You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

I. II.

NAMA PERCOBAAM TUJUAN PERCOBAAN

: Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam : Mempelajari stoikiometri reaksi antara

logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan ion tembaga yang dihasilkan. III. DASAR TEORI Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yang melibatkan perubahan struktur komposisi dan energi setiap spesies yang berperan serta di dalamnya dalam skala molekular, bahkan kadang-kadang atomik. Stoikiometri adalah merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang memepelajari berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekular maupun dalam skala eksperimental. Pengetahuan tentang kesetaraan massa antara zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk mengkonversi kesetaraan massa antar zat dari skala molekular ke dalam skala eksperimental dalam laboratorium. Dalam percobaan ini, akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan gram besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi secara volumetri. Secara teoritis, ion tembaga monovalen, Cu+ dan ion tembaga bivalen Cu2+ merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda standar untuk setiap spesies, dapat diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dari dua spesies. Reaksi antar logam Cu dengan larutan garam Fe3+ dapat diperkirakan berlangsung menurut persamaan-persamaan berikut: Cu + 2 Fe3+ Cu + Fe3+ Fe2 + Cu2+ ... (1) 2Fe2 + Cu2+ ... (2)

Reaksi yang terjadi dapat diketahiu dari harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai.

Jika harga perbandingan jumlah mol itu digunakan simbol r, maka diperoleh rumus r = mol Fe3+ yang bereaksi mol Cu yang bereaksi harga r berkisar antara 1 sampai 2. Apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (1),maka r = 1, dan r = 2 apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (2). (Abu Bakar. 2013) Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagaireaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara umum, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir. Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan

oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasikarbon yang menghasilkan karbondioksida, atau reduksikarbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut: Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuahmolekul, atom, atau ion. Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk

pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagaipeningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut. (http://www.chem-is-try.org) Reaksi Redoks Reaksi asam basa dapat dikenali sebagai proses transfer-proton. Kelompok reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) dikenal juga sebagai reaksi transfer-elektron. Reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam banyak hal didalam kehidupan kita sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu sebagian besar unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijinya melalui proses oksidasi reduksi. (R. Chang, 2004) Mekipun reaksi oksidasi-reduksi didasarkan pada serah terima elektron, hal ini tak selalu tampak dari persamaan reaksinya. Proses-proses ini lebih baik untuk dipahami jika dipecah menjadi dua tahap yang terpisah, oksidasi satu zat reduksi zat yang lain. Berikut ini adalah contoh reaksi antara logam besi dan ion tembaga: Fe + Cu Fe + Cu.......................(1) Terdiri dari reduksi Cu Cu + 2e Cu.................................(2) Dan oksidasi Fe Fe Fe+ + 2e.....................................(3) Kedua elektron yang dilepaskan Fe diambil oleh Cudalam proses ini. (Vogel, 1979) Larutan yang Terlibat

Asam Oksalat (H2C2O4.H2O)

Oksalat dari logam-logam alkali dan besi(II), larut dalam air, semua oksalat lain tak larut atau sangat sedikit larut dalm air. Berbentuk zat padat kristalin, tak berwarna dan menjadi anhidrat dengan dipanaskan sampai 110oC . Zat ini mudah larut dalam air. Permanganat, MnO4Semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung kemerahan). Untuk mempelajari reaksi pada permanganat digunakan larulan kalium permanganat(KMnO4). Jika direaksikan dengan asam oksalat(H2C2O4.H2O) dan dengan asam sulfat(H2SO4) , yang berfungsi sebagai katalis, akan menghasilkan gas karbon dioksida, dengan mekanisme reaksi:

2MnO4- + 5(COO)22- + 16H+

10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O...........................(4)

Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 60oC. Ion mangan (II) mengkatalis reaksi ini, jadi reaksi ini adalah otokatalitik. Sekali ion mangan(II) telah terbentuk, reaksi ini menjadi semakin cepat. (Vogel I , 1985) Tembaga (Cu) Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 10380C, karena potensial electrode standarnya positif maka ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga : Cu + 2H2SO4 Besi (Fe) Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535OC. Asam sulfat encer melarutkan besi. Besi membentuk dua deret garam yang penting : Besi (II) atau fero Cu2+ + SO42- + SO2 + H2O.........(5)

Diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Besi (III) atau feri

Diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. . Dalam larutannya, terdapat kationkation Fe3+ yang berwarna kuning muda. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). (Vogel I, 1985) Reaksi antara logam Cu dan larutan Fe3+ adalah sebagai berikut: Cu + Fe3+ Cu + 2 Fe3+ Fe2+ + Cu+ .......................(6) 2Fe2+ + Cu2+ ......................(7)

Reaksi redoks KMnO4 dengan asam Oksalat : MnO4- + 8H+ + 5eC2O42Mn2+ + 4H2O X2 X 5________ 2Mn2+ + 10CO2+ 8H2O...........(8)

