbuhan juga mempengaruhi intersepsi. Meskipun demikian, tumbuh-tumbuhan penutup menungkatkan infiltrasi jika dibandingkan dengan tanah terbuka, sebab : Tumbuhan penutup menghambat aliran permukaan, sehingga memberikan waktu tambahan pada air untuk memasuki tanah Sistem akarnya membuat tanah lebih mudah dimasuki Daun-daunnya melindungi tanah dari tumbukan oleh tetes air hujan yang jatuh dan mengurangi muatan air hujan dipermukaan tanah. Sifat-sifat yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah struktur tanah yang sebagian ditentukan oleh tekstur dan kandungan air. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan pori.

Infiltrasi (hidrologi)
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Penampang lereng bukit yang menggambarkan zona tak jenuh , pinggiran kapiler , permukaan air , dan freatik zona atau jenuh (Sumber:. United States Geological Survey .)

Infiltrasi adalah proses di mana air di permukaan tanah memasuki tanah tingkat Infiltrasi.dalam ilmu tanah adalah ukuran tingkat di mana tanah mampu menyerap curah hujan atauirigasi . Hal ini diukur dalam inci per jam atau milimeter per jam. Tingkat menurun sebagai tanah menjadi jenuh. Jika tingkat curah hujan melebihi laju infiltrasi, limpasan biasanya akan terjadi kecuali ada beberapa penghalang fisik. Hal ini terkait dengan jenuh konduktivitas hidrolik tanah dekat permukaan. Tingkat infiltrasi dapat diukur menggunakan infiltrometer .

Isi
[hide]

1 Pendahuluan

1.1 Proses

2 Temuan Penelitian 3 Infiltrasi dalam pengumpulan air limbah 4 metode perhitungan Infiltrasi

o o o o o

4.1 Umum anggaran hidrologi 4.2 Green-Ampt 4.3 persamaan Horton 4.4 Persamaan Kostiakov 4.5 Hukum Darcy

5 Lihat juga 6 Pranala luar 7 Referensi

Pendahuluan [ sunting ]
Infiltrasi diatur oleh dua kekuatan: gravitasi dan kapiler . Sementara pori-pori yang lebih kecil memberikan perlawanan yang lebih besar untuk gravitasi, pori-pori sangat kecil menarik air melalui aksi kapiler di samping dan bahkan melawan gaya gravitasi. Tingkat infiltrasi adalah dengan karakteristik tanah, termasuk kemudahan masuk, kapasitas penyimpanan, dan laju transmisi melalui tanah. The tekstur tanah dan struktur, jenis vegetasi dan penutup, kadar air tanah , tanah suhu , dan curah hujan intensitas semuanya memainkan peran dalam mengendalikan laju infiltrasi dan kapasitas. Misalnya, kasar berpasir tanah memiliki ruang besar antara masing-masing biji-bijian dan memungkinkan air untuk menyusup cepat. Vegetasi menciptakan tanah lebih berpori oleh keduamelindungi tanah dari berdebar hujan , yang dapat menutup kesenjangan alami antara partikel tanah, dan melonggarkan tanah melalui tindakan root. Inilah sebabnya mengapa hutan daerah memiliki tingkat infiltrasi tertinggi dari setiap jenis vegetatif. Lapisan atas serasah daun yang tidak terurai melindungi tanah dari aksi berdebar hujan, tanpa ini tanah dapat menjadi jauh lebih permeabel. Dalam Chapparal daerah bervegetasi, minyak hidrofobik pada daun sukulen dapat tersebar di permukaan tanah dengan api, menciptakan daerah besar tanah hidrofobik . Kondisi lain yang dapat menurunkan laju infiltrasi atau memblokir mereka termasuk keringsampah tanaman yang tahan kembali mengompol, atau es . Jika tanah jenuh pada saat periode pembekuan intens, tanah bisa menjadi embun beku

beton yang hampir tidak ada infiltrasi akan terjadi. Selama seluruh DAS , ada kemungkinan ada kesenjangan dalam es beton atau tanah hidrofobik mana air dapat menyusup. Setelah air telah menyusup tanah tetap di dalam tanah, merembes ke air tanah tabel, atau menjadi bagian dari proses limpasan permukaan.

Proses [ sunting ]
Proses infiltrasi hanya dapat dilanjutkan jika ada ruang yang tersedia untuk tambahan air di permukaan tanah. The volume yang tersedia untuk tambahan air dalam tanah tergantung pada porositas tanah [1] dan tingkat di mana sebelumnya disusupi air dapat bergerak jauh dari permukaan melalui tanah. Tingkat maksimum bahwa air dapat memasuki tanah dalam kondisi tertentu adalah kapasitas infiltrasi. Jika kedatangan air di permukaan tanah kurang dari kapasitas infiltrasi, kadang-kadang dianalisis menggunakanmodel transportasi hidrologi , model matematika yang menganggap infiltrasi, limpasan dan aliran saluran untuk memprediksi laju aliran sungai dan sungai kualitas air .

Temuan penelitian [ sunting ]


Robert E. Horton (1933) [2] menyarankan bahwa kapasitas infiltrasi cepat menurun selama bagian awal dari badai dan kemudian cenderung ke arah nilai mendekati konstan setelah beberapa jam untuk sisa acara. Sebelumnya air menyusup mengisi ruang penyimpanan yang tersedia dan mengurangi gaya kapiler mengambil air ke dalam pori-pori. Tanah Liat partikel dalam tanah bisa membengkak karena mereka menjadi basah dan dengan demikian mengurangi ukuran pori-pori. Di daerah di mana tanah tidak dilindungi oleh lapisan serasah hutan, hujan dapat melepaskan partikel tanah dari permukaan dan mencuci partikel halus ke dalam pori-pori permukaan di mana mereka dapat menghambat proses infiltrasi.

Infiltrasi dalam koleksi air limbah [ sunting ]


Air limbah sistem pengumpulan terdiri dari satu set garis, persimpangan dan stasiun angkat untuk menyampaikan limbah ke instalasi pengolahan air limbah. Ketika garis Herr terganggu dengan pecah, retak atau pohon invasi akar , infiltrasi / inflow dari stormwater sering terjadi. Kondisi ini dapat menyebabkan selokan meluap sanitasi , atau pembuangan limbah yang tidak diobati ke lingkungan.

Metode perhitungan Infiltrasi [ sunting ]


Infiltrasi adalah komponen dari saldo anggaran massa umum hidrologi. Ada beberapa cara untuk memperkirakan volume dan / atau laju infiltrasi air ke dalam tanah a. Tiga metode estimasi yang sangat baik adalah metode Green-Ampt, metode SCS, metode Horton, dan hukum Darcy.

General hidrologi anggaran [ sunting ]


Umum anggaran hidrologi, dengan semua komponen, sehubungan dengan infiltrasi F. Mengingat semua variabel lain dan infiltrasi adalah satu-satunya diketahui, aljabar sederhana memecahkan pertanyaan infiltrasi.

dimana F adalah infiltrasi, yang dapat diukur sebagai volume atau panjang; adalah input batas, yang pada dasarnya adalah DAS keluaran dari berdekatan, langsung terhubung daerah tahan; adalah output batas, yang juga terkait dengan aliran permukaan, R, tergantung di mana seseorang memilih untuk menentukan titik keluar atau poin untuk output batas; P adalah curah hujan ; E adalah penguapan ; T adalah transpirasi ; ET adalah evapotranspirasi ; S adalah penyimpanan baik melalui retensi atau daerah penahanan ; adalah abstraksi awal, yaitu penyimpanan permukaan jangka pendek seperti genangan air atau bahkan mungkin kolam penahanan tergantung pada ukuran; R adalah limpasan permukaan .

Satu-satunya catatan pada metode ini adalah salah satu harus bijaksana tentang yang variabel yang digunakan dan untuk menghilangkan, untuk ganda dapat dengan mudah ditemui. Contoh mudah variabel penghitungan ganda adalah ketika penguapan, E,dan transpirasi itu, T, ditempatkan dalam persamaan serta evapotranspirasi, ET. ET telah termasuk di dalamnya T serta sebagian dariE. Intersepsi juga perlu dipertanggungjawabkan, bukan hanya curah hujan mentah.

Green-Ampt [ sunting ]
Dinamakan untuk dua orang, Hijau dan Ampt. The Green-Ampt [3] metode rekening estimasi infiltrasi untuk banyak variabel yang metode lain, seperti hukum Darcy, tidak. Ini adalah fungsi dari kepala hisap tanah, porositas, konduktivitas hidrolik dan waktu.

dimana yang membasahi tanah depan kepala hisap;

adalah kadar air ; adalah konduktivitas hidrolik ; adalah total volume yang sudah disusupi. Setelah terintegrasi, orang dapat dengan mudah memilih untuk memecahkan baik volume infiltrasi atau laju infiltrasi sesaat:

Dengan model ini kita dapat menemukan volume dengan mudah dengan memecahkan untuk

. Namun

variabel yang dipecahkan adalah dalam persamaan itu sendiri sehingga ketika memecahkan untuk yang satu ini harus mengatur variabel yang bersangkutan untuk berkumpul di nol, atau lain yang sesuai konstan. A good first menebak untuk adalah nilai yang lebih besar dari kedua atau . Satu-satunya , Kepala air atau

catatan pada menggunakan rumus ini adalah bahwa seseorang harus berasumsi bahwa

kedalaman genangan air di atas permukaan, diabaikan. Menggunakan volume infiltrasi dari persamaan ini satu maka dapat mengganti ke dalam persamaan laju infiltrasi yang sesuai di bawah ini untuk menemukan laju , diukur.

infiltrasi sesaat pada saat itu,

Persamaan Horton [ sunting ]


Dinamakan sama Robert E. Horton disebutkan di atas, Horton persamaan [3] adalah pilihan lain yang layak ketika mengukur laju infiltrasi tanah atau volume. Ini adalah rumus empiris yang mengatakan infiltrasi yang dimulai pada tingkat yang konstan, , Dan menurun secara eksponensial dengan waktu, . Setelah

beberapa saat ketika tingkat kejenuhan tanah mencapai nilai tertentu, laju infiltrasi akan tingkat off untuk menilai .

Dimana adalah laju infiltrasi pada waktu t; adalah laju infiltrasi awal atau laju infiltrasi maksimum; adalah laju infiltrasi konstan atau keseimbangan setelah tanah telah jenuh atau laju infiltrasi minimum; adalah konstanta peluruhan tertentu ke dalam tanah. Metode lain menggunakan persamaan Horton adalah sebagai berikut. Hal ini dapat digunakan untuk mencari total volume infiltrasi, F,setelah waktu t.

Kostiakov persamaan [ sunting ]


Dinamai setelah pendirinya Kostiakov [4] adalah persamaan empiris yang mengasumsikan bahwa penurunan tingkat asupan dari waktu ke waktu sesuai dengan fungsi kekuasaan.

Dimana

dan

adalah parameter empiris.

Keterbatasan utama dari ungkapan ini adalah ketergantungan pada tingkat asupan akhir nol. Dalam kebanyakan kasus tingkat infilration bukan mendekati nilai yang tetap terbatas, yang dalam beberapa kasus dapat terjadi setelah periode waktu yang singkat.Varian Kostiakov-Lewis, juga dikenal sebagai "Modifikasi Kostiakov" persamaan mengoreksi ini dengan menambahkan istilah asupan mantap untuk persamaan asli.
[5]

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi) menjadi [1] butiran air dan turun hujan. . Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.

Pengertian Evaporasi
PENGERTIAN EVAPORASI Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air.

Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :

1.Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan. 2.Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).

Besar kecilnya penguapan dari muka air bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Kelembaban udara (semakin lembab semakin kecil penguapannya) 2. Tekanan udara 3. Kedalaman dan luas permukaan, semakin luas semakin besar penguapannya 4. Kualitas air, semakin banyak unsur kimia, biologi dan fisika, penguapan semakin kecil. 5. kecepatan angina 6. Topografi, semakin tinggi daerah semakin dingin dan penguapan semakin kecil 7. Sinar matahari 8. Temparatur

Ada beberapa konsep penting :

1. Transpirasi, yaitu proses hilangnya air dalam tumbuhan akibat penguapan melalui stomata daun. 2. Evapotranspirasi, yaitu penguapan yang terajdi pad permukaan air, tanah, maupun tumbuhan air pada suatu DAS 3. Potential evaporation, yaitu jumlah penguapan persatu-satuan luas dan waktu yang terjadi pada keadaan atmosfer saat itu, apa bila tersedia cukup air. 4. Actual evaporation, yaitu jumlah penguapan persatu-satuan luas dan waktu yang benarbenar terjadi pada saat itu. 5.Potential evapotranspiration, yaitu jumlah penguapan yang berasal dari tumbuhan, tubuh air, permukaan tanah dalam keadaan jenuh pada kondisi iklim saat itu (syarat air yang tersedia berlebihan). 6.Actual evapotranspiration, yaitu jumlah penguapan yang berasal dari tumbuhan,tubuh air, permukaan tanah dalam keadaan jenuh yang benar-benar terjadi pada saat itu.

Pengertian dan Faktor Evaporasi


Oleh Duwi Santosa Rabu, 27 Maret 2013 0 komentar

PENGERTIAN EVAPORASI , TRANSPIRASI, DAN EVAPOTRANSPIRASI Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Dalam hidrologi, penguapan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi (diberi notasi E0) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan air di atas tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan dapat diabaikan.

Proses Evaporasi dan Evapotranspirasi (sumber : elearning.unsri.ac.id)

Intersepsi adalah penguapan yang berasal dari air hujan yang berada pada permukaan daun, ranting, dan batang tanaman. Sebagian air hujan yang jatuh akan tertahan oleh tanaman dan menempel pada daun dan cabang, yang kemudian akan menguap. Sedangkan Transpirasi (diberi notasi Et) adalah penguapan melalui tanaman, dimana air tanah diserap oleh akar tanaman yang kemudian dialirkan melalui batang sampai ke permukaan daun dan menguap menuju atmosfer.

Dilapangan, sulit membedakan antara penguapan dari badan air, tanah dan tanaman. Oleh karena itu, biasanya evaporasi dan transpirasi dicakup menjadi satu yang disebut evapotranspirasi yaitu penguapan yang terjadi di permukaan lahan, yang meliputi permukaan tanah dan tanaman yang tumbuh dipermukaan tersebut.

Laju evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi dinyatakan dengan volume air yang hilang oleh proses tersebut tiap satuan luas dalam satu satuan waktu; yang biasanya diberikan

dalam mm/hari atau mm/bulan. Laju evapotranspirasi tergantung pada ketersediaan air dan kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan air dari permukaan. Apabila ketersediaan air (lengas tanah) tak terbatas maka evapotranspirasi yang terjadi disebut evapotranspirasi potensial (ETP). Pada umumnya ketersediaan air di permukaan tidak tak terbatas, sehingga evapotranspirasi terjadi dengan laju lebih kecil dari evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi di suatu daerah disebut evapotranspirasi nyata.

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EVAPORASI Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi : radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan besarnya penguapan yang terjadi diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti BMKG, Dinas Pengairan, dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data klimatologi.

Radiasi Matahari Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.

Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.

Temperatur Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.

Kelembaban Udara Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.

Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.

Kecepatan Angin Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.

Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.

