You are on page 1of 19

Tugas Mengenai Captopril

Oleh: Ida Ayu Ratih Dwi Nugraha Putri 1208505001

Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Obat adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh sakit, misalnya kepala pusing, batuk, pilek, dan lain-lain. Untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit, biasanya langsung minum obat. Umumnya masyarakat kurang memahami bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek sampingan yang merugikan kesehatan. Menurut Undang-undang, obat dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini selanjutnya menentukan mudah sukarnya obat didapatkan di pasaran. Obat relatif aman akan lebih mudah didapat daripada obat yang kurang aman (relatif lebih beracun). Makin kurang aman atau makin berbahayanya suatu obat, makin ketat obat itu diawasi peredarannya dan pemakaiannya oleh pemerintah. Sehingga untuk mendapat obatobat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dapat dibeli di apotek. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang semakin pesat, menuntut farmasis untuk selalu mengembangkan cara pembuatan obat dan formulasi sediaan obat. Peningkatan kualitas dari obat dan efisiensi dalam pembuatan merupakan hasil yang ingin dicapai dari pengembangan cara pembuatan dan formulasi sediaan obat tersebut, sehingga dapat lebih diterima masyarakat luas. Salah satu obat yang bermanfaat untuk mengobati penyakit hipertensi adalah captopril. Captopril merupakan salah satu jenis obat antihipertensi yang sudah cukup lama digunakan. Sekitar 30 tahun, sejak April 1981 .Captopril tidak hanya mampu mengobati penyakit hipertensi tetapi beberapa penyakit lainnya. Captopril memang dirancang untuk digunakan dalam waktu lama, sepanjang cocok bagi pasien. Memang terkadang timbul efek samping, tapi biasanya masih dapat ditoleransi oleh penderita.

Captopril dianjurkan untuk diminum terus menerus sesuai dosis anjuran. Bahkan walaupun gejala hipertensi seperti sakit kepala atau tegang di tengkuk berkurang atau hilang. Hal ini dimaksudkan agar tekanan darah tetap berada di rentang nilai normal. Perlu diketahui, salah satu komplikasi hipertensi yang paling ditakuti adalah stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak akibat naiknya tekanan darah secara mendadak. Nah, dengan meminum captopril secara teratur, diharapkan komplikasi ini tidak terjadi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu : 1. Apakah yang dimaksud dengan captopril? 2. Captopril digunakan untuk mengobati penyakit apa saja? 3. Bagaimana cara kerja obat captopril? 4. Bagaimana dosis captopril yang sebaiknya diberikan kepada pasien? 5. Apa efek samping dari penggunaan obat captopril? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan captopril 2. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat diobati oleh captopril 3. Mengetahui cara kerja obat captopril 4. Mengetahui dosis captopril yang sebaiknya diberikan kepada pasien 5. Mengetahui efek samping dari penggunaan obat captopril 1.4 Manfaat Pembaca diharapkan dapat mengetahui penjelasan mengenai obat captopril, kegunaan obat tersebut, efek samping dari obat tersebut, dan bagaimana penggunaan obat tersebut agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi pasien.

1. Definisi Captopril merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat-obatan lain. Tekanan darah tinggi menambah beban kerja jantung dan arteri. Jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan fungsi jantung dan arteri menurun. Sehingga dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke, gagal jantung, atau ginjal. Hipertensi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Hal-hal tersebut dapat dihindari ketika hipertensi dapat terkontrol dengan baik. Captopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron), sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma Renin Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kirakira 1/6-1/5 hipertensi essensial. Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal jantung dengan terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek aditif sedangkan kombinasi dengan bblocker memberikan efek yang kurang aditif. 2. Monografi Bahan Captropil Captopril mempunyai rumus bangun sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus bangun captopril

