You are on page 1of 4

ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) SUDAHKAH DIPAHAMI

Oleh: Awan Gumelar

udah maklum bahwa setiap profesi dari suatu kegiatan pada umumnya mempunyai kode etik, seperti halnya dunia kedokteran, kenotariatan, kewartawanan, kepengacaraan dan seterusnya. Hal itu, sudah barang tentu dimaksudkan untuk kesinambungan kegiatan profesi dan adanya rasa akuntabilitas dan pada akhirnya untuk menjamin kesenangan, kebahagiaan, kepuasan pelanggan (customer). Setiap profesi sudah pasti berlomba memelihara, menjaga bahkan mengembangkan kepercayaan (trust) pelanggan ke arah yang lebih luas apalagi saat ini dan ke depan sudah tidak lepas dari kondisi yang sifatnya global, katanya tidak lepas juga dari TI (Tekonologi Informasi) atau dunia maya.

Apa itu etika? secara etimologi dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain.1996) berasal dari bahasa latin yang mengandung arti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, sesuai dengan ukuran moral atau akhlak yang dianut oleh masyarakat luas dan berarti pula ukuran nilai mengenai yang salah dan yang benar sesuai dengan anggapan umum (anutan) masyarakat. Guru saya Bapak Drs.Soemarsaid Moertono,MA pada tahun 80-an mengemukakan bahwa etika berasal dari bahasa Greek yaitu: ethos, artinya character adalah suatu studi yang sistematis mengenai sifat dari konsep-konsep nilai mengenai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya, dan mengenai prinsip-prinsip umum yang merupakan dasar pertimbangan kita di dalam kehidupan yang senyatanya. Tata aturan dalam beretika dinamakan norma atau kaidah. Kata norma mengandung arti ukuran yang berlaku, dan peraturan. Dengan demikian, baik dan tidak baik merupakan etika dalam kehidupan berorganisasi, bermasyarakat, bernegara, termasuk bagi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Etika PNS Beretika dalam kehidupan yang dimiliki oleh seseorang selaku PNS baik dalam kehidupan berorganisasi maupun bermasyarakat dan bernegara. Apalagi secara normatif telah diatur dalam peraturan perundanganundangan tentang kepegawaian.

28 | B u l e t i n D i k l a t

Pengaturan kepegawaian itu tertuang dalam f. Tanggap, terbuka, jujur dan akurat serta tepat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang waktu dalam melaksanakan setiap kebijakan Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah didan program pemerintah; ubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 g. Menggunakan atau memanfaatkan semua diantaranya mengatur bahwa bagi setiap calon PNS sumber daya negara secara efisien dan (CPNS) yang sudah diangkat PNS wajib mengucapkan efektif; sumpah/janji, bahkan pada setiap PNS yang diangkat h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau kedalam jabatan struktural maupun fungsional diawali terangan yang tidak benar. dengan sumpah jabatan. Apalagi secara spesifik nilai- 2. Etika dalam berorganisasi, yaitu: nilai dasar dan etika PNS telah diatur dalam Peraturan a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pemketentuan yang berlaku; binaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia; Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah setiap c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapPNS itu telah memahami, menghayati dan melaksanakan oleh pejabat yang berwenang; kan nilai-nilai dasar yang merupakan pedoman sikap, d. Membangun etos kerja untuk meningkatkan tingkah laku dan perbuatan dengan tidak membedakan kinerja organisasi; dimana PNS itu bekerja? PNS berada dan bekerja di e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan setiap lembaga negara, pemerintah pusat dan peunit kerja lain yang terkait dalam rangka penmerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota); Jawabcapaian tujuan; annya sudah barang tentu kembali pada para PNS itu f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan sendiri. tugas; Nilai-nilai dasar tersebut yang harus dijunjung tinggi g. Patuh dan taat terhadap standar operasional oleh setiap PNS, yaitu: 1) Ketaqwaan kepada Tuhan dan tata kerja. Yang Maha Esa; 2) Kesetiaan dan ketaatan kepada h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; 3) Sedan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja mangat nasionalisme; 4) Mengutamakan kepentingan organisasi; Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; 5) i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundangkerja. undangan; 6) Penghormatan terhadap hak asasi 3. Etika dalam bermasyarakat, yaitu: manusia; 7) Tidak diskriminatif; 8) Profesionalisme, a. Mewujudkan pola hidup sederhana; netralitas dan bermoral tinggi; dan 9) Semangat jiwa b. Memberikan pelayanan dengan empati, korps. Nilai-nilai dasar ini merupakan nilai-nilai yang hormat dan santun, tanpa pamrih dan tanpa hidup dan berkembang dalam kehidupan bermasyaunsur pemaksaan; rakat, berpemerintah, bernegara dan berbangsa. Nilaic. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, nilai hidup itu merupakan pula etika PNS. terbuka dan adil serta tidak diskriminatif; Etika PNS yang telah diatur dalam PP No. 42 d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan Tahun 2004 yang terdiri dari: masyarakat; 1. Etika dalam bernegara, yang meliputi: e. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraa. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan an masyarakat dalam melaksanakan tugas. Undang-undang Dasar 1945; 4. Etika terhadap diri sendiri, yaitu: b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan negara; informasi yang tidak benar; c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dan b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; ketulusan; d. Menaati semua peraturan perundang-undangc. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kean yang berlaku dalam melaksanakan tugas; lompok maupun golongan; e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas ped. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan ngetahuan, kemampuan, keterampilan dan berwibawa; sikap;

