You are on page 1of 3

Enceng gondok

Kandungan dalam enceng Gondok Tabel 1 . Komposisi kimia daun eceng gondok. 1. Bahan Kering : (BK ) 83,34 2. Protein Kasar (PK ) : 40 % 3. Serat Kasar (SK ) : 15,25 4. Lemak Kasar (LK) : 3,67 5. Bahan Ekstak Tanpa Nitrogen (BETN) : 31,53 6. Kalsium (Ca) : 1,81 7. Posfor (P) : 0,52 8. Abu : 16,46 9. Energi kasar (GE) : 33,84 Kal/gr Sumber : 1) Lab. Balitnak Bogor (komunikasi pribadi, 2001) Disamping itu daun eceng gondok mengandung mineral yang cukuptinggi (Tabel 1). Menurut SUPARNO (1979) yang disitasi oleh HARTADI et al.(1985) daun eceng gondok mengandung kalsium lebih tinggi dari pada batangdan akarnya. Kalsium dalam daun berguna untuk menetralkan asam organik hasil metabolisme (seperti asam oksalat) yang bersifat racun bagi ternak .LITTLE (1968) dalam SUHARSONO (1979) melaporkan bahwa daun eceng gondok diperkaya dengan kandungan karotennya yang cukup tinggi sekitar 109.000 IU /100 gram. Hijauan eceng gondok dalam penggunaannya juga dapat dibuat sebagai konsentrat protein daun (KPD). KPD eceng gondok biasanya mengandung protein kasar 40 % . Tiga perempat (3/4) bagian merupakan protein murni (true protein) clan nilai biologinya berada di antara kedelai dan air susu. KPD berwarna hijau, dari segi palabilitas akan lebih menguntungkan jika dicampur dengan bahan pakan lainnya (HARTADI et al., 1985). Percobaan pada ayam petelur SUHARSONO (1979) telah melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill Indonesia clan penambahan daun eceng gondok sebanyak 0 ; 2,5 ; 5 ; 7 clan 10%. Selanjutnya produksi telur diukur (berat telur, jumlah butir telur setiap ekor/minggu) clan kualitas telur (nilai Haugh unit warna kuning telur, telur diukur setiap tiga minggu sekali). Berdasarkan hasil analisis kandungan zat-zat makanan ransum yang diberi tambahan daun eceng gondok menunjukkan adanya

peningkatan serat kasar dari 2,64 % menjadi 4,06 % clan protein yang relatif kecil. Sedangkan hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas telurnya. Berarti peningkatan serat kasar pada penambahan eceng gondok sampai 10 ticlak berpengaruh. Hal ini juga dilaporkan oleh INOUNU et al. (1980) pemberian daun eceng gondok sampai dengan 12 % sebagai pengganti dedak dalam ransum secara menyeluruh tidak menyebabkan gangguan yang merugikan baik terhadap produksi telur maupun konsumsi ransum. Meskipun secara statistik antar perlakuan serat kasar tidak berbeda nyata namun pengaruh tingginya kanclungan serat kasar dalam ransum akibat penambahan daun eceng gondok dapat mengakibatkan penurunan produksi telur seperti yang terlihat pada Gambar 1 (INOUNU et al., 1980). Dari hasil pengukuran kualitas telur menunjukkan adanya pengaruh terhadap warna kuning telur. Mungkin disebabkan tingginya provitamin A ( karoten) dalam eceng gondok.

Percobaan Ayam Pedaging Berbeda dengan ayam petelur, penambahan eceng gondok 0 ; 2,5 ; 5 ; 7% terhadap ransum basal dari PT. Subur menghambat pertumbuhan ayam broiler. Meskipun pemberian 2,5% eceng gondok tidak berbeda nyata dengan kontrol (0%) yang diberi tambahan kangkung sebanyak 5% namun memberikan pengaruh yang merugikan mungkin disebabkan kandungan serat eceng gondok yang cukup tinggi, ayam pedaging sensitif terhadap kenaikan tingkat serat kasar dalam ransum (SUHARSONO, 1979). Guna menjadikan enceng godok bisa digunakan dalam ayam pedaging maka akan di jelaskan cara pengolahanya sehingga dapat diberikan kepada ayam kita

Fermentasi tepung eceng Eceng gondok yang akan digunakan sebagai substrat diambil daun dan pelepahnya 5 cm dari bawah daun. Selanjutnya dipotong-potong dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering digiling untuk dijadikan tepung. T. harzianum ditanam pada media agar-agar kentang (PDA) sampai umur 3 hari. Sebagai media inokulum digunakan campuran dedak dan air (5:3) steril. Pada 100 g dedak diinokulasikan 10 cetakan pelubang gabus diameter 0,5 cm dan kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 4 hari. Untuk mengolah setiap 1000 g tepung eceng gondok ditambah dengan 600 ml aquadest dan disterilisasi dengan otoklaf selama 30 menit (121C, 1 atm), kemudian dibiarkan dingin pada suhu ruang. Sebagai sumber nutriennya dipakai campuran mineral menurut BROOK et al. (1969) dengan komposisi: 1. Jamur T. Harzianum 50g. 2. Urea 7,5 g, 3. MgSO4 7H2O 0,375 g, 4. FeSO4 7H2O 0,15 mg, 5. ZnSO47H2O 0,15 mg, 6. MnSO4 4H2O 0,15 mg, 7. KH2PO4 8. tiamina hidroklorid 18,75 mg bahan 2 sd 8 dilarutkan dalam 100 ml aquades

1,5 g

Campuran tersebut digunakan sebanyak 60 ml untuk 1000 g tepung eceng gondok dan dicampur merata dengan inokulan sebanyak 5% (50 g) dari berat substrat. Adonan tersebut dibungkus dengan plastik yang dilubangi dan diletakkan pada rak dalam ruangan yang sebelumnya sudah disterilkan. Fermentasi dilakukan selama 4 hari pada suhu ruang. kemudian dikeringkan, dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari,

Kandungan enceng gondok setelah difermentasi : Protein kasar 10,21 Serat kasar 21,82 Lemak kasar 2,99 Kalsium 0,44 Fosfor 0,60 NDF 46,48 ADF 34,95 Hemiselulosa 12,43 Selulosa 31,09 Lignin 2,18 Silika 0,78 Dalam penggunaanya bahan ini bisa di gunakan dengan maksimal campuran 15% dari bahan

Sumber : MAHMILIA: Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging

You might also like