Captopril mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,0% C9H15NO3S. Captopril berupa serbuk hablur putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfida. Captopril mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan dalam kloroform (Anonim, 1995). 3. Farmakodinamik Captopril menghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACE), dengan demikian menyekat konversi angiotensin I menjadi II. Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang poten dan bertindak untuk melepaskan aldosteron. Dengan demikian, captopril menurunkkan tahanan vascular perifer dan tekanan darah dan menghambat retensi air dan garam yang normalnya ditimbulkan oleh aldosteron. Captopril jugan menurunkan prabeban dan pascabeban. ACE juga bertanggung jawab bagi metabolisme bradikinin dalam jaringan meningkat setelah pemberian captopril. Aliran darah otak dan tekanan intracranial meningkat 4. Farmakokinetik a. Absorpsi : Diabsorpsi dgn cepat sekitar 65% dr saluran GI. Makanan menurunkan absorpsi. Sebaiknya obat ini digunakan pada saat perut kosong. Sekitar 30% terikat dengan protein plasma b. Distribusi : Didistribusi secara luas, tetapi tidak menembus barier darah otak. Menembus plasenta, memasuki ASI dalam jumlah kecil c. Metabolisme dan Ekskresi: 50% dimetabolisme oleh hati. 50% diekskresi dalam bentuk yang tidak diubah oleh ginjal 5. Waktu / Profil Kerja Obat Awitan Aksi Efek puncak Lama Aksi Interaksi/Toksisitas : PO/SL, < 15 menit : PO, 60-90 menit; SL<60 menit : PO/SL 2-6 jam : Efek hipotensi aditif dengan diuretic, vasodilator, penyekat beta, penyekat saluran kalsium, anestetik volatile; meningkatkan kadar kalium serum, yang dapat bermakna pada insufisiensi ginjal dan penggunaan diuretic hematkalium sepetri spironolakton, triamteren, atau amilorid;

efek antihipertensi diantagonisir oleh indometasin dan obat-obatan anti-radang nonsteroid lainnya 6. Bentuk Sediaan dan Nama Dagang Bentuk sediaan: Tablet: 12.5 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg

tablet 12,5 mg

tablet 25 mg

tablet 50 mg

25 mg atau 50 mg dalam kombinasi dengan hidrokhlorothiazide 15 mg atau 25 mg.

Nama Dagang: Acepress tablet Caporetic tablet Capoten tablet Capozide tablet Captensin tablet Casipril tablet Dexacap tablet Farmoten tablet Otoryl tablet Praten tablet Scantensin tablet Tensicap tablet Tensobon tablet Vapril tablet 7. Indikasi 1. Hipertensi : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet : Captopril 50 mg dan hidroklorotiazida 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg; 50 mg/tablet : Captopril 50 mg dan hidroklorotiazida 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg; 50 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet : Captopril 25 mg; 50 mg/tablet : Captopril 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg; 50 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet : Captopril 25 mg/tablet : Captopril 12,5 mg; 25 mg/tablet

2. Gagal jantung 3. Setelah Infark miokardium (serangan jantung) 4. Diabetic nephropathy

8. Kontraindikasi 1. Neutropenia/agranulositosis: Neutropenia akibat pemberian captopril (jumlah neutrofil kurang dari 1000/mm3) 2 kali berturut-turut, bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02% (1/4544) pada penderita dengan fungsi ginjal (kreatinin serum > 2 mg/dl), dan menjadi 7,2% (8/111) pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit vaskular kolagen seperti lupus (SLE) atau skleroderma. Neutropenia muncul dalam 12 minggu pertama pengobatan, dan reversibel bila pengobatan dihentikan (90% penderita dalam 3 minggu) atau dosisnya diturunkan. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang mendapat obat-obat lain yang diketahui dapat menurunkan leukosit (obat-obat sitotoksik, imunosupressan, fenilbutazon dan lain-lain), harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah itu. Mereka juga harus diberi tahu agar segera melapor kepada dokternya bila mengalami tanda-tanda infeksi akut (faringitis, demam), karena mungkin merupakan petunjuk adanya neutropenia. 2. Proteinuria/sindroma nefrotik: Proteinuria yang lebih dari 1g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita hipertensi yang diobati dengan captopril. Diantaranya penderita tanpa penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya hanya 0,5% (19/3573) yakni 0,2% pada dosis captopril < 150 mg sehari dan 1% pada dosis captopril > 150 mg sehari. Pada penderita dengan penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya meningkat menjadi 2,1% 946/2196), yakni 1% pada dosis captopril >