SUMBER REFERENSI : Bambang Triatmodjo. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset advertisement

Sumber : http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-dan-faktor-evaporasi.html#ixzz2XzX9kjCz

Sharing Knowledge
Halaman Muka
SENIN, 22 FEBRUARI 2010

PENGERTIAN EVAPORASI
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1) pemberian panas ke dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap, (3) pemisahan uap dari cairan, dan (4) mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999). Evaporasi vs pengeringan Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair kadangkadang zat cair yang sangat vuskos dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit. Evaporasi vs distilasi Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan nonvolatil. Evaporasi vs kristalisasi Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal. Titk didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur tinggi, maka evaporator

dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi dalam industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan kebutuhan panas. Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell, 1984) : - pendidihan secara konveksi alami - pendidihan nukleat - pendidihan film Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya. Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat. Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih besar. Pendidhan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan terjadi secara berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur. Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan pendidihan nukleat.
DIPOSKAN OLEH NUR "EDU" DI 18.34 LABEL: EDUCATION 3 KOMENTAR:

PENGUAPAN a. Definisi Penguapan


Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekulmolekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat. Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air.Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi. Sebagian gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan diubah menjadi energi panas di dalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara di sekitarnya. Sebagian dari energi matahari akan diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh dan dengan demikian, mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi. Tidak hanya melibatkan jumlah air yang ada, tapi juga persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan rata

karena pada bidang permukaan yang lebih kasar besarnya turbulent meningkat.

b. Faktor-faktor Penentu Evaporasi


Proses-proses fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas berlaku pada kedua proses evaporasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain: 1) Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair ke gas dan secara alamiah matahari menjadi sumber energi panas. 2) Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi dan tanah) dan energi panas yang berasal dari matahari adalah faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung besarnya evaporasi. 3) Kapasitas kadar air dalam udara juga dipengaruhi secara langsung oleh tinggi rendahnya suhu di tempat tersebut. Besarnya kadar air dalam udara di suatu tempat ditentukan oleh tekanan uap air yang ada di tempat tersebut. 4) Ketika proses penguapan berlangsung, udara diatas bidang pengupan secara bertahap menjadi lebih lembab sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas bidang penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara, dan dengan demikian proses penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa udara dari tempat dengan tekanna udara lebih tinggi ke tempat dengan tekanan udara lebih rendah. 5) Sifat alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evaporasi melalui perubahan pola perilaku angin.

EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

Evaporasi : Evaporasi atau penguapan merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, atau berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara. Beberapa jenis evaporasi yaitu 1. Evaporasi potensial (ETp) menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan yang sangat ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup dan ditentukan oleh parameter-parameter iklim. 2. Evaporasi standar (ETo) adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm. 3. Evapotranspirasi tanaman (ETc) pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan suatu iklm tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan tanaman. 4. Evaporasi aktual (ETa) menggambarkan laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam pada kondisi aktual iklim, tanaman dn lingkungan tumbuh serta pengelolaan.

Faktor faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah : 1. Radiasi matahari (solar radiation). Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan input energi yang berupa panas latent atau evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan akan mengurangi input energi, jadi akan menghambat proses evaporasi. 2. Angin (wind) Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi terhenti. Agar proses tersebut berjalan terus, lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu dapat dimungkinkan hanya kalau ada angin, jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi. 3. Kelembaman Relatif (relative humidity) Jika kelembaman relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya munurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama kelembaman relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi. Ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan udara yang lebih kering.

4. Suhu (temperature) Jika suhu udara dan tanah cukupp tinggi, proses evaporasi akan berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia.

Transpirasi: Proses penguapan dari tanaman disebut transpirasi yaitu terlepasnya air dari dalam jaringan tanaman, dan apabila kondisi suhu disekitar daun sangat rendah maka uap air yang dilepaskan dari proses transpirasi ini akan mengembun dipermukaan daun yang disebut dengan gutasi. Peranan transpirasi yaitu pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel, penyerapan dan pengangkutan air dan hara , pengangkutan asimilat , membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata, mempertahankan suhu daun. Transpirasi sangat berkaitan dengan stomata, stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali pada daundaun tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu cahaya akan bertambah jika semakin cerah, temperature, kelembapan akan meningkat jika udara menjdi lebih kering, angin bertambah dengan bertambahnya kecepatan angin, air tanah turun jika lengas tanah turun.

Evapotranspirasi: Gabungan dari peristiwa evaporasi dan transpirasi disebut evapotranpirasi, yang diartikan sebagai peristiwa kehilangan air (penguapan) dari jaringan tanaman dan dari permukaan tanah yang dipakai sebagai tempat tumbuhnya. Beberapa jenis evaporasi yaitu 1. Evaporasi potensial (ETp) menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan yang sangat ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup dan ditentukan oleh parameter-parameter iklim. 2. Evaporasi standar (ETo) adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm. 3. Evapotranspirasi tanaman (ETc) pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan suatu iklm tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan tanaman. 4. Evaporasi aktual (ETa) menggambarkan laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam pada kondisi aktual iklim, tanaman dn lingkungan tumbuh serta pengelolaan.

Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) : 1. Faktor-faktor meteorologi a. Radiasi Matahari b. Suhu udara dan permukaan c. Kelembaban d. Angin e. Tekanan Barometer 2. Faktor-faktor Geografi a. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain) b. Jeluk tubuh air c. Ukuran dan bentuk permukaan air 3. Faktor-faktor lainnya a. Kandungan lengas tanah b. Karakteristik kapiler tanah c. Jeluk muka air tanah d. Warna tanah e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi f. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain

(pustaka : dikumpulkan dari berbagai sumber)

Presipitasi (meteorologi)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi).[1] Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air. Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik,salju, sleet, and hujan es. Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi menguap sebelum mencapai permukaannya. Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air, dan merupakan sumber utama air tawar di planet ini.Diperkirakan sekitar 505,000 km air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398,000 km diantaranya jatuh di lautan.[2] Bila didasarkan pada luasan permukaan Bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1.1 m. Presipitasi perlu diukur untuk mendapatkan data hujan yang sangat berguna bagi pernecanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan bendung, dam, dan sebagainya.

Intensitas Curah Hujan[sunting]


Jumlah presipitasi (misal hujan) dinyatakan dalam mm, sedangkan intensitas curah hujan biasanya dinyatakan dengan jumlah presipitasi dalam satuan waktu tertentu. Derajat curah hujan merupakan unsur kualitatif dari intensitas curah hujan. Berikut adalah tabel derajat curah hujan dan intensitas curah hujan [3]:

Derajat hujan

Intensitas curah hujan (mm/min)

Kondisi

Hujan sangat lemah

< 0.02

Tanah agak basah atau dibasahi sedikit

Hujan lemah

0.02 - 0.05

Tanah menjadi basah semuanya, namun sulit membuat puddle

Hujan normal

0.05 - 0.25

Dapat dibuat puddle, bunyi curah hujan terdengar

Hujan deras

0.25 - 1

Air tergenang di seluruh permukaan tanah, bunyi hujan terdengar dari genangan

Hujan sangat deras

>1

Hujan seperti ditumpahkan, saluran drainase meluap

Semua jenis presipitasi yang jatuh ke permukaan bumi juga diukur dengan satuan mm. Jika yang jatuh adalah salju dan hujan es, maka presipitasi diukur setelah mencair
[3]

Referensi[sunting]
1. 2. 3. ^ Precipitation: hail, rain, freezing rain, sleet and snow - University of Illinois ^ Dr. Chowdhury's Guide to Planet Earth. The Water Cycle. ^
a b

Sosrodarsono S, Takeda K. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Artikel ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Jika Anda melihat halaman yang menggunakan templat {{stub}} ini, mohon gantikan dengan templat rintisan yang lebih spesifik. Terima kasih.

Kategori:

Rintisan umum Juni 2013

Presipitasi (Meteorologi)
Definisi dan arti kata Presipitasi (Meteorologi). Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya air baik dalam berbentuk cair atau beku dari atmosfer ke permukaan bumi. Dalam ilmu meteorologi, Presipitasi dapat diartikan sebagai segala segala bentuk produk dari kondensasi uap air di atmosfer yang kemudian akan jatuh sebagai curahan air atau hujan. Sebagian besar presipitasi terjadi sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi yang berupa hujan salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet). Sekitar 505.000 km3 (121.000 cu mil) air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398.000 km3 (95.000 cu mi) dari terjadi di atas lautan. Artikel tentang Presipitasi (Meteorologi) merupakan ringkasan dari berbagai tulisan yang DJ temukan di dalam berbagai literatur ilmu pengetahuan baik dalam bentuk buku, e-book, referensi-referensi online yang berupa artikel, kamus online, dan lain-lain. Sebagian besar definisi dan arti kata dalam Definisi dan Arti kata ini di ambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, tulisan di media cetak, media elektronik, radio dan televisi dan dari penjelasanpenjelasan para ahli, serta dari Kamus Ilmu pengetahuan dalam bidang yang berhubungan dengan artikel diatas. Di Internet telah ada banyak sekali artikel tentang pengertian dan definisi Presipitasi (Meteorologi) yang mungkin akan sangat berbeda dengan definisi dan arti kata di Definisi dan Arti kata. Karena itu Admin Definisi dan Arti kata menyarankan anda untuk mencari tahu arti dan definisi kata yang tersebut diatas dari berbagai referensi sehingga dari hasil pencarian yang anda dapatkan bisa di ambil kesimpulan yang tepat tentang apa itu Presipitasi (Meteorologi) - See more at: http://ipdia.blogspot.com/2013/05/presipitasimeteorologi.html#sthash.F512Nden.dpuf

Presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ). Presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan ukuran serta intensitas hujan yang terjadi baik secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan pembangunan ( proyek ). Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). salju, es, hujan dan lainlain juga dinyatakan dengan dalamnya (seperti hujan) sesudah di cairkan. Factor- factor yang mempengaruhi presipitasi 1. kelembaban udara massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap disebut kelembaban mutlak ( absolute). Kemampuan udara untuk menampung uap adalah berbeda beda menurut suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat di tampung, maka kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja. Kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relative ini biasanya disebut kelembaban. Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada waktu siang dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara, meningkat pula kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara bertambah dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada gilirannya akan jatuh sebagai air hujan. Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola kering dan thermometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa daritermometer bola basah di bungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi terus menerus dengan air yang didistalisasi melalui benang benang yang tercelup pada sebuah mangkok air yang kecil. Tekanan udara di wujudkan dalam satuan barometer (b) atau milibarometer (mb) 1 b = 1000 mb = 0,98 kali tekanan atmosfer pada prmukaan laut. Tekanan uap air udara jenuh adalah tekanan

uap air di udara pada keadaan udara jenuh. Pada suhu normal, nilai es di pengaruhi oleh besar kecilnya suhu udara : Suhu udara ( oC ) Tekanan uap air jenuh (mb) 10 9.21 20 17,54 30 31,82 Tampak bahwa daya tampung uap air di udara meningkat dengan meningkatnya suhu udara. 2. Energi Matahari Seperti telah di sebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah mesin yang mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat mempengaruhi terjadinya perubaha iklim. Pada umunya, besarnya energi matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian. Besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi. Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut. Mendorong terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran ener gi matahari. Energi matahari bersifat memproduksi gerakan masaudara di atmosfer dan diatas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan atmosfer. Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan ( udara ) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda. Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakanmassa udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali dikarenakan oleh energi potensial dalam panas tak tampak ( latent heat ) yang sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara. Besarnya laju konversi ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan curah hujan yang lebih singkat. 3. Angin Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan

udara lembab yang berlangsung terus menerus. Peralatan yang digunakan untuk menentukan kecepatan angin dinamakananemometer. Yang disebut arah angina adalah arah dari mana angina bertiup. Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat angin. Untuk penunjuk angina biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah. Pengukuran angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m dan lain-lain. Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angina yang terjadi semata-mata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angina akan bertiup kea rah khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara yang mempunyai berat lebih ringan kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih dingin. Apabila ada dua massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi hujan dibatas antara dua massa udara tersebut. Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah. Perubahan ini sering sekali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Adanyz beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir, daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angina. Antara dua tempat yang tekanan etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan tinggi ketempat bertekanan rendah. 4. Suhu udara Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga di anggap sebagai salah satu factor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi. Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk menentukan besarnya suhu udara. Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang di ukur dengan thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan tanah) makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara makin rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya disebut laju pengurangan suhu bertahap. Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara dan bentukbentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut. Suhu udara yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan tentang meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda. Oleh karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat. Klasifikasi Presipitasi Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air, basah dan panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai didaerah tropis dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Hujan konvektif ( convectional storms ), tipe hujan ini disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima permukaan tanah dengan

panas yang diterima oleh lapisan udara diatas permukaan tanah tersebut. Sumber utama panas di daerah tropis adalah berasal dari matahari. Beda panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi massa air basah pada ketinggian di atas 15 km. 2. Hujan Frontal ( frontal/ cyclonic storms ), tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnyadua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini,massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ketempat yang lebih tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai. 3. Hujan Orografik ( Orographic storms ), jenis hujan yang umum terjadi didaerah pegunungan, yaitu ketika massaudara bergerak ketempat yang lebuh tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Tipe hujan orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karma berlangsung di daerah hulu DAS.

Presipitasi
23 Maret 2009 Syaiful Imran

Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi. a. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun b. Presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es. Semua bentuk hasil kondensasi uap air yang terkandung di atmosfer. Kondensasi Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi uap air dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan. Proses terjadinya : Penguapan air dari tubuh air permukaan maupun vegetasi akibat sinar matahari atau suhu yang tinggi. Pergerakan uap air di atmosfer akibat perbedaan tekanan uap air. Uap air bergerak dari tekanan uap air besar ke kecil. Pada ketinggian tertentu uap air akan mengalami penjenuhan, jika diikuti dengan kondensasi maka uap air akan berubah menjadi butiran-butiran hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa : Adanya uap air di atmosphere Faktor-faktor meteorologis Lokasi daerah Adanya rintangan misal adanya gunung. Udara di atmosfer akan mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara umumnya adalah akibat pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda atau oleh sentuhan udara dengan obyek dingin.

Awan merupakan indikasi awal terjadinya presipitasi tetapi awan tidak otomatis menandakan akan adanya hujan. Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama : Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh. Terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer. Partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu, selanjutnya jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena faktor gravitasi.
Gambar Siklus Hidrologi

PRESIPITASI

a. Definisi Presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ). Presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan ukuran serta intensitas hujan yang terjadi baik secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan pembangunan ( proyek ). Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm).salju, es, hujan dan lain-lain juga dinyatakan dengan dalamnya (seperti hujan) sesudah di cairkan.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi presipitasi


1.

kelembaban udara massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap disebut kelembaban mutlak (absolute). Kemampuan udara untuk menampung uap adalah berbeda beda menurut suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat di tampung, maka kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja. Kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relative ini biasanya disebut kelembaban.Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada waktu siang dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara, meningkat pula kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara bertambah dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada gilirannya akan jatuh sebagai air hujan. Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola kering dan thermometer bola basah. Energi Matahari Seperti telah disebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah mesin yang mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat

2.

mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Pada umumnya, besarnya energi matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian, besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi.Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut mendorong terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran energi matahari. Energi matahari bersifat memproduksi gerakan massa udara di atmosfer dan diatas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan atmosfer. Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan ( udara ) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda. Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali dikarenakan oleh energi potensial dalam panas tak tampak ( latent heat ) yang sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara. Besarnya laju konversi ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan curah hujan yang lebih singkat.
3.

Angin Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus menerus.Peralatan yang digunakan untuk menentukan kecepatan angin dinamakan anemometer. Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angina bertiup.Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat angin.Untuk penunjuk angina biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah.Pengukuran angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m dan lain-lain. Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angin yang terjadi sematamata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angin akan bertiup ke arah khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara yang mempunyai berat lebih ringan kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih dingin.

Apabila ada dua massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi hujan dibatas antara dua massa udara tersebut. Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah. Perubahan ini sering sekali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Adanya beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir, daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin. Antara dua tempat yang tekanan etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan tinggi ketempat bertekanan rendah.
4.