B u l e t i n D i k l a t | 29

e. Memiliki daya juang yang tinggi; f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani; g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga; h. Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan. 5. Etika terhadap sesama PNS. yaitu: a. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang berlainan; b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS; c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi; d. Menghargai perbedaan pendapat; e. Menjungjung tinggi harkat dan martabat PNS; f. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama PNS; g. Menghimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS dalam memperjuangkan hak-haknya. Pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari setiap PNS harus atau wajib bersikap, berpedoman pada etika atau kode etik PNS sebagaimana dimaksud di atas. Penetapan kode etik instansi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian pada instansi yang bersangkutan atas dasar karakteristik setiap instansi. Sedangkan organisasi profesi di lingkungan PNS menetapkan pula kode etiknya masing-masing atas dasar karakteristik organisasi profesi itu sendiri umpamanya kode etik jaksa, auditor/pemeriksa, pemeriksa bea dan cukai, peneliti, dokter, perawat, guru/dosen/widyaiswara dan sebagainya. Keduanya itu tidak bertentangan dengan kode etik sebagaimana PP No. 42 Tahun 2004. Dari uraian tersebut, timbul pertanyaan, apakah setiap PNS telah memahami, menghayati dan melaksanakan kode etik PNS dimaksud? Jawabannya kembali kepada PNS itu sendiri, namun demikian jika belum memahami karena belum membaca dan menerima penjelasan dari Pejabat Pembina Kepegawaiannya, hal itu kembali kepada komitmen dan konsistensi Pejabat yang bersangkutan.

Majelis Kode Etik. PNS dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, kemungkinan melakukan pelanggaran dari kode etik di instansi yang bersangkutan (diharapkan tidak ada pelanggaran). Seandainya terjadi pelanggaran dapat dikenakan sanksi moral, yang dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh Pejabat Pembina kepegawaian dan dapat didelegasikan kepada pejabat lain di lingkungan sendiri sekurang-kurangnya pejabat struktural eselon IV. Selain itu, dapat pula dikenakan sanksi tindakan administratif atau hukuman disiplin PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (misal PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS), atas rekomendasi Majelis Kehormatan Kode Etik yang selanjutnya disingkat Majelis Kode Etik. Kedua macam sanksi tersebut merupakan kegiatan Penegak kan Kode Etik. Majelis kode etik adalah lembaga non struktural pada instansi pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS (PP No.42 Tahun 2004). Setiap instansi membentuk Majelis ini yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Majelis ini terdiri dari: (1) Satu orang Ketua merangkap anggota; (2) Satu orang Sekretaris merangkap anggota dan (3) Sekurangkurangnya tiga orang anggota. Manakala anggotanya lebih dari lima orang, maka jumlahnya harus ganjil. Majelis kode etik sifatnya temporer, artinya hanya dibentuk apabila terdapat PNS yang disangka melakukan pelanggaran kode etik. Oleh karena itulah jabatan dan pangkat anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat PNS yang diperiksa karena disangka melanggar kode etik. PNS yang disangka melanggar kode etik, diperiksa oleh Majelis Kode Etik dengan memanggil PNS yang bersangkutan dan dapat mendengar pejabat lain atau pihak lain yang dipandang perlu. Hal ini dengan maksud untuk menjamin atau mendapatkan objektivitas dalam pemeriksaan Majelis atas sangkaan pelanggaran kode etik tersebut. Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat setelah mendengar PNS yang diperiksa membela diri, jika musyawarah mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak (voting). Keputusan majelis diambil bersifat final, artinya bahwa keputusan Majelis Kode Etik tidak dapat diajukan keberatan. Selanjutnya Majelis tersebut berkewajiban menyampaikan keputusan hasil sidang

30 | B u l e t i n D i k l a t

majelis kepada pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam memberikan sanksi moral dan/atau sanksi lainnya kepada PNS yang bersangkutan. Pejabat yang berwenang itu adalah Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk. Timbul pertanyaan lagi sudahkah pembentukan Majelis Kode Etik dilakukan pada setiap instansi baik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah? Jawaban terpulang pada instansi yang bersangkutan. Namun demikian, secara empiris diperoleh informasi ada yang sudah melaksanakan, tetapi ada juga yang belum; saat berbincang-bincang dengan para peserta Diklat (Diklat PIM) ataupun sesama teman PNS ternyata belum terbentuk Majelis Kode Etik tersebut, bahkan belum membaca, memahami dari peraturan pemerintah dimaksud. Namun demikian, ada yang sudah membentuk dan eksis, diantaranya Kejaksaan Agung (informasi dari media cetak diantaranya Koran Kompas/Pikiran Rakyat/Tribun, dan seterusnya). Hal ini, menunjukan komitmen Pejabat Pembina Kepegawaian belum kuat. Berkenaan dengan hal-hal itu, maka dalam rangka mewujudkan PNS yang bersih, kuat dan berwibawa diperlukan: (1) Adanya komitmen dan konsistensi yang kuat

dari Pejabat Pembina Kepegawaian; (2) Optimalisasi pemahamanan dan pelaksanaan kode etik PNS; (3) Optimalisasi penegakan kode etik PNS, (4) Optimalisasi peran Majelis Kode Etik PNS; (5) Melakukan organisasi pembelajar (learning organizations) yang konsisten dan berkelanjutan. Akhirnya diharapkan pelanggaran-pelanggaran PNS atau patologi birokrasi akan berkurang atau sama sekali tidak ada (zero), sehingga tata pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) secara bertahap terwujud di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan pemiliknya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi), ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi pemiliknya di dunia dan di akhirat. -HR. Ar-Rabi-

B u l e t i n D i k l a t |31

You might also like