You are on page 1of 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka tugas ini dapat diselesaikan. Atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan tugas ini hingga selesai, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi meupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas ni. Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Subang,, Maret 2013

Penyusun

Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2 BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

ii

BAB I PENDAHULUAN

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana. Pada periode masa nifas bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secara langsung, apabia terjadi

ketidaknormalan bidan langsung bisa mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan (akhir kala III persalinan sampai akhir 6 minggu pertama post partum). Nifas adalah sejak satu jam setelah plasenta lhir sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsungnya selama 42 hari. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaikbaiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan . Banyak para ahli mendefinisikan pengertian masa nifas, yaitu: Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281). Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi seharihari.Memberikan pelayanan keluarga berencana. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu: Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 14 hari).

Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 miggu setelah persalinan (36 42 hari).

D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk : Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

E. Asuhan Kebinanan Masa Nifas 6 Jam diberikan adalah : Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri. Pemberian ASI awal. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

F. Komplikasi Pada Masa Nifas 6 jam 1. Antonia Uteri


Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

Pengertian Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan

pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi. Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir. Penyebab : Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti : 1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. 2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. 3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek 4. Partus lama / partus terlantar 5. Malnutrisi. 6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Gejala Klinis:

Uterus tidak berkontraksi dan lunak Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).

Pencegahan atonia uteri. Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

Penatalaksanaan Langkah-langkah penatalaksanaan : Lakukan masase pada fundus uteri segera setelah placenta lahir. Mengeluarkan semua darah beku atau selaput yang menyumbat jalan lahir (uterus). Lakukan kompresi bimanual interna 1 2 menit, jika tak berkontraksi lanjutnya sampai dengan 5 menit. Jika uterus sudah berkontraksi tarik tangan keluar. Observasi tiap 5 menit. Jika uterus tak berkontraksi setelah 5 menit suruh anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal. Berikan Matergin 0,2 mg IM jika tidak hipertensi. Infus RL + 20 iu Oksitoksin. Jika atonia uteri tidak teratasi setelah enam langkah pertama lanjutkan kompresi bimanual interna. Rujuk segera ke RS. Teruskan cairan i.v. hingga ibu mencapai tempat.

2. Bendungan Asi Definisi Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo, 2005:700). Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi di dalam jumlah banyak (Ambarwati,2008) Bila ibu menyusui bayinya : Susukan sesering mungkin Kedua payudara disusukan Bantu dengan memijat payudara untuk pemulaan menyusui Sangga payudara Kompres dingin pada payudara di antara permulaan waktu menyusui Bila demem tinggi berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

Kompres hangat payudara sebelum disusukan

Bila ibu tidak menyusui : Sangga payudara Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Jagan di pijat atau memakai kompres hangat payudara Pompa dan kosongkan payudara Etiologi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).

Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).

Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).

Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).

Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 23 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005) Penatalaksanaan Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah : 1. 2. 3. 4.

Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi Perawatan payudara pasca persalinan

Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah : Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.

Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)

Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.

3. Retensio Urine Definisi Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam akndung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995).
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW). Etiologi Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:

Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.

Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.

Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis.

Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.

Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin

(Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin). Patofisiologi Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra Tanda dan gejala Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit ini adalah sebagai berikut:

Diawali dengan urine mengalir lambat. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.

Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK. e.Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

Pemeriksaan diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut: Pemeriksaan specimen urine. Pengambilan: steril, random, midstream. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit. Sistoskopy, IVP.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut: a. b. c. Kateterisasi urethra. Dilatasi urethra dengan boudy. Drainage suprapubik.
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

4. Robekan Jalan Lahir Pengertian Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul (Wiknjosastro, Sarwono:178)

Robekan jalan lahir meliputi : Robekan Vagina, Robekan Perineum, dan Robekan Serviks. a. Robekan Vagina Pengertian Robekan atau laserasi yang sampai pada daerah vagina dan cenderung mencapai dinding lateral dan jika cukup dalam dapat mencapai levator ani. Kadang juga dapat mengakibatkan cedera tambahan pada bagian atas saluran vagina, dekat spina iskiadika. Etiologi Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forceps, penurunan kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat.

Diagnosis Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum. Patofisiologi Rotasi forseps Penurunan kepala yang cepat Persalinan yang cepat Robekan dinding vagina

Komplikasi Kolpaporeksis Kolpaporeksis ialah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepitantara kepala janin dan tulang panggul. Kolpaporeksis juga bias timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam uterus dkesalahan, ujung fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar supaya uterus jangan naik ke atas. Gejala-gejala dan pengobatan kolpaporeksis tidak berbeda dengan ruptura uteri. (Sarwono, 2005:667) Fistula
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