150 mg sehari. Sindroma nefrotik terjadi kira-kira 1/5 (7/34) penderita dengan proteinuria. Data mengenai insiden proteinuria pada penderita GJK belum ada. Glumerulopati membran ditemukan pada biopsi tetapi belum tentu disebabkan oleh captopril karena glumerulonefritis yang subklinik jugma ditemukan pada penderita hipertensi yang tidak mendapat captopril. Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa penyakit ginjal sebelumnya pengobatan tidak disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria biasanya muncul setelah 3-9 bulan pengobatan (range 4 hari hingga 22 bulan). Pada sebagian lagi, proteinuria menetap meskipun obat dihentikan. Oleh karena itu pada penderita dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan protein dalam urin sebelum pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah itu. 3. Gagal ginjal/akut: Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian captopril pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebelum pengobatan. Gejala ini muncul dalam beberapa hari pengobatan; yang ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau stabil meski pengobatan diteruskan, sedangkan pada yang berat dan progresif, obat harus dihentikan. Gejala ini akibat berkurangnya tekanan perfusi ginjal oleh captopril, dan karena captopril menghambat sintesis A II intrarenal yang diperlukan untuk konstriksi arteriola eferen ginjal guna mempertahankan filtrasi glomerulus pada stenosis arteri ginjal. Gagal ginjal yang akut dan progesif terutama terjadi pada penderita dengan stenosis arteri tinggi tersebut, pemberian captopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal tunggal 93/8). Karena itu pada penderita dengan risiko tinggi tersebut, pemberian captopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal (kreatinin serum dan BUN), dan dosis captopril dimulai serendah mungkin. Bila terjadi azotemia yang progresif, captopril harus dihentikan dan gejala ini reversibel dalam 7 hari. 4. Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus: Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka pemberian obat harus dihentikan dengan

segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain; hipotensi, hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan, retardasi intrauteri, patenduktus arteriosus. Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria dan hiperkalemia. 9. Interaksi obat:

Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkalemia.

Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat menghambat efek kaptopril.

Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi kaptopril dan simetidin.

Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal kronik.

10. Dosis pemberian Hipertensi ringan sampai sedang. Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan selang 2 4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan. Dosis maksimum 50 mg 2 kali sehari. Diuretik tiazida dapat ditambahkan jika belum diperoleh respon yang memuaskan. Dosis diuretik dapat ditingkatkan selang 1 2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau dosis maksimum dicapai.

Hipertensi berat. Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg , 3 kali sehari. Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis captopril jangan melebihi 150 mg sehari.

Gagal jantung. Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk mengontrol gejala-gejala. Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimkan efek hipotensif sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2 3 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari. Usia lanjut Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut. Anak-anak. Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan perhari dalam 2 3 dosis, tergantung respon.

Bab III Pembahasan 3.1 Pengertian Captopril Captopril merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat-obatan lain. Tekanan darah tinggi menambah beban kerja jantung dan arteri. Jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan fungsi jantung dan arteri menurun. Sehingga dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke, gagal jantung, atau ginjal. Hipertensi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Hal-hal tersebut dapat dihindari ketika hipertensi dapat terkontrol dengan baik. Captopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-AngiotensinAldosteron), sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma Renin

Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial. Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal jantung dengan terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek aditif sedangkan kombinasi dengan b-blocker memberikan efek yang kurang aditif. 3.2 Penyakit yang dapat diobati oleh obat Captopril Captopril pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit : a. Tekanan darah tinggi Penyakit tekanan darah tinggi atau lebih dikenal dengan hipertensi biasanya disebabkan oleh pola makan yang kurang tepat dan kurangnya aktivitas fisik sehari-hari, sehingga menimbulkan penimbunan lemak yang tinggi di sekujur tubuh. Penyakit tekanan darah tinggi sangat sulit dideteksi dan didiagnosa kehadirannya. Gejala-gejala yang timbul sebagai pertanda awal kehadirannya cukup banyak antara lain: kepala sering pusing, jantung berdebar-debar, bahu terasa kaku, kesulitan untuk tidur (insomnia), sesak nafas, sembelit (kesukaran buang air besar), kelelahan, dan mengeluarkan keringat dingin. Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit tekanan darah tinggi apabila memiliki iekanan systole mencapai lebih dari 160 mm Hg dan diastole melebihi 95 mm Hg. b. Serangan jantung Serangan jantung merupakan suatu keadaan di mana para penderitanya mendapat serangan nyeri di dada yang berifat seperti diremas, ditusuk, atau hanya merasa berat saja. Rasa nyeri ini dapat tinggal setempat di dada sebelah tengah atau menyebar ke arah dagu dan lengan terutama sebelah kiri.

Sindrom ini disertai dengan rasa sesak nafas dan rasa takut yang timbul apabila penderita mengeluarkan tenaga berlebihan seperti mendaki, mendorong mobil mogok, mengangkat peti berat atau pada waktu musim dingin. Rasa nyeri ini berlangsung hanya beberapa menit dan akan hilang apabila penderita beristirahat, atau hilang emosinya. c. Gagal jantung kongestif Gagal jantung adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh suatu kelainan jantung dan dapat dikenali dari respons hemodinamik, renal, neutral, dan hormonal yang karakteristik. Gagal jantung kongestif merupakan gagal jantung yang disertai retensi cair dan edema. Ciri-ciri penyakit gagal jantung antara lain: napas pendek saat beraktivitas dan juga saat istirahat, batuk berdahak, naik berat badan, pembengkakan kaki dan perut, pusing-pusing, kelelahan dan lesu, denyut jantung yang cepat, mual, palpitasi, dan sakit dada.
d. Diabetic nephropathy.

