You are on page 1of 13

UJIAN AKHIR SEMESTER FILSAFAT PENDIDIKAN

Aplikasi Teori Progresivisme Terhadap Model Pendidikan Homeschooling Bagi Anak Autisme Dosen pengampu : Dra. Mumpuniarti M.Pd

KHUSNIYATIL KARINAH PLB A 2010/ 10103241036

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

APLIKASI TEORI PROGRESIVISME TERHADAP MODEL PENDIDIKAN HOMESCHOOLING BAGI ANAK AUTISME Abstrak : Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child_centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subjectcentered). Pada kasus-kasus tertentu metode pembelajaran bisa juga dilakukan di luar sekolah baik itu dalam bentuk parenting, homeschooling maupun metode pembelajaran lainnya. Prinsip teori progresivisme banyak diterapkan dalam model pendidikan Homeschooling. Homeschooling atau sekolah-rumah diterapkan ketika anak-anak memerlukan perhatian khusus, salah satunya adalah anak autis. Autisme merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat atau luas, dan dapat terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya. Pelaksanaan Homeschooling bagi pendidikan anak autis dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, dan kontinyu. Kurikulum yang dipakai dalam program ini disesuaikan dengan kebutuhan anak. Anak autis membutuhkan penanganan pendidikan secara khusus karena keterbatasannya. Fakta yang ada memperlihatkan bahwa anak autis dengan karakteristik autisme berat tidak mampu ikut serta dalam sekolah khusus formal sehingga memerlukan suatu metode pendidikan alternatif. Tenaga pendidik dalam Homeschooling dapat memaksimalkan perhatiannya kepada apa yang menjadi kebutuhan anak didiknya dibandingkan dengan program pendidikan lainnya, materi yang diberikan disesuaikan kemampuan dan minat anak, orang tua terlibat dalam perencanaan kurikulum anak, merupakan . Program Homeschooling dijadikan pendidikan alternatif yang dapat membantu anak autis dalam belajar yang di dalamnya terdapat penerapan prinsip yang sama dengan prinsip progresivisme.

Pendahuluan Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Sama seperti anak normal lain, anak autis juga memiliki hak dalam memperoleh pendidikan yang layak. Cara yang paling efektif dalam membantu anak autis adalah dengan menyediakan bentuk layanan pendidikan yang memadai dan disesuaikan dengan karakteristik individu. Anak autis membutuhkan penanganan pendidikan secara khusus karena keterbatasannya. Salah satu penanganan yang dapat digunakan untuk pendidikan anak autis adalah program Homeschooling. Fakta yang ada memperlihatkan bahwa anak autis dengan karakteristik autisme berat tidak mampu ikut serta dalam sekolah khusus formal sehingga memerlukan suatu metode pendidikan alternatif. Program sekolah di rumah (Homeschooling Program) dapat dijadikan pendidikan alternatif yang dapat membantu anak autis dalam belajar. Tenaga pendidik dalam Homeschooling dapat memaksimalkan perhatiannya kepada apa yang menjadi kebutuhan anak didiknya dibandingkan dengan program pendidikan lainnya. Dalam dunia pendidikan Homeschooling merupakan suatu situasi belajar mengajar dimana anak yang sebagian besar waktu belajar di sekolahnya dihabiskan di dalam atau sekitar rumah sebagai ganti dari menghadiri sekolah konvensional. Pelaksanaan Homeschooling bagi pendidikan anak autis dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, dan kontinyu. Kurikulum yang dipakai dalam program ini disesuaikan dengan kebutuhan anak. Keberhasilan program Homeschooling bagi anak autis ini didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas yang memadai dan perhatian pada orang tua dari anak autis tersebut. Prinsip dalam pelaksanaan program Homeschooling sama halnya dengan prinsip pada gerakan pendidikan progresivisme dalam aspek siswa, tenaga pengajar, kurikulum, metode pengajaran, media dan lain sebagainya. Teori Progresivisme Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child_centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subjectcentered). Ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya progresivisme di USA, antara lain :

semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh Francis W. Parker, masuknya aliran Froebeliansime, yang menekankan pada perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri, perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan). Pada tahun 1919 , Asosiasi Pendidikan Progresif (Progressive Education Association atau PEA) di dirikan. Mereka memiliki prinsip yang harus dianut dalam dunia pendidikan yaitu : bebas berkembang secara alami, minat adalah motif dari semua pekerjaan, guru adalah seorang pembimbing dan bukan seorang pemberi tugas, studi ilmiah tentang perkembangan siswa, perhatian yang lebih besar tertuju pada semua yang mempengaruhi perkembangan fisik, kerja sama antarsekolah dengan rumah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup anak, sekolah progresif adalah pemimpin gerakan-gerakan pembaharuan pendidikan 1. Dasar filosofis dari gerakan progresivisme pendidikan adalah realisme spiritualistic dan humanisme baru 2. Gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip siritualistik dan kereatif dari Frobele dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Humanisme baru merupakan paham yang menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya adalah individualistic. Tujuan dari keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatankegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Metode pendidikan yang digunakan dalam progresivme sangat variatif. Metode pendidikan progersif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memunkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Memonitoring proses kegiatan belajar anak, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegaitan dan diusahakan sedikit mungkin. Pelajar atau perserta didik diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah. Pendidikan progresif mengupayakan adanya
1

Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 142 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 144

kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluasluasnya bagi anak untuk dapat terekspresikannya secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak 3. Sekolah tidak hanya tempat anak belajar, tetapi berperan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan. Pendidikan progresif menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Menurut Parker, setiap anak mempunyai individualitas sendiri, anak memiliki alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa4. Dengan demikian anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa. Peran guru dalam pendidikan progressive tidak hanya mengajar, namun juga sebagai fasilitator, motivator, dan konselor5. Guru merupakan fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa. Motivator atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri menggunakan semua alat inderanya. Konselor atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranannya dengan baik. Progresivme mendapat kritik dari berbagai pihak, antara lain dari John Dewey sendiri, yang mengembangkan pragmatism. Kritik Dewey antara lain : progresivisme terlampau menekankan pendidikan individu, kelas sekolah progresif adalah artifisial dan dibuat buat atau tidak wajar6. Metode progresif tergantung pada minat sewaktu dan sepontan, hal ini merupakan interpretasi yang salah tentang hakekat minat. Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dan tugas yang mereka kerjakan, mereka tidak akan diizinkan untuk mengurangi fungsi-fungsi guru untuk melakukan improvisasi yang terus
3

Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 145 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 146 5 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 147 6 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012 ), hal : 148
4

menerus. Sekolah ada harusnya untuk membangun sebuah tatanan social yang lebih baik melalui kegiatan-kegiatan konstruktif dan progersivisme tidak tertuju untuk mencapai hal tersebut. Kritik datang pula dari George S. Counts dan kawan-kawan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat Amerika. Kalangan perennialisme yang mendasari pandangannya pada thomisme, kritik dari esensialisme, juga eksistensialisme. Homeschooling Filosofi berdirinya sekolah rumah atau Homeschooling adalah manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya (John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail, 1964) 7. Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal ( early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka8. Menurut Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam Kompas mengatakan, ada beberapa metode untuk pembelajaran di luar sekolah formal 9. Pada kasus-kasus tertentu metode pembelajaran bisa juga dilakukan di luar sekolah baik itu dalam bentuk parenting, homeschooling maupun metode pembelajaran lainnya. Homeschooling adalah sebuah metode pembelajaran yang legal. Homeschooling diterapkan ketika anak-anak memerlukan perhatian khusus. Misalnya, karena menderita sakit dan harus dirawat ataupun ada masalah-masalah tertentu yang membuat anak-anak memang harus menjalani pendidikan secara homeschooling. Hal-hal khusus itulah yang kemudian dianggap sebagai indiktor yang wajar terkait mahalnya biaya homeschooling.
7 8

Pormadi, diunduh dari http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/ , 22 Jun 2013 pukul 08.10 Pormadi, diunduh dari http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/ , 22 Jun 2013 pukul 08.10 9 Diunduh dari http://www.homeschooling-primagama.com/main.php?hal=berita&id=10,22 Jun 2013 pukul 08.00

