You are on page 1of 12

1

VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. Analisis Univariat Data yang digunakan adalah data primer yang diambil menggunakan kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas. Data diambil dari ibu yang membawa balitanya ke posyandu dengan jumlah 64 balita, menggunakan metode consecutive sampling. Hasil karakteristik responden dapat dilihat di tabel 6.1.

Tabel 6.1 Karakteristik Responden Karakteristik Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Pendidikan Ibu SMA SMK SMP SD Tidak Sekolah Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga Pedagang Pegawai Swasta Petani Kejadian Diare Diare Tidak ASI Eksklusif Ya Tidak Higienitas Ibu Baik Buruk Pengetahuan Ibu tentang Diare Baik Buruk 43 21 38 26 67,2 32,8 59,4 40,6 49 15 76,6 23,4 30 34 46,9 53,1 60 1 1 2 93,8 1,6 1,6 3,1 6 3 27 28 0 9,4 4,7 42,2 43,8 0 F 32 32 % 50,0 50,0

Tabel 6.1 menunjukkan terdapat 32 balita berjenis kelamin perempuan (50,0 %) dan 32 balita laki-laki (50,0 %) yang menjadi sampel penelitian ini.

Pendidikan ibu dari balita terbanyak merupakan lulusan SD, yakni sebanyak 28 orang (43,8 %), lalu diikuti oleh lulusan SMP sebanyak 27 orang (42,2 %), lulusan SMA 6 orang (9,4 %), dan SMK 3 orang (4,7 %). Pekerjaan ibu, sebagian besar merupakan ibu rumah tangga (93,8 %) sebanyak 60 orang. Pekerjaan lainnya meliputi petani 2 orang (3,1%), pedagang dan pegawai swasta masing-masing 1 orang (1,6%). Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 30 balita (46,9 %) terkena diare dalam 3 bulan terakhir ini, dan 34 (53,1 %) balita tidak terkena diare. Berdasarkan riwayat pemberian ASI eksklusif diperoleh data sebanyak 49 balita (76,6 %) mendapatkan ASI eksklusif dan 15 balita (23,4%) lainnya tidak mendapatkan ASI eksklusif. Dinilai dari tingkat higienitasnya, tabel 6.1 menunjukkan bahwa 43 ibu (67,2%) memiliki higienitas yang baik dan sisanya sebanyak 21 ibu (32,8%) memiliki higienitas buruk. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki higienitas baik lebih banyak. Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang diare, 38 orang ibu atau 59,4 % memiliki pengetahuan yang baik tentang diare, sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan yang buruk tentang diare sejumlah 26 orang (40,6 %).

60

50
40 Ya 30

Ya Baik Baik Tidak Buruk Buruk Tidak Ya Tidak

20
10 0 Kejadian Diare

ASI eksklusif

Higienitas Ibu

Pengetahuan Ibu tentang diare

Gambar 6.1 Karakteristik responden berdasar pada variabel penelitian

B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Diare Analisis hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Diare disajikan dalam tabel 6.2.

Tabel 6.2 Hasil Analisis Chi-Square Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Diare Diare Ya ASI eksklusif: Ya Tidak Total 19 11 30 30 4 34 49 15 64 0,02 Tidak Total P-value

Berdasarkan uji chi square pada analisis hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan diare, didapatkan nilai p = 0,02 atau p < 0,05 ( 0,02 < 0,05), maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejaidan diare. 2. Hubungan Higienitas Ibu dengan Diare Analisis hubungan higienitas Ibu dengan diare disajikan dalam tabel 6.3.

Tabel 6.3 Hasil Analisis Chi-Square Higienitas Ibu Diare Ya Higienitas Ibu: Baik Buruk Total 17 13 30 26 8 34 43 21 64 0,078 Tidak Total P-value

Berasarkan uji chi square pada analisis hubungan perilaku cuci tangan dengan diare, didapat nilai p = 0,078 atau atau p > 0,05 ( 0,078 > 0,05),

maka kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara higienitas ibu dengan kejadian diare.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Diare Analisis hubungan pengetahuan Ibu dengan diare disajikan dalam tabel 6.4.