Nefropati diabetes (Diabetic nephropathy), juga dikenal sebagai Kimmelstiel-Wilson syndrome dan glomerulonefritis intercapillary, adalah penyakit ginjal progresif yang disebabkan oleh angiopati kapiler-kapiler glomeruli ginjal dalam. Hal ini ditandai dengan sindrom nefrotik dan glomerulosklerosis menyebar. Hal ini akibat diabetes mellitus berlangsung lama, dan merupakan penyebab utama dialisis di banyak negara Barat. Sindrom ini dapat dilihat pada pasien dengan diabetes kronis (15 tahun atau lebih setelah onset), sehingga pasien biasanya usia lebih tua (antara 50 dan 70 tahun). Penyakit ini bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian dua atau tiga tahun setelah lesi awal, dan lebih sering pada pria. 3.3 Cara kerja obat Captopril Captopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah

enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, captopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Jadi dapat disimpulkan Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, serta mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung kongestif 3.4 Dosis yang sebaiknya diberikan kepada pasien Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
1. Hipertensi

Dewasa - Hipertensi awal 12,5 - 25 mg 2 sampai 3 kali sehari - Untuk mengontrol hipertensi lanjut 25-50 mg 2 kali sehari Max: 50 mg 3 kali sehari Untuk penyakit Hipertensi, dosis awal: 12,5 - 25 mg dua sampai tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari.

Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg Pediatri Pada neonatus Pada anak
2. Gagal jantung

: awal 0,01 mg/kg dua kali sampai tiga kali sehari : awal sampai 0,3 mg/kg tiga kali sehari

Dewasa Gagal jantung awal 6,25-25 mg 2-3 kali sehari Max: 50 mg 3 kali sehari Penggunaan obat ini diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.
3. Infark miokardium (Serangan Jantung)

Dewasa Mulai 3 hari setelah Infark miokardium Awal: 6,25 mg/hari, dapat meningkat setelah beberapa minggu 150 mg/hari dalam dosis terbagi jika diperlukan.
4. Diabetic nephropathy

Dewasa 25 mg 3 kali sehari 3.5 Efek samping dari penggunaan obat captopril Reaksi samping utama a. Kardiovaskular : Hipotensi, palpitasi, takikardia

Hipotensi (tekanan darah rendah)

b. Pulmoner : batuk, dispne, bronkospasme

batuk

c. SSP : Pusing, kelelahan

Pusing dan kelelahan

d. GI : Nyeri abdomen, disgeusia, tukak lambung

tukak lambung

e. Dermatologik: Ruam, pruritus

ruam

f. Ginjal: Peningkatan kadar BUN dan kreatinin, proteinuria, gagal ginjal

gagal ginjal

g. Hematologik: Neutropenia, trombositopenia, anemia hemolitik, eosinofilia

h. Lain: angioedema, limafadenopati

angioedema

Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan. Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia. Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan captopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau diuretiknya.

Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan. Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Bab IV Penutup

Kesimpulan Obat Captopril merupakan obat untuk penderita hipertensi. Obat yang dikenal sebagai obat untuk penyakit hipertensi ini juga dapat digunakan sebagai obat gagal jantung, obat setelah serangan jantung, dan diabetic nephropaty. Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, serta mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung kongestif. Obat captopril tersedia dalam bentuk tablet dan dalam kombinasi dengan: hidrokloratrazid (Capozide). Di samping berfungsi dalam mengobati penyakit hipertensi, obat captopril juga memiliki beberapa efek samping yang dapat merugikan pasien. Namun, obat ini cukup aman jika digunakan sesuai dengan resep dokter.

Saran Karena obat captopril merupakan obat yang memiliki efek samping, disarankan agar pemakaian obat Captopril sesuai dengan petunjuk yang tersedia dan berdasarkan resep dokter agar terhindar dari efek-efek samping yang dapat merugikan pasien.

Daftar Pustaka Anonim, 2005, Informasi Spesialite Obat Indonesia, vol. 40, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Deglin, Judith Hopfer dan April Hazard Valleran. Pedoman Obat untuk Perawat: EGC. Jokosuryono ,Y.P.. 1978. Obat dan Masalahnya. Yogyakarta. Omoigui, Sota. Obat-obatan Anestesia: EGC Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2007.Obat-obat Penting: Elex Media Komputindo Widjajanti, Nuraini.1988 . Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius.

You might also like