You are on page 1of 5

CERPEN Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa.

Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang relatif pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isi pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami. Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih sayang, jenaka, dll. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang sangat mudah dipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan apapun. Adapun ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut: a. Merupakan cerita singkat b. Mengandung satu gagasan tunggal c. Menyajikan kejadian yang menarik dan penting d. Berakhir dengan penyelesaian konflik e. Bersifat fiktif dan imajinatif Fungsi cerpen antara lain: a. Sebagai hiburan b. Memberi pengetahuan tentang kehidupan c. Sebagai bahan informasi d. Sebagai pengayaan dan sumber saran-saran bagaimana sikap kita dalam menjalani kehidupan Jenis cerita pendek terdiri dari empat macam, yakni: a. Cerita Pendek Sastra Cerpen sastra bersifat universal, dalam pemaparannay mengangkat persoalan mendasar dalam kehidupan. Ditulis secara apik dengan bahasa yang komunikatif, filosofis, dan banyak menggunakan makna konotatif serta mengangkat persoalan yang kompleks. b. Cerita Pendek Pop Seperti kita kenal sebagai cerpen populer. Ceritanya selalu ditutup dengan Happy Ending, banyak digemari orang, picisan, dan bahasa yang digunakan terlalu indah. Serta selalu menitikberatkan pada jalan cerita. c. Cerita Pendek Terjemahan Cerpen terjemahan ini, biasanya merupakan karya satra yang bonafit, best seller dan mendapatkan Nobel di bidang satra. Maka dari itu, isi dalam cerpen ini sudah diakui di kancah sastra Internasional. d. Cerita Pendek Karya Sendiri Cerita pendek ini, biasanya merupakan ungkapan hati sang penulis, lebih pada kebebasan berekspresi dan lahir dengan ciri khas penulisan yang berbeda tergantung orang yang membuat karya sastra itu sendiri.

Unsur-Unsur Cerpen Cerpen dilengkapi oleh unsur-unsur penting yang membangunnya. Unsur itu terdiri dari unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain, tema, alur, setting/latar/waktu, penokohan, watak, dan amanat. Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik. Meskipun bentuknya pendek, bahkan ada. Yang cuma 1 halaman, di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, yaitu tema,amanat,tokoh, alur, latar, sudut padang pengarang,dan dialog. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsureunsur yang secara faktual dapat dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam karya sastra, khususnya cerpen, meliputi tokoh/ penokohan, alur (plot), gaya bahasa, sudut pandang, latar (setting), tema, dan amanat. Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik. 1. Tokoh dan Karakter Tokoh Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. 2. Latar (Setting) Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguhsungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut. a. Latar Tempat Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.

c. Latar Sosial Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya. 3. Alur (Plot) Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwaperistiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi: - mulai melukiskan keadaan (situation); - peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses); - keadaan mulai memuncak (rising action); - mencapai titik puncak (klimaks) - pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulainya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menengok kembali pada peristiwaperistiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur sorot balik (flashback). Selain itu, ada juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan tidak akan mengganggu jalan cerita. 4. Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran. 5. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, p enggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.

6. Tema Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan. 7. Amanat Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut. 1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup. 2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan penerapan prinsip-prinsip psikologi dalam sastra. 3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial. 4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya. Contoh cerpen dan analisisnya : Sinopsis : Robohnya Surau Kami Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.

Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya , dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja Analisis Cerpen : Tema Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga lalai itu sehingga masalah kelalaiannya itu akhirnya mampu membunuh dirinya Alur Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. Latar Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh. 1) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. 2) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual 3) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain. 4) Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. Gaya Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme Amanat Amanat cerpen ini adalah : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang, 2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik, 3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar, 4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan 5) jangan egois.

You might also like