Homeschooling itu legal tertera dalam kebijakan mengenai pendidikan di Indonesia diatur dalam UU no. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas)10. Di dalam UU tersebut disebutkan mengenai keberadaan 3 (tiga) jalur pendidikan yang diakui oleh pemerintah, yaitu : jalur pendidikan formal (sekolah), non-formal ( kursus dll ), dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan). Ketentuan mengenai pendidikan informal diatur dalam pasal 27 yang berbunyi : (1) kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan Para orangtua yang menerapkan homeschooling kepada anak-anaknya tidak perlu khawatir. Anak-anak homeschooling dapat menggunakan jalur ujian Paket A, B dan Paket C untuk memeroleh ijazah guna melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, dimungkinkan juga di suatu saat anak-anak homeschooling dapat ikut ujian bergabung bersama dengan pendidikan formal. Homeschooling bisa menggunakan ujian tersebut untuk ujian kelulusannya. Bisa juga ikut ujian bergabung dengan pendidikan formal. Homeschooling tetap harus memiliki kurikulum dasar. Tetapi, pengembangan dan pendekatannya diserahkan secara penuh kepada sang pendamping atau sang pembimbing homeschooling. Kurikulum dasar harus ada aturannya, tetapi masih bisa disesuaikan. Yang penting materi harus ada, jika tidak ada patokan maka akan sulit saat mereka ujian nanti. Anak mendapat penanganan secara individu. Mereka menyusun sendiri pembelajaran. Ada juga keluarga yang mengacu pada kurikulum tertentu, seperti Cambride, dan memilih ikut ujian internasional11. Mendidik anak dengan sekolah-rumah merupakan sebuah pilihan, tanpa bermaksud membuat tandingan sekolah formal. Akan tetapi, walaupun pendidikan di dalam rumah sebagai pendidikan informal merupakan kewenangan penuh keluarga atau orangtua, dalam rangka menjamin terpenuhinya hak pendidikan dan perkembangan anak, orangtua yang akan menyelenggarakan sekolah-rumah diwajibkan melaporkan kepada pemerintah. Penyelenggara sekolah-rumah tetap perlu

10

Ali Husayn Kamal, Diunduh dari: http://homeschoolingjakarta.com/jawaban-kami-tentang-homeschooling/. 22 Jun 2013 pukul 08.10
11

Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd, Home Schooling, (Jakarta: Kompas, 2007) hal 7

mendaftarkan komunitas belajar pada bidan yang menangani pendidikan kesetaraan, yaitu dinas pendidikan kabupaten atau kota setempat12. Anak-anak homeschooling justru memiliki sosialisasi yang luas tanpa batas. Menjadi homeschooler bukan berarti setiap hari dikurung di rumah, mengerjakan soal-soal tak punya teman, justru melalui homeschooling sosialisasi yang luas maka kami menjalani homeschooling. Di sekolah diberlakukan sosialisasi horizontal, bermain bersama teman sebaya selama 6 jam setiap hari selama 9 tahun atau masa sekolah. Berbeda dengan homeschooler anak bersosialisasi lintas umur setiap hari, bermain dengan teman sebaya, belajar dan bermain bersama ayah dan ibu, belajar memasak bersama anggota keluarga lain, jika jadwal fieldtrip anak bisa belajar dan bersosialisasi lebih luas13, seperti mengenal rute busway sambil mengobrol bersama kondekturnya, belajar matematika sambil bersosialisasi dengan kasir ketika membeli karcis kereta, belajar science sambil bermain dengan teman sebaya ketika di taman kota. Bukankah sosialisasi ini yang natural di masyarakat? Mereka tak malu lagi bertanya kepada pak polisi tentang arah jalan, karena mereka terbiasa dengan sosialisasi lintas umur. Autisme Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom yang mengganggu saraf. Penyakit ini mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak dan ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan. Kata autisme berasal dari bahasa yunani, autos yang berarti self istilah ini digunakan pertama kali pada tahun 1906 oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler, untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia (autisme adalah salah satu dari empat bleuler). Menurut dr. Reza ranuh14, autisme adalah gangguan kognitif (kemampuan untuk mengerti), gangguan tingkah laku sosial termasuk gangguan verbal atau nonverbal, dan sekitar 30% dari penderita ini mengalami gangguan bicara, dan 50% terdapat gejala mental retardasi. Gejala ini harus cepat diketahui oleh orang tua, oleh karena makin dini diketahui anak menderita autis, makin baik hasil dari penanganan penderita ini.