Tabel 6.4 Hasil Analisis Chi-Square Pengetahuan Ibu tentang Diare Diare Ya Pengetahuan Ibu: Buruk Baik Total 4 26 30 34 0 34 38 26 64 0,018 Tidak Total P-value

Berdasarkan uji chi square pada analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan diare, didapatkan nilai p = 0,000 atau p < 0,05 (0,000 < 0,05),

maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare. C. Pembahasan 1. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Desa Tambaknegara dengan nilai p = 0,02. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Filipina yang melakukan penelitian tentang perbedaan kejadian diare pada anak yang diberi ASI eksklusif dan yang diberi cairan tanpa nilai gizi. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak yang diberi air putih atau cairan herbal berisiko 2-3 kali lebih besar untuk terserang diare, dibandingkan dengan anak yang diberi ASI eksklusif.

Angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare (Sinthamurniwaty, 2006). Pemberian ASI secara penuh pada bayi yang baru lahir, mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yahg tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Sinthamurniwaty, 2006). Selama penelitian, penulis mendapatkan data bahwa ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai manfaat ASI, ASI yang tidak bisa keluar dari putting susu Ibu, dan pola asuh anak menurut budaya setempat yang mendorong pemberian makanan pendamping setelah bayi lahir agar gemuk. 2. Hubungan antara Higienitas dengan Diare Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara higienitas dengan kejadian diare pada balita di Desa Tambaknegara dengan nilai p = 0,078. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indan (2000) bahwa higienitas yang buruk dalam hal ini khususnya cuci tangan yang

buruk berhubungan erat dengan peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain. Berdasarkan data yang diperoleh, semua ibu-ibu dari balita yang diteliti di Desa Tambaknegara sudah memiliki tingkat higienitas yang baik. Higienitas yang meliputi penggunaan air untuk minum yang baik, kebiasaan mencuci tangan, mencuci peralatan makan dan masak, serta mengajarkan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan/ jajan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. Tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Contoh kontak langsung adalah bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain, sedangkan kontak tak langsung seperti menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk dan gelas. Sehingga seseorang tidak sadar bahwa dirinya

sedang ditularkan melalui tangan (Mujiyanto, 2009). 3. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Diare Penelitian tentang Diare di Desa Tambaknegara menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita, dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulisa (2008), yang menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap kejadian diare. Sebagian besar ibu di Desa Tambaknegara masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang diare. Hal ini diperkirakan karena masih rendahnya pendidikan sang ibu. Menurut Notoatmodjo (2003), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat

mempengaruhi pengetahuannya tentang kesehatan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif

yang meningkat. Selain itu masih ada kemungkinan tradisi dan keyakinan masyarakat sekitar bahwa anak yang diare tidak boleh diberi makan.

VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan yang berhubungan terhadap kejadian diare balita adalah tidak dilakukannya pemberian ASI eksklusif dan pengetahuan ibu tentang diare yang rendah. Dengan melihat permaslahan ini, dapat dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Metode yang digunakan adalah Hanlon Kuantitatif. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dijadikan referensi adalah sebagai berikut: 1. 2. Pembagian pamflet tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil. Pembagian pamflet tentang penyakit diare kepada ibu yang memiliki balita. 3. 4. 5. Penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil. Penyuluhan tentang penyakit diare kepada ibu hamil. Pendidikan diare dan ASI eksklusif kepada kader-kader Posyandu dan Bidan 6. Pemberian booklet kepada kader-kader posyandu