Suhu udara Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi.Suhu juga di anggap sebagai salah satu factor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi. Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk menentukan besarnya suhu udara. Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang di ukur dengan thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan tanah) makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara makin rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya disebut laju pengurangan suhu bertahap. Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara dan bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut.Suhu udara yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan tentang meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda.Oleh karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat.

c. Klasifikasi Presipitasi
Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air, basah dan panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai didaerah tropis dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Hujan konvektif ( convectional storms ), tipe hujan ini disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara diatas permukaan tanah tersebut. Sumber utama panas di daerah tropis adalah berasal dari matahari. Beda panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi massa air basah pada ketinggian di atas 15 km. 2. Hujan Frontal ( frontal/ cyclonic storms ), tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini, massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ketempat yang lebih tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang

3.

dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai. Hujan Orografik ( Orographic storms ), jenis hujan yang umum terjadi didaerah pegunungan, yaitu ketika massa udara bergerak ketempat yang lebuh tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Tipe hujan orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karma berlangsung di daerah hulu DAS. Presipitasi berdasarkan mekanisme dominan dari gerak vertikal : 1. Presipitasi stratiform. Yaitu presipitasi dari awan stratifom yang terbentuk karena gerak vertikal yang kontinu dan menyebar luas.Hal ini terjadi karena kenaikan frontal atau orografik atau konvergensi dalam skala besar. Presipitasi dari awan stratiform tumbuh dari proses kristal es. Awan ini mempunyai kadar air lebih rendah sehingga koalisensi tidak efektif. Masa hidup awan relatif lama. Jika suhu lingkungan awan mencapai -15 0C, maka proses kristal es dapat menyebabkan presipitasi. 2. Presipitasi konvektif. Yaitu presipitasi dari awan konvektif karena kondisi udara yang tidak stabil yang menyebabkan gerak vertikal tetapi terlokalisir dalam skala yang tidak luas. Hujan yang terjadi umumnya tiba-tiba dan sangat lebat (heavy shower) tetapi terjadi dalam waktu yang singkat. Dalam awan konvektif waktu presipitasi lebih pendek tetapi kadar air lebih tinggi dari stratiform sehingga koalisensi sangat berperan menghasilkan hujan. Jadi mekanisme presipitasi antara awan stratiform dan awan konvektif sangat berbeda.Sebagai pendekatan, hujan kontinu dapat dipandang sebagai keadaan mantap (steady-state process) dimana besaran awan dapat berubah dengan ketinggian tetapi konstan terhadap waktu pada ketinggian tertentu.Sebaliknya, hujan shower dapat didekati sebagai sistem dimana sifatsifat awan berubah dengan waktu tetapi konstan terhadap ketinggian pada waktu tertentu.

d.

Pembentukan Presipitasi
Ada dua teori pembentukan hujan yaitu teori bergeron dan teori tumbukan dan penyatuan.

1. Teori Bergeron Teori ini berlaku untuk awan dingin (di bawah 00C) yang terdiri dari kristal es dan air lewat dingin (air yang suhunya di bawah 0 0C tapi belum membeku). Peristiwa ini sering terjadi pada awan cumulus yang tumbuh menjadi cumulonimbus dengan puncak awan berada dibawah titik beku. 2. Teori Tumbukan dan Penyatuan Menurut teori ini, butir-butir awan hanya terjadi dari air. Hujan terjadi berdasarkan perbedaan kecepatan jatuh antara butir-butir curah hujan yang berbeda ukurannya. Butir air yang lebih besar akan memiliki kecepatan jatuh lebih cepat daripada butir-butir kecil. Banyak terjadi di daerah tropis yang berawan panas dengan perkembangan yang cepat. Teori pembentukam dan penggabungan (collison dan coalescene) ini terjadi di awan hangat, butir air berjari-jari lebih besar dan jatuh dengan kecepatan terminal lebih besar dengan yang berjari-jari lebih kecil, saat jatuh terjadi tumbukan dan penggabungan dengan butir air yang ada di sepanjang lintasan yang dilalui , serta butir awan bertambah besar dan dapat melawan daya angkat udra dan butir air tersebut jatuh sebagai hujan.

e. Jenis-Jenis Presipitasi
Presipitasi dalam bentuk cair adalah hujan (rain) dan drizzle, yang dibedakan hanya dari ukuran butir airnya saja. Drizzle berukuran diameter < 0.5 mm. Presipitasi dalam bentuk padat yaitu : Snow ,kristal es yang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan awan. Pada suhu > -5 oC, kristal es biasanya berkelompok membentuk snowflake. Snow pelletsatau graupel, butiran es berbentuk bundar, konikal maupun bulat tipis berwarna putih dengan diameter 2 5 mm. Biasanya terjadi dalam hujan ringan ketika suhu di dekat permukaan mendekati 0 oC. Snow grain, ukurannya sangat kecil < 1 mm, putih, bulat tipis. Sleet atau ice pellets,fenomena khas musim dingin berupa partikel es kecil dengan diameter < 5 mm dan transparan. Terbentuk karena adanya lapisan udara hangat di atas lapisan udara yang lebih dingin di dekat permukaan (profil suhu inversi). Ketika butir air terbentuk dan jatuh memasuki lapisan di bawahnya, butiran itu membeku dan jatuh dalam bentuk butiran es kecil yang tidak lebih besar dari butir hujan sebelumnya. Glaze (freezeng rain),bentuk hujan yang membeku ketika tiba di permukaan. Kondisinya hampir menyerupai kondisi pembentukan sleet, tetapi lapisan dingin di dekat permukaan tidak terlalu tebal sehingga butiran air yang jatuh dapat melaluinya tanpa membeku hanya menjadisupercooled. Namun ketika menumbuk benda padat akan membeku,

sehingga menjadi lapisan es tebal yang membungkus benda-benda padat yang ditumbuknya, yang cukup berat untuk mematahkan batang-batang pohon. Hail,presipitasi dalam bentuk butir-butir es yang tidak beraturan, dengan diameter sekitar 1 cm dengan variasi dari 5 hingga 75 mm. Hail dihasilkan hanya oleh awan cumulonimbus yang ketika terangkat sangat kuat dan mengandung air superdingin yang berlimpah.

Pengertian Jenis Presipitasi (Curah Hujan) Kandungan titik-titik air dalam awan semakin lama semakin tinggi. Apabila awan sudah tidak mampu lagi menampung titik-titik air karena sudah cukup banyak maka akan dijatuhkan kembali ke permukaan Bumi dalam bentuk hujan atau presipitasi. Untuk mengukur intensitas curah hujan digunakan alat fluviograf atau rain gauge yang biasa menggunakan skala milimeter. Pada peta cuaca, daerah-daerah yang memiliki curah hujan dihubungkan dengan garis isohiet. Berdasarkan proses kejadiannya, kita mengenal tiga macam hujan, sebagai berikut. 1) Hujan Orografis. Hujan yang terjadi akibat gerakan massa udara yang mengandung uap air terhalang oleh gunung atau pegunungan sehingga dipaksa naik ke lereng pegunungan. Sampai pada ketinggian tertentu, kelembapan relatifnya mencapai 100% sampai terbentuk awan. Kumpulan awan itu kemudian dijatuhkan sebagai hujan orografis. Massa udara yang telah kering karena kadar airnya telah dijatuhkan sebagai hujan ini, terus bergerak menuruni lereng daerah bayangan hujan disebut sebagai angin fohn. 2) Hujan Zenithal (konveksi). Jenis hujan yang terjadi akibat massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara vertikal. Pada daerah ini, awan terbentuk akibat pemanasan materi sehingga terjadi kenaikan massa udara ke atmosfer secara vertikal, sampai pada ketinggian tertentu kelembapan relatifnya mencapai 100%. Kumpulan awan itu kemudian dijatuhkan sebagai hujan konveksi. Jenis hujan ini banyak terjadi di daerah doldrum (antara 10LU10LS), di mana massa angin passat naik secara vertikal. 3) Hujan Frontal. Jenis hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara panas dengan massa udara dingin. Akibat pertemuan massa udara yang berbeda temperaturnya maka pada bidang frontnya terjadi kondensasi dan terbentuk awan badai siklon, kemudian dijatuhkan sebagai hujan frontal. Jenis hujan ini terjadi di daerah lintang sedang (antara 35LU65LU dan 35LS65LS), akibat pertemuan massa udara panas (angin barat) dan massa udara kutub (angin timur).

Hidrometri Pendahuluan Debit aliran sungai (Q) adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang lintang sungai tiap satu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik. Di suatu lokasi sungai dapat diperkirakan dengan cara sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Pengukuran di lapangan Berdasarkan data debit dari stasiun di dekatnya Berdasarkan data hujan Berdasarkan pembangkitan data debit

Pengukuran debit di lapangan dapat dilakukan dengan membuat stasiun pengamatan atau dengan mengukur debit di bangunan air seperti bendungan dan peluap. Sering di suatu lokasi yang akan dibangun bangunan air tidak terdapat pencatatan debit sungai dalam waktu panjang. Dalam keadaan tersebut terpaksa debit diperkirakan berdasar : 1. Debit di lokasi lain pada sungai yang sama 2. Debit di lokasi lain pada sungai di sekitarnya 3. Debit pada sungai lain yang berjauhan tetapi memiliki karakteristik yang sama. Debit di suatu lokasi yang ditinjau dapat juga diperkirakan berdasar data hujan, misalnya dalam analisis hubungan hujan limpasan dan analisis hidrograf. Debit aliran di sungai berasal dari hujan yang jatuh di DAS, sehingga dengan mengetahui kedalaman hujan dan kehilangan air seperti penguapan dan infiltrasi akan dapat diperkirakan debit aliran. Teori pengukuran debit Debit aliran (Q) diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran (A) dan kecepatan aliran (V). luas tampang aliran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar sungai. Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur kecepatan seperti current meter, pelampung atau peralatan lain. Bentuk tampang memanjang dan melintang sungai adalah tidak teratur. Selain itu karena pengaruh kekentalan air dan kekerasan dinding, distribusi kecepatan pada vertikal dan lebar sungai adalah tidak seragam. Distribusi kecepatan pada vertikal mempunyai bentuk parabolis dengan kecepatan mol di dasar dan bertambah besar dengan jarak menuju permukaan. Dalam arah lebar sungai, kecepatan aliran di kedua tebing adalah nol, dan semakin ketengah kecepatan semakin bertambah besar. Mengingat bahwa sungai mempunyai bentuk tampang lintang yang tidak teratur dan kecepatan aliran juga tidak seragam pada seluruh tampang, maka pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi tampang sungai menjadi sejumlah pias. Di setiap ruas diukur luas tampang dan kecepatan reratanya. Debit aliran diberikan oleh bentuk berikut :

Dengan

A = luasan dari setiap pias V = kecepatan rerata di setiap pias Pengukuran debit Pengukuran debit sungai dilakukan dengan pemasangan alat di suatu lokasi di sungai yang ditetapkan, yang memungkinkan pengamatan secara kontinyu dan teratur elevasi muka air dan debit serta data lainnya, seperti angkutan sedimen dan salinitas. Pengukuran debit dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran Langkah pertama adalah memilih lokasi stasiun pengukuran. Pemilihan lokasi tersebut dengan memperhatikan beberapa persyaratan berikut ini : a. b. c. d. e. f. g. Mudah dicapai oleh pengamat Di bagian sungai yang lurus dengan penampang sungai yang teratur dan stabil Di sebelah hilir pertemuan dengan anak sungai Di mulut sungai menuju ke laut atau danau Di lokasi bangunan air Tidak dipengaruhi oleh garis pembendungan Aliran berada dalam alur utama

2. Pengukuran kedalaman sungai a. Bak ukur Untuk sungai yang dangkal, bak ukur yang telah diberi sekala dan pelat di bagian bawahnya dimasukkan ke dalam sungai sampai pelat dasar mencapai dasar sungai. Kedalaman air pada skala di bak ukur tersebut. b. Tali dengan pemberat Apabila sungai dalam atau kecepaan arus besar, kedalaman air diukur dengan menggunakan tali yang diberi pemberat. Pengukuran ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran kecepatan dengan menggunakan current meter. Pemakaian tali untuk mengukur kedalaman perlu diperhitungkan koreksi, karena pengaruh arus dapat menyebabkan posisi tali tidak vertikal. c. Echosounder Pada sungai yang lebar dan dalam, pengukuran tampang lintang dapat dilakukan dengan menggunakan Echosounder. Selain itu alat ini juga biasa untuk mengukur kedalaman laut cara kerjanya alat ini dipasang pada dasar kapal. Alat tersebut akan memancarkan getaran suara akan yang akan merambat ke dasar sungai dan kemudian dipantulkan kembali

3. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian a. Papan duga Papan duga merupakan alat paling sederhana untuk mengukur elevasi muka air. Terbuat dari kayu atau pelat baja yang diberi ukuran skala dalam centimeter, dapat dipasang di tepi sungai atau suatu bangunan. Pengamatan ini biasanya dilakukan setiap hari. Alat ini memiliki kekurangan yaitu tidak tercatatnya muka air pada jam-jam tertentu yang mungkin mempunyai informasi penting, misalnya puncak banjir. b. Alat pengukur elevasi muka air maksimum Alat ini digunakan untuk mengukur elevasi muka air maksimum yang terjadi pada waktu banjir. Alat ini terbuat dari tabung yang berdiameter 50 mm dengan lubang yang terdapat di dekat dasar dan tertutup di bagian atasnya dengan satu atau dua lubang untuk keluarnya udara. Di dalam tabung terdapat gabus dan papan duga. c. Pencatat muka air otomatis (AWLR) Dengan alat ini elevasi muka air sungai dapat tercatat secara kontinyu sepanjang waktu. Alat ukur yang banyak digunakan di Indonesia adalah pelampung. Pelampung tersebut mengikuti gerak muka air, dan gerak tersebut di transfer ke roda gigi yang mereduksi fluktuasi muka air. 4. Pengukuran kecepatan aliran a. Pelampung Menggunakan pelampung yaitu dengan mengukur selang waktu yang diperlukan oleh pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu. Ada tiga macam pelampung, pelampung permukaan, pelampung dengan kaleng, dan pelampung batang. b. Current meter Pengukuran kecepatan dengan alat ini banyak dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu tipe mangkok dan baling-baling. Karena ada partikel air yang melintasinya maka mangkok dan baling-baling akan berputar. Jumlah putaran persatuan waktu dapat dikonfersikan menjadi kecepatan arus. 5. Hitungan debit a. Metode tampang tengah Dalam metode ini dianggap bahwa kecepatan di setiap vertikal merupakan kecepatan rerata dari pias selebar setengah jarak antar pias sebelah kiri dan kanannya. Debit di suatu pias adalah perkalian

antara kecepatan rerata vertikal dan lebar tersebut. Di kedua tebing kiri dan kanan sungai kecepatan dianggap nol. b. Metode tampang rerata Tampang lintang sungai dianggap tersusun dari sejumlah pias yang masing-masing dibatasi oleh dua vertikal yang berdampingan. Debit total adalah jumlah debit di seluruh pias. c. Metode integrasi kedalaman kecepatan Dalam metode ini dihitung debit tiap satuan lebar, yaitu perkalian antara kecepatan rerata dan kedalaman pada vertikal. Debit sungai diperoleh dengan menghitung luasan yang dibatasi oleh kurva tersebut dan garis muka air. 6. Membuat rating curve yaitu hubungan antara elevasi muka air dan debit 7. Dari rating curve yang telah dibuat pada langkah ke 6, dicari debit aliran berdasarkan pencatatan elevasi muka air 8. Presentasi dan publikasi data terukur dan terhitung

HIDROMETRI

Pendahuluan debit aliran sungai = Q = jumlh air yg mengalir melalui tampang melintang sungai tiap satu satuan waktu. (m3/d) Debit di suatu sungai dapat diperkirakan dengan cara brkt: Pengukuran di lapangan (di lokasi yang di tetapkan) Berdasarkan data debit dari stasiun di dekatnya, Berdasarkan data hujan, Berdasarkan pembangkitan data debit. Pengukuran debit di lapangan dapat dilakukan dengan : membuat stasiun pengamatan, atau dengan mengukur debit di bangunan air seperti bendung dan peluap.

pada pembuatan stasiun pengamatan debit, parameter yang di ukur adalah: Tampang lintang sungai Elevasi muka air Kecepatan aliran air

Selanjutnya, debit aliran dihitung dengan mengalikan luas tampang (A) dan kecepatan aliran (V). untuk mendapatkan hasil yang teliti, lebar sungai dibagi menjadi sejumlah pias, dan di ukur kecepatan aliran pada vertical di setiap pias. Apabila di sungai terdapat bangunan air, mis bending, debit sungai dapat dihitung dgn mengukur tinggi muka air di ats puncak bending; berdsarkan rumus peluapan yg berlaku untuk bangunan tsb. debit aliran juga dapat diperkirakan derdasarkan data debit dari pencatatan yg telah lalu, dgn mggnkn model deret berkala. Teori pengukuran debit Kecepatan aliran dapat diukur dgn current meter,pelampung dan prltan lain

Pengukuran debit Dpt dilakukan dengan cara : 1. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran. 2. Pengukuran kedalaman sungai 3. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian. 4. Pengukuran kecepatan aliran. 5. Hitungan debit 6. Membuat rating curve yaitu hubungan antara elevasi muka air dengan debit. 7. Dari rating curve yg telah dibuat pada langkah 6, dicari debit aliran berdasar pencatatan elevasi muka air. 8. Presentasi dan publikasi data terukur dan terhitung. Dan akan dijelaskan secara rinci sbb: 1. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran Pemilihan lokasi tsb harus mmperhatikan syarat2 sbb: Mudah dicapai oleh pengamat,mis di jembatan Di bagian sungai yg lurus dgn penampang sungai yg teratur dan stabil (tdk terjadi erosi maupun sedimentasi) Disebelah hilir pertemuan dgn anak sungai. Di mulut sungai menuju laut ke danau Dilokasi bangunan air seperti bendungan, bending, dsb Tidak dipengaruhi oleh garis pembendungan (back water) Aliran berada didalam alur utama (tdk ada aliran di bantaran)

2. Pengukuran kedalaman sungai. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan dngan menggunakan bak ukur, tali yg diberi pemberat / echosounder.