12 13

Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd, Home Schooling, (Jakarta: Kompas, 2007) hal 7 Ali Husayn Kamal, Diunduh dari: http://homeschoolingjakarta.com/jawaban-kami-tentang-homeschooling/. 22 Jun 2013 pukul 08.10 14 Suryana Agus, 2004. Terapi autisme, anak berbakat, dan anak hiperaktif. Jakara: Progress. Hal 15

Autisme merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat atau luas, dan dapat terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya 15. Penyandang autis memiliki gangguan berkomunikasi, interaksi social, serta aktivitas dan minat yang terbatas serta berulangulang (repetitive). Sejak tahun 1990-an penderita autis meningkat dengan tajam di seluruh dunia. Sayangnya, belum banyak masyarakat awam yang belum mengetahui mengenia autisme. Hal ini diperparah dengan terbatasnya informasi yang diperoleh masyarakat tentang autis. Autisme adalah suatu keadaan dimana seseorang sejak lahir atau balita mengalami cacat pada perkembangan psikis dan syarafnya. Seorang anak autis tidak bisa membentuk hubungan sosialisasi dan komunikasi yang normal dengan lingkungannya. Pemeriksaan apakah seorang anak mengalami autis sebaiknya dilakukan sejak dini 16. Hal ini secara umum bisa dilihat dari gejalanya, yaitu mengalami gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, komunikasi, dan juga adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat serta kegiatan. Seorang anak autis juga memiliki cara yang khas dalam visual thinking, processing problems, sensory sensitivities, communication frustrations, social and emotional issues, problem of control, problem of tolerance dan problem of connection . Penyebab seseorang menderita autis antara lain disebabkan genetik, makanan, radiasi pada bayi, kandungan zat-zat tertentu dan televisi. Seorang anak autis mempunyai beberapa gaya tersendiri dalam mencerna suatu informasi. Ada yang cenderung menghafalkan informasi apa adanya, ada pula dengan gaya visual yang lebih bisa mencerna suatu informasi melalui gambar dan tayangan televisi. Layanan pendidikan anak autis mempunyai bentuk yang khusus yaitu meliputi layanan pendidikan awal yang terdiri dari program intervensi dini dan terapi penunjang serta layanan pendidikan lanjutan yang terdiri kelas transisi, persiapan dan lanjutan lainnya. Aplikasi Teori Progresivisme Terhadap Model Pendidikan Homeschooling Bagi Anak Autisme Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Sama seperti anak normal lain, anak autis juga memiliki hak dalam memperoleh pendidikan yang layak. Cara yang paling efektif dalam membantu anak autis adalah dengan menyediakan bentuk layanan pendidikan yang memadai dan disesuaikan dengan karakteristik individu. Anak autis membutuhkan penanganan
15 16

Suryana Agus, 2004. Terapi autisme, anak berbakat, dan anak hiperaktif. Jakara: Progress. Hal 16 Shofyan, diunduh dari: http: //homeschoolingsebagaimetodependidikanalternatifkhususbagi anakautis.htm// 22 Juni 2010 pukul 07.04

pendidikan secara khusus karena keterbatasannya17. Fakta yang ada memperlihatkan bahwa anak autis dengan karakteristik autisme berat tidak mampu ikut serta dalam sekolah khusus formal sehingga memerlukan suatu metode pendidikan alternatif. Program sekolah di rumah (Homeschooling Program) dapat dijadikan pendidikan alternatif yang dapat membantu anak autis dalam belajar. Tenaga pendidik dalam Homeschooling dapat memaksimalkan perhatiannya kepada apa yang menjadi kebutuhan anak didiknya dibandingkan dengan program pendidikan lainnya. Dalam dunia pendidikan Homeschooling merupakan suatu situasi belajar mengajar dimana anak yang sebagian besar waktu belajar di sekolahnya dihabiskan di dalam atau sekitar rumah sebagai ganti dari menghadiri sekolah konvensional. Pelaksanaan Homeschooling bagi pendidikan anak autis dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, dan kontinyu18. Kurikulum yang dipakai dalam program ini disesuaikan dengan kebutuhan anak. Keberhasilan program Home schooling bagi anak autis ini didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas yang memadai dan perhatian pada orang tua dari anak autis tersebut. Kelebihan dari program Homeschooling antara lain keluarga berkesempatan mendesain sendiri program Homeschooling yang sesuai bagi anak autis, orang tua dapat memonitor perkembangan anak autis secara langsung dan memudahkan tenaga pendidik untuk memberikan perhatian sehingga pendidikan berlangsung secara optimal. Prinsip-prinsip pada teori progresivisme telah diterapkan pada system pendidikan homeschooling. Pendidikan dalam system homeschooling berpusat pada anak sama halnya dengan prinsip teori progresivisme. Pelajaran yang diberikan ditentukan sendiri oleh anak, sesuai bakat dan minat. Pelajaran diberikan menggunakan media-media yang kreatif dan praktik langsung, tidak selalu menggunakan media teks book yang membuat anak bosan. Anak autis biasanya memiliki bakat khusus dan Homescooling dapat mengembangkannya secara lebih maksimal dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Homeschooling juga sangat memperhatikan kebutuhan masing-masing anak (individualitas), hal ini sesuai dengan model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, khususnya autis.