B. Prioritas Pemecahan Masalah Alternatif pemecahan masalah yang telah disusun tersebut, diperlukan langkah pemilihan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke untuk menentukan penyebab utama prevalensi diare pada penelitian ini. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar. Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi, pentingnya jalan keluar dan sensitivitas jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar. Kriteria efektifitas jalan keluar: a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) : 1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil 2. Masalah yang dapat diatasi kecil 3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar

4. Masalah yang dapat diatasi besar 5. Masalah yang dapat diatasi sangat besar b. I (pentingnya jalan keluar) yang dikaitkan dengan kelanggengan selesainya masalah : 1. Sangat tidak langgeng 2. Tidak langgeng 3. Cukup langgeng 4. Langgeng 5. Sangat langgeng c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan penyelesaian masalah) : 1. Penyelesaian masalah sangat lambat 2. Penyelesaian masalah lambat 3. Penyelesaian cukup cepat 4. Penyelesaian masalah cepat 5. Penyelesaian masalah sangat cepat Kriteria efisiensi jalan keluar yang dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah (C): 1. 2. 3. 4. 5. Biaya sangat mahal Biaya mahal Biaya cukup mahal Biaya murah Biaya sangat murah

Prioritas pemecahan masalah pada kasus Diare Rawalo dengan menggunakan metode Reinke adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rinke No Daftar alternatif jalan Efektifitas Efisiensi MxIxV keluar C M I V C 1 Pembagian pamflet 2 tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil Pembagian pamflet 2 tentang penyakit 4 2 4 4

Urutan prioritas masalah IV

IV

10

diare kepada ibu yang memiliki balita. Penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil Penyuluhan tentang penyakit diare kepada ibu Pendidikan diare dan ASI eksklusif kepada kader-kader Posyandu dan Bidan Pemberian booklet kepada kader-kader posyandu

9,6

II

12,8

5,33

III

Berdasarkan hasil perhitungan analisis prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke diperoleh prioritas pemecahan

masalah, yaitu : 1. Penyuluhan tentang penyakit diare kepada ibu hamil. 2. Penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil. 3. Pendidikan diare dan ASI eksklusif kepada kader-kader Posyandu dan Bidan 4. Pembagian pamflet tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil. 5. Pembagian pamflet tentang penyakit diare kepada ibu yang memiliki balita. 6. Pemberian booklet kepada kader-kader posyandu

11

VIII. RENCANA KEGIATAN A. Latar Belakang Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diare menjadi alasan atas adanya kegiatan penyuluhan tentang penyakit diare di Desa Tambaknegara. Diare merupakan salah satu kejadian luar biasa di Kecamatan Rawalo dan kejadian luar biasa tersebut terjadi di Desa Tambaknegara Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengetahuan masyarakat di Desa Tambaknegara tentang penyakit diare masih kurang. B. Tujuan Penetapan tujuan berdasarkan SMART (Spesific, Measurable,

Appropriate, Realistic, Time Bound): Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare dan pencegahan diare sehingga masyarakat dapat memperbaiki perilaku dan kebiasaan yang kurang baik dengan target 80% peserta penyuluhan memahami isi penyuluhan. C. Bentuk Kegiatan Penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang diare, baik bentuk diare, penyebabnya, dampak, cara mengobati dehidrasinya dan cara mencegah anak agar tidak terkena diare.. D. Sasaran 1. Masyarakat Desa Tambaknegara 2. Kader-kader Posyandu. 3. Bidan Desa E. Pelaksanaan 1. Kader dikumpulkan dalam satu tempat dalam rangka penyuluhan dan tindakan. 2. Penyuluhan mengenai penyakit diare. 3. Diskusi dan evaluasi F. Hari/Tanggal dan Tempat Pelaksanaan Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 16 Agustus 2012, pukul 09.00-11.00 WIB Tempat Pelaksanaan : Posyandu Desa Tambaknegara

12

G. Rencana Anggaran Materi penyuluhan Doorprize Total = Rp = Rp = Rp 10.000,00 50.000,00 60.000,00

You might also like