10

Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus kandung kencing atau rectum. Fistula dapat juga terjadi karena dinding vagina dan kandung kencing atau rectum tertekan lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis jaringan yang tertekan. Setelah lewat beberapa hari postpartum, jaringan nekrosis terlepas, terjadilah fistula disertai inkontinensia. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis, atau fistula uterovesikovaginalis, fistula uterovaeinalis, atau fistula rektovaginalis. Fistula akibat nekrosis yang biasanya disertai infeksi tidak bias dijahot dengan segera. Kadang-kadang dengan memasang dauerkateter untuk beberapa lama, fistula kecil dapat menutup sendiri, maka sesudah tiga bulan postpartum dapat dilakukan operasi untuk menutupnya. Penatalaksanaan Perdarahan biasanya banyak dan mudah diatasi dengan jahitan. Apabila ligamentum latum terbuka dan cabang-cabang arteri uterina terputus, timbul banyak perdarahan yang membahayakan jiwa penderita. Apabila perdarahan tersebut sulit dikuasai dari bawah, terpaksa dilakukan laparotomi dan ligamentum latum dibuka untuk menghentikan perdarahan, jika hal terakhir ini tidak berhasil, arteria hipogastrika yang bersangkutan perlu diikat. (Sarwono, 2005:666) b. Robekan Perineum Pengertian Robekan atau laserasi pada perineum pada suatu persalonan karena sebab tertentu, robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bias menjadi luas. Etiologi Robekan perineum disebabkan oleh kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. (Sarwono, 2005:665)
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

11

Patofisiologi Kepala janin lahir terlalu cepat Sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa Kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar Robekan perineum

Tingkat Perlukaan Tingkat perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam : o Tingkat I : bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum. o Tingkat II : bila perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital. o Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan dalam yang menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di depan. (Sarwono, 2005:410) Diagnosis Diagnosis robekan atau rupture perinea ditegakkan dengan pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes. Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan darah diangkat, lalu luka dijahit secara rapi. Penatalaksanaan Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan adanya penjahitan. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijahit kembali secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan katgut kromik nomor 0 atau 00, dengan mencegah terjadinya ruang mati. Adanya ruang mati antara jahitan-jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan benang katgut atau sutera secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa jam kemudian di tempat perlukaan akan timbul edema.
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

12

Penanganan perlukaan perineum tingkat III memerlukan penjahitan secara khusus. Langkah yang pertama yang terpenting ialah menemukan kedua ujung muskulus sfingter ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otot dijepit dengan Cunas Allis, kemudian dijahit dengan benang katgut kromik nomor 0 atau 00, sehingga kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung-ujung otot sfingter hendaknya dibenamkan kea rah mukosa rektum. Selanjutnya, penjahitan jaringan dilakukan seperti pada penjahitan luka perineum tingkat II.

c. Robekan Serviks Pengertian Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks; robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malahan kadangkadang sampai ke SBR dan membuka parametrium. (UNPAD, 1984:219) Etiologi Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan buatan: ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan ekstraksi, dekapitasi, perforasi dan kranioklasi terutama kalau dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap. (UNPAD, 1984:219) Apabila serviks kaku dan his huat, serviks uteri mengalami tekanan kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat tekanan kuat dan lam ialah pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler. (Sarwono, 2005:668) Diagnosis Perdarahan postpartum pada uterus yang berkontraksi baik harus memaksa kita untuk memeriksa cervix in spekulo. Sebagai profilaksis sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk pemeriksaan in spekulo. (UNPAD, 1984:220)
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

13

Patofisiologi Serviks kaku dan his kuat Serviks uteri ditekan oleh kepala Pelepasan sebagian serviks Robekan serviks Komplikasi Robekan serviks bias menimbulkan perdarahan banyak, khususnya bila jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteri uterina. (Sarwono, 2005:411) Robekan ini kalau tidak dijahit selain menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi sebab cervicitis, parametritis dan mungkin juga memperbesar kemungkinan terjadinya carcinoma cervix. (UNPAD, 1984:219) Kadang-kadang menimbulkan perdarah nifas yan lambat. Terapi Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Sarwono, 2005:668) Robekan serviks harus dijahit kalau berdarah atau lebih besar dari 1 cm. (UNPAD, 1984:220) Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas, bagian yang belum lepas itu, dipotong dari serviks; jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan. (Sarwono, 2005:412)
Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

14

BAB III KESIMPULAN

Kunjungan ke-I (6-8 jam setelah persalinan): tanda bahaya yang harus di deteksi secar dini yaitu: Atonia uteri (uterus tidak berkontraksi), robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah: perineum, dinding vagina, adanya sisa plasenta, seperti selaput, kotiledon, ibu mengalami bendungan/hambatan pada payudara, Retensi urin (air seni tidak dapat keluar dengan lancer atau tidak keluar sama sekali). Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan beberapa upaya antara lain: pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri, deteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut; berikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; berikan ASI awal; lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (lakukan Bounding Attacment); jaga bayi tetap sehat dengan menceah hipotermia; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat

Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

15

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.

Ambarwati,Eny .R.2010.AsuhanKebidana

Masa Nifas.Yogyakarta:Nuha Medika.

Ari Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, konsep dasar nifas, Yogyakarta : Andi Jogjakarta.

Ns. Anik Maryuni, S.kep, ETN, 2010. Asuhan pada ibu dalam masa nifas, Jakarta : Trans Info Media, Jakarta

Suherni.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta.Fitramaya

Makalah Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam

16

You might also like