17

Shofyan, diunduh dari: http: //homeschoolingsebagaimetodependidikanalternatifkhususbagi anakautis.htm// 22 Juni 2010 pukul 07.04 18 Shofyan, diunduh dari: http: //homeschoolingsebagaimetodependidikanalternatifkhususbagi anakautis.htm// 22 Juni 2010 pukul 07.04

Guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan subjek didik. Guru memandu dan mengarahkan keinginan serta bakat anak19. Dalam homeschooling anak juga dibiasakan dengan atmosfer social yang kooperatif dan demokratis. Hal ini melatih kebutuhan anak autis akan pentingnya iteraksi social dengan orang lain. Demokratis sangat terlihat pada system Homeschooling, apa yang akan anak pelajari dan dimana mereka belajar, anak bebas memilih. Anak tidak mudah bosan, mereka cenderung merasa sedang bermain ketimbang belajar. Pemerintah hendaknya mendukung pengembangan program Homeschooling bagi anak autis sehingga mereka mendapatkan pendidikan yang lebih layak dan berkualitas. Pemerintah hendaknya juga mensosialisasikan program Homeschooling sehingga lebih dikenal masyarakat. Masyarakat khususnya orang tua anak autis seharusnya menyadari dan memahami pendidikan yang tepat bagi anak mereka. Penutup Prinsip dalam pelaksanaan program Homeschooling sama halnya dengan prinsip pada gerakan pendidikan progresivisme dalam aspek siswa, tenaga pengajar, kurikulum, metode pengajaran, media dan lain sebagainya. Dengan alasan tersebut, penggunaan model pendidikan Homeschooling sangat cocok diterapkan untuk anak autis yang pada hakikatnya memang membutuhkan penanganan secara khusus yang berbeda jika anak autis memperoleh sekolah biasa. Homescooling dapat mengembangkannya secara lebih maksimal dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Homeschooling juga sangat memperhatikan kebutuhan masing-masing anak. Sosialisasi Homeschooling pada orang tua anak autis dirasakan masih sangat kurang, ditambah dengan pandangan tentang mahalnya biaya mengikuti program Homeschooling. Padahal Homeschooling dapat dirancang sendiri di rumah dengan biaya yang terjangkau oleh para orang tua. Kelebihan dari Homeschooling adalah orang tua dapat memonitor perkembangan anak autis secara langsung dan memudahkan tenaga pendidik untuk memberikan perhatian sehingga pendidikan berlangsung secara optimal.

19

George R. Knight. Filsafat Pendidikan. (Yogyakarta : Gama, 2007 ), hal 151

Daftar Pustaka Agus, Suryana. 2004. Terapi autisme, anak berbakat, dan anak hiperaktif . Jakara: Progress Kamal, Ali Husayn, Diunduh dari: http://homeschoolingjakarta.com/jawaban-kamitentang-homeschooling/. 22 Jun 2013 pukul 08.10 Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Gama Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Pormadi, diunduh dari http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/, 22 Jun 2013 pukul 08.10 Rachman, Arief. 2007.Home Schooling. Jakarta: Kompas Shofyan, Juni 2010 pukul 07.04
-

diunduh

dari: 22

http://homeschoolingsebagaimetodependidikanalternatifkhususbagianakautis.htm//

__________diunduh

dari

http://www.homeschooling-primagama.com/main.php?

hal=berita&id=10,22 Jun 2013 pukul 08.00

You might also like