Bak ukur Untuk sungai yg dangkal,bak ukur yg telah diberi skala n plat di bag bwh a dimasukkan ked lm sungai smpai plat dsar mncpai dsar sungai. Papan tsb dpt ditegakkan dgn bantuan perahu/orang jika sungai dangkal. Kedalamn air dibaca pada skala di bak ukur tsb. Biasanya hasil pengukuran diberikan dlam bentuk elevasi,oleh krn itu pembacaan tsb harus di ikatkan dgn elevasi tebing/tanggul sungai atau lahan dgn menggunakan theodolit.

Tali dgn pemberat Pengukuran ini dilakukan apabila sungainya dalam atau kec arus besar. Kdlaman air di ukur dgn tali yg diberi pemberat. Pengukuran dilakukan dgn mggnkn perahu,pd jmbatan, atau kabel yg digantungkan melintasi sungai. Pengukuran dilakukan bersamaan dgn pgkuran kec dgn mggnkan current meter. Di atas pemberat dipasang current meter,shgga sambil mengukur kdalaman dpt dik kec aliran di bbrp ttik yg ditntkan. Echosounder Alat ini digunakan pada sungai yg lebar dan dalam,pengukuran tampang lintang dan kedalaman(bathrimetri) laut. Cara kerja alat ini memiliki prinsip sbb: 1. Air merupakan media yg baik utk perambatan gelombang suara dgn kec 2. Gelombang suara dapat dipantulkan dengan baik dari dasar sungai.

Alat eschounder dipasang pd dasar kapal/digantung pd sisi kapal. Alat tsb memancarkan getaran suara yg merambat ke dasar sungai dan kemudian dipantulkan kembali. Gelombang pantulan tsb diterima dan dicatat oleh alat. Selang waktu antara pemancaran dan penerimaan getaran dapat memberikan kedalaman air yang kemudian direkam pada kertas pencatat. Dengan alat ini dapat diperoleh hasil profil dasar sungai secara kontinyu. Ada beberapa jenis eschounder,diantarnya adl: 1. Eschounder elac 30 kc 2. Raytheon DE 719 B 3. Furuno 200 Mark III Eschounder elac 30 kc, fungsinya untuk membedakan jenis bahan dasr sungai seperti lumpur, lempng, pasir shg dpt memperkirakan tebal lapis lumpur.

Ray

Pengukuran elevasi muka air Alat pencatat elevasi muka air dapat berupa : - papan praduga dengan meteran (staff gauge) alat ini berskala cm, dapat dipasang di tepi sungai atau pada bangunan. - alat pengukur elevasi muka air maksimum mengukur elevasi maksimum pada saat banjir. - pencatat muka air otomatis (AWLR)
Diposkan oleh BLUEGHOST di 07.12

Presentation Transcript
HIDROMETRI: HIDROMETRI DESI IDA SAPUTRI Yustin nurhasanah

HIDROMETRI: HIDROMETRI HIDROMETRI adalah suatu ilmu yang mempelajari pengukuran air pada siklus hidrologi,atau ilmu tentang pengumpulan data dan pemroses data dasar untuk analisa hidrologi

Pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara: 1. Pengukuran tinggi muka air manual (MWLR) Menggunakan papan duga muka air , 2. Pengukuran tinggi muka air otomatis (AWLR) Pengukuran Automatic Water Level Recorder (AWLR) Analog, Pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara

PowerPoint Presentation: Contoh alat ukur AWRL Perekam pada drum horizontal(a) dan vertikal (b) Pelampung dan pemberat

Contoh alat ukur MWRL: Contoh alat ukur MWRL 1.PAPAN DUGA MUKA AIR

PowerPoint Presentation: Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung . Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur arus (current meter), pelampung , zat warna , dll . Debit hasil pengukuran dapat dihitung segera setelah pengukuran selesai dilakukan . ALAT UKUR KECEPATAN AIR

PowerPoint Presentation: A.ALAT UKUR KECEPATAN AIR MANUAL Pelampung Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan metode konvensional , hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung

PowerPoint Presentation: 2.Winch Cable Way Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way dilakukan dari pinggir sungai dengan menggunakan peralatan winch cable way. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang , 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran . Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi persyaratan teknis seperti halnya tempat pengukuran dengan metode lainnya . Persyaratan tersebut antara lain pada bagian alur sungai yang lurus , aliran laminar dan merata , dll .

B.ALAT UKUR KECEPATAN AIR OTOMATIS: B.ALAT UKUR KECEPATAN AIR OTOMATIS Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan . Sebaiknya digunakan pada pengukuran yang dikehendaki secara cepat pada

kecepatan aliran yang lebih besar dari 1m/ detik a. H2-H1 = H0 H0 = V 2 /2g besar percepatan gravitasi g= 9.81 m/s 2 V = (2gH0)^1/2 H 1 H 2 1. Velocity Head Rod

PowerPoint Presentation: Kecepatan aliran dengan menggunakan metode current meter,dengan persamaan : V = A . N + B D imana : V = kecepatan aliran (m/dt) N = jumlah putaran A,B = konstanta yang ditentukan oleh pabrikan atau kalibrasi 2.Current meter

TERIMA KASIH: TERIMA KASIH

Hujan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini berisi tentang presipitasi. Untuk kegunaan lain, lihat Hujan (disambiguasi).

Corong hujan di bawah badai petir.

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil). Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringanmassa udara. Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di

sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untukpembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca. Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan intensitasnya di bawah angin perkotaan.Pemanasan global juga mengakibatkan perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika Utara dan suasana kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 millimetre (39 in). Sistem pengelompokan iklim seperti sistem pengelompokan iklim Kppenmenggunakan curah hujan rata-rata tahunan untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim. Antarktika adalah benua terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun dengan kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.
Bagian dari seri Alam tentang

Cuaca

Musim kalender Semi Panas Gugur Dingin Musim tropis Kemarau Hujan Badai

Badai petir Supersel Downburst Petir Tornado Waterspout Siklon tropis (Hurikan) Siklon ekstratropis Badai musim dingin Blizzard Badai es Badai debu Badai api Awan

Presipitasi

Gerimis Hujan Salju Graupel Hujan beku Butir es Hujan es Topik

Meteorologi Iklim Prakiraan cuaca Gelombang panas Polusi udara Portal cuaca

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Pembentukan

o o

1.1 Udara lembap 1.2 Koalesensi

2 Sebab

o o o o o

2.1 Aktivitas frontal 2.2 Konveksi 2.3 Efek orografis 2.4 Wilayah tropis 2.5 Pengaruh manusia

3 Karakteristik

o o o

3.1 Pola 3.2 Keasaman 3.3 Pengelompokan iklim Kppen

4 Pengukuran

o o o o

4.1 Alat ukur 4.2 Sensor jarak jauh 4.3 Intensitas 4.4 Periode kembali

5 Prakiraan hujan 6 Dampak

o o

6.1 Pertanian 6.2 Budaya

7 Klimatologi global

o o o o

7.1 Gurun 7.2 Wilayah basah 7.3 Dampak Westerlies 7.4 Daerah terlembap

8 Lihat pula 9 Catatan 10 Catatan kaki

11 Pranala luar

Pembentukan[sunting]
Udara lembap[sunting]
Udara berisikan uap air dan sejumlah air dalam massa udara kering, disebut Rasio Pencampuran, diukur dalam satuan gram air per kilogram udara kering (g/kg).[1][2] Jumlah kelembapan di udara juga disebut sebagai kelembapan relatif; yaitu persentase total udara uap air yang dapat bertahan pada suhu udara tertentu.[3] Jumlah uap air yang dapat ditahan udara sebelum melembap (100% kelembapan relatif) dan membentuk awan (sekumpulan air kecil dan tampak dan partikel es yang tertahan di atas permukaan Bumi)[4]bergantung pada suhunya. Udara yang lebih panas memiliki lebih banyak uap air daripada udara dingin sebelum melembap. Karena itu, satu-satunya cara untuk melembapkan udara adalah dengan mendinginkannya. Titik embun adalah suhu yang dicapai dalam pendinginan udara untuk melembapkan udara tersebut.[5] Ada empat mekanisme utama dalam pendinginan udara hingga titik embunnya: pendinginan adiabatik, pendinginan konduktif, pendinginan radiasional, dan pendinginan evaporatif. Pendinginan adiabatik terjadi ketika udara naik dan menyebar.[6] Udara dapat naik karena konveksi, gerakan atmosfer berskala besar, atau perintang fisik seperti pegunungan (pengangkatan orografis). Pendinginan konduktif terjadi ketika udara bertemu permukaan yang lebih dingin,[7] biasanya tertiup dari satu permukaan ke permukaan lain, misalnya dari permukaan air ke daratan yang lebih dingin. Pendinginan radiasional terjadi karena emisi radiasi inframerah yang muncul akibat udara ataupun permukaan di bawahnya.[8] Pendinginan evaporatif terjdai ketika kelembapan masuk dalam udara melalui penguapan, sehingga memaksa suhu udara mendingin hingga suhu bulb basah, atau mencapai titik kelembapan.[9] Cara utama uap air dapat bergabung dengan udara adalah ketika angin berkonvergensi ke wilayah gerakan ke atas,[10] presipitasi atau virga yang jatuh dari atas,[11] pemanasan siang hari yang menguapkan air dari permukaan laut, badan air atau tanah basah,[12]transpirasi tumbuhan,[13] udara dingin atau kering yang bergerak di perairan panascool or dry air moving over warmer water,[14] dan udara yang naik di pegunungan.[15] Uap air biasanya mulai mengembun di nuklei kondensasi seperti debu, es, dan garam untuk membentuk awan. Bagian-bagian tinggi front cuaca (tiga dimensi)[16] memaksa wilayah luas melakukan gerakan ke atas di atmosfer Bumi sehingga membentuk dek awan seperti altostratus atau sirostratus.[17] Stratus adalah dek awan stabil yang terbentuk ketika udara dingin dan stabil terperangkap di bawah massa udara panas. Awan ini juga dapat terbentuk akibat pengangkatan kabut adveksiketika kondisi berangin.[18]

Koalesensi[sunting]

Bentuk butir hujan menurut ukurannya

Koalesensi terjadi ketika butir air bergabung membentuk butir air yang lebih besar, atau ketika butir air membeku menjadi kristal es yang dikenal sebagai proses Bergeron. Resistensi udara mengakibatkan butiran air mengambang di awan. Ketika turbulensi udara terjadi, butiran air bertabrakan dan menghasilkan butiran yang lebih besar. Butiran air besar ini turun dan koalesensi terus berlanjut, sehingga butiran menjadi cukup berat untuk melawan resistensi udara dan jatuh sebagai hujan. Koalesensi umumnya sering terjadi di awan atas titik beku dan dikenal sebagai proses hujan hangat.[19] Di awan bawah titik beku, kristal es mulai jatuh ketika memiliki massa yang cukup. Umumnya, kristal membutuhkan massa yang lebih besar daripada koalesensi yang terjadi antara kristal dan butiran air sekitarnya. Proses ini bergantung kepada suhu, karena butiran air superdingin hanya ada di awan bawah titik beku. Selain itu, karena perbedaan suhu yang besar antara awan dan permukaan, kristal-kristal es ini bisa mencair ketika jatuh dan menjadi hujan.[20] Butiran hujan memiliki beragam ukuran mulai dari diameter rata-rata 01 millimetre (0.039 in) hingga 9 millimetre (0.35 in), di atas itu butiran akan terpisah-pisah. Butiran kecil disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar semakin pepat di bawah seperti roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip parasut.[21] Berbeda dengan kepercayaan masyarakat, bentuk butir hujan yang asli justru tidak mirip air mata.[22] Butiran hujan terbesar di Bumi tercatat di Brasil dan Kepulauan Marshall pada tahun 2004beberapa di antaranya sebesar 10 millimetre (0.39 in). Ukuran besar ini disebabkan oleh pengembunan partikel asapbesar atau tabrakan antara sekelompok kecil butiran dengan air tawar yang banyak.[23]

Intensitas dan durasi hujan biasanya berkaitan terbalik yang berarti badai intensitas tinggi memiliki durasi pendek dan badai intensitas rendah memiliki durasi panjang.[24][25] Butir hujan pada hujan es cair cenderung lebih besar daripada butiran hujan lain.[26] Butir hujan jatuh pada kecepatan terminalnya, lebih besar untuk butiran besar karena massanya yang lebih besar terhadap rasio tarikan. Di permukaan laut tanpa angin, gerimis 05 millimetre (0.20 in) jatuh dengan kecepatan 2 metre per detik (4.5 mph), sementara butiran besar 5 millimetre (0.20 in) jatuh pada kecepatan 9 metre per detik (20 mph).[27] Suara butir hujan menabrak air disebabkan oleh gelembung air berosilasi di bawah air.[28][29] Kode METAR untuk hujan adalah RA, sementara kode untuk hujan deras adalah SHRA.[30]

Sebab[sunting]
Aktivitas frontal[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Front cuaca Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan dinamis (hujan konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar dalam jarak pendek) terjadi sebagai akibat dari naiknya udara secara perlahan dalam sistem sinoptis(satuan cm/detik), seperti di sekitar daerah front dingin dan dekat front panas permukaan. Kenaikan sejenis juga terjadi di sekitar siklon tropis di luar dinding mata, dan di pola hujan sekitar siklon lintang tengah.[31] Berbagai jenis cuaca dapat ditemukan di sepanjang front tutupan dengan kemungkinan terjadinya badai petir, namun biasanya jalur mereka dikaitkan dengan penguapan massa air. Front tutupan biasanya terbentuk di sekitar daerah bertekanan rendah.[17] Hal yang memisahkan curah hujan dari presipitasi lainnya, sepertibutir es dan salju, adalah adanya lapisan tebal udara yang tinggi dengan suhu di atas titik cair es, yang mencairkan hujan beku sebelum mencapai tanah. Jika ada lapisan dangkal dekat permmukaan yang suhunya di bawah titik beku, hujan beku (hujan yang membeku setelah bersentuhan dengan permukaan di lingkungan sub-beku) akan terjadi.[32] Hujan es semakin jarang terjadi ketika titik beku di atas atmosfer melebihi ketinggian 11.000 kaki (3,400 m) di atas permukaan laut.[33]

Konveksi[sunting]

Hujan konvektif

Hujan konvektif, atau hujan deras, berasal dari awan konvektif seperti kumulonimbusatau kumulus kongestus. Hujan ini jatuh deras dengan intensitas yang cepat berubah. Hujan konvektif jatuh di suatu daerah dalam waktu yang relatif singkat, karena awan konvektif memiliki bentangan horizontal terbatas. Sebagian besar hujan di daerah tropisbersifat konvektif; namun, selain hujan konvektif, hujan stratiform juga diduga terjadi.[31][34] Graupel dan hujan es menandakan konveksi.[35] Di lintang tengah, hujan konvektif berselang-seling dan sering dikaitkan dengan batasan baroklinis seperti front dingin,garis squall, dan front panas.[36]

Efek orografis[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengangkatan orografis, Jenis hujan (meteorologi), dan Klimatologi hujan Amerika Serikat