2CO2 + 2e-

2MnO4-+ 5C2O42- + 16H+

Reaksi redoks KMnO4 dengan Fe2+: Fe2+


4+ 2+ 4-

Fe3++ e+

X5
2+

MnO + 8H + 5e

Mn + 4H2O
3+ 2+

X1

5Fe + MnO + 8H -

5Fe + Mn + 4H2O..................................(9)

Reaksi Permanganometri

Reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat(H2C2O4.H2O) dan asam sulfat (H2SO4 ) akan terjadi reaksi redoks yaitu : 2MnO4 + 5H2O2 + 6H+ (Underwood, 2001) Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yang melibatkan perubahan struktur, komposisi dan energi setiap spesies yang berperan serta didalamnya dalam skala molekuler bahkan kadang-kadan atomik. Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik secara molekuler maupun secara eksperimental. Pengetahuan kesetaraan massa antara zat yang bereakasi merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O.............(10)

mengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke skala eksperimental dalam laboratorium. Sebagai contoh dapat ditemukan dengan mengetahui stoikiometri reaksi dalam proses analisa volumetri, data hasil titrasi dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi suatu senyawa yang terlibat dalam proses itu. Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil secara volumetri. Secara teoritis ion tembaga monovalen dan ion tembaga bivalen merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi ini. Dengan memenfaatkan harga potensial elektroda standart untuk setiap spesies dapat diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dua spesies itu. Banyak logam tersusun rapat. Selama atom mempunyai kecenderungan lemah terhadap kovalensinya, akan mempunyai karakter yang lemah terhadap ikatannya dan memperoleh bilangan yang maksimal akibat dari susunan yang rapat bahwa logam mempunyai kerapatan yang tinggi. Unsur-unsur yang berada pada blok d, dekat Ir dan Os yang mengandung padatan yang rapat. (Aldes Lesbani. 2003. hal: 73)

V. ALAT DAN BAHAN A. Alat yang digunakan : Gelas beker 250 ml Gelas arloji untuk tutup Botol Timbang 10 ml Labu ukur 100 ml Pipet gondok 250 ml Buret 50 ml Erlenmeyer Pemanas spritus 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 set

B. Bahan kimia yang dibutuhkan : Tembaga berbentuk serbuk 0,3 gram Larutan Fe(NH4)(SO4)2 dengan konsentrasi Fe3+ 0,2 M mengandung H2SO4 pekat 100 ml per 1000 ml Larutan H2SO4 Larutan standar KMnO4 2,5 M 0,02 M

VI. PROSEDUR PERCOBAAN A. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M 0,63 gram asam oksalat Diencerkan dengan aquades 100 mL Larutan asam oksalat Dipipet 5 ml larutan asam oksalat Ditambahkan 20 mL asam sulfat 2,5 M Dititrasi

KMnO4

B. Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe(III) 0,2 gram serbuk logam tembaga Dimasukan

30 mL larutan besi (III) 0,2 M dan 15 mL asam sulfat 2,5 M

Larutan tembaga Didihkan, Setelah mendidih didinginka Larutan tembaga Diencerkan 25 Larutan tembaga

Dititrasi KMnO4 *titrasi diulang 3 kali. *hitung konsentrasi Fe(II) yng dihasilkan dan hitung pula perbandingan jumlah mol dengan menggunakan rumus : r= =
( ) ()

VII. DATA HASIL PENGAMATAN a. Standarisasi larutan KMnO4 V1 V2 Vrata-rata = 8,1 mL 7,5 mL

b. Stoikiometri logam Cu dan garam Fe V1 V2 4,5 mL 5 mL

Vrata-rata =

IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN

-Reaksi a. Standarisasi Larutan KMnO4


K+ + MnO4KMnO4 H2C2O4 + 2H2O H2C2O4.2H2O

H2C2O4 2H+ + C2O42MnO4- + 5e- + 8H+ Mn2+ + 4H2O ........ x2 C2O422CO2 + 2e- ......................... x5
2MnO4- + 16H+ 5C2O422Mn2+ + 8H2O + 10CO2

b. Stoikiometri logam Cu dan garam

Cu+ + Fe2+ Cu + Fe3+ Cu + Fe3+ Cu2+ + 2Fe2+ Mn2+ + 4H2O ..... x1 MnO4- + 8H+ + 5eFe3+ + 3e- ................................... x5 Fe2+ 5Fe2+ + MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

-Perhitungan

a.