Hujan orografis

Hujan orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan oleh gerakan udara lembap berskala besar ke atas melintasi pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi adiabatik. Di daerah berpegunungan dunia yang mengalami angin relatif tetap (misalnya angin dagang), iklim yang lebih lembap biasanya lebih menonjol di sisi atas angin gunung daripada sisi bawah angin gunung. Kelembapan tidak ada karena pengangkatan orografis, meninggalkan udara yang lebih kering (lihat angin katabatik) di sisi bawah angin yang menurun dan menghangatkan serta menjadi tempat pengamatan bayangan hujan.[15] Di Hawaii, Gunung Wai'ale'ale, di pulau Kauai, terkenal karena curah hujannya yang ekstrem dan memiliki curah hujan rata-rata tahunan tertinggi kedua di dunia, 460 inci (12,000 mm).[37] Sistem badai Kona membasahi negara bagian ini dengan hujan deras antara Oktober dan April.[38] Iklim setempat bervariasi di masing-masing pulau karena topografinya, terbagi menjadi kawasan atas angin (Koolau) dan bawah angin (Kona) berdasarkan lokasi relatif terhadap pegunungan tinggi. Sisi atas angin memaparkan wilayah timur

terhadap angin dagang timur laut dan menerima lebih banyak hujan; sisi bawah angin lebih kering dan cerah, dengan sedikit hujan dan cakupan awan.[39] Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menghalangi kelembapan Pasifik yang datang ke benua ini, mengakibatkan iklim gurun di bawah angin melintasi Argentina Barat.[40] Pegunungan Sierra Nevada menciptakan efek yang sama di Amerika Utara denngan membentuk Great Basin dan Gurun Mojave.[41][42]

Wilayah tropis[sunting]

Penyebaran hujan bulanan di Cairnsmemperlihatkan batas musim hujan di daerah tersebut

Lihat pula: Monsun dan Siklon tropis Artikel utama untuk bagian ini adalah: Musim hujan Musim hujan adalah masa dalam suatu tahun yang terjadi selama satu atau beberapa bulan ketika sebagian besar hujan rata-rata tahunan suatu daerah jatuh di tempat tersebut.[43] Istilah musim hijau juga kadang digunakan sebagai eufemisme oleh pihak pariwisata.[44] Wilayah dengan musim hujan tersebar di beberapa kawasan tropis dansubtropis.[45] Iklim dan wilayah sabana dengan cuaca monsun memiliki musim panas hujan dan musim dingin kemarau. Hutan hujan tropis teknisnya tidak memiliki musim kemarau atau hujan, karena hujan tersebar merata sepanjang tahu.[46] Sejumlah daerah dengan musim hujan akan mengalami jeda dalam pertengahan musim hujan ketika zona konvergensi intertropis atau truf monsun bergerak ke kutub dari lokasinya selama pertengahan musim panas.[24] Ketika musim hujan terjadi selama musim panas, hujan lebih sering turun selama akhir sore dan awal malam. Musim hujan adalah masa ketika kualitas udara[47] dan air segar membaik,[48][49] dan tanaman tumbuh subur. Siklon tropis, sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar beberapa ratus mil dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat searah jarum jam (belahan Bumi selatan) atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi utara).[50] Meskisiklon dapat mengakibatkan kematian dan

kerusakan properti yang besar, inilah faktor penting dalam penguasaan hujan atas suatu daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah kering.[51] Wilayah di sepanjang jalurnya dapat menerima jatah hujan setahun penuh melalui satu kali peristiwa siklon tropis.[52]

Pengaruh manusia[sunting]

Citra Atlanta, Georgia memperlihatkan penyebaran suhu, warna biru berarti suhu dingin, merah hangat, dan putih panas.

Lihat pula: Pemanasan global dan Pulau panas perkotaan Zat partikulat yang dihasilkan oleh gas buang mobil dan sumber-sumber polusi lain membentuk nuklei kondensasi awan, yang mendorong pembentukan awan dan meningkatnya kemungkinan hujan. Akibat polusi lalu lintas penglaju dan komersial menumpuk sepanjang minggu, kemungkinan hujan meningkat: hujan memuncak pada Sabtu setelah lima hari penumpukan polusi. Di daerah padat penduduk dekat pesisir, seperti Pesisir Timur Amerika Serikat, dampaknya bisa dramatis: ada kemungkinan hujan 22% lebih tinggi pada hari Sabtu daripada Senin.[53] Dampak pulau panas perkotaan memanaskan kota sebesar 06 C (10.8 F) hingga 56 C (100.8 F) di atas kawasan pinggiran kota dan pedesaan sekitarnya. Panas tambahan ini mendorong gerakan yang lebih besar ke atas dan menyebabkan aktivitas hujan deras dan badai petir tambahan. Tingkat curah hujan di bawah angin kota meningkat antara 48% dan 116%. Sebagai akibat pemanasan ini, curah hujan bulanan 28% lebih besar antara 20 mil (32 km) hingga 40 mil (64 km) di bawah angin kota, jika dibandingkan dengan atas angin.[54] Sejumlah kota mengakibatkan curah hujan total meningkat sebesar 51%.[55]

Anomali suhu permukaan rata-rata pada periode 1999 hingga 2008 dibandingkan dengan suhu rata-rata dari 1940 hingga 1980

Suhu yang meningkat cenderung meningkatkan penguapan yang dapat mendorong lebih banyak hujan. Jumlah peristiwa hujan meningkat di daratan sebelah utara 30N sejak 1900 hingga 2005, namun mulai menurun di kawasan tropis sejak 1970-an. Di seluruh dunia, tidak ada kecenderungan presipitasi keseluruhan secara statistik dalam satu abad terakhir, meski kecenderungan hujan bervariasi menurut daerah dan waktunya. Wilayah timur Amerika Utara dan Selatan, Eropa Utara, dan Asia Tengah semakin basah, Sahel, Mediterania, Afrika bagian Selatan, dan beberapa bagian Asia Selatan semakin kering. Terjadi peningkatan jumlah peristiwa hujan deras di berbagai daerah dalam satu abad terakhir, termasuk peningkatan sejak 1970an akibat banyaknya kekeringankhususnya di wilayah tropis dan subtropis. Perubahan curah hujan dan penguapan di samudra diakibatkan oleh berkurangnya salinitas di perairan lintang tengah dan tinggi (berarti lebih banyak hujan) dan meningkatnya salinitas di lintang rendah (berarti sedikit hujan dan/atau banyak penguapan). Di daratan Amerika Serikat, total curah hujan tahunan meningkat dengan tingkat rata-rata 6,1 persen per abad sejak 1900, dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah iklim Tengah Utara Timur (11,6 persen per abad) dan Selatan (11,1 persen). Hawaii adalah satu-satunya wilayah yang mengalami penurunan (-9,25 persen).[56] Upaya mempengaruhi cuaca yang paling sukses adalah penyemaian awan yang melibatkan teknik peningkatan presipitasi musim dingin di atas pegunungan dan mengurangi hujan es.[57]

Karakteristik[sunting]
Pola[sunting]

Ikatan badai petir terlihat di tampilan radar cuaca

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan hujan Ikatan hujan adalah wilayah awan dan presipitasi yang panjang. Gelombang hujan dapat bersifat stratiform atau konvektif,[58] dan terbentuk akibat perbedaan suhu. Jika dilihat melalui pencitraan radar cuaca, perpanjangan presipitasi ini disebut sebagai struktur terikat.[59] Ikatan hujan mendahului front tutupan panas dan front panasdikaitkan dengan gerakan lemah ke atas,[60] dan cenderung lebar serta bersifat stratiform.[61] Ikatan hujan yang muncul dekat dan mendahului front dingin bisa jadi merupakan garis squall yang mampu menghasilkan tornado.[62] Ikatan hujan yang dikaitkan dengan front dingin dapat dibelokkan oleh pegunungan lurus terhadap orientasi front karena pembentukan jet penghalang tingkat rendah.[63] Ikatan badai petir dapat terbentuk bersama angin laut dan angin darat jika kelembapan yang diperlukan untuk membentuknya ada pada saat itu. Jika ikatan hujan angin laut cukup aktif mendahului front dingin, mereka mampu menutupi lokasi front dingin tersebut.[64] Ketika siklon menutupi langit, sebuah truf udara panas tinggi (trough of warm air aloft), atau "trowal", akan terjadi akibat angin selatan yang kuat di perbatasan timurnya berputar-putar tinggi mengitari kawasan timur lautnya, dan mengarah ke periferi (juga disebut sabuk pengangkut panas) barat lautor, memaksa truf permukaan berlanjut ke sektor dingin lengkungan yang sama menuju front tutupan. Trowal menciptakan bagian dari siklon tutupan yang disebut sebagai kepala koma, karena bentuk awan pertengahan troposfer sepertikoma yang menyertai fenomena ini. Ini juga bisa menjadi fokus atas presipitasi lokal yang deras, dengan kemungkinan badai petir jika atmosfer di sepanjang trowal cukup stabil untuk menciptakan konveksi.[65] Pengikatan di dalam pola presipitasi kepala koma suatusiklon ekstratropis dapat menandakan

hujan deras.[66] Di balik siklon ekstratropis pada musim gugur dan dingin, ikatan hujan dapat terbentuk di bawah angin permukaan air panas seperti Danau-Danau Besar. Di bawah angin kepulauan, ikatan hujan deras dan badai petir dapat terbentuk karena konvergensi angin tingkat rendah di bawah angin batas pulau. Di lepas pantai California, hal ini terjadi ketika adanya peningkatan front dingin.[67] Ikatan hujan dengan siklon tropis memiliki orientasi melengkung. Siklon tropis berisikan hujan deras dan badai petir yang, bersama dinding mata dan mata, membentuk hurikan atau badai tropis. Batas ikatan hujan di sekitar siklon tropis dapat membantu menentukan intensitas siklon tersebut.[68]

Keasaman[sunting]

Siklus hujan asam

Lihat pula: Hujan asam pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di pesisir timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki pH 5,0-5,6; hujan yang berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan badai petir lokal memiliki pH serendah 2,0.[69] Hujan menjadi asam karena keberadaan dua asam kuat, yaitu asam belerang (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Asam belerang berasal dari sumber-sumber alami seperti gunung berapi dan lahan basah (bakteri penghisap sulfat); dan sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertambangan yang mengandung H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh sumber-sumber alami seperti petir, bakteri tanah, dan kebakaran alami; selain itu juga sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pembangkit listrik. Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam belerang dalam air hujan telah berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan amonium (terutama amonia dari produksi ternak) yang berperan sebagai penahan hujan asam dan meningkatkan pH-nya.[70]

Pengelompokan iklim Kppen[sunting]

Peta iklim Kppen-Geiger terbaru[71]


Af A m Aw BWh BWk BSh BSk Csa Cwa Csb Cwb Cfa Cf b Cfc Dsa Dsb Dsc Dsd Dwa Dwb Dwc Dwd Dfa Dfb Dfc Dfd ET EF

Artikel utama untuk bagian ini adalah:Pengelompokan iklim Kppen Klasifikasi Kppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan. Bentuk klasifikasi Kppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai dari A hingga E. Jenis utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang menengah; D, dingin lintang menengah; dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi sekunder seperti hutan hujan, monsun, sabana tropis,subtropis lembap, daratan lembap, iklim lautan, iklim mediterania, stepa, iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun. Hutan hujan ditandai dengan curah hujan tinggi yang minimum normal tahunnya antara 1.750 millimetre (69 in) dan 2.000 millimetre (79 in).[72] Sebuah sabana tropis adalahbioma daratan rumput yang terletak di kawasan iklim semi-gersang hingga semi-lembap di lintang subtropis dan tropisdengan curah hujan antara 750 millimetre (30 in) dan 1.270 millimetre (50 in) per tahun. Sabana tropis tersebar diAfrika, India, wilayah utara Amerika Selatan, Malaysia, danAustralia.[73] Zona iklim subtropis lembap adalah daerah yang hujan musim dinginnya dikaitkan dengan badai besar yang diarahkan angin westerlies dari barat ke timur. Kebanyakan hujan musim panas terjadi selama badai petir dan siklon tropis.[74] Iklim subtropis lembap terletak di daratan sebelah timur, antara lintang 20 dan 40 derajat dari khatulistiwa.[75] Iklim lautan (atau oseanik/maritim) dapat dijumpai di sepanjang pesisir barat di lintang tengah seluruh benua di dunia, berbatasan dengan lautan dingin dan wilayah tenggara Australia, dan memiliki presipitasi besar

sepanjang tahun.[76] Iklim mediterania membentuk iklim benua di Cekungan Mediterania, sebagian wilayah barat Amerika Utara, sebagian Australia Barat dan Selatan, wilayah barat dayaAfrika Selatan dan sebagian wilayah tengah Chili. Iklim ini ditandai oleh musim panas yang panas dan kering dan musim dingin yang dingin dan basah.[77] Stepa adalah daratan rumput kering.[78] Iklim subarktik bersifat dingin dengan permafrost abadi dan presipitasi kecil.[79]

Pengukuran[sunting]
Alat ukur[sunting]

Pengukur hujan standar

Lihat pula: Pengukur hujan, Disdrometer, dan Pengukur salju Cara standar untuk mengukur curah hujan atau curah salju adalah menggunakan pengukur hujan standar, dengan variasi plastik 100-mm (4-in) dan logam 200-mm (8-in).[80] Tabung dalam diisi dengan 25 mm (0.98 in) hujan, limpahannya mengalir ke tabung luar. Pengukur plastik memiliki tanda di tabung dalam hingga resolusi 025 mm (0.98 in), sementara pengukur logam membutuhkan batang yang dirancang dengan tanda 025 mm (0.98 in). Setelah tabung dalam penuh, isinya dibuang dan diisi dengan air hujan yang tersisa di tabung luar

sampai tabung luar kosong, sehingga menjumlahkan total keseluruhan sampai tabung luar kosong. [81] Jenis pengukuran lain adalah pengukur hujan sepatu yang populer (pengukur termurah dan paling rentan), ember miring, dan beban.[82] Untuk mengukur curah hujan dengan cara yang murah, kaleng silindris dengan sisi tegak dapat dipakai sebagai pengukur hujan jika dibiarkan berada di tempat terbuka, namun akurasinya bergantung pada penggaris yang digunakan untuk mengukur hujan. Semua pengukur hujan tadi dapat dibuat sendiri dengan pengetahuan yang memadai.[83] Ketika penghitungan curah hujan dilakukan, berbagai jaringan muncul di seluruh Amerika Serikat dan tempat lain ketika penghitungan curah hujan dapat dikirimkan melalui Internet, seperti CoCoRAHS atau GLOBE.[84][85] Jika jariingan Internet tidak tersedia di daerah tempat tinggal, stasiun cuaca terdekat atau kantor meteorologi akan melakukan penghitungan.[86] Satu milimeter curah hujan sama dengan satu liter air per meter persegi. Ini menyederhanakan penghitungan kebutuhan air untuk pertanian.[87]

Sensor jarak jauh[sunting]


Lihat pula: Radar cuaca

Akumulasi curah hujan 24 jam di radar Val d'Irne, Kanada Timur. Zona tanpa data di timur dan barat daya disebabkan adanya sorotan sinar dari pegunungan. (Sumber: Environment Canada)

Salah satu kegunaan utama radar cuaca adalah mampu menilai jumlah curah hujan yang jatuh di cekungan besar untuk keperluan hidrologis.[88] Misalnya, pengendalian banjir sungai, pengelolaan selokan bawah tanah, dan pembangunan bendungan adalah semua bidang yang memerlukan data akumulasi curah hujan. Perhitungan curah hujan radar melengkapi data stasiun darat yang dapat digunakan untuk kalibrasi. Untuk menghasilkan akumulasi radar, tingkat hujan di satu titik dihitung menggunakan nilai data reflektivitas pada satu titik jaringan. Persamaan radar kemudian dipakai, yaitu ,

Z berarti reflektivitas radar, R berarti tingkat curah hujan, dan A dan b adalah konstanta.[89] Perhitungan curah hujan satelit memakai instrumen gelombang mikro pasif di atasorbit kutub serta satelit cuaca geostasioner untuk mengukur tingkat curah hujan secara tidak langsung.[90] Untuk menghasilkan akumulasi curah hujan pada satu periode waktu tertentu, semua akumulasi dari masing-masing kotak jaringan di dalam gambar pada waktu itu harus dijumlahkan.

Intensitas[sunting]
Heavy rain in Glenshaw, PA

MENU 0:00 Suara hujan deras di permukiman pinggiran kota

Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.

Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:

Gerimis ketika tingkat presipitasinya < 25 millimetre (0.98 in) per jam Hujan sedang ketika tingkat presipitasinya antara 25 millimetre (0.98 in) - 76 millimetre (3.0 in) atau 10 millimetre (0.39 in) per jam[91][92]

Hujan deras ketika tingkat presipitasinya > 76 millimetre (3.0 in) per jam,[91]atau antara 10 millimetre (0.39 in) dan 50 millimetre (2.0 in) per jam[92]

Hujan badai ketika tingkat presipitasinya > 50 millimetre (2.0 in) per jam[92]

Periode kembali[sunting]
Lihat pula: Banjir 100 tahun Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau periode kembali.[93] Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.[94]Istilah badai 1 dalam 10 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10 tahun,

sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah badai 1 dalam 100 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1 persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10 tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan, "badai 1 dalam 100 tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.[95]

Prakiraan hujan[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Prakiraan presipitasi kuantitatif

Contoh prakiraan hujan lima hari dariHydrometeorological Prediction Center

Prakiraan Presipitasi Kuantitatif (disingkat PPK; QPF dalam bahasa Inggris) adalah perkiraan jumlah presipitasi cair yang terkumpul dalam periode tertentu di suatu daerah.[96] PPK akan diperinci ketika jenis presipitasi terukurkan yang mencapai batas minimal merupakan prakiraan untuk setiap am selama periode sah PPK. Prakiraan presipitasi cenderung dibatasi oleh jam sinoptis seperti 0000, 0600, 1200 dan 1800 GMT. Relief daratan juga termasuk dalam PPK melalui pemakaian topografi atau berdasarkan pola presipitasi iklim dari hasil observasi dengan rincian jelas.[97] Dimulai pada pertengahan hingga akhir 1990an, PPK digunakan dalam model prakiraan hidrologi untuk mensimulasikan dampak terhadap sungai di seluruh Amerika Serikat.[98] Model prakiraan memperlihatkan sensitivitas tertentu terhadap tingkat kelembapan di lapisan pelindung planet, atau di tingkat terendah atmosfer yang menurun seiring ketinggiannya.[99] PPK dapat dibuat dengan dasar prakiraan jumlah kuantitatif atau kemungkinan prakiraan jumlah kualitatif.[100] Teknik prakiraan citra radar memperlihatkan kemampuan yang lebih tinggi daripada prakiraan model dalam 6 hingga 7 jam waktu citra radar. Prakiraan dapat diverifikasi melalui pemakaian pengukur hujan, prakiraan radar cuaca, atau keduanya. Berbagai skor kemampuan dapat ditentukan untuk mengukur nilai prakiraan curah hujan.[101]

Dampak[sunting]
Pertanian[sunting]

Prakiraan hujan untuk Jepang Selatan dan sekitarnya pada 2027 Juli 2009.

Presipitasi, khususnya hujan, memiliki dampak dramatis terhadap pertanian. Semuatumbuhan memerlukan air untuk hidup, sehingga hujan (cara mengairi paling efektif) sangat penting bagi pertanian. Pola hujan biasa bersifat vital untuk kesehatantumbuhan, terlalu banyak atau terlalu sedikit hujan dapat membahayakan, bahkan merusak panen. Kekeringan dapat mematikan panen dan menambah erosi,[102]sementara terlalu basah dapat mendorong pertumbuhan jamur berbahaya.[103]Tumbuhan memerlukan beragam jumlah air hujan untuk hidup. Misalnya, kaktustertentu memerlukan sedikit air,[104] sementara tanaman tropis memerlukan ratusan inci hujan per tahun untuk hidup. Di daerah musim hujan dan kemarau, nutrien tanah tersapu dan erosi meningkat selama musim hujan.[24] Hewan memiliki strategi adaptasi dan bertahan hidup di wilayah basah. Musim kemarau sebelumnya mengakibatkan kelangkaan makanan menjelang musim hujan, karena tanaman panen harus tumbuh terlebih dahulu.[105]Negara-negara berkembang mencatat bahwa penduduknya memiliki fluktuasi berat badan musiman karena kelangkaan makanan sebelum panen pertama yang terjadi pada akhir musim hujan.[106] Hujan dapatditampung menggunakan tangki air hujan; diolah agar dapat dikonsumsi, non-konsumsi dalam ruang atau irigasi.[107] Hujan berlebihan dalam waktu singkat dapat menyebabkan banjir bandang.[108]

Budaya[sunting]
Tanggapan budaya terhadap hujan berbeda-beda di seluruh dunia. Di daerah beriklim sedang, masyarakat, terutama pria, cenderung kesal ketika cuaca tidak stabil atau berawan.[109] Hujan juga dapat membawa kebahagiaan dan dianggap menenangkan serta memiliki estetika yang dinikmati masyarakat.

Di daerah kering seperti India,[110] atau ketika terjadi kekeringan di daerah lain,[111] hujan memperbaiki suasana hati masyarakat. Di Botswana, kata 'hujan' dalam bahasa Setswana, "pula", digunakan sebagai nama mata uang nasional karena pentingnya hujan terhadap ekonomi negara gurun ini.[112] Beberapa budaya mengembangkan cara menghadapi hujan dengan berbagai alat lindung seperti payung dan jas hujan, serta alat pengalihan seperti talang air dan drainase badai yang mengalirkan air hujan ke selokan.[113] Banyak orang mencium adanya bau yang menenangkan selama dan sesaat setelah hujan. Sumber bau ini adalah petrikor, minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan, kemudian diserap bebatuan dan tanah dan dilepaskan ke udara selama hujan berlangsung.[114]

Klimatologi global[sunting]
Lihat pula: Klimatologi curah hujan Bumi Air sebanyak 505.000 kubik kilometer (121,000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap tahunnya di seluruh dunia, 398.000 kubik kilometer (95,000 cu mi) jatuh ke lautan.[115] Jika dibandingkan dengan luas permukaan Bumi, curah hujan rata-rata tahunan secara global mencapai 990 millimetre (39 in). Padang pasir ditetapkan sebagai wilayah dengan curah hujan rata-rata tahunan kurang dari 250 millimetre (10 in) per tahun,[116][117] atau sebagai wilayah ketika air lebih banyak yang menguap akibat evapotranspirasi daripada yang jatuh sebagai presipitasi.[118]

Gurun[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gurun

Gurun-gurun terbesar

Setengah benua Afrika di bagian utara didominasi gurun pasir atau wilayahgersang, termasuk Gurun Sahara. Di Asia, wilayah yang curah hujan minimum tahunannya besar, sebagian besar terdiri dari gurun pasir mulai dari Gurun Gobi di barat-baratdaya Mongolia melintasi barat Pakistan (Balochistan) dan Iran hingga Gurun Arab di Saudi Arabia. Sebagian besar Australia semi-gersang atau terdiri dari gurun pasir,[119] sehingga menjadikannya benuaberpenghuni terkering di dunia. Di Amerika Selatan, untaian pegununganAndes menahan kelembapan Samudra Pasifik yang tiba di benua ini, sehingga memunculkan

iklim mirip gurun di wilayah barat Argentina.[40] Wilayah kering di Amerika Serikat adalah wilayah tempat gurun Sonora menyapu Desert Southwest, Great Basin, dan Wyoming bagian tengah.[120]

Wilayah basah[sunting]
Lihat pula: Monsun dan Truf monsun Wilayah khatulistiwa dekat Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ), atau truf monsun, adalah wilayah terbasah di dunia. Setiap tahun, sabuk hujan di wilayah tropis bergerak ke utara pada bulan Agustus, kemudian bergerak kembali ke selatan menuju Belahan Bumi Selatan pada bulan Februari dan Maret.[121] Di Asia, hujan tersebar di seluruh wilayah selatan benua ini dari kawasan timur dan timur laut India hingga Filipina dan Cina selatan sampai Jepang karena monsun mengadveksikan kelembapan dari Samudera Hindia ke wilayah ini.[122] Truf monsun dapat memanjang ke utara hingga garis paralel ke40 di Asia Timur pada bulan Agustus sebelum bergerak ke selatan. Pergerakannya ke kutub ini didorong oleh monsun musim panas yang ditandai dengan munculnya tekanan udara rendah (tekanan rendah panas) di kawasan terpanas Asia.[123][124] Sirkulasi monsun sejenis, namun lebih lemah, terjadi di Amerika Utara danAustralia.[125][126] Pada musim panas, monsun Barat Laut bersama kelembapan Teluk California dan Teluk Meksiko bergerak mengitaripegunungan subtropis di Samudera Atlantik, mengangkut badai petir sore dan malam di wilayah selatan Amerika Serikat dan Dataran Besar.[127] Daratan Amerika Serikat di sebelah timur meridian ke-98, pegunungan Barat Laut Pasifik, dan Sierra Nevada adalah wilayah terbasah di negara ini, dengan curah hujan rata-rata melebihi 30 inci (760 mm) per tahun.[120] Siklon tropis mendorong terjadinya hujan di seluruh wilayah selatan Amerika Serikat,[128] serta Puerto Riko, Kepulauan Virgin Amerika Serikat,[129] Kepulauan Mariana Utara,[130] Guam, dan Samoa Amerika.

Dampak Westerlies[sunting]

Hujan rata-rata jangka panjang menurut bulan

Lihat pula: Westerlies Westerly bergerak dari garis depan sejuk Atlantik Utara ke daerah lembap di Eropa Barat, terutama Britania Raya, yang pesisir baratnya menerima curah hujan antara 1.000 mm (39 in) di permukaan laut dan 2.500 mm (98 in) di pegunungan setiap tahunnya. Bergen, Norwegia adalah salah satu kota hujan terkenal di Eropa dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2.250 mm (89 in). Selama musim gugur, dingin, dan semi, sistem badai Pasifik mengangkut sebagian besar hujan untuk Hawaii dan Amerika Serikat bagian barat.[127] Di puncak pegunungan, arus jet membawa hujan maksimum musim panas keDanau-Danau Besar. Kawasan badai petir besar bernama kompleks konvektif skala meso bergerak ke Dataran Besar, Barat Tengah, dan Danau-Danau Besar selama musim panas, sehingga menyumbang 10% hujan tahunan di wilayah ini.[131] Osilasi Selatan-El Nio mempengaruhi persebaran hujan dengan mengacaukan pola hujan di seluruh Amerika Serikat bagian Barat,[132]Barat Tengah,[133][134] Tenggara,[135] dan wilayah tropis. Ada pula bukti bahwa pemanasan global mendorong peningkatan hujan di Amerika Utara bagian timur, sementara kekeringan semakin sering terjadi di wilayah tropis dan subtropis.

Daerah terlembap[sunting]
Cherrapunji, terletak di lereng selatan Himlaya Timur di Shillong, India adalah salah satu kawasan terlembap atau terbasah di Bumi, dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai 11.430 mm (450 in). Curah hujan tertinggi yang tercatat dalam satu tahun adalah 22.987 mm (905.0 in) pada 1861. Rata-rata 38 tahun di Mawsynram, Meghalaya, India adalah 11.873 mm (467.4 in).[136] Daerah terlembap di Australia adalah Mount Bellenden Ker di timur laut negara ini yang memiliki curah hujan rata-rata 8.000 millimetre (310 in) per tahun. Pada 2000, curah hujan di daerah ini mencetak rekor tertinggi yaitu 12.200 mm (480.3 in).[137] Mount Waialeale di pulauKaua'i di Kepulauan Hawaii memiliki curah hujan rata-rata lebih dari 11.680 millimetre (460 in) dalam 32 tahun terakhir, dengan rekor 17.340 millimetre (683 in) tahun 1982. Puncaknya dianggap sebagai salah satu daerah terbasah di Bumi. Daerah ini telah dipromosikan dalam literatur wisata selama beberapa tahun sebagai tempat terbasah di Bumi.[138] Llor, sebuah kota di Choc, Kolombia, dianggap seabgai daerah dengan curah hujan terukur terbesar di dunia, rata-rata mencapai 13.300 mm (520 in) per tahun.[139] Departemen Chocsangat lembap. Tutunendo, sebuah kota di departemen ini merupakan salah satu tempat yang diperkirakan terlembap di Bumi, rata-rata tahunannya mencapai 11.394 mm (448.6 in); pada tahun 1974, kota ini memiliki curah hujan 26.303 mm (3.6 in), curah hujan tahunan terbesar yang pernah diukur di Kolombia. Tidak seperti Cherrapunji yang hujan antara April dan September, Tutunendo mengalami hujan tersebar merata sepanjang tahun.[140] Quibd, ibu kota Choc, mengalami hujan paling banyak di Bumi di antara kota-kota lebih dari 100.000 jiwa, yaitu 9.000 millimetre (350 in) per tahun.[139] Badai di Choc dapat menghasilkan curah

hujan 500 mm (20 in) dalam satu hari. Jumlah ini lebih banyak daripada curah hujan di berbagai kota di dunia dalam satu tahun.

Benua

Rata-rata tertinggi (inci/mm)

Daerah

Ketinggian (kaki/m)
[a][b] [c]

Tahun Pencatatan

Amerika Selatan Asia

5.236 in/132,994 mm

Llor, Kolombia

520 kaki/158 m

29

4.674 in/118,720 mm

Mawsynram, India

[a][d]

4.597 kaki/1,401 m

39

Oseania

4.600 in/116,840 mm

Mount Waialeale, Kauai, Hawaii [a] (AS) Debundscha, Kamerun

5.148 kaki/1,569 m

30

Afrika Amerika Selatan

4.050 in/102,870 mm

30 kaki/9.1 m

32

3.540 in/89,916 mm

Quibdo, Kolombia

120 kaki/36.6 m

16

Australia

3.400 in/86,360 mm

Mount Bellenden Ker, Queensland Henderson Lake, British Columbia Crkvice, Montenegro

5.102 kaki/1,555 m

Amerika Utara Eropa

2.560 in/65,024 mm

12 kaki/3.66 m

14

1.830 in/46,482 mm

3.337 kaki/1,017 m

22

Sumber (tanpa konversi): Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation , National Climatic Data [141] Center. August 9, 2004.

Benua

Daerah

Curah hujan tertinggi

Referensi

Curah hujan rata-rata tahunan tertinggi

Asia

Mawsynram, India

4.674 in/118,720 mm

[142]

Tertinggi dalam satu tahun

Asia

Cherrapunji, India

1,042 in/26 mm

[143]

Tertinggi dalam satu bulan

Asia

Cherrapunji, India

366 in/9,296 mm

[143]

Tertinggi dalam 24 jam

Samudra Hindia

Fac Fac, Pulau La Reunion

73 in/1,854 mm

[144]

Tertinggi dalam 12 jam

Samudra Hindia

Belouve, Pulau La Reunion

53 in/1,346 mm

[143]

Tertinggi dalam satu menit

Amerika Utara

Guadeloupe, Kepulauan Karibia

15 in/381 mm

[144]

Lihat pula

Subscribe to comments Post Comment

Curah hujanPresentation Transcript

1. A. HUJAN Endapan atau presipitasi didefinisikan sebagai air yang jatuh ke permukaan bumi. Air yang jatuh ke permukaan bumi tersebut dapat berbentuk padat seperti batu es dan salju maupun berbentuk cair seperti air hujan. Di Indonesia, endapan berupa air hujan atau curah hujan. Alat untuk mengukur curah hujan adalah penakar curah hujan (rain gauge). Curah hujan diukur dalam satuan inchi atau milimeter. Jumlah curah hujan 1 mm (milimeter) berarti air hujan yang menutupi permukaan tanah setinggi 1 mm. Jumlah curah hujan yang diukur tidak boleh menguapboleh menguap atau meresap ke dalam tanah. Di stasiun pengamat, curah hujan dicatat setiap hari.

2. Curah hujan harian adalah jumlah curah hujan yang terjadi dalam satu hari tertentu.Curah hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu bulan tertentu.Curah hujan tahunan adalah jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun tertentu.Curah hujan harian rata-rata jumlah curah hujan bulanan di bagi jumlah hari dalam bulan tersebut.Curah hujan bulanan rata-rata adalah jumlah curah hujan tahunan dibagi 12 (jumlah bulan).