Standarisasi larutan KMnO4 = 0,6340 gram = 100 mL = 0,1 Liter

w. asam oksalat V. Pengenceran

BM. Asam oksalat = 126 gr/mol v. asam oksalat V. KMnO4 rata-rata = 5 mL = 0,005 Liter = 0,0078 Liter
( ( )

M. asam oksalat =

( )

b. Stoikiometri reaksi Cu dengan Fe

W Cu Bm. Cu

= 0,2 gram = 63,5 gr/mol

M. KMnO4 = 0,02 M

V. Fe

= 15 mL = 0,015 Liter

V. KMnO4 = 0,00275 Liter n. Cu = =

n. KMnO4 = M. KMnO4 . V. KMnO4 = 0,02 M x 0,00275 L = 0,00055 n. Fe


2+ awal

= 5/1 x n.KMnO4 = 5 x 0,00055 = 0,00275 = M x V. Fe = 0,02 M x 0,015 = 0,0003 = n. Fe2+ awal - n. Fe2+sisa = 0,00245 0,0003 = 0,00245 = n. Fe2+yang bereaksi / n. Cu =

n. Fe2+sisa

n. Fe yang bereaksi

Perbandingan

VII. PERTANYAAN PRAPRAKTEK 1. Jelaskan asal rumus :

Jawaban : r (Cu+ + Cu2+) r Cu+ + r Cu2+ Cu+ (r 1) 2 Cu2+ + Cu+ 2 Cu2+ + Cu+ Cu2+ (2 r)

= = =

X. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi logam dengan garam. Dimana stoikiometri itu sendiri dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu mimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik dalam skala molecular maupun skala eksperimental. Pada percobaan dilakukan titrasi. Dimana titrasi diartikan sebagai metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan

menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi. Pada saat proses titrasi terdapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen terjadi apabila antara titran dan titrat tepat bereaksi dan terjadi perubahan warna yang belum konstan. Sedangkan titik akhir titrasi terjadi apabila antara titran dan titrat tepat habis bereaksi dan terjadi perubahan warna yang konstan, dan titrasi harus dihentikan. Dalam titrasi terdapat larutan yang dijadikan sebagai larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan ynag mengandung zat padat murni yang konsentrasinya telah diketahui secara tepat melalui metode gravimetric (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Syarat-syarat larutan standar primer diantaranya zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara dan tidak higroskopis. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji-uji kualitatif dan kepekaan tertentu. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan masssa ekivalen yang besar. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. Dan reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan standarisasi menggunakan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Syarat-

syarat larutan standar sekunder antara lain derajat kemurnian lebih rendah dari pada larutan standar primer. Mempunyai berat ekivalen yang yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan. Dan larutannya relatif stabil dalam penyimpanan. Dalam percobaan stoikiometri ini dilakukan titrasi berupa titrasi permanganometri. Dinana titrasi permanganometri di definisikan sebagai titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate. Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara kalium permanganat dengan larutan antara tembaga dan lartan besi. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan

permanganometri . Kalium permanganat berfungsi sebagai larutan auto indikator. Larutan auto indikator merupakan larutan yang bias berfungsi sebagai titran dan juga berfungsi sebagai indikator. Indikator merupakan senyawa organik asam atau basa lemah yang memiliki warna molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Ada beberapa macam bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya asam oksalat, aquades, asam sulfat, larutan kalium permanganat, serbuk logam tembaga, dan larutan besi. Dalam percobaan stoikiometri ini digunakan serbuk logam tembaga yang berwarna coklat kemerahan dan larutan kalium permanganate yan berwarna ungu. Hal tersebut dikarenakan logam tembaga dan mangan dalam kalium permanganat termasuk golongan logam trasisi, dimana dalam golongan logam transisi terdapat orbital d yang kosong sehingga energy dari tingkat bawah bergerak menuju energy tingkat atas yang bergerak atau berpindahnya electron maka kejadian ini diesbut eksitasi electron. Pada saat electron akan kembali ke tingkat energy rendah maka pada saat itulah memencarkan warna akibat penyerapan cahaya. Pada stoikiometri reaksi logam tembaga dan larutan garam besi digunakan analisa berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif terjadi saat mengamati perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan titrasi. Karena analisa kualitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada pengamatan panca indera, misalnya bau, warna, dan suhu. Sedangkan analisa kuantitatif terjadi saat menghitung molaritas dan mol asam oksalat, serta menghitung volume rata-rata

kalium permanganat, mol tembaga, mol kalium permanganate, mol larutan besi awal dan sisa, dan menghtung perbandingan tembaga. Karena analisa kuantitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada perhitungan.

XI. KESIMPULAN 1. Titrasi yang digunakan berupa titrasi permanganometri karena kalium permanganate digunakan sebagai titran 2. Pada percobaan ini tidak digunakan indicator karena kalium

permanganate bertindak sebagai larutan auto indicator. 3. Auto inikator berfungsi sebagai titran dan indikator.

4.

Mangan pada kalium permanganate dan serbuk logam tembaga memiliki warna yang khas karena termasuk dalam golongan logam transisi.

5.

Analisa yang digunakan berupa analisa kualitatif dan analisa kuatitatif.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Reaksi Kimia. (http://www.chem-is-try.org/kimia-dasar/reaksikimia) diakses 08 Desember 2012, Pukul 19:20 WIB. Lesbani, Aldes. 2003. Kimia Anorganik I. Inderalaya : Universitas Sriwijaya. Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Erlangga. Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

You might also like