3. PROSES TERJADINYA AWAN Udara yang hangat yang terdiri ataspenguapan air, debu, dan asap naik ke atasatmosfer dan kemudian ber ubah menjadiudara dingin. Namun, udara itu taksanggup lagi menahan uap air nya, hinggasebagian uap air itu mengembun pada butirdebu dalam atmosfer dan membentuk titik-titik air. Jutaan titik air itu melayangbersama dan membentuk awan.

sikromulus Awan yang kelihatan berkeping-keping atau bersekat-sekat. Biasanya awan ini muncul bersamaan sirus dan sirostratus. sirus Awan yang mengkilat, lembut dan berserat , dan mirip es. Biasanya muncul saat matahari terbit atau matahari terbenam. Tidak menimbulkan hujan. sirostratus Awan yang bewarna putih tipis dan tampak seperti terlihat sangat halus. Jika terkena sinar matahari akan menimbulkan bayangan di tanah. 6-12 km, suhu mencapai -24 derajat celcius, berpotensi salju Awan tinggi4. Menurut komisi cuaca internasional,bentuk awan dibagi atas 4 kelompok, yaitu:

2-6 KM ATAU 20.000 KAKI Altokumulus Lapisan awan yang cukup luas seperti kumpulan kapas- kapas yang bewarna putih atau abu-abu. Lapisan ini terdiri atas tetes air yang suatu saat bisa berubah menjadi kristal es. Altostratus Awan berlapis-lapis yang tembus cahaya hingga mtahari masih tetap tampak. Jika awan ini terkena sinar matahari atau bulan, maka tidak akan menimbulkan bayangan.5. o AWAN SEDANG

6. AWAN ALTOKUMULUS 7. Awan altostratus 0,8 - 2 km atau 7.000 kaki stratokumulus Awan yang bewarna abu-abu yang bergumpal-gumpal lembut dan nampak berbaris teratur. Terdiri atas tetes awan dan tetes hujan stratus Awan tipis yang tersebar luas dan menutupi langit secara merata. Awan ini biasanya berupa kabut saat di permukaan bumi. nimbostratus Awan tebal bewarna abu-abu gelap tanpa bentuk tertentu dan terlihat basah. Ketika awan ini menutupi matahari, matahari itu pun tak terlihat.8. o awan rendah

9. Awan stratokumulus 10. Awan stratus 11. o awan dengan perkembanganvertikal kumulus Awan yang bergumpal bewarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari. Biasanya awan ini muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum malam.

Kumulonimbus Awan besar yang berpotensi hujan tiba-tiba karena mengandung tetes hujan yang besar. 12. Awan kumulus Perawanan = 8/8 (= 1) berarti langit seluruhnya tertutupi oleh awan. Perawanan = 4/8 (=1/2) berarti separuh langit tertutup oleh awan. Perawanan = 0 (= 0/8) berarti tidak ada awan yang menutupi langit atau cerah.13. Per-awananPerawanan adalah jumlah awan yang menutupi langit di atas stasiun pengamat. Perawanan dapat dinyatakan dalam persen, namun secara umum dinyatakan dalam per- delapan-an dari langit yang tertutupi awan. Sebagai contoh:

Beranda
Selasa, 18 Desember 2012

Aliran Permukaan, Evaporasi dan Infiltrasi

Pada artikel sebelumnya, yaitu tentang curah hujan sempat di singgung tentang aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi. Ketiga hal tersebut akan selalu terjadi didalam suatu siklus hidrologi. Secara sederhana, aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi di artikan sebagai proses mengalirnya bagian dari curah hujan diatas permukaan tanah, proses penguapan dan penyerapan air kedalam tanah. Pengertian aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi adalah sebagai berikut : Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995). Menurut Arsyad (2010), aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dalam hal ini tanah telah jenuh air. Sifat aliran permukaan seperti jumlah atau volume, laju atau kecepatan, dan gejolak aliran permukaan menentukan kemampuannya dalam menimbulkan erosi. Besaran aliran permukaan dinyatakan dalam satuan milimeter (mm) (Hridjaja dkk, 1991). Evaporasi Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling

bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi) menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi. (wikipedia) Infiltrasi Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
Diposkan oleh APRAK di 17.03

Limpasan Permukaan (Runoff)


SABTU, JANUARI 15, 2011 Diterbitkan oleh Ichwan Dwi
Limpasan adalah apabila intensitas hjanyang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi,setelah laju infiltrsi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah.Setelah cekungancekungan tersebut penuh,selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah Beberapa variable yang ditinjau dalam analisis banjir adalah volme banjir,debit puncak,tinggi genangan,lama genangan dan kecepatan aliran. Komponen-komponen Limpasan: Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber : 1. Aliran permukaan 2. aliran antara 3.Aliran air tanah

Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga aliran langsung (direct runoff).Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu singkat,sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah.Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut.

Dalam analisis hidrologi aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelompokkan menjadi satu yang disebut aliran langsung,sedangkan aliran tanah disebut aliran tak langsung. Tipe Sungai: 1. Sungai Perennial : sungai yang mempunyai aliran sepanjang tahun,aliran sungai perennika adalah aliran dasar yang beraal datri aliran air tanah,sungai tipe ini terjadi pada DAS yang sangat baik yang masih mempunyai hutan lebat. 2.Sungai Ephemeral adalah sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan yang melebihi laju infiltrasi.Permukaan air tanah selalu berada di bawah dasar sungai,sehingga sungai tidak menerima aliran iar tanah yang berarti tidak mempunyai aliran dasar (base flow) contoh di : nusa tenggara 3.Sungai Intermitten : sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara kedua tipe di atas.Pada suatu periode tertentu bersifat sungai perennial dan pada waktu tertentu bersifat sebgai sungai ephemal.

Bentuk umum dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah : Q = b (P-Pa) Dimana:

Q : kedalaman limpasan P : kedalaman hujan Pa: kedalaman hujan dibawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan b : Kemiringan garis

Konsentrasi Aliran Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi (mengalir menuju) suatu titik kontrol. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu monsentrasi tergantung pada karakteristik daerah tangkapan,tataguna lahan,jarak lintasan air dari titik terjauh sampai stasiun yang ditinjau. Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3 tipe tanggapan DAS Tipe Pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama dengan waktu konsentrasi.Semua air hujan yang jatuh di DAS telah terkonsentrasi di titik control,sehingga debit aliran menvapai maksimum..Pada saat itu hujan berhenti dan aliran berikutnya di titik control tidak lagi aliran dari seluruh DAS,sehingga debit aliran berkurang secara berangsur-angsur sampai akhirnya kembali nol. Dan hidrograf berbentuk segitiga. Tipe tanggapan DAS seperti ini diesebut aliran terkonsentrasi. Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama daripada waktu konsentrasi. Pada keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik control,dan debit maksimum tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu konsentrasi.Waktu resesi sama dengan waktu konsentrasi.Tipa anggapan DAS seperi ini disebut aliran superkonsentrasi. Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek daripada waktu konsentrasi.Pada keadaan ini debit aliran di titik control tidak mencapai nilai maksimum.Setelah hjan berhenti,aliran berkurang sampai akhirnya menjadi nol.Tipe tanggapan seperti ini disebut aliran subkonsentrasi. Apabila durasi hujan lebih kecil dari waktu konsentrasi,intensitas hujan akan lebih tinggi.

. Kegiatan Aliran Air Permukaan dan Air Tanah


Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi sebagian mengalami transpirasi dan ada yang mengalir sebagai aliran air permukaan (run off), serta ada pula yang meresap kedalam tanah. Air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir menuju daerah yang lebih rendah. Air hujan yang tersimpan dalam tanah-tanah yang porius kemudian muncul kepermukaan dan ada yang meresap kemudian muncul sebagai mata air,pada umumnya menjadi sumber dari air sungai. Disamping itu, juga hasil dari es yang mencair didaerah lingtang menengah-tinggi ataupun pada daerah pegunungan tinggi didaerah tropis. Air yangbisa berasal dari air hujan mata air, dan pencairan es dan salju, terakumulasi pada suatu lembah dan mengalir sebagai aliran permukaan menuju daerah-daerah yang lebih rendah yang dinamakan sungai. Jadi, sungai adalah merupakan massa air yang secara alami mengalir pada suatu lembah, sehingga aliran air yang terdapat pada saluran buatan seperti saluran irigasi tidak bisa dinamakan sungai. Pada intinya bahwa sungai tersebut mengalir pada lembah yang terbentuk secara alami. Lembah itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk permukaan bumi yang negative, merupakan hasil pengikisan oleh air proses mengalir ataupun terjadi karena faktor dan proses endogen seperti adanya patahann. Air sungai dapat bersumber dari air hujan, air tanah, dan hasil mencairnya es terkadang melakukan erosi, akibatnya aliran air tersebut membawa muatan sedimen serta membentuk bentuk n lahan (landform) baik berupa hasil pengikisan maupun hasil pengendapan. Morfologi hasil pengikisan ataupun pengendapan sungai pada dasarnya merupakan bentukan-bentukan yang terjadi berkaitan dengan air mengalir. Bentuklahan-bentuklahan yang terjadi akibat dari proses ini khususnya pada daerah aliraan air/sungai. Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti retakanretakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti prose pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya. Proses tersebut berjalan terus, sehingga berkembang menjadi sebuah parit-parit kecil yang makin lama makin tertoreh/terkikis baik secara lateral maupun vertikal. Akhirnya terbentuk sungai-sungai kecil sebagai sistem sungai. Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor (Lobeck, 1939: 158) adalah sebagai berikut : a. Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan aliran yang kuat, tetapi juga bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang permanen. Sebagai contoh, sungaisungai dibagian timur Amerika Serikat lebih banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat. b. Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh cenderung menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan (run-off) . Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan Alabama dan Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.

c.

Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah tanah) tidak menyebabkan terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai, walaupun curah hujannya paling lebat didaerah Eropa. d. Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik volume, jumlah air , maupun keadan permanen aliran yang minimum. e. Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air permukaan yang mengurangi jumlah aliran bawah tanah, sehingga mempercepat pengerjaan erosi. Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap, mengikuti muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena itu, sungai mempunyai ciri yang tersendiri dan berbeda dengan massa air lain seperti danau, laut, dan sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh Sudarja dan Akub (1977: 38) antara lain adalah sebagai berikut : a. Pengalirannya tidak tetap, kadang kala alirannya deras dan ada kalanya lambat, menghilang ke bawah permukaan dan sebagainya. b. Mengangkut material, dari mulai Lumpur yang halus, pasir, kerikil sampai pada material batuan yang lebih besar yang tergantung besar alirannya. c. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi oleh tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal sampai pada lembah-lembah yang dalam. Sungai sebagai suatu system yang terdiri dari beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam sungai induk pada suatu daerah aliran. Jadi daerah aliran suatu sungai yang sering disebut DAS merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara lainnya. Melalui system sungai yang mempunyai outlet tunggal, system aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran hulu, daerah aliran tengah, daerah aliran hilir. Di masing-masing daerah aliran ini terjadi proses geomorfik yang berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu biasanya terjadi erosi vertical, bagian daerah tengah terjadi erosi vertical dan lateral kira-kira sama kuat, dan didaerah aliran hilir terjadi proses erosi lateral. Kegiatan aliran air sungai biasanya adalah mengambil (mengerosi/ mengikir), mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembah sungai sangat tidak tetap dalam arti selalu mengalami perubahan-perubahan tersebut dapat tejadi pada panjang, lebar atau dalamnya lembah. Air sungai dalam perjalannanya dari hulu ke hilir melakukan kegiatan mengikis, mengambil bahan lepas, mengangkut dan mengendapkan.Suatu lembah penampangnya tidak tetap dan sifatnya dinamik(mengalami perubahan-perubahan). Perubahan ini di sebabkan karena : 1. Erosi, erosi tersebut bias berupa erosi mudik(menyebabkan lembah panjang kea rah ulu), erosi lateral (menyebabkan pelebaran lembah), dan erosi vertical (menyebabkan pendalaman lembah).Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral pada daerah-daerah aliran sungai pada stadium tua. Terbentuknya meander menyebabkab bertambah panjangnya lembah.

Meander merupakan aliran merupakan aliran sungai yang berliku-liku sebagai akibat dari erosi lateral, sehingg dengn berliku-likunya aliran sungai lembah sungaipun bertambah panjang. 2. Perubahan muka air laut dimana sungai tersebut bermuara. Penurunan muka air laut ini dapat disebabkan karena terjadi pengangkatan dasar laut atau penurunana dasar laut. Terjadinya penurunan dan pendangkalan dasar laut menyebabkan aliran sungai bertambah panjang kearah laut, muara bergeser kearah laut dan garis pantai bertambah lebar. Berkaitan dengan adanya erosi yang terjadi pada suatu lembah, namun erosi secara vertikal pada suatu lembah tidak terjadi secara terus menerus, sebab pada stadium tertentu akan terhenti. Hal ini disebabkan karena sudah mencapai batas vertikal atau base level. Batas erosi ada dua jenis, yaitu: 1. local base level atau batas erosi local berupa danau atau penghalang berupa batuan keras yang terdapat pada bagian aliran tengah atau bagian hulu. 2. General base level batas umum erosi, batas ini berupa permukana laut yang berlaku untuk umum untuk setiap aliran sungai. Erosi vertical mulai melembah bahkan terhenti bila mendekati batas erosi umum.

2.2.Penampang lembah
Dalam membicarakan penampang dalam suatu lembah,yang di sajikan adalah penampang melintang dan penampang melintang. Untuk itu, akan di sajikan secara satu persatu. 2.2.1.Penampang Melintang Penampang melintang suatu lembanh aliran sungai ada yang berbentuk V dan ada pula uang berbentuk U. namun sebenarnya bentuk ini tidak lah tepat benar, karena setiaplembah jarang sekali memiliki menpunyai sisi lereng yang simetris. Hal ini tergantung pada material batunya seperti resisten tidaknya batuan, struktur pelapisan ( kedudukan lapisan yang hamper tegak. Berikut ini di kemukakan mengenai beberapa contoh penampang melintang suatu lembah dengan berbagai bentuk di sajikan dalam Gambar 3-2 dan Gambar 3-3. Timur Keterangan A= Undercut slope = arah kekuatan erosi dan B= Slip of slope tebing/dinding lembah lebih tejal Gambar 3-2. Penampang Melintang pada lekuknan meander Pada sisi luar lekukan meander lebih curam di bandingkan dengan pada lereng di bagian dalam. Hal ini di sebabkan karena air yang menglir pada lekukan meander tersebut, terutama paa sisi luar merupakan aliran dengan tekanan yang paling besar, sehingga terjadi pegikisan ke arah luar dan dinding terlihat lebih tegak. Bandingkan dengan sisi bagian dalam nampak lebih landai. Kelokan bagian luar di sebut dengan Undercut slope ( bagian dinding yang terkikis ), sedangkan sisi bagian dalam kelokan merupakan slip of slope (bagian sisi yang terendapi material), sehingga makin ke arah pinggir makin dangkal. Berdasarkan kekuatan mengerosi kea rah

dinding kelikan, maka jelas lahan yang ada di bagian barat aliran makin lama makin terkkikis habis, sebaliknya lahan di bagian timur aliran luasnya bisa bertambah kea rah barat. Untuk mengatasi pelebaran dan perubahan aliran, maka pada sisi bagian barat sebaliknya di buat pengaman misalnya di pasang batu bronjong (batu yang di taruh dlam kawat teranyam dan tersusun) untuk menahan kuat arus. Selanjutnya disajikan pula penampang melintang yang terdapat pada daerah dengan struktur berlapis miring. Adapun gambarnya seperti berikut :

Timur Gambar 3-3. Penampang melintang pada struktur berlpis miring Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa lereng yang lapisannya miring pada tepi lembah bagian barat tamapak lebih curam di bandingkan dengan lereng pada sisi sebelah timur. Hal ini di sebabkan karena pengikisan terjadi pada lapisan yang memng sudah miring dan lapisan tersebut kurang resisten dibandingkan dengan lapisan yang ada pada tebing disebelah barat. Hal lain yang menyebabkan tidak semetrisnya penampang melintang pada suatu lembah adalah disebabkan adanya penyinaran yang tidak sama intensifnya. Faktor suhu menjadi pemicu untuk mempercepat pelapukan. Faktor geologis juga berpengaruh terhadap lereng yang memiliki penampang melintang yang tidak simetris. Faktor aliran sungai juga mempengaruhi terhadap bentuk penampang melintang suatu lembah, karena aliran sungai tidak sama kecepatannya disemua tempat pada penampang melintang suatu lembah. Perbedaan kecepatan aliran dipengaruhi oleh : Kelurusan sungai,pada sungai yang lurus cenderung memiliki aliran yang lebih cepat. Relief dan kemiringan lereng menentukan kecepatan aliran, dimana setelah terjadi hujan air dialirkan secara keseluruhan tau terhenti pada sebuah ledok atau cekungan. Vegetasi, penutupan lahan berupa vegetasi dapat berfungsi menahan aliran permukaan, sehinnga jumlah air yang tertampung dan terakumulasi pada sebuah sungai menjadi lebih sedikit dan terakumulasi lebih lama, akhirnya air yang dialirkan juga lebih sedikit. Faktor geologis, menyangkut pada material batuan apakah material batuan porius atau tidak berpengaruh terhadap jumlah air yang meresap kedalam tanah atau batuan. 2.2.2. Penampang Memanjang Lembah Penampang memanjang lembah pada dasarnya sama dengan penampang melintang. Hanya saja pada penampang memanjang menunujukan profil suatu lembah atau sungai dari hulu ke hilir dengan memperhatikan tempat-tempet yang mempunyai ketinggian yang sama. Oleh

a. b. c.

d.

karena itu penampang memanjang merupakan grafik tentang ketinggian suatu tempat sepanjang alur lembah kesungai dari hulu kehilir.

Limpasan Hidrograf

Acep Suhendra,Limpasan permukaan (surface run off) merupakana air


hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis diatas permukaan lahan akan masuk kepatir parit dan selokan selokan yang kemudian bergabung menjadi anak sungai dan akirnya menjadi aliran sungai. Limpasan permukaan (surface run off) merupakan komponen aliran yang besarannya adalah hujan dikurangi besaran infiltrasi. Variabiltas limpasan sangat tergantung dari variabilitas komponen aliran dasar (baseflow/ groundwater flow). Besaran hujan yang jatuh kepermukaan tanah, merupakan besaran hujan yang juga bervariasi, karena dipengaruhi juga oleh besar kehilangan air hujan akibat pepohonan (vegetal cover), Interception, ditambah dengan stemflow

dan troughtfall.
Didaerah pegunungan( bagian hulu DAS) limpasan permukaan dapat masuk kesungai dengan cepat, yang dapat menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai maka akan terjadi luapan pada tebing sungai sehingga terjadi banjir. DiDAS bagian hulu dimana kemiringan lahan dan kemiringan sungai besar, atau di DAS kecil kenaikan debit banjir dapat terjadi dengan cepat, pada sungai sungai besar kenaikan debit terjadi lambat untuk mencapai debit puncak. Dengan mengetahui data debit dan data hujan distasiun stasiun penakar hujan yang berpengaruh pada DAS yang ditinjau, maka dapat dicari hubungan antar hujan yang jatuh dan debit aliran yang terjadi. Pengalih ragaman dari data hujan menjadi debit aliran dapat dibedakan untuk debit banjir dan debit rendah (kekeringan). Untuk debit banjir pengalih ragaman dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional, hidrograf, hidrograf satuan sintetis ( Snyder, Gmana I, Nakayasu, dsb). Untuk debit rendah dapat dilakukan dengan metode regresi, Mock, Tangki dsb. Limpasan dinyatakan dalam volume atau debit. Satuan volume limpasan adalah meter kubik, debit satuannya volume ersatuan waktu yang melalui suatu luasan tertentu (m3/detik) Komponen komponen limpasan Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber yaitu : 1. 2. 3. Aliran permukaaan Aliran antara Aliran air tanah

Aliran permukaan (surface flow) adalah air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis diatas permukaan tanah, yang disebut juga aliran langsung ( direct flow), aliran permukaan

dapat terkonsentrsi menuju sungai dengan cepat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Aliran antra (inter flow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi dibawah permukaan tanah, yang terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah yang akirnya masuk kesungai Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi dibawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akirnya menuju kesungai atau langsung kelaut. Memperhatikan berbagai jenis fluktuasi debit di sungai, sungai dapat dikelompokkan menjadi tiga macam. 1. Sungai PARENNIAL yaitu sungai sungai yan kondisi akifernya sedemikian sehingga baik selama musim hujan ataupun musim kemarau, masih dapat mem berikan sumbangan aliran dasar kesungai( sungai yang mempunyai aliran sepanjang tahun). Sungai tipe ini terjadi pada DAS yang sangat baik, misalnya masih berhutan lebat. 2. Sungai EPHEMERAL adalah sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan yang melebihi laju infiltrasi. Permukaan air tanah selalu berada dibawah dasar sungai, sehingga sungai tidak menerima aliran air tanah, yang berarti tidak mempunyai aliran dasar. Dengan demikian di sungai hanya terdapat aliran pada saat terjadi hujan saja dan aliran hanya terdiri dari komponen saja yaitu lipasan permukaan dan mungkin aliran antara. 3. Sungai INTERMITTEN adalah sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara kedua tipe diatas. Yaitu sungai yang keadaan akifer lebih buruk, sehingga pada saat musim kemarau tidak dapat memberikan sumbangan aliran dasar kedalam aliran sungai.elevasi muka air tanah berubah dengan musim. Pada saat musim penghujan muka air tanah naik sampai diatas dasar sungai sehingga pada saat tidak ada hujan masih terdapat aliran yang berasal dari dari aliran dasar. Pada musim kemarau muka air tanah turun sampai dibawah dasar sungai sehingga disungai tidak ada aliran. Perkiraan Limpasan Perkiraan limpasan tergantung dari beberapa hal 1. 2. 3. 4. Sifat dan tujuan perancangan secara umum, yang menyangkut tentang ketelitian rincian, Kemampuan, ketelitian, struktur dari cara cara penyelesaiaan, atau model yang tersedia Kualitas dan kuantitas yang tersedia Ketersedaan tenaga ahli yang terkait informasi yang diperlukan

Menurut teori Horton (Hortonian Overland Flow) (Chow et al,1988) limpasan permukaan merupakan bagian dari hujan yang tidak terserap tanah oleh infiltrasi. Maka limpasan langsung dapat apabila intensitas hujan lebih tinggi dari laju infiltrasi, dan apabila laju intensitas hujan lebih kecil dibandingkan laju infiltasi, maka tidak terjadi limpasan langsung. Meskipun teori Horton sangat sederhana , dalam proses alami yang terjadi dapat menjadi sangat komplek yang disebabakan karena : a. b. Hujan tidak merata diseluruh DAS Permukaan DAS memiliki tata guna lahan yang berbeda beda , sehingga memilki laju

infiltrasi yang berbeda.

Dalam analisa, perlakuan terhadap kehilangan air akibat infiltrasi untuk memperkiraakan limpasan permukaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda beda. 1. Andaikan kehilangan air mengikuti lengkung infiltrasi teoritik dengan persamaan .

2. Andaikan bahwa kehilangan air akibat infiltrasi sebagai kehilangan tetap( constanloss), cara ini dilakukan dengan andaian kehilangan tetap sebagai indek (phi indek). Cara ini dapat dilakukan bila terdapat data hujan (jamjaman/hyterograph) dan data aliran (hydrograph). Kehilangan air akibat infiltrasi ini dilakukan dengan cara coba coba untuk dikuraangkan dari data hujan jam- jaman yang menimbulkan hidrograp yang bersangkutan.
3. Andaikan bila kehilangan air merupakan presentasi (%) tetap dari hujan yang bersangkutan, cara ini digunakan dalam rumus rasional. Koefisien limpasan ditakrifkan sebagai perbandingan antara limpasan total dengan hujan penyebabnya, koefisien limpasan berlaku pada periode tertentu. 4. Andaikan adanya sejumlah kehilangan awal (initial loss) sebelum terjadinya limpasan. Biasanya prosedur ini diikuti dengan andaikan kehilangan air tetap seperti yang disebutkan pada no. 2, kehilangan awal bervariasi dan didekati dengan berbagai besaran dan alasan tertentu. Metode/ Cara Rasional Banyak digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang ditimbulkan hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. DAS disebut kecil apabila distribusi hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan waktu, biasanya durasi hujan melebihi waktu kosentrasi, jika luas DAS kurang dari 2,5 km2 dianggap sebagai DAS kecil. Waktu kosentrasi ( tc/ time of concentration ) adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh dalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu kosentrasi tergantung pada karakteristik daerah tangkapan, tataguna lahan, jarak lintasan air dari titik terjauh sampai stasiun yang ditinjau. Cara Rasional bertujuan untuk memperkirakan debit puncak dengan persamaan : Dimana: Q C I A = debit puncak (m3/det) = koefisien limpasan (runoff coefficient) (tabel) = intensitas hujan (mm/jam) = luas DAS (km2) Tabel 1. Koefisien limpasan ( C ) Tipe daerah aliran Rerumputan Tanah pasir, datar,2% Tanah pasir, sedang, 2 7% Tanah pasir curam, 7% C 0,05 0,10 0,10 0,15 0,15 0,20 0,13 0,17

Tanah gemuk, datar, 2% Tanah gemuk, sedang 2-7% Tanah gemuk curam, 7% Perdagangan Daerah kota lama Daerah pinggiran Perumahan Daerah single family Multi unit terpisah Multi unit tertutup Suburban Daerah apartemen Industry Daerah ringan Daerah berat Taman, kuburan Tempat bermain Halaman kereta api Daerah tidak dikerjakan Jalan : beraspal Beton Batu atap

0,16 0,22 0,25 0,35

0,75 0,95 0,50 0,70

0,30 0,50 0,40 0,60 0,60 0,75 0,25 0,40 0,50 0,70

0,50 0,80 0,60 0,90 0,10 0,25 0,20 0,35 0,20 0,40 0,10 -0,30 0,70 0,95 0,80 -0,95 0,70 0,85 0,75 0,95

Debit maksimum suatu DAS dapat dicapai pada saat seluruh bagian DAS telah memberikan konstribusinya. Hali ini berarti air hujan yang jatuh ditempat dalam DAS yang terjauh dari titik control(titik yang ditinjau/stasiun hidrometri) telah sampai dititik tersebut. Penetapan waktu kosentrasi tidak terlalu mudah,tetapi pada dasarnya dapat ditetapkan dengan persamaan KIRPICCH .Waktu kosentrasi untuk lahan pertanian kecil dengan luas daerah tangkapan kurang 80 hektar (Kirpicch) Tabel 2. Nilai koefisien kekasaran Tata guna lahan Kedap air n 0,02

Timbunan tanah Tanaman pangan/tegalan dengan sedikit rerumputan pada tanah gundul yang kasar dan lunak Padang rumput Tanah gundul yang kasar dengan runtuhan dedaunan Hutan dan sejumlah semak belukar

0,1 0,2 0,4 0,6 0,8

Koefisien limpasan merupakan koefisien yang menentukan dalam persamaan rasional, kerenaa penetapan besaran koefisien ini menentukan tepat atau tidaknya persamaan ini digunakan dalam suatu DAS tertentu. Koefisien limpasan secara umum ditakrifkan sebagai perbandingan antara debit puncak dengan intensitas hujan atau perbandingan antara debit puncak terhitung (calculated peak) dengan debit puncak maksimum yang dapat terjadi (maksimum

possible runoff). Pemilihan koesfisien ini sangat sulit, karena:


a. b. c. terkait dengan kehilangan air akibat intersepsi, infiltrasi, tampungan permukaan tergantung dari intensitas, lama, dan frekuensi hujan tergantung dari tungkat difusi limpasan (cekungan), penguapan(catchment loss/catchment abstraction)

HIDROGRAF Adalah kurva yang member hubungan antara parameter aliran dan waktu. Parameternya antara lain ; kedalaman aliran (elevas), dan debit aliran. Komponen hidrograf a. b. c. aliran permukaan aliran antara aliran air tanah

bentuk hidrograf waktu nol (zero time) menunjukkan awal hidrograf, puncak hidrograf menggambarkan debit maksimum. Waktu capai puncak (time to peak) adalah waktu yang diukur dari nol sampai waktu tejadinya debit puncak Sisi naik (rising limb) adalah antara waktu nol dan waktu capai puncak Sisi turun ( recession limb) adalah bagian hidrograf yang menurun antara waktu capai puncak dan waktu dasar Waktu dasar (time base) adalah waktu yang diukur dari waktu no, sampai dimana waktu sisi turun berakhir Akhir dari sisi turun ditentukan dengan perkiraan Volume hidrograf diperoleh dengan mengintegralkan debit alitran dari waktu nol sampai waktu dasar Pemisahan Hidrograf Hitungan hidrograf satuan hanya dilakukkan terhadap komponen limpasan permukaan.oleh karena itu perlu memisahkan hidrograf terukur menjadi limpasan langsung dan aliran dasar. Ada 2 cara memisahkan kedua tipe aliran tersebut

1.

cara paling sederhana dengan menarik garis lurus dari titik dimana aliran langsung mulai

terjadi (A) sampai akir dari aliran langsung (B), apabila titik B tidak diketahui, maka tarik garis horizontal dari titik A 2. membuat garis yang merupakan perpanjangan /kelanjutan dari aliran dasar sampai titk C yang berada dibawah puncak hidrograf, dari titik C ditarik garis lurus kettik D yang berada pada sisi turun yang berjarak N hari sesudah puncak. 3. menarik kurva resesi kebelakang yang berawal dari titk akhir aliran langsung (B) sampai titik E dibawah titik balik, hubungkan titik A dengan garis lurus atau kurva sembarang Hujan efaktif dan Aliran Langsung hujan efaktif (effective rainfall) atau hujan lebihan (excess rainfall) adalah bagian dari hujan yang menjadi aliran langsung disungai. Hujan efektif = hujan total yang jatuh dipermukaan tanah dikurangi kehilangan air. Hujan yang jatuh dipermukaan tanah merupakan fungsi waktu yang dinyatakan dalam bentuk histogram. Histogram hujan efektif diperoleh dengan mengurangkan kehilangan air terhadap histogram hujan total. Untuk mendapatkan hujan efektif perlu dicari besarnya kehilangan air. Salah satu cara dengan menggunakan phi indeks. Nilai phi()index adalah laju kehilangan air rerata yang disebabkan oleh infiltrasi, tampungan permukaan dan penguapan. Contoh soal Das cemoro dengan luas 13,48 km2 mempunyai data hujan dan debit yang terjadi pada tanggal 15 -16 februari 2003 seperti pada tabel 1 Hitung hidrograf aliran langsung, phi() indek dan histogram hujan efektif Hari/tanggal jam 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 15 feb 03 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 36,59 35,52 32,54 19,31 17,73 35,061 17,161 11,247 8,153 6,523 Hujan (mm) 4,43 32,40 Debit (m3/det) 0,094 0,094 0,094 0,559 25,203

18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 16 feb 03 03.00 04.00 05.00 Penyelesaian : 1. 2. 3.

4,90

5,066 2,441 1,841 1,841 0,251 0,251 0,251 0,232 0,232 0,232 0,215 0,215

Perkiraan aliran dasar, dengam memperhatikan kolom 3 dapat diketahui aliran dasar Qbf = Hitng hidrograf limpasan langsung yang diperoleh dengan mengurangkan aliran dasar Hitung volume dan kedalaman limpasan langsung .volume limpasan langsung adalah

0,094 m3/det, dianggap aliran dasar adalah konstan terhadap hidrograf kolom 3 dan hasilnya pada kolom 4) jumlah dari limpasan langsung (kolom 4) dikalikan dengan interval waktu yaitu 1 jam (3600 detik) V limp = 115,189 x 3600 = 414.680,4 m3 Kedalaman limpasan adalah = volume limps dibagi luas DAS 4. Memperkirakan kehilangan air (phi indek) dengan cara berikut Dianggap phi indeks < 4,43 mm (hujan terkecil) maka : (4,43 - ) + (32,4 - ) + (36,59 - ) + (35,52 - ) + (32,54 - ) + (19,31 - ) + ( 17,73 - ) + ( 4,9 - ) = 30,76 = 19,08 Karena hasilnya labih besar dari perkiraan awal, berarti anggapan < 4,43 mm adalah salah, dilakukan anggapan baru yaitu 4,43< < 4,9 mm, maka diperoleh : Permisalah masih salah , dimisalkan 4,9<< 17,73, maka diperoleh = 23,89 Permisalahan masih salah, dimisalkan 17,73< < 19,93, maka diperoleh

= 25,12 Permisalahan masih salah, dimisalkan 19,93<< 32,4 maka = 26,57 Dengan anggapan 19,93<< 32,4 mm adalah benar maka = 26,57 mm 5. 6. Menghitung histogram hujan efektif yaitu dengan mengurangkan = 26,57 mm terhadap Untuk mengecek hitungan benar dilakukan dengan membandingkan nilai jumlah hujan kolom 2 dan haslnya pada kolom 5 . lebihan dengan kedalaman limpasan langsung yaitu sebesar 30,76 mm. Thanks